Anda di halaman 1dari 4

PEDAGANG KAKI LIMA

A. Pengertian Pedagang Kaki Lima (PKL)


Pedagang Kaki Lima atau yang bisa disingkat dengan kata PKL adalah istilah
untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering
ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kakai tersebut
adalah dua kaki pedagang ditambah tiga “kaki” gerobak yang sebenarnya adalah tiga
roda atau dua roda dan satu kaki.
Dahulu namanya adalah pedagang emperan jalan, sekarang menjadi pedagang
kaki lima, namun kali ini istilah PKL memiliki arti yang lebih luas, pedagang kaki lima
digunakan pula untuk menyebut pedagang dijalanan pada umumnya. Istilah kaki lima
adalah lantai yang diberi atap sebagai penghubung rumah dengan rumah.

B. Sejarah Pedagang Kaki Lima (PKL)


Pedagang kaki lima atau yang sering disebut PKL merupakan sebuah komunitas
yang kebanyakan berjualan berjualan dengan memanfaatkan area pinggir raya untuk
mengais rezeki dengan menggelar dagangannya atau gerobaknya di pinggir-pinggir
perlintasan jalan raya.
Melihat sejarah dari permulaan adanya PKL atau pedagang kaki lima sudah ada
sejak masa penjajahan Kolonoal Belanda. Adapun yang menyebutkan bahwa kata
“kaki lima” berasal dari masa penjajahan Belanda. Saat itu Kolonial menetapkan
bahwa setiap ruas jalan raya harus menyediakan sarana untuk pejalan kaki selebar
lima kaki, atau sekitar satu setengah untuk kaum pesestrian.
Setelah Indonesia merdeka, ruas jalan banyak dimanfaatkan para pedagang un-
tuk berjualan, sehingga masyarakat mengenalnya dengan nama pedagang emperan,
namun menurut sejarahnya lebih tepat disebut pedagang kaki lima.

C. Dampak yang Ditimbulkan dengan Adanya PKL


Adanya pedagang kaki lima menimbulkan banyak dampak, baik itu dampak positif
maupun dampak negatif.

1. Dampak positif
Dilihat dari sisi positifnya sektor informal Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan
penyelamat yang menanpung kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung da-
lam sektor formal, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.
Kehadiran PKL diruang kota juga dapat meningkatkan vitalitas bagi kawasan
yang ditempatinya serta berperan sebagai penghubung kegiatan antara fungsi pe-
layanan kota yang satu dengan yang lainnya.
PKL juga memberikan pelayanan kepada masyarakat yang beraktivitas disekitar
lokasi PKL, sehingga mereka mendapat pelayanan yang mudah dan cepat untuk
mendapatkan barang yang mereka butuhkan.
Pada umumnya barang-barang yang dijual oleh para pedagang kaki lima mem-
iliki harga yang relative terjangkau oleh pembelinya, dimana pembeli utamanya
adalah masyarakat menengah kebawah yang memiliki daya beli yang rendah.
Keberadaan pedagang kaki lima bisa menjadi potensi pariwisata yang cukup men-
PEDAGANG KAKI LIMA
A. Pengertian Pedagang Kaki Lima (PKL)
Pedagang Kaki Lima atau yang bisa disingkat dengan kata PKL adalah istilah
untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering
ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kakai tersebut
adalah dua kaki pedagang ditambah tiga “kaki” gerobak yang sebenarnya adalah tiga
roda atau dua roda dan satu kaki.
Dahulu namanya adalah pedagang emperan jalan, sekarang menjadi pedagang
kaki lima, namun kali ini istilah PKL memiliki arti yang lebih luas, pedagang kaki lima
digunakan pula untuk menyebut pedagang dijalanan pada umumnya. Istilah kaki lima
adalah lantai yang diberi atap sebagai penghubung rumah dengan rumah.

B. Sejarah Pedagang Kaki Lima (PKL)


Pedagang kaki lima atau yang sering disebut PKL merupakan sebuah komunitas
yang kebanyakan berjualan berjualan dengan memanfaatkan area pinggir raya untuk
mengais rezeki dengan menggelar dagangannya atau gerobaknya di pinggir-pinggir
perlintasan jalan raya.
Melihat sejarah dari permulaan adanya PKL atau pedagang kaki lima sudah ada
sejak masa penjajahan Kolonoal Belanda. Adapun yang menyebutkan bahwa kata
“kaki lima” berasal dari masa penjajahan Belanda. Saat itu Kolonial menetapkan
bahwa setiap ruas jalan raya harus menyediakan sarana untuk pejalan kaki selebar
lima kaki, atau sekitar satu setengah untuk kaum pesestrian.
Setelah Indonesia merdeka, ruas jalan banyak dimanfaatkan para pedagang un-
tuk berjualan, sehingga masyarakat mengenalnya dengan nama pedagang emperan,
namun menurut sejarahnya lebih tepat disebut pedagang kaki lima.

C. Dampak yang Ditimbulkan dengan Adanya PKL


Adanya pedagang kaki lima menimbulkan banyak dampak, baik itu dampak positif
maupun dampak negatif.

1. Dampak positif
Dilihat dari sisi positifnya sektor informal Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan
penyelamat yang menanpung kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung da-
lam sektor formal, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.
Kehadiran PKL diruang kota juga dapat meningkatkan vitalitas bagi kawasan
yang ditempatinya serta berperan sebagai penghubung kegiatan antara fungsi pe-
layanan kota yang satu dengan yang lainnya.
PKL juga memberikan pelayanan kepada masyarakat yang beraktivitas disekitar
lokasi PKL, sehingga mereka mendapat pelayanan yang mudah dan cepat untuk
mendapatkan barang yang mereka butuhkan.
Pada umumnya barang-barang yang dijual oleh para pedagang kaki lima mem-
iliki harga yang relative terjangkau oleh pembelinya, dimana pembeli utamanya
adalah masyarakat menengah kebawah yang memiliki daya beli yang rendah.
Keberadaan pedagang kaki lima bisa menjadi potensi pariwisata yang cukup men-
janjikan, sehingga keberadan pedagang kaki lima banyak menjamur di sudut-
sudut kota.
Dampak positif lainnya terlihat pula dari segi sosial dan ekonomi, karena sektor
informal memiliki karakteristik efisien dan ekonomis. Juga dapat menciptakan sur-
plus bagi investasi dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Hal ini dikarenakan usaha-usaha sektor informal bersifat subsisten dan modal
yang digunakan kebanyakan berasal dari usaha sendiri. Modal ini sama sekali tid-
ak menghabiskan sumber daya ekonomi yang besar.

1. Dampak Negatif
Sisi negatif, karakteristik pedagang kaki lima yang menggunakan ruang untuk
kepentingan umum, terutama dipinggir jalan dan trotoar untuk melakukan aktivi-
tasnya yang mengakibatkan tidak berfungsinya sarana-sarana kepentingan umum.
kegiatan PKL diruang perkotaan, menyebabkan pola dan stuktur kota modern dan
tradisional membaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu tampilan yang
kontras. Bangunan modern nan megah berdampingan dengan bangunan seder-
hana bahkan cende-rung kumuh. Perlu adanya upaya yang terpadu dari pihak
terkait untuk menertibkan pedagang kaki lima ini sebagai upaya untuk mengem-
balikan fungsi ruang fublik sesuai peruntukkannya.
Hal tersebut berakibatkan penurunan kualitas ruang kota ditunjukkan oleh se-
makin tidak terkendalinya perkembangan PKL sehingga seolah-olah semua lahan
kosong yang stategis maupun tempat-tempat yang stategis merupakan hak PKL.
PKL mengambil ruang dimana-mana tidak hanya ruang kosong atau terabaikan,
tetapi pada ruang yang jelas peruntukan-nya secara formal.
KESIMPULAN
Pedagang kaki lima termasuk sektor usaha yang belum terwadahi dalam rencana dan
harapan suatu kota, sehingga tidak heran apabila para PKL dikota manapun selalu
menjadi sasaran utama pemerintah kota untuk ditertibkan. Namun sekarang yang ter-
jadi berbagai bentuk kebijakan yang dikeluarkan pemerintah setempat dalam rangka
menertibkan PKL yang telah dilakukan tidak efektif, bukan hanya dalam mengendalikan
PKL tetapi juga dalam meningkatkan kualitas ruang kota.

Penertiban yang dilakukan oleh pemerintah biasanya memindahkan para pedagang


kakai lima ke tempat lain yang menurut pemerintah daerah tersebut layak dan akan
lebih pantas, termasuk tidak akan mengurangi keindahan dan tempat yang di pakai PKL
sbelumnya dapat di peruntukkan dengan baik untuk umum, tetapi biasanya cara itu
menimbulkan kekhawatiran para pedagang kaki lima dalam pendapatan, karena terka-
dang penurunan pendapatan akan terjadi dibandingkan di lokasi awal karena lokasi
sekarang menjauh dari konsumen. Sehingga biasanya kalau pemerintahnya kurang te-
gas dalam hal ini maka para pedagang kaki lima akan kembali berjualan di lokasi awal.

Dengan demikian, dapat dikatakan dengan adanya persoalan PKL menjadi beban be-
rat yang harus ditanggung pemerintah kota dalam penataan kota. Padahal bila ditinjau
lebih jauh PKL mempunyai kekuatan atau potensi yang besar dalam penggerak roda
perekonomian kota sehingga janganlah dipandang sebelah mata bahwa PKL adalah
biang kesemrawutan kota, harus difikirkan bersama bagaimana dengan potensi yang
dimilikinya dapat diberdayakan sebagai suatu elemen pendukung aktivitas perekonomi-
an kota. Sudah seharusnya pemerintah melakukan terobosan baru yang bersifat win-
win solution. Disatu sisi kota bisa terlihat lebih cantik dan di sisi lain PKl bisa mendapat-
kan keuntungan yang lebih besar.

Mudah-mudahan kedepan jika memang pemerintah akan melakukan penertiban PKL


dapat menjadi hasil yang terbaik untuk pemerintah, PKL , dan untuk masyarakat umum.

Anda mungkin juga menyukai