Anda di halaman 1dari 12

PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA SEBAGAI USAHA

MIKRO SELARAS DENGAN TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG

Oleh :
Esmara Sugeng
Anik Kunantiyorini
(Dosen Fakultas Hukum Universitas Pekalongan)

Abstrak
Pedagang kaki lima (PKL) termasuk dalam kategori usaha Mikro, dan juga sebagai bagian
integral dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat. Penataan pedagang kaki lima
diatu dalam Permendagri No. 41 tahun 2012 juncto Perda Kabupaten Batang No. 6 tahun
2014, upaya penataan PKL dilakukan dengan berbagai cara antara lain : pendataan PKL ;
pendaftaran PKL; penetapan lokasi PKL ; pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL;
dan peremajaan lokasi PKL, untuk Penataan PKL upaya yang sudah dilakukan adalah
Pendataan dan Penegakan aturan sedangkan upaya yang lainnya masih ada yang dalam proses
pelaksanaan seperti pendaftaran upaya yang lainnya belum dilaksanakan. Pemberdayaan bagi
PKL dalam pelaksanaannya belum optimal upaya yang sudah dilaksanakan adalah
peningkatan sarana dan prasarana yaitu dengan membangu shelter bagi PKL baik di alun-alun
Batang maupun membangun kawasan Pujasera di Sebelah Selatan RSUD Kalisari. Kebijakan
yang dilakukan oleh Pemerintah daerah bagi PKL belum sepenuhnya dirasakan oleh PKL
karena beberapa upaya yang diamanatkan dalam Perda No. 6 tahun 2014 belum dilaksanakan
karena berbagai kendala, oleh karena itu perlu ada terobosan program dalam upaya penataan
dan pemberdayaan PKL sehingga kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemda memberikan
dampak yang positif bagi PKL.

Kata Kunci : PKL, Penataan dan Pemberdayaan, Peningkatan Manfaat

I. LATAR BELAKANG MASALAH Pemerintah Kabupaten Batang


Pedagang Kaki Lima (biasa telah melakukan upaya untuk penataan
disingkat PKL atau PK-5) para pedagang kaki lima dengan
keberadaannya selalu menimbulkan menempatkan sebagian pedagang kaki
pro dan kontra disatu sisi keberadaan lima di alun-alun, tetapi banyak juga
pedagang kaki lima membantu pedagang kaki lima yang masih
masyarakat karena dengan adanya menempati ruang-ruang kawasan yang
pedang kakli lima masyarakat mudah sebenarnya tidak boleh untuk
untuk mendapatkan apa yang berdagang.Satpol PP dihadapkan pada
diinginkan tetapi disisi yang lain dilema, apabila ketentuan Peraturan
keberadaan kaki lima dianggap Daerah harus ditegakkan disatu sisi
menimbulkan masalah karena keberadaan mereka melanggar
pedagang kaki lima di Peraturan daerah dan harus ditertibkan
identikankemacetan, kotor, kumuh dan disisi lain kalau tidak dirazia maka
merusak keindahan kawasan karena akan menjadi justifikasi bagi pedagang
ketidak tertiban mereka dalam kaki lima bahwa berdagang ditempat
berdagang. sekarang tidak apa-apa karena tidak
RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 33
ada yang melarang, bahkan terkadang bisa berjalan secara baik dan
kalau mereka dilarang berdagang berkelanjutan, payung hukum yaitu
ditempat yang terlarang maka Peraturan Daerah Kabupaten Batang
dianggap Pemerintah daerah melarang Nomor : 6 Tahun 2014 tentang
masyarakatnya yang akan mencari penataan dan pemberdayaan pedagang
nafkah untuk menghidupi kaki lima dimaa Perda tersebut
keluarganya, hal tersebutlah yang mengantikan Peraturan Daerah
terkadang menimbulkan pertentangan Kabupaten Batang Nomor 5 Tahun
oleh karena itu agar tidak berlarut- 1992 tentang Pengaturan Pedagang
larut maka perlu dicarikan solusi yang Kaki Lima.
membawa keberuntungan bagi semua
pihak yaitu Pemerintah daerah dan II. PERUMUSAN MASALAH.
Pedagang kaki lima. Berpijak dari uraian diatas, maka
Pedagang Kaki lima seharusnya peneliti melakukan perumusan
melaksanakan hak dan kewajibannya masalah sebagai berikut
secara seimbang agar tercipta a. Bagaimana pengaturan dan
keindahan dan menciptakan suasana penataan pedagang kaki lima (PK-
kawasan yang nyaman bagi semua 5) selaras dengan pengaturan tata
pihak. Keberadaan Pedagang kaki ruang wilayah Kabupaten Batang ?
lima sangat memberikan manfaat, b. Bagaimana Upaya pemberdayaan
karena dengan adanya pedagang kaki Pedagang kaki Lima sebagai Usaha
lima yang terus menerus menjalankan Kecil dalam (PK-5) dalam
aktifitasnya maka kegiatan pedaganag mengembangkan usahanya ?
kaki lima menunjukan bergeliatnya c. Apakah kebijakan yang selama ini
kegiatan ekonomi rakyat. Pedagang diterapkan pada pedagang kaki lima
kaki lima mempunyai kedudukan, sudah memberikan manfaat bagi
potensi dan peran yang strategis untuk pedagang kaki lima (PK-5) ?
mewujudkan struktur perekonomian
nasional yang makin seimbang III. METODE PENELITIAN
berdasarkan demokrasi ekonomi Pendekatan yang digunakan
(Marzuki Isman dan Harry Seldadyo dalam penelitian ini adalah pendekatan
:1998 ; 58) Sehubungan dengan hal sosio legal research. Menurut
tersebut pedagang kaki lima sebagai Sunaryati Hartono untuk penelitian
usaha mikro yang mengerakkan dalam rangka penulisan tesis
potensi ekonomi rakyat perlu lebih pengunaan metode sosio legal
diberdayakan dalam memanfaatkan research disamping metode penelitian
peluang usaha dan menjawab normatif akan memberi bobot lebih
tantangan perkembangan ekonomi pada penelitian yang
dimasa yang akan datang. bersangkutan.(sunaryati Hartono
Dalam upaya untuk melakukan :1994:142)
penataan dan pemberdayaan Pedagang Penelitian ini merupakan
kaki lima, Pemerintah Kabupaten penelitian Deskriptif dan preskriftif.
Batang telah membuat payung hukum Penelitian Deskriftif dimaksudkan
agar kegiatan penataan dan untuk memberikan gambaran
pemberdayaan pedagang kaki lima mengenai penataan dan pemberdayaan
RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 34
pedagang kaki lima di Kabupaten dari toko lebarnya harus sekitar
Batang, dengan melihat pada masalah- lima kaki dan diwajibkan
masalah yang ada pada masa sekarang dijadikan suatu jalur dimana
(aktual). Selain itu dalam penelitian pejalan kaki dapat melintas.
preskriftif analisisnya mengarah pada Namun ruang selebar kira-kira
prediksi masa yang akan datang guna lima kaki itu tidak lagi berfungsi
menemukan kebijakan yang tepat sebagai jalur lintas bagi pejalan
penataan pedagang kaki lima kaki, melainkan telah berubah
pemberdayaan usaha kecil dan tata fungsi menjadi area tempat
ruang wilayah Kabupaten Batang. jualan barang-barang pedagang
kecil, maka dari situlah istilah
IV. HASIL PENELITIAN DAN pedagang kaki lima
PEMBAHASAN dimasyarakatkan.
A. Pengertian Pedagang kaki Lima Pedagang Kaki Lima
Pedagang Kaki Lima biasa menurut Kamus Bahasa Indonesia
disngkat PKL atau PK-5 adalah Kontemporer (1991), adalah
seseorang atau kelompok orang pedagang yang menjual barang
yang menjalankan usahanya dagangannya di pinggir jalan atau
dengan memanfaatkan fasilitas di dalam usahanya menggunakan
umum baaik yang diperuntukan sarana dan perlengkapan yang
untuk berdagang maupun yang mudah dibongkar pasang atau
nyata-nyata dilarang untuk dipindahkan serta
berdagang, berbagai pengertian memempergunakan bagian jalan
tentang PKL banyak atau trotoar, tempat-tempat yang
dikemukakan oleh para ahli tidak diperuntukkan bagi tempat
maupun pengertian secara untuk berusaha atau tempat lain
limitative sebagaimana diatur yang bukan miliknya.
dalam peraturan perundang- Manning dan Tadjudin Noer
undangan. Beberapa pengertian Effendi (1985) menyebutkan
tersebut antara lain : menurut bahwa pedagang kaki lima adalah
Kamus Umum Bahasa Indonesia salah satu pekerjaan yang paling
susunan W.J.S Poerwadarminta, nyata dan penting dikebanyakan
istilah kaki lima adalah lantai kota di Afrika, Asia, Timur
yang diberi atap Tengah dan Amerika
sebagai penghubung rumah Latin.Menurut McGee dan Yeung
dengan rumah, arti yang kedua (1977:25), PKL mempunyai
adalah lantai (tangga) dimuka pengertian yang sama dengan
pintu atau di tepi jalan. (W.J.S ”hawkers”, yang didefinisikan
Poerwadarminta,1999) Arti yang sebagai orang-orang yang
kedua ini lebih cenderung menjajakan barang dan jasa untuk
diperuntukkan bagi bagian depan dijual di tempat yang merupakan
bangunan rumah toko, dimana di ruang untuk kepentingan umum,
jaman silam telah terjadi terutama di pinggir jalan dan
kesepakatan antar perencana kota trotoar.
bahwa bagian depan (serambi)
RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 35
Pasal 1 angka 1 Permendagri berbicara dari sudut pandang
Nomor 41 tahun 2012 sosial, maka bisa dipastikan akan
menyebutkan Pedagang Kaki memunculkan dilematika sebuah
Lima yang selanjutnya disingkat pengambilan kebijakan publik,
PKL adalah pelaku usaha yang bahkan mampu mengundang
melakukan usaha perdagangan reaksi dari berbagai pihak yang
dengan menggunakan sarana memiliki kepentingan terhadap
usaha bergerak maupun tidak keberadaan pedagang kaki lima.
bergerak ,menggunakan prasarana Upaya untuk melakukana
kota, fasilitas sosial, fasilitas penataan terhadap Pedagang Kaki
umum, lahan dan bangunan milik Lima terus dilakukan oleh
pemerintah dan/atau swasta yang pemerintah Kabupaten Batang
bersifat sementara/tidak menetap melalui dinas-dinas terkait dengan
Pasal 1 angka 6 perda No. 6 mendasarkan pada Permendagri
tahun 2014 Pedagang Kaki Lima nomor 41 tahun 2012 juncto
yang selanjutnya disingkat PKL, Perda Kabupaten Batang nomor 6
adalah pelaku usaha yang tahun 2014. bahwa Bupati
melakukan usaha perdagangan melakukan penataan PKL dengan
dengan menggunakan sarana cara:
usaha bergerak maupun tidak a. pendataan PKL;
bergerak, menggunakan prasarana b. pendaftaran PKL;
kota, fasilitas sosial, fasilitas c. penetapan lokasi PKL;
umum, lahan dan bangunan milik d. pemindahan PKL dan
pemerintah dan/atau swasta yang penghapusan lokasi PKL; dan
bersifat sementara/tidak menetap. e. peremajaan lokasi PKL.

B. Penataan Pedagang Kaki Lima a. Pendataan Pedagang Kaki


(PKL) Selaras dengan Tata Lima (PKL);
Ruang Wilayah Kabupaten Pemerintah Kabupaten
Batang Batang melalui instansi
Penataan pedagang kaki terkait dalam hal ini Dinas
lima bukanlah pekerjaan yang Perindustrian dan
mudah, karena menyangkut Perdagangan sedang
kehidupan orang banyak yang melakukan upaya pendataan
bisa dikatakan cerminan PKL, hal ini dikarenakan
kehidupan “wong cilik”, sehingga data-data PKL yang valid
penanganannya memerlukan untuk seluruh PKL sampai
kebijakan dan strategi yang sekarang yang ada di
komprehensif dan penuh dengan kabupaten Batang belum ada.
kearifan dan kemanusiaan. Dari Menurut ibu Dwi Wuriyanti
sudut pandang ekonomi, Dinas Perindustrian dan
keberadaan pedagang kaki lima perdagangan sekarang sedang
akan sangat mendukung iklim menyiapkan Aplikasi
kondusif perekonomian pada database mengenai Pedagang
suatu daerah, namun jika kita kaki lima. Aplikasi tersebut
RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 36
digunakan untuk mendata Dinas/instansi terkait.
semua pedagang kaki lima Menurut Rustam salah satu
yang ada diseluruh wilayah PKL yang berjualan di shelter
kabupaten batang, dengan alun-alun tidak mengetahui
adanya aplikasi pedagang adanya TDU yang merupakan
kaki lima diharapkan jumlah kewajiban PKL karena
pedagang kaki lima yang ada selama ini tidak pernah ada
dikabupaten batang bisa informasi atau sosialisasi
terdata dengan baik, sehingga yang dilakukan oleh
apabila pemerintah kabupaten Dinas/instansi terkait
batang akan melakukan berkenaan dengan TDU
penataanb ataupun tersebut. Pendapat yang sama
memberdayakan para dikemukakan oleh Yuli, PKL
pedagang kaki lima bisa tepat yang ada di Jalan Veteran
sasaran dan hal tersebut juga menurutnya selama menjadi
bisa mempermudah dinas PKL belum pernah ada
atau instansi terkait apabila informasi maupun sosialisasi
akan melakukan program- tentang kewajiban memiliki
progran yang berkenaan TDU bagi PKL. PKL hampir
dengan pedagang kaki lima. semuanya tidak mengenal
TDU atau tidak mengerti
b. Pendaftaran Pedagang Kaki bahwa sebelum berjualan
Lima (PKL) sebagai PKL harus meminta
Perda nomor 6 tahun ijin terlebih dahulu, yang
2014, dalam Pasal 7 mengatur diketahui PKL adalah kalau
bahwa Setiap orang yang berjualan sebagai PKL
akan melaksanakan kegiatan kemudian tidak larang oleh
PKL pada lokasi yang telah Satpol PP maka usahanya
ditentukan wajib terlebih dianggap diperbolehkan dan
dahulu memiliki Tanda hal tersebut sudah berjalan
Daftar Usaha (TDU) PKL selama bertahun-tahun dan
yang diterbitkan oleh sampai sekarang masih tetap
Bupati atau pejabat yang saja menjalankan aktifitas
ditunjuk, TDU yang sudah sebagai PKL
diterbitkan untuk PKL tidak Kenyataan dilapangan
dapat dipindahtangankan berbanding terbalik dengan
atau diperjualbelikan. ketentuan yang seharusnya
Berdasarkan penelitian dilaksanakan hal tersebut
dilapangan, peneliti diakui oleh ibu Dwi
mendapatkan data yang Wuriyanti, bahwa
sangat bertentangan dengan kebanyakan PKL tidak
apa yang seharusnya memiliki TDU serta tidak
dilakukan baik itu oleh PKL mau mengurus TDU padahal
sendiri maupun kewajiban itu merupakan kewajiban
yang harus dilakukan oleh PKL, berkaitan dengan
RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 37
penerbitan TDU, Ibu Dwi penegakan aturan bagi para
mengemukakan bahwa hal itu PKL yang tidak menempati
merupakan kewenangan lokasi sebagaimana yang
Dinas lain yaitu BPMPT. telah ditentukan.
Dengan banyaknya pedagang Dalam Permendagri
yang tidak memiliki TDU No. 41 Tahun 2012
maka perlu dilakukan disebutkan bahwa
sosialisasi pendaftaran danb\ Bupati/Walikota menetapkan
kegunaan TDU bagi PKL. lokasi atau kawasan sesuai
TDU juga bisa digunakan peruntukannya bagi PKL,
oleh dinas terkait sebagai data dalam Perda No. 6 Tahun
base PKL yang ada di 2014 Pasal 6 ayat (1)
Kabupaten Batang sehingga disebutkan Setiap orang
akan sangat bermanfaat bagi dilarang melaksanakan
pengambilan kebijakan kegiatan PKL di ruang
mengenai PKL saat sekarang milik publik kecuali pada
dan dimasa yang akan datang. lokasi yang ditetapkan oleh
Bupati, kemudian ayat (4)
c. Penetapan LokasiPedagang Ketentuan mengenai lokasi,
Kaki Lima (PKL) waktu, ukuran dan bentuk
PKL dikabupaten sarana PKL, diatur lebih
batang menempati lokasi lanjut dengan Peraturan
untuk berjualan sesuai dengan Bupati, tetapi sampai
keinginannya, dimana dia sekarang Peraturan Bupati
berniat untuk berjualan maka yang mengatur mengenai
disitulah PKL akan memulai penetapan Lokasi bagi PKL
berdagang terlepas apakah belum ada.
lokasi berjualan tersebut Penetapan lokasi PKL
merupakan tempat yang di Kabupaten Batang juga
diperbolehkan untuk tidak diatur secara limitatif
berjualan ataukah lokasi yang dalam Perda nomor 7 tahun
terlarang bagi PKL, hal 2011 tentang Rencana Tata
tersebut dikarenakan di Ruang Wilayah, berkenaan
Kabupaten Batang sampai dengan tidak adanya
saat ini belum ada Payung pengaturan PKL dalam
hukum yang mengatur RTRW Kabupaten Batang
mengenai lokasi-lokasi yang diakui oleh Adi Prananto dari
boleh dan yang tidak boleh bagian Tata Ruang Dinas
untuk ditempati oleh PKL, bahwa Kabupaten Batang
keberadaan payung hukum tidak memiliki zonasi
tersebut sebenarnya sangat mengenai PKL, dan sekarang
penting karena dengan masih diupayakan untuk
adanya zona lokasi akan memasukan PKL dalam
mempermudah melakukan Rencana Tata Ruang Wilayah
penataan dan juga melakukan Kabupaten Batang dimana
RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 38
Perda mengenai RTRW memberikan Dispensasi
sedang dalam rencana kepada PKL untuk
perubahan. melakukan kegiatannya
Belum adanya payung tanpa ada batasan dalam
hukum mengenai penetapan waktu-waktu tertentu.
lokasi PKL secara yuridis Untuk Dispensasi diberikan
dalam bentuk Peraturan bagi para PKL yang akan
Bupati sebagaimana memanfaatkan kawasan
diamanatkan Perda No. 6 alun-alun batang sebagai
Tahun 2014 maupun tempat mengelar
Permendagri No. 41 Tahun dagangannya yaitu Setiap
2012, maka Pemda Batang hari minggu pada saat
belum melaksanakan amanat dilakukannya car free day
Permendagri No. 41 Tahun maupun pada kegiatan
2012 juncto Perda No. 6 budaya bulanan yaitu setiam
Tahun 2014. Malam Jumat Kliwon, pada
hari-hari tersebut seluruh
d. Penertiban PKL dibebaskan untuk
terhadapPedagang Kaki memanfaatkan kawasan
Lima (PKL) alun-alun batang, tetapi
Dalam melakukan pemanfaatan tersebut tetap
upaya penertiban petugas diberikan batas waktu,
Satpol PP melakukan untuk car free day dimulai
upaya-upaya penertiban sejak jam 5.30 WIB sampai
pedagang kaki lima dengan jam 10.00WIB, selanjutnya
sikap persuasif, dalam untuk Malam Jumat Kliwon
koridor kekeluargaan dan dimulai jam 16.00 – 24.00
suasana damai, serta WIB, setelah waktu tersebut
menjauhkan diri dari aroma dilalui maka dispensasi
permusuhan. Petugas dicabut dan kembali pada
meminta parea PKL aturan semula.
mematuhi aturan dalam
melakukan usahanya, tetapi C. Pemberdayaan Pedagang Kaki
apabila upaya persuasif Lima (PKL) Sebagai Usaha
tidak diindahkan oleh para Mikro dalam Mengembangkan
PKL maka petugas Satpol Usahanya.
PP akan melakukan upaya Perda Nomor 6 tahun 2014
paksa dengan memindahkan tentang Penataan dan
dagangan ketempat yang Pemberdayaan PKL di Kabupaten
seharusnya bagi para PKL Batang juga sudah mengariskan
Berkaitan dengan arah dari pemberdayaan terhadap
penertiban para PKL yang PKL, pemberdayaan PKL
melakukan pelanggaran diupayakan melalu beberapa cara
Lokasi, Pemerintah antara lain:
kabupaten batang
RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 39
a. bimbingan dan penyuluhan dalam pengembangan usahanya,
manajemen usaha; maupun menjadi penghubung
b. fasilitasi kemitraan antara antara usaha besar dan para PKL
PKL dengan pelaku usaha mengingat di kabupaten Batang
sektor formal dan/atau banyak Perusahaan yang mampu
masyarakat; untuk memberi bantuan modal
c. fasilitasi peningkatan bagi PKL, selain itu para PKL
permodalan PKL; juga berharap ada sosialisasi
d. peningkatan sarana dan mengenai peningkatan
prasarana PKL. pengelolaan usaha maupun
Dari beberapa upaya kebersihan lingkungan dan
pemberdayaan terhadap PKL kebersihan produk yang
yang sudah ditentukam dalam diperdagangkannya sehingga bisa
Perda, Dinas terkait sebagai menumbuhkembangkan
leading sektor pelaksana tugas kepercayaan masyarakat akan
baru bisa melaksanakan upaya produk yang dijajakannya.
berupa peningkatan sarana dan
prasarana itupun baru terbatas D. Manfaat Kebijakan Pemerintah
pada pengadaaan shelter PKL Kabupaten Batang Bagi
yang ada di alun-alun Batang Pedagang Kaki Lima ( PKL )
serta yang sekarang masih dalam Kebijakan mengenai PKL di
tahap pembangunan yaitu Kabupaten Batang belum
kawasan Pujasera Kalisari. sepenuhnya dirasakan manfaatnya
Upaya pemberdayaan yang oleh para PKL, hal tersebut tidak
lainnya belum dilaksanakan oleh terlepas dari beberapa kendala
Pemerintah Daerah, belum dalam upaya untuk menata dan
terlaksanannya upaya memberdayakan para PKL agar
pemberdayaan bagi PKL menjadi pelaku ekonomi yang
dikabupaten Batang diakui oleh mandiri dan tangguh sehingga
Kabid Perdagangan pada Dinas bisa memberikan kesejahteraan
Perindagkop Kabupaten, hal yang bagi para PKL. Penataan dan
sama ketika masalah Pemberdayaan Pedagang Kaki
pemberdayaan bagi PKL Lima bukanlah hal yang mudah
ditanyakan kepada PKL alun- karena dalam melakukan upaya
alun, PKL jalan Veteran, PKL tersebut beberapa permasalahan
jalan A Yani maupun PKL yang mengiringi kegiatan tersebut
ada di sebelah selatan RSUD permasalahan tentang pedagang
Batang kesemuanya memberikan kaki lima tidak hanya berkutat
jawaban yang pada intinya sama seputar penertiban dan penataan
yaitu bahwa Pemerintah semata, tetapi sebenarnya lebih
Kabupaten Batang belum mengarah kepada kebijakan
melakukan upaya pemberdayaan pemerintah daerah setempat
bagi para PKL, harapan para PKL dalam mengalokasikan daerah,
Pemda Batang bisa wilayah maupun seluruh ruang
mengupayakan bantuan modal
RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 40
yang ada untuk kepentingan mewujudkan tata ruang
kesejahteraan masyarakat. yang baik.
Kebijakan pengadaan d. Belum optimalnya
shelter juga memberikan manfaat paguyuban atau organisasi
dari sisi penyediaan sarana tetapi pedagang kaki lima (PK-5)
dari sisi prasarana belum ada sebagai mitra Pemerintah
kebijakan yang memberikan Daerah.
mafaat bagi para PKL karena 2. Kendala Internal
semua prasarana diusahakan a. Minimnya aparat /
sendiri oleh para PKL sehingga petugas yang berwenang
tidak ada keseragaman yang dapat / bertanggung jawab
memperindah wajah kota maupun melakukan penataan dan
kawasan alun-alun, kesan kumuh penertiban PKL yang
belum bisa dihilangkan karena menempati tempat-
perilaku PKl yang menaruh tempat yang tidak
prasarana berdagang secara tidak diperbolehkan untuk
rapi. berusaha bagi PKL.
Dari beberapa hal diatas b. Kurangnya intensitas
sebenarnya terdapat beberapa monitoring terhadap
kendala yang bisa terjadi perkembangan pedagang
berkaitan dengan penataan dan kaki lima (PKL).
pemberdayaan bagi pedagang c. Belum tersedianya
kaki lima baik itu kendala anggaran yang cukup
Eksternal maupun kendala untuk melakukan
Internal, Kendala-kendala penataan dan
tersebut, adalah : pemberdayaan bagi PKL.
1. Kendala Eksternal
a. Belum adanya kesadaran V. PENUTUP
pedagang kaki lima untuk A. Simpulan
melakuklan pendaftarakan Upaya Penataan Pedagang
guna memiliki TDU Kaki Lima agar selaras dengan
sebagai identitas bagi Tata Ruang wilayah Kabupaten
PKL. Batang berdasarkan pada
b. Kurangnya kesadaran Permendagri Nomor 41 Tahun
pedagang kaki lima akan 2012 juncto Perda nomor 6 tahun
arti penting kenyamanan, 2014 belum dilaksanakan secara
ketertiban dan keindahan optimal oleh Pemerintah Daerah,
lingkungan. hal tersebut karena tidak adanya
c. Rendahnya peran serta data yang valid mengenai jumlah
para PKL dalam PKL upaya yang telah dilakukan
mewujudkan program- adalah membuat Aplikasi
program Pemerintah database pendataan bagi PKL
Daerah untuk penatan untuk mengetahui jumlah PKL
estetika kota untuk yang valid di Kabupaten Batang.
Upaya Pemberdayaan PKL belum
RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 41
dilaksanakan secara optimal, yang 4. Bagi para PKL untuk segera
dilakukan baru terbatas pada melakukan pengurusan Tanda
pengadaaan shelter PKL yang ada Daftar Usaha (TDU) untuk
di alun-alun Batang dan Shelter legalitas usahanya maupun
Pujasera Kalisari sedangkan keberadaannya sebagai PKL di
upaya pemberdayaan yang Kabupaten Batang.
lainnya belum dilaksanakan.
Kebijakan yang sudah dilakukan DAFTAR PUSTAKA
oleh Pemerintah Daerah mengenai
PKL: belum sepenuhnya Aca Sugandhi, 1999, Pengelolaan ruang
dalam Pengelolaan Lingkungan
dirasakan manfaatnya oleh para
Hidup, Gramedia, Jakarta.
PKL, hal tersebut tidak terlepas
dari beberapa kendala baik Ahmed Riahi Balkaoui, 2000, Teori
Eksternal maupun Internal oleh Akuntansi, Edisi Pertama, Penerbit
karena itu perlu adanya program- Salemba Empat, Jakarta.
program terobosan dalam upaya
melakukan penataan dan C.F.G. Sunaryati Hartono, 1994,
Penelitian Hukum di Indonesia Pada
pemberdayaan PKL agar
Akhir Abad ke-20, Alumni, Bandung
memberikan dampak positif
dalam pengembangan usaha dan Chris Manning danTadjuddin Noer
memberikan kemanfaatan bagi Effendi, 1996. Urbanisasi,
PKL. Pengangguran, dan Sektor Informal
Di Kota. Jakarta: Yayasan Obor
B. Saran Indonesia
1. Pemerintah Daerah segera
Ina Primiana, 2009, Menggerakkan Sektor
melakukan pendataan, karena Riil UKM & Industri, Penerbit
data yang ada sangat penting Alfabeta, Bandung
bagi upaya penataan maupun
pemberdayaan PKL dan Kartono, dkk. 1980. Pedagang Kaki Lima.
melakukan sosialisasi Bandung: Universitas Katholik
Parahiyangan
mengenai Tanda Daftar Usaha
(TDU) bagi PKL. Kabupaten Batang Dalam Data Tahun
2. Pemerintah Daerah segera 2013, Kerjasama Bappeda
menerbitkan Peraturan Bupati Kabupaten Batang dan Badan Pusat
yang mengatur mengenai Zona Statistik Kabupaten Batang
Lokasi yang boleh dan tidak
boleh dimanfaatkan oleh PKL Lexy J. Moleong, 1995, .Metodologi
Penelitian Kulitatif, Remaja Rosda
3. Pemerintah Daerah bisa
karya, Bandung, 1995.
menjembatani para PKL agar
bisa mendapatkan bantuan Marzuki Isman dan Harry Seldadyo:1998:
permodalan yang berasal dari Kiat Sukses Pengusaha Kecil ,
program CSR perusahaan- Penerbit Jurnal Keuangan dan
perusahaan yang ada di Moneter, Jakarta.
Kabupaten Batang.

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 42


M. Tohar, 2001, Membuka Usaha Kecil, Pendidikan dan Kebudayaan, Balai
Penerbit Kanisius, Yogyakarta Pustaka, Jakarta

M. Kwartono Adi, 2007, Analisis Usaha Zulkarnain, 2006, Kewirausahaan Strategi


Kecil Dan Menengah, Penerbit CV. Pemberdayaan Usaha Kecil
Andi Offset, Yogyakarta Menengah Dan Penduduk Miskin,
Penerbit Adi Cipta Karya Nusa,
McGee, T.G. & Yeung, Y.M. 1977. Yogyakarta
Hawkers in Southeast Asian Cities:
planning for the Bazaar Economy. Peraturan Perundang-Undangan
Ottawa: International Development
Research Centre. Undang-undang No. 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro,
Ronny Hanitijo, 1993, KecildanMenengah
MetodologiPenelitian Hukum,
Djambatan, Jakarta. Undang-undang No. 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang.
Suparmoko, 1999,Metode Penelitian
Praktis, BPFE, Yogyakarta. Peraturan Presiden No. 125 Tahun
2012Tentang Koordinasi penataan
Sutrisno Hadi, 2000,Metodologi Research, dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Jilid I, Andi Offset, Yogyakarta. LIma.

S. Nasution, 1996, Metode Penelitian Permendagri Nomor 41 Tahun 2012


Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Tentang Pedoman Penataan dan
Bandung. Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

Sadono Sukirno, 2004, Makroekonomi Peraturan Daerah Kabupaten Batang No. 6


Teori Pengantar, Rajawali Press, Tahun 2014 Tentang Penataan dan
Jakarta Pemberdayaan Pedagang kaki Lima.

Sethuraman, S. V., 1991. Sektor Informal Peraturan Daerah Kabupaten Batang No. 7
di Negara Sedang Berkembang. Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Urbanisasi, Pengangguran, dan Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Sektor Informal di Kota. Jakarta : tahun 2011-2031
Yayasan Obor Indonesia.
Website :
Soetjipto Wirosardjono , 1985, http://batangkab.go.id diakses tanggal 30
Pengembangan swadaya Nasional : Nopember 2015 jam 21.00
Tinjauan kearah persepsi yang utuh,
PL3ES, Jakarta http://jurnal.yudharta.ac.id , diakses
tanggal 25 November 2015 jam
Susana Suprapti. 2005.Ekonomi dan 15.00
Bisnis. Opini. Vol. VII No. 2
Jurnal mimbar hukum Volume 22, Nomor
Simanjuntak P, 1989. Pengantar Ekonomi 3, Oktober 2010, diakses tanggal 25
Sumberdaya Manusia, LPFE, UI November 2015 jam 15.00
Jakarta. http://portalgaruda.org , diakses tanggal
25 November 2015 jam 15.00
W.J.S Poerwadarminta,1999, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Departemen

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 43


P2KP, “Mengenal Kelompok Usaha
Mikro,” http://www.p2kp.org,
diakses tanggal 20 November 2015,
jam 20.00

http ;//id.wikipedia.com, diakses 30


November 2015

RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Page 44

Anda mungkin juga menyukai