Anda di halaman 1dari 11

Perlindungan Hukum dan Pembinaan

MATRA Pedagang Kaki Lima di Balikpapan


PEMBARUAN
M. Soleh Pulungan *
*
Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Kutai Kartanegara,
www.matrapembaruan.com Kalimantan Timur, Kompleks Kantor Bupati, Gedung Bappeda lt. 4,
Jl. Wolter Monginsidi, Timbau, Tenggarong

Dikirim: 20 Februari 2017; Direvisi: 25 Februari 2017; Disetujui:


e-ISSN: 2549-5283 30 Maret 2017
p-ISSN: 2549-5151
Matra Pembaruan 1 (1) (2017): 11-21

Abstract
The informal sector is very attractive because of their independence
Keywords: PKL, protection, guidance, in creating jobs and providing goods/services cost. Research purposes;
business, regulation. (1) To analyze why the street vendors (PKL) should get legal protection
and guidance of the Government. (2). To analyze how policies Balikpapan
Kata Kunci: PKL, perlindungan, City Government in the handling and coaching (PKL) in Balikpapan?
pembinaan, usaha, regulasi. Methods This study is empirical jurisdiction, in addition to reviewing
the written law, also examines the legal aspects in the field of applied or
implemented. Research result; In the constitutional rights of citizens to
choose an occupation guaranteed by the state in accordance with Article
27 paragraph (2) of the 1945 Constitution states “Every citizen has the
*Korespondensi
right to work and a decent living for humanity. Article 13 of Law Number
Phone : +62 852 502 53454
9 Year 1995 regarding Small Business, stated the Government shall foster
Email : solehpulungan66@gmail.
com a business climate in the aspect of protection, by establishing regulations
and policies. in the Balikpapan City, it is needed to establish regional
regulations governing the Management and Development of street vendors
(PKL).

Intisari
Sektor informal sangat menarik karena kemandiriannya dalam
menciptakan lapangan kerja dan menyediakan barang/jasa murah.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis mengapa para pedagang
kaki lima (PKL) harus mendapat perlindungan hukum dan pembinaan
dari Pemerintah, serta bagaimana kebijakan Pemerintah Kota Balikpapan
dalam menangani dan membina (PKL) di Kota Balikpapan. Metode
penelitian bersifat yuridis empiris, selain mengkaji hukum tertulis, juga
mengkaji hukum dari aspek terapan atau implementasi di lapangan.
Hasil penelitian ini mengemukakan, konstitusi menjamin hak-hak untuk
memilih pekerjaan sesuai UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 yang menyebutkan,
setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan. Pemerintah wajib menumbuhkan iklim usaha dalam
BADAN PENELITIAN DAN aspek perlindungan, dengan menetapkan regulasi dan kebijaksanaan (UU
PENGEMBANGAN (BPP) No 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil, 2015). Karena itu di Balikpapan
KEMENTERIAN DALAM perlu dibentuk peraturan daerah yang mengatur penataan dan pembinaan
NEGERI Pedagang Kaki Lima (PKL).

Jl. Kramat Raya No 132, Senen, Jakarta


Pusat

11
Sementara itu, Wibowo dkk. (2013) yang meneliti
I. Pendahuluan kebijakan penanganan PKL di Bandar Lampung.
Sedangkan Suraji (2011) mengangkat topik yang
Sektor informal sangat menarik karena bisa
berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para
menciptakan lapangan kerja dan menyediakan
peneliti lainnya, yaitu tentang pembinaan PKL dalam
barang/jasa murah. Sector ini juga sebagai
perspektif wawasan Nusantara bagi para pekerja
katup pengaman yang dapat meminimalisasi
sektor informal, sebagai antisipasi terjadinya
pengangguran dan keresahan sosial. Menurut
konflik horizontal karena heterogenitas para PKL.
Rahardjo (2009) salah satu tuntutan fundamental
Lain lagi dengan Pramono (2015) yang meneliti
yang dihadapi masyarakat adalah bertahan
penataan dan pembinaan pedagang kaki lima dilihat
hidup (survive) dalam suatu lingkungan tertentu.
dari perspektif komunikasi pembangunan yang
Artinya, masyarakat mampu menyerap dan
dilakukan oleh Walikota Surakarta.
mempertahankan sumber daya yang ada untuk
Sistem penjajahan telah berdampak pada
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
perekonomian di Indonesia yang memunculkan
Kehadiran pedagang kaki lima (PKL) di kota-kota
sektor informal. Tradisi warga Batavia yang
besar merupakan bagian yang tidak terpisahkan
berbelanja di dekat rumahnya saat itu telah
dari perkembangan kota. PKL di Indonesia pada
membuka peluang usaha baru sejak abad ke-19.
2013 diperkirakan mencapai 22 juta orang. dan
Sektor informal di Indonesia muncul sekira 1724.
jumlah pengusaha mikro di Indonesia mencapai
Saat itu di sepanjang jalan di Batavia terdapat
53,1 juta orang (bisnis.com 5/5/2013). Ini artinya,
penjual-penjual yang berkeliling membawa segala
hampir 50 persen pengusaha mikro di negeri ini
macam barang seperti sayuran, porselen, kain,
merupakan pengusaha yang bergerak di sektor PKL.
barang kerajinan, makanan, bunga, pakaian, dan
Usaha kecil seperti PKL merupakan aset ekonomi
lain-lain. Praktik berjualan seperti itu awalnya
bangsa, yang dapat memberi andil besar lapangan
dilarang oleh VOC, namun akhirnya diperbolehkan
kerja, pengentasan kemiskinan, dan menjadi katup
pada 1973 (Ningrum: 2015).
pengaman ekonomi kerakyatan.
Ditinjau dari aspek pemerataan ekonomi,
Kajian tentang Perlindungan Hukum dan
penyerapan tenaga kerja PKL cukup besar. Menurut
Pembinaan pekerja sektor informal (PKL) di
survei BPS, PKL di DKI Jakarta mampu menyumbang
Balikpapan menarik untuk diangkat. Mengingat
sekira 60 persen atau menyerap sekira 193
keberadaan PKL sebelumnya kurang dilindungi,
ribu tenaga kerja (Koran Tempo, 13/02/2006).
kurang pembinaan, dan dianggap tidak memiliki hak-
Beberapa penelitian juga menyebutkan seperti yang
hak hidup dan berkembang seperti halnya UMKM
dilakukan oleh Firdausy dalam (Alisyahbana: 2003),
yang memiliki izin secara resmi. Potret penertiban
terdapat dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan
atau penggusuran seolah-olah begitu melekat,
dengan maraknya sektor informal PKL antara lain
padahal keberadaan mereka dijamin oleh konstitusi
meningkatnya biaya penyediaan fasilitas umum
negara yang seharusnya bertanggungjawab untuk
perkotaan, mendorong lajunya arus imigrasi dari
memberikan kesejahteraan pada warganya. Potensi
desa ke kota, menjamurnya pemukiman kumuh,
para PKL untuk menjadi usaha mikro kecil cukup
serta meningkatnya kriminalitas. Dampak lain yang
terbuka.
ditimbulkan yakni terganggunya kebersihan dan
Kajian ini ingin melihat kebijakan pemerintah
keindahan kota, kemacetan sarana lalu lintas, dan
Kota Balikpapan dalam penanganan dan pembinaan
semakin terbatasnya ruang terbuka hijau (RTH).
PKL di kota Balikpapan. Hal ini penting karena
Oleh sebab itu, sudah sewajarnya bila
jumlah PKL yang makin menjamur seiring orientasi
permasalahan yang ditimbulkan PKL ditangani
perkembangan Balikpapan menuju kota metropolis
bersama dengan cara melakukan penertiban tanpa
regional diwilayah Indonesia Tengah. Dibanding
“membunuh” sektor informal itu sendiri. PKL
dengan kajian ini, beberapa kajian sebelumnya
sering kali dilihat dari sisi tingkat gangguan yang
memiliki fokus yang berbeda, umumnya para
ditimbulkan karena dipandang menghambat lalu
peneliti cenderung melihat dampak penerapan
lintas, merusak keindahan kota, dan membuat
peraturan perundang-undangan. Kajian yang
lingkungan menjadi kotor. Tetapi pandangan itu
dilakukan Purwanti & Minarti (2010) misalnya
haruslah lebih adil dan objektif, karena PKL juga
meneliti tentang penerapan Perda No 8 Tahun 2006
menjadi sumber keuntungan yang tidak ternilai
di Kabupaten Lumajang. Sari (2014) juga mengkaji
serta menjadi dambaan jutaan tenaga kerja.
secara yuridis tentang penerapan Perda No 7
Masalah PKL juga selalu menjadi hal yang menarik
Tahun 2009 di Kab. Magelang. Selain itu, hampir
untuk diteliti. Pasalnya PKL selalu menjadi polemik
sama dengan tema tersebut, penelitian dilakukan
di berbagai kalangan, baik di masyarakat maupun
oleh Wahyu Ira (n.d.) yang mengkaji tentang
di pemerintah. PKL menjadi pekerjaan rumah
implementasi Perda Kota Samarinda No 19 Tahun
akut di beberapa kota besar di Indonesia, tidak
2001 tentang Pengaturan dan Pembinaan PKL.

Matra Pembaruan 1 (1) (2017): 11-21


12
terkecuali di Kalimantan Timur. Jika melihat dari itu dalam menata dan memberikan perlindungan
sudut pandang objektif, permasalahan PKL saat ini terhadap PKL harus di dasarkan atas aturan-
merupakan tugas berkelanjutan, baik pemerintah aturan hukum yang memberikan perlindungan
pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Namun hukum dan pembinaan terhadap PKL, sehingga
faktanya saat ini pemerintah seakan kurang berdaya tidak terjadi kesewenang-wenangan. Pasal 1
menghadapi para PKL yang terus menjamur, untuk Ayat 3 UUD 1945 menyatakan, negara Indonesia
itu diperlukan komitmen kepala daerah untuk merupakan negara hukum. Konsekuensi sebagai
mengatasinya. negara hukum adalah mengimplementasikan
Sebagai suatu fenomena kegiatan peraturan perundang-undangan yang sudah ada
perekonomian rakyat kecil. penggusuran terhadap dan membentuk peraturan yang belum ada, dalam
PKL tidak perlu lagi terjadi, PKL juga memiliki hak rangka mewujudkan masyarakat sejahtera.
asasi manusia (HAM) dalam bidang ekonomi sosial PKL adalah pelaku usaha yang melakukan usaha
dan budaya. Sudah saatnya pemerintah memberikan perdagangan dengan menggunakan sarana usaha
ruang dan solusi terbaik bagi para PKL. Sebagai bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan
contoh pemerintah bisa menyediakan lahan khusus prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan
di setiap sudut kota atau di setiap pusat keramaian. dan bangunan milik pemerintah dan swasta yang
Tinggal bagaimana teknis pengelolaannya yang bersifat sementara/tidak menetap (Permendagri No
harus berjalan sesuai aturan. Jika kita telusuri, PKL No 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan
muncul dari ketidaktersediaannya lapangan kerja. Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, 2012). Peranan
Dalam hal ini pemerintah memiliki tanggung jawab sektor informal sangat membantu pemerintah
melaksanakan pembangunan bidang pendidikan, dalam usaha menciptakan lapangan pekerjaan,
perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan. terutama bagi mereka yang berpendidikan rendah.
Ketentuan ini diatur dalam UUD 1945. Hal ini sejalan Ciri-ciri usaha yang termasuk dalam sektor
dengan negara Indonesia sebagai negara hukum informal di antaranya (1) kegiatan usahanya tidak
yang mengatur kewenangan, hak, dan kewajiban, terorganisasi secara baik karena unit usaha informal
serta sanksi. tidak mempergunakan fasilitas seperti yang tersedia
Satjipto (2006) mengutarakan, ketertiban bagi sektor formal, (2) pola usaha tidak teratur, baik
adalah sesuatu yang dinamis. Ketertiban dan lokasi maupun jam kerja serta pada umumnya tidak
kekacauan sama-sama ada dalam aras proses sosial memiliki ijin usaha, (3) tidak terkena langsung
yang berkesinambungan (continuum). Ketertiban kebijakan pemerintah untuk membantu sektor
bersambung dengan kekacauan, kekacauan ekonomi lemah, (4) umumnya bermodal tabungan
membangun ketertiban baru, demikian seterusnya. sendiri atau dari lembaga keuangan yang tidak
Dalam ketertiban terdapat benih-benih kekacauan, resmi, dan (5) sebagian besar hasil produksi atau
sedangkan dalam kekacauan tersimpan bibit-bibit jasa dapat dinikmati masyarakat berpenghasilan
ketertiban. Keduanya ibarat dua sisi mata uang. rendah dan sebagian kecil golongan menengah.
Menurut Haryono (1989), PKL ialah orang Konsep kebijakan (policy) menurut Marzuki
yang berusaha di bidang produksi dan penjualan (2005), erat kaitannya dengan kewenangan
barang-barang atau jasa-jasa untuk memenuhi dan jabatan. Untuk itu, kebijakan hanya dapat
kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat dilakukan karena adanya kewenangan yang
dengan modal yang relatif sedikit, usaha tersebut melekat. Sementara itu, Mahfud MD (2010)
dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap mengungkapkan“legal policy” atau garis kebijakan
strategis dalam suasana lingkungan yang informal. resmi tentang hukum yang akan diberlakukan, baik
Mereka yang termasuk ke dalam kategori PKL ini dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
mayoritas berada dalam usia kerja utama (prime- penggantian hukum lama, dalam rangka mencapai
age) Soemadi, 1993). Tingkat pendidikan yang tujuan negara. Dalam menata dan membina para
rendah dan tidak adanya keahlian tertentu serta PKL tentu tidak terlepas dari kebijakan pemerintah
sulit menembus sektor formal. Oleh sebab itu daerah yang mengacu pada peraturan perundang-
bidang informal menjadi pilihan terbaik untuk tetap undangan yang berlaku diatasnya, sehingga regulasi
mempertahankan hidup. tersebut tidak bertentangan dengan regulasi yang
Teori negara hukum menurut Albert Venn lebih tinggi secara hierarki.
Dicey, dalam S. Praja (2014), adalah negara yang Kota Balikpapan merupakan pintu gerbang
mempunyai the rule of law. Konsep ini menekankan Provinsi Kalimantan Timur. Balikpapan dikenal luas
pada tiga tolok ukur yaitu supremasi aturan-aturan sebagai kota yang terbersih di Indonesia bahkan
hukum (supremacy of law), kesetaraan dihadapan ASEAN. Tidak salah kiranya apabila Balikpapan
hukum (equality before the law), dan konstitusi dijuluki sebagai kota Adipura karena telah berhasil
yang didasarkan atas hak-hak asasi manusia (the meraih empat penghargaan Adipura Kencana dan
constitution based on individual rights). Oleh sebab 19 penghargaan Adipura. Kota Balikpapan juga

Perlindungan Hukum dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Balikpapan


M. Soleh Pulungan
13
berhasilan menyabet tiga kategori dalam ajang Penelitian ini adalah untuk menganalisis mengapa
ASEAN Environmentally Suistainable Cities (ESC) para PKL harus mendapat perlindungan hukum dan
Award 2014 untuk semua kategori yakni clean land, pembinaan dari pemerintah. Serta menganalisis
clean water dan clean air. bagaimana kebijakan Pemkot Balikpapan dalam
Balikpapan juga menyabet predikat penanganan dan pembinaan PKL di Balikpapan?
kota nyaman huni, karena memiliki penataan
II. Metode
transportasi yang baik dan tertib dengan meraih
Wahana Tata Nugraha (WTN) sebanya 18 kali sejak
1992. Beberapa penghargaan prestius lainnya Jenis penelitian ini bersifat yuridis empiris.
juga diterima baik nasional maupun internasional. Karena penelitian ini selain mengkaji hukum tertulis
Prestasi terkini yang cukup fenomenal yakni dari berbagai aspek, juga mengkaji hukum dari
Balikpapan berhasil menempati ranking I dalam aspek terapan atau implementasinya dilapangan.
kampanye We Love Cities yang merupakan rangkaian Penelitian ini menggunakan pendekatan
dari inisiatif Earth Hour City Challenge (EHCC), dan peraturan perundang-undangan (statute approach)
berhak menyandang gelar ‘The Most Loveable City dan pendekatan perbandingan (comparative
2015’. Balikpapan memiliki preferensi PKL yang approach). Statute approach digunakan untuk
tersebar dan berlangsung cukup lama di beberapa memeriksa regulasi yang terkait dengan kebijakan
lokasi seperti di Pasar Klandasan, Lapangan penataan dan pembinaan PKL. Sementara
Merdeka, dan Melawai yang merupakan lokasi pendekatan komparatif dilakukan dengan
fasilitas umum kota. Selain itu, ada pula di lokasi membandingkan regulasi yang berlaku di Balikpapan
simpul transportasi kota seperti di Dermaga Unocal, dengan Samarinda terkait dengan penataan dan
Jl. Soekarno-Hatta Km 22,5, Pasar Sepinggan, Pasar pembinaan PKL. Pendekatan juga dilakukan dengan
Manggar dll. studi dokumentasi terhadap rencana penataan dan
Potret penertiban PKL dikota Balikpapan pembinaan PKL melalui Renstra Disperindagkop
memang tidak separah yang terjadi di kota-kota Balikpapan 2013-2018.
besar lainnya seperti di Makassar, Medan, atau Analisis yang digunakan dalam penelitian
Jakarta. Para PKL dikota-kota tersebut sering kali ini adalah analisis isi (conten analisys) terhadap
melakukan perlawanan keras, dan tidak jarang peraturan perundang-undangan yang berlaku,
memakan korban jiwa. Di sinilah pentingnya produk yang dikaitkan dengan dengan obyek penelitian
hukum daerah yang dapat merinci secara detail dari berbagai hasil liputan media massa yang
terkait hak-hak dan kewajiban para pedagang, dimuat, berbagai kebijakan Pemerintah Balikpapan
larangan, dan unsur pembinaan dan penataan yang mengenai penataan dan pembinaan PKL.
akan dilakukan oleh Pemerintah.
Sama halnya dengan kota lain, di kota III. Hasil dan Pembahasan
Balikpapan juga sempat beberapa kali terjadi Fakta mencatat, urbanisasi ke daerah perkotaan
demonstrasi PKL. Antara lain pada 4 Agustus terjadi karena masyarakat desa ingin mencari
2015, para PKL berdemo menentang SK Walikota penghasilan yang lebih tinggi. Karena keterbatasan
Balikpapan tentang pembatasan waktu berjualan keterampilan dan keahlian, masayarakat urban
khususnya di kawasan Lapangan Merdeka tepatnya mencari alternatif membuka usaha sektor informal
di Jl Sudirman. Dalam penyelenggaraan Balikpapan seperti berjualan di trotoar dan kaki lima. Hasil
Fair bertepatan denhan hari ulang tahun (HUT) usaha PKL pada umumnya dikelola sendiri (self-
Balikpapan, para PKL merasa dikucilkan, karena employed), artinya cenderung tidak tergantung
Pemkot dan EO (Event Organizer) memasang tarif bantuan pihak lain. Bukti di lapangan menunjukkan
yang mahal hingga 3,5 juta untuk setiap pedagang PKL memiliki sifat-sifat khas one-man enterprise
yang ingin membuka stand di event tersebut (“PKL dan family enterprise, dengan jenis pekerjaan yang
Balikpapan Ahmad Yani merasa dikucilkan,” 2015). cukup banyak dan menyerap tenaga kerja cukup
Padahal menurut para PKL semestinya event HUT tinggi.
kota Balikpapan bisa menjadi ruang potensial
bagi pembinaan dan pengembangan PKL untuk TABEL 1: Data Pekerja Informal Menurut Jenis Pekerjaan
berpartisipasi dalam meningkatkan pendapatan.
(2008 & 2012)
Berdasarkan uraian latar belakang yang
dikemukakan di atas penulis mengangkat NO JENIS PEKERJAAN 2008 2012
permasalahan yaitu kenapa PKL harus mendapat
1. Tenaga Profesional, 228.264 143.608
perlindungan hukum dan pembinaan dari teknisi dan yang sejenis
Pemerintah? serta bagaimanakah kebijakan Tenaga kepemimpinan
2. dan ketatalaksanaan 27.390 7.748
Pemkot Balikpapan dalam rangka penanganan
dan pembinaan para PKL di Balikpapan?. Tujuan

Matra Pembaruan 1 (1) (2017): 11-21


14
Tenaga tata usaha dan antara ekonomi informal dengan tenaga kerja. Hal
3. tenaga yang sejenis 88.454 116.466
ini didasari pengamatan, sektor informal merupakan
4 Tenaga usaha penjualan 13.800.533 13.689.282 tempat persemaian pertumbuhan ekonomi yang
5. Tenaga usaha jasa 1.072.075 1.239.923 dinamis yang dapat dimanfaatkan dan dirawat agar
menguntungkan para pekerjanya (PKAI-LAN,
6. Tenaga usaha pertanian, 33.675.823 37.262.160
perburuan, perikanan 2007). Hampir semua sektor-sektor ekonomi terdapat
Tenaga produksi opera- sektor informal, seperti perdagangan, jasa, industri
7. tor alat-alat angkutan, 8.448.864 11.351.476 manufaktur, pertanian, bangunan dan transportasi. Di
pekerja kasar sektor industri manufaktur, sektor informal mencakup
8. Lainnya – 484 industri kecil dan industri rumah tangga hingga unit
Jumlah 57.341.403 63.811.147 paling kecil. Di sektor perdagangan, mencakup PKL,
Sumber: Sakernas 2008 dan 2012 – BPS. pemilik toko kecil, toko kelontong, warung, pedagang
keliling hingga pedagang asongan. Di sektor jasa,
Data di atas menunjukkan, sektor informal mencakup bengkel sepeda dan alat-alat listrik dan toko
mempunyai peran yang penting dalam perekonomian mesin.
Indonesia. Terutama dalam hal penyerapan tenaga
TABEL 3: Pekerja Informal Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010-
kerja untuk beberapa jenis pekerjaan yaitu tenaga 2012
profesional dan sejenisnya, tenaga usaha penjualan,
jasa, tenaga usaha pertanian, perburuhan, 2010 2011 2012
perikanan, tenaga produksi operator angkutan dan Pekerja
Lk Pr Lk Pr Lk Pr
pekerja kasar, dll. Penyerapan tenaga kerja 2008 Sektor
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
relatif tinggi dan meningkat pada 2012. informal
67,08 74,20 66,85 74,20 65,92 73,54
Sumber: Sakernas 2008 dan 2012 -BPS.
TABEL 2: Data Pekerja Informal Menurut Tingkat Pendidikan
(2008 & 2012)
Mulai 2010 hingga 2012, sektor informal masih
TINGKAT mendominasi kondisi ketenagakerjaan di Indonesia
NO 2008 2012
PENDIDIKAN dengan kontribusi sekira 65,92 persen pekerja laki-
1 Tidak Pernah Sekolah 6.710.659 6.210.376 laki dan 73,54 persen pekerja perempuan. Tuntutan
2
pekerjaan di sektor formal dengan kualifikasi
Tidak/Belum Tamat SD 13.095.750 12.760.576 pendidikan yang tinggi dan keterampilan serta
3 Sekolah Dasar 24.081.274 27.961.272
keahlian yang memadai menjadi kendala bagi dalam
memperoleh pekerjaan. Mereka yang pada mulanya
4 SMTP 7.708.620 10.213.713
dari desa pergi ke kota dengan maksud bekerja di
5 SMTA Umum 3.726.196 4.183.259 sektor formal pada akhirnya harus bekerja di sektor
6 SMTA Kejuruan 1.583.889 1.957.879 informal. Wilayah pedesaan pun menjadi sarang
7 Diploma I/II/III 175.968 226.570 sektor informal. Dari seluruh pekerja di perdesaan,
8 Universitas 259.047 297.502 lebih dari 75 persen bekerja di sektor informal.
Jumlah 57.341.403 63.811.147
Sedangkan di perkotaan lebih dari 40 persen
bekerja di sektor informal.
Sumber: Sakernas 2008 dan 2012 -BPS
A. Urgensi perlindungan hukum bagi PKL
Dari tabel diatas dapat disimpulkan, semakin
Maraknya penertiban dan penggusuran
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin
terhadap PKL diberbagai tempat, tentu harus
rendah presentase dalam mendirikan usaha informal.
menjadi perhatian semua pihak. Di satu sisi mereka
Presentase pekerja informal cenderung bagi orang
ingin menghidupi keluarga dengan cara mandiri
berpendidikan rendah, dan sebaliknya seseorang yang
tanpa dukungan dan fasilitas pemerintah, namun
berpendidikan tinggi cenderung bekerja di sektor
disisi lain lokasi para pedagang sering melanggar
formal karena menurut mereka jauh lebih menjanjikan.
ketentuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian terdapat hubungan positif antara
Ketentuan hak-hak perlindungan hukum
peran sektor informal dengan tingkat pendidikan
bagi para PKL terdapat pada Pasal 27 Ayat 2
pekerja, baik pada 2008 maupun 2012.
UUD 1945 yang menyebutkan tiap-tiap warga
Beberapa riset menyatakan pentingnya sektor
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
informal sebagai alternatif untuk mencari pekerjaan.
yang layak bagi kemanusiaan. Klausul tersebut
Salah satunya riset yang dilakukan Pusat Kajian
menjelaskan setiap warga negara mempunyai
Administrasi Internasional Lembaga Administrasi
hak untuk bekerja dalam bidang apapun selama
Negara (LAN) yang menyimpulkan hubungan positif
tidak bertentangan dengan undang-undang demi

Perlindungan Hukum dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Balikpapan


M. Soleh Pulungan
15
mencukupi kebutuhan hidupnya. Ketika kebutuhan peraturan pemerintah harus berpihak terhadap
tercukupi, tentu pemerintah tidak akan kesulitan mereka, PKL harus ditata dan ditempatkan di lokasi
dalam memperbaiki ekonomi negara. Hal tersebut yang berpeluang memberikan penghasilan yang
dapat terwujud bila pemerintah mampu mengatasi wajar bagi mereka, bukan di tempat yang jauh dari
masalah PKL dengan bijak dan santun. Namun, para konsumen.
apabila pemerintah gagal menciptakan lapangan Dalam konteks melakukan penataan,
pekerjaan terutama membina dan menata para penertiban, dan pembinaan terhadap para PKL,
PKL yang berdampak pada meningkatnya masalah pemerintah harus melakukan pendekatan secara
sosial, persoalan ini akan terus menjadi tanggung persuasif dan melakukan sinergitas dengan
jawabnya sebagaimana diamanatkan dalam stakeholder yang ada agar terjalin koordinasi
konstitusi negara. yang baik dan terhindar dari tindakan kesewang-
Mengacu pada Pasal 34 UUD 1945, khususnya wenangan. Dari Teori Raharjo yang sudah
Ayat 2 yang menyatakan negara mengembangkan dikemukakan di atas dapat dipahami, ketertiban
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan akan berlangsung secara dinamis dan tidak bersifat
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak permanen, tetapi ketertiban akan mengikuti
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Pada perkembangan situasi yang ada. Apabila kondisi
Ayat 3 juga mengatakan negara bertanggung jawab para PKL dalam memperoleh penghasilan cukup
atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan normal untuk membiayai kehidupan mereka,
fasilitas pelayanan umum yang layak. Oleh sebab kemungkinan mereka akan mempertahankan lokasi
itu, pemerintah bertanggung jawab atas warga berjualan. Namun sebaliknya apabila hasil yang
negara yang berada di bawah garis kemiskinan dicapai tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari,
melalui cara-cara pemberdayaan masyarakat lemah maka mereka harus kreatif mencari peluang usaha
dan tidak mampu. lain yang dapat menambah penghasilan yang justru
Hak-hak warga negara untuk memperoleh dapat menimbulkan ketertiban dan keteraturan
pekerjaan juga tercantum dalam Pasal 11 UU yang bermasalah.
No 39 Tahun 1999 mengenai Hak Asasi Manusia Berdasarkan hasil analisis tugas pokok
(HAM). Dalam UU tersebut setiap orang berhak atas dan fungsi SKPD dijajaran Pemkot Balikpapan,
pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan seyogianya dalam menata dan membina PKL
berkembang secara layak. Selanjutnya dalam dalam pemkot harus melibatkan berbagai unsur di
Pasal 38 UU No 39 Tahun 1999 mengenai HAM yaitu antaranya Bappeda sebagai perencana dalam
setiap warga negara, sesuai dengan bakat, kecakapan pendirian tempat dan lokasi PKL, Satpol PP sebagai
dan kemampuan, berhak atas pekerjaan yang layak. Tim penertiban PKL yang menempati lokasi yang
Dan setiap orang bebas memilih pekerjaan yang dilarang oleh pemerintah, Badan Kesbangpol untuk
disukainya. Dengan demikian pemerintah wajib mengetahui pengaruh sosial yang timbul, Dinas
dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, Perhubungan sebagai pengelola retribusi parkir
menegakkan, dan memajukan HAM yang diatur dan jalan, Dinas PU sebagai pendukung sarana dan
dalam peraturan perundang-undangan yang prasarana penataan PKL, Dinas Lingkungan Hidup
berlaku di Indonesia. hak-hak ekonomi dan sosial sebagai unsur penataan lingkungan, Dinas Pasar
masyarakat mencakup hak untuk bekerja, hak untuk sebagai pengelola retribusi PKL, Bagian umum, dan
mendapatkan upah yang sama, hak untuk tidak Bagian Hukum Setda, Kantor Pelayanan terpadu
dipaksa bekerja, hak untuk cuti, hak atas makanan, untuk masalah perijinan lokasi PKL, serta peran
hak atas perumahan, hak atas kesehatan, dan hak Kodim, dan Polres.
atas pendidikan. Penertiban PKL seringkali tidak manusiawi.
Pemerintah sering memberi istilah penertiban yang
B. Penataan dan pembinaan PKL padahal lebih mirip pembongkaran. Ironis memang
Salah satu bentuk pembinaan PKL ketika penertiban tidak mencerminkan ketertiban,
tersebut bisa dilakukan dengan mendata dan padahal kata tertib merupakan suatu proses
membimbing serta memberikan penyuluhan menjadikan rapi dan bersih, tanpa menimbulkan
secara berkesinambungan kepada para PKL. Saat masalah baru. Pemerintah sering abai terhadap
ini banyak PKL merasa tidak ada pembinaan secara ketentuan perlindungan hukum. Padahal hak milik
nyata dari pemerintah. Namun yang terjadi adalah telah dijamin UU No 39 Tahun 1999 mengenai
penggusuran. Pelarangan tanpa memberikan solusi HAM. Pasal 28 G Ayat 1 UUD 1945 menyatakan,
alternatif. Teori negara hukum yang dikemukakan setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,
oleh AV. Dicey negara hukum harus menempatkan keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda
hukum yang tertinggi (supreme). Supremasi hukum yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
keadilan bagi semua pihak. Hukum dalam hal ini untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang

Matra Pembaruan 1 (1) (2017): 11-21


16
merupakan hak asasi dan dipertegas di dalam UU adalah kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi
No 39 Tahun 1999 mengenai HAM. Pasal 36 Ayat seluruh rakyat. Oleh sebab itu dalam penataan dan
2 menyatakan tidak seorang pun boleh dirampas pembinaan PKL harus berlandaskan aturan hukum
hak miliknya dengan tindakan sewenang-wenang, yang memiliki keberpihakan pelaku ekonomi lemah
dan Pasal 40 menegaskan setiap orang berhak agar dapat mandiri dan berdaya.
bertempat tinggal dan berkehidupan yang layak. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 jo PP No 32
Regulasi tersebut seharusnya menjadi warning bagi Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Satpol
pemerintah daerah. Agar penertiban dilakukan PP diberi kewenangan oleh Pemkot Balikpapan
lebih manusiawi dengan cara persuasive. Di sisi guna memelihara ketentraman dan ketertiban
lain PKL harus memperhatikan dan mengikuti masyarakat. Tugas Satpol PP sebagaimana yang telah
ketentuan yang telah ditetapkan sehingga bisa ditetapkan, untuk membantu kepala daerah dalam
tetap menyampaikan aspirasi secara tertib dan menegakkan peraturan daerah, penyelenggaraan
konstruktif. ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat di
Pasal 13 UU No 9 Tahun 1995 tentang Usaha setiap provinsi, kabupaten/kota dibentuk Satpol PP
Kecil menyatakan pemerintah menumbuhkan (PP No 6 Tahun 2010 tentang Satpol PP, 2010).
iklim usaha dalam aspek perlindungan, dengan Satpol PP Balikpapan dibentuk sesuai dengan
menetapkan peraturan perundang-undangan Perda No 2 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata
dan kebijaksanaan untuk menentukan lokasi Kerja Satpol PP dan Peraturan Walikota Balikpapan
tempat usaha di pasar, ruang pertokoan, lokasi No 40 Tahun 2013 tentang Uraian Tugas, Fungsi,
sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi dan Tata Kerja. Tugas Satpol PP yakni melaksanakan
pertambangan rakyat, dan lokasi yang wajar bagi penyelenggaraan di bidang ketentraman, ketertiban
pedagang kaki lima, serta lokasi lainnya. Selain umum, dan penegakan peraturan perundang-
itu memberikan bantuan konsultasi hukum undangan dan perlindungan masyarakat (Perda
dan pembelaan. Kewajiban dan tanggung jawab No 2 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata
pemerintah sebagaimana yang dimaksud dalam Kerja Satpol PP, 2013) dan (Peraturan Walikota
Pasal 13 UU No 9 Tahun 1995 meliputi langkah Balikpapan No 40 Tahun 2013 tentang Uraian
implementasi aspek perlindungan dalam bidang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja, 2013).
hukum, penetapan dan penentuan tempat usaha Dalam mensukseskan Tahun Tertib 2016
yang wajar dan potensial, dan memberikan yang dicanangkan Pemko Balikpapan, Satpol
konsultasi hukum dan pembelaan. PP kemudian melakukan penertiban PKL yang
Dengan adanya beberapa ketentuan di atas, berdampak pada kemacetan lalu lintas. Penertiban
pemerintah dalam menyikapi fenomena PKL, dilakukan terhadap para pedagang buah di beberapa
harus lebih mengutamakan penegakan keadilan pasar seperti Pasar Karanganyar, Pasar Pandansari
bagi rakyat kecil. Walaupun didalam Perda K3 dan Karang Jati, dan Kecamatan Balikpapan Tengah.
(Kebersihan, Keindahan, dan Ketertiban) terdapat Mereka beralasan penertiban sesuai (Perda Nomor
pelarangan PKL untuk berjualan di trotoar, jalur 13 tahun 2006 tentang Ketertiban Umum) tentang
hijau, jalan, dan badan jalan, serta tempat-tempat Ketertiban Umum. Namun, mereka lupa jika dalam
yang bukan peruntukkannya. Pemerintah harus Perda tersebut penertiban harus diiringi dengan
menjamin perlindungan dan mampu memenuhi unsur penataan dan pembinaan para pedagang
hak-hak ekonomi PKL. kaki lima secara adil dan manusiawi (“Satpol PP
Galakkan Penertiban PKL Buah,” 2016).
C. Kebijakan teknis dalam penataan PKL Kurangnya pembinaan dari instansi terkait juga
Pemerintah di dalam melakukan penertiban dirasakan oleh para PKL yang berdagang di Pantai
harusnya menjunjung tinggi hak milik para PKL atas Manggar Segarsari Balikpapan yang berjumlah lebih
barang dagangannya. Untuk itu, Pemkot Balikpapan dari 75 orang (“Penertiban PKL Pasar Pandansari
harus melakukan penataan yang dituangkan dalam Belum Final,” 2015). Di pantai tersebut, PKL tidak
Perda tentang perintah, larangan, dan sanksi. Jika diberikan akses dan sarana seperti pembangunan
hanya larangan tempat saja yang disebutkan, sama kios-kios permanen yang tertata dengan rapi,
saja dengan menghilangkan hak rakyat dalam pengelolaan system parkir, dan pengembangan
mengakses pendapatan dari perputaran ekonomi arena wisata yang menjadi daya tarik yang menjadi
di tempat strategis. Secara hukum para PKL sudah icon wisata dikota Balikpapan. Padahal pantai
dijamin haknya dalam mendapatkan pekerjaan tersebut cukup ramai dan menyumbang PAD lebih
dan penghidupan yang layak. Jika dikaitkan dengan dari 1 miliar.
teori utilitarianisme Jeremy Bentham dalam
Erwin (2011) tujuan hukum dapat memberikan D. Peranan dinas teknis bidang
jaminan kebahagiaan kepada individu-individu perindustrian, perdagangan dan
orang banyak. Prinsip utama pemikiran teori ini koperasi

Perlindungan Hukum dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Balikpapan


M. Soleh Pulungan
17
Untuk menata perumusan kebijakan teknis di pada ruko dan sulit ditertibkan. Sebenarnya, PKL
bidang Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi diperbolehkan berjualan di luar pasar, dengan tidak
sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan, menggunakan fasilitas umum. Misalnya, seperti
Pemkot Balikpapan telah membentuk Perda No jalan, jembatan, trotoar karena dapat mengganggu
17 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja arus lalu lintas dengan tidak menimbulkan kesan
Dinas Daerah. Pada Pasal 32 Ayat 1 ditegaskan jorok dan kumuh kawasan Pasar Pandansari.
kedudukan Disperindagkop merupakan unsur
pelaksana penyelenggara pemerintahan di E. Kondisi empiris kebijakan penataan
bidang perindustrian, perdagangan dan koperasi PKL di Balikpapan
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan Pembangunan yang baik harus selalu
(Perda No 17 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan melibatkan masyarakat (partisipasi masyarakat)
Tata Kerja Dinas Daerah, 2008). Hal ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan
Dalam peraturan tersebut Disperindagkop dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Untuk
Balikpapan memunyai tugas merumuskan itu perlu diketahui terlebih dahulu preferensi
perencanaan, pembinaan, dan pengendalian masyarakat terhadap lingkungannya. Demikian pula
kebijakan teknis di bidang perindustrian, halnya dengan upaya penataan PKL di beberapa
perdagangan dan koperasi. Sedangkan Dinas Pasar pasar di Kota Balikpapan yang bisa dijadikan
memunyai tugas membantu Walikota melaksanakan pertimbangan penataan PKL tersebut. Menurut
pembinaan dan pengelolaan pasar sehagai perumus Kepala Disperindagkop Kota Balikpapan Doortje
kebijakan teknis, pembinaan dan pengelolaan pasar, Marpaung, masing-masing preferensi PKL di setiap
retribusi, pengembangan pasar dan pendapatan, lokasi dianggap mewakili tiap tipologi spot lokasi
serta kebijakan teknis bidang kebersihan dan PKL di Balikpapan. PKL Pasar Klandasan mewakili
ketertiban. lokasi PKL di lingkungan pasar, Lapangan Merdeka
Jika dilihat dari tupoksi kedua dinas dan Melawai mewakili lokasi fasilitas umum kota,
tersebut sudah cukup baik dalam menata dan dan Dermaga Unocal serta Jl. Soekarno-Hatta Km
menyelenggarakan kebijakan dalam penataan dan 22,5 Balikpapan mewakili PKL di lokasi simpul
pembinaan pedagang PKL. Namun yang paling transportasi kota yaitu. (Renstra Disperindagkop
penting sejauh mana koordinasi diantara Dinas Balikpapan, 2013-2018)
dan stakeholder terkait bisa berjalan agar kebijakan Pasar Klandasan menjadi salah satu lokasi
yang dirumuskan dapat diimplementasikan secara dengan PKL terpadat. Pasalnya pasar tersebut
efektif. Belum adanya Perda tentang penataan dan memiliki intensitas aktivitas yang tinggi. PKL yang
pembinaan pedagang PKL di Balikpapan menjadi berada di sini baik PKL campuran maupun PKL
masalah yang harus ditinjau ulang. buah musiman mempunyai keinginan untuk ditata
Dalam pandangan Soerjono Soekanto (2008), demi kemajuan mereka. Permasalahan yang terjadi
proses penegakan hukum dipengaruhi oleh di sini serupa dengan lokasi PKL di tempat lain,
lima faktor. Yaitu faktor hukum atau peraturan yakni kurangnya keamanan. Razia sering dilakukan
perundang-undangan. faktor aparat penegak pemkot khusunya kepada para pedagang buah
hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung musiman yang tidak menentu. Sebagai warga kota,
proses penegakan hukum. faktor masyarakat, yakni PKL menginginkan perhatian lebih dari pemerintah.
lingkungan sosial di mana hukum tersebut berlaku Selain Klandasan, PKL yang terdapat di
atau diterapkan dan faktor kebudayaan, yakni hasil Lapangan Merdeka juga memiliki permasalahan
karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa berbeda yakni PKL belum memiliki izin dari
manusia di dalam pergaulan hidup. pihak Pertamina sebagai pemilik lahan lapang.
Dinas Pasar Kota Balikpapan menegaskan, Penertiban dari Pemkot juga sering dilakukan. Para
penertiban pedagang kaki lima (PKL) termasuk PKL berada di pinggir lapangan dan jalan. Terlebih
di Pasar Pandansari akan terus berjalan sampai lokasi ini menjadi salah satu sarana olah raga di
kondisi pasar tersebut dipastikan bersih dari Kota Balikpapan. PKL yang berada di sini meminta
PKL. Kepala Dinas Pasar Kota Balikpapan, diperlakukan adil sama halnya dengan PKL yang
Arbain Side mengatakan, hal ini sesuai dengan berada di lokasi Taman Bekapai, Lapangan Persiba,
Peraturan Daerah No 31 Tahun 2000 jo. Perda No dan Melawai (lesehan).
13 tahun 2006 tentang ketertiban umum. selain Adapun PKL yang berada di Melawai Trotoar.
itu mempertahankan kondisi pasar yang mulai Meskipun tidak ditetapkan sebagai obyek wisata,
tertata dengan baik (“PKL Manggar menanti secara umum kawasan Melawai banyak dikunjungi
pembinaan dari Pemerintah,” 2015). Namun masyarakat yang sekadar ingin bersantai dan
faktanya penertiban belum maksimal. Masih banyak berpeluang menjadi potensi wisata. Namun
PKL yang berkeliaran di luar pasar pada jam yang permasalahan yang dihadapi PKL adalah minimnya
dilarang seperti terlihat beberapa PKL menempel hiburan dan kurangnya fasilitas penerangan/listrik.

Matra Pembaruan 1 (1) (2017): 11-21


18
Mereka meminta agar kawasan Melawai dijadikan faktor kepemimpinan merupakan salah satu
obyek wisata. Lokasi ini perlu dilakukan penataan kunci keberhasilan penataan PKL, dalam konteks
sehingga dapat memperindah kawasan dan menarik penataan bisa dilakukan dengan damai seperti
minat banyak orang. Para PKL berharap mereka pola yang dijalankan oleh walikota Surakarta Joko
sejahtera seiring dengan pembangunan kota. Widodo saat itu, dalam perspektif komunikasi
Sudah sewajarnya keberadaan mereka dilindungi pembangunan.
dan ditata layaknya para pedagang pasar modern. Dampak positif dari penataan PKL di kota
Karena di lokasi ini memiliki ciri khas penjualan Balikpapan diproyeksikan dapat meningkatkan
yaitu menu makanan Nusantara. Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pemerintah Kota
Lain hal dengan PKL yang berada di Pasar Balikpapan berencana memungut pajak restoran
Dermaga Unocal. PKL di tempat ini sering menjadi dari (PKL) maksimal sebesar 10 persen guna
sebab kemacetan. Pasalnya PKL berada di simpul memacu PAD. Hal ini juga diungkapkan Kepala
transportasi yang padat dengan lalu Lalang Dispenda Kota Balikpapan Tirta Dewi, omset
kendaraan. Penyebab kemacetan lainnya adalah PKL yang bisa dikenai pajak restoran yakni yang
tempat berjualan makanan yang sering digunakan mencapai di atas Rp 42 juta/tahun. Perhitungannya
untuk parkir kendaraan yang hendak ke luar kota omset di atas sesuai dengan pajak restoran yang
dengan kapal laut. Lokasi tersebut, selain menarik berkisar 5 – 10 persen. Peraturan tersebut dibuat
oleh sebagian oknum sering dijadikan lokasi agar tidak ada permasalahan tuntutan warga yang
transaksi barang harm dari mulai narkoba, miras, merasa diberatkan dengan pungutan pajak tersebut.
dan PSK. Peraturan Daerah memiliki kedudukan yang
Di Jl. Soekarno-Hatta Km 22,5 yang merupakan strategis dalam penyelengaraan pemerintahan bagi
jalan arteri primer Balikpapan PKL banyak suatu daerah otonom berdasarkan prinsip otonomi
menjajakan buah-buahan seperti salak, cempedak, dan prinsip tugas pembantuan. menurut Marzuki
lai, rambutan, pisang, buah naga dll. Kendala (2005) hal itu erat kaitannya dengan kewenangan
utama PKL di lokasi ini adalah jauhnya angkutan yang muncul karena adanya kewenangan yang
untuk membawa buah ke lokasi jualan, tidak melekat, oleh sebab itu Perda tentang penataan dan
adanya alternatif pemasaran dan pengolahan, serta pembinaan PKL harus dijadikan sebagai prioritas.
buruknya estetika lingkungan akibat keberadaannya.
Untuk itu, PKL menyarankan adanya penambahan IV. Kesimpulan
kios baru untuk para PKL baru. Perlindungan hukum bagi para PKL wajib
Untuk meningkatkan peran PKL Asosiasi dilakukan oleh Pemerintah, karena hal ini sesuai
Pedagang Kaki Lima (APKLI) Balikpapan dengan amanat konstitusi Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945.
mengusulkan pelibatan semua elemen masyarakat Klausul tersebut menjelaskan, setiap warga negara
khususnya PKL dalam event tahunan seperti dalam mempunyai hak untuk memilih dan bekerja dalam
acara HUT Balikpapan (Balikpapan Fair). APKLI bidang apapun, termasuk PKL. Kota Balikpapan
juga meminta dinas terkait dan panitia memberikan sebagai kota yang banyak meraih penghargaan
kemudahan dalam rangka memberdayakan PKL sebagai kota layak huni di ASEAN seyogianya harus
di kota Balikpapan. Selain itu, dalam konteks menyusun Perda tentang Penataan dan Pembinaan
perencanaan pembinaan PKL sebaiknya pemerintah pedagang kaki lima secara khusus agar memiliki
mencermati paradigma PKL sebagai upaya legalitas formal yang kuat. Dalam penyusunan
perbaikan yang komprehensif, dengan ketegasan Peraturan Daerah tentang Penataan dan Pembinaan
mengenai peruntukkan atau fungsi ruang kota, terhadap pedagang kaki lima (PKL) hendaknya
apakah ruang tersebut sebagai ruang publik (jalan, disesuaikan dengan Perda Kota Balikpapan No 12
ruang terbuka hijau) atau fungsi lainnya, sehingga Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Ruang
perlu dicermati kembali konsep keadilan dan Wilayah (RTRW) Kota Balikpapan 2012-2032.
keseimbangan antara kepentingan publik (umum) Kewajiban Pemerintah menumbuhkan iklim usaha
dan kepentingan privat (individu) dalam hal haknya dalam aspek perlindungan, dengan menetapkan
masing-masing terhadap ruang publik. peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan,
Salah satu alternatif dan solusi upaya juga relevan dengan Pasal 13 UU No 09 Tahun 1995
penataan dan pembinaan PKL sebaiknya dilakukan Tentang Usaha Kecil. Mau tidak mau pemerintah
relokasi PKL ditempat yang sesuai dengan Perda harus menentukan peruntukan tempat usaha di
Kota Balikpapan No 12 Tahun 2012 Tentang pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi
Rencana Tata Ruang Ruang Wilayah (RTRW) Kota pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat,
Balikpapan 2012-2032. Riset yang dilakukan dan lokasi yang wajar bagi (PKL), serta lokasi
Sari (2014) menyimpulkan pentingnya relokasi, lainnya. Pemerintah dalam hal ini harus berperan
meskipun relokasi tidak menjamin keberhasilan sebagai fasilitator, inisiator, mediator, sehingga
PKL dan tergantung nilai strategis lokasi yang para pedagang PKL dapat tumbuh dan berkembang
ditentukan. Sementara itu menurut Pramono, dengan mitra UMKM lainnya dengan prinsip saling

Perlindungan Hukum dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Balikpapan


M. Soleh Pulungan
19
menguntungkan. Umum (2006). Republik Indonesia: Pemerintah
Saran-saran Kota Balikpapan.
1) Pemerintah Kota Balikpapan dalam melakukan Permendagri No No 41 Tahun 2012 tentang Pedoman
penataan dan pembinaan terhadap PKL harus Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
lebih serius. Hal itu bisa dilakukan melalui Lima (2012). Republik Indonesia: Kementerian
sinergitas di antara stakeholders yang ada Dalam Negeri.
seperti Dinas Perindagkop, Dinas Pasar, dan PKAI-LAN. (2007). Kajian Kebijakan Pengelolaan
Satpol PP, khususnya di daerah pasar dan Sektor Informal Perkotaan di beberapa Negara
lokasi yang diperuntukkan bagi para PKL. Asia. Diambil dari http://ppid.lan.go.id/
Penertiban tidak dapat dilakukan dengan cara wp-content/uploads/2014/10/ES-Kajian-
insidentil dan sewenang-wenang, tetapi harus Kebijakan-Pengelolaan-Sektor-Informal-
didasarkan atas peraturan daerah. Perkotaan-di-Beberapa-Negara-Asia-2007.pdf
2) Pemerintah kota Balikpapan hendaknya PKL Balikpapan Ahmad Yani merasa dikucilkan.
menyusun kebijakan yang tepat melalui (2015, September 5). Balikpapan Pos, hal. 4.
perencanaan pembangunan untuk Balikpapan.
melaksanakan penataan PKL melalui konsep PKL Manggar menanti pembinaan dari Pemerintah.
relokasi dengan mempertimbangkan berbagai (2015). Balikpapan Pos, hal. 5. Balikpapan.
aspek, termasuk nilai-nilai potensi PKL, agar PP No 6 Tahun 2010 tentang Satpol PP (2010).
mereka dapat tumbuh dan berkembang, Republik Indonesia.
menjadi usaha mandiri yang bukan hanya Pramono, M. F. (2015). Pedagang, Penataan dan
memberikan jaminan penghidupan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima dalam
kesejahteraan, tetapi menambah PAD. Perspektif Komunikasi Pembangunan di
3) Pengawasan yang intensif terhadap PKL Surakarta (Suatu Pendekatan Kuantitatif).
yang telah ditata tetap diperlukan agar tetap Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan
kondusif, dengan memaksimalkan peran unit Sosial, 2(1), 77–94. Diambil dari http://journal.
pelaksana teknis Dinas Pasar dan Satpol PP walisongo.ac.id/index.php/wahana/article/
sebagai aparatur untuk menegakkan keamanan view/823
dan ketertiban. Purwanti, H., & Misnarti. (2010). Usaha
PenertibanPedagang Kaki Lima di Kabupaten
Lumajang. Jurnal Hukum Argumentum, 10(1).
V. Daftar Pustaka Diambil dari http://henny-purwanti.blogspot.
D., M. M. M. (2010). Pergulatan politik dan hukum di co.id/2011/02/jurnal-hukum-argumentum-
Indonesia. Yogyakarta: Gama Media. vol.html
Marzuki, M. L., & Husein, Z. A. M. (2005). Berjalan- Rahardjo, S. (2006). Membedah Hukum Progresif
jalan di ranah hukum: pikiran-pikiran lepas (Agustus). Jakarta: Kompas.
Prof. Dr. H.M. Laica Marzuki, S.H. Jakarta: Rahardjo, S. (2009). Membangun dan merombak
Konstitusi Press. hukum Indonesia: sebuah pendekatan lintas
NILLA SARI, Y. (2014). Tinjauan Yuridis Penertiban disiplin. Yogyakarta: Genta Pub.
Pedagang Kaki Lima (Studi terhadap Perda Satpol PP Galakkan Penertiban PKL Buah. (2016).
Kabupaten Magelang No 7 Tahun 2009 Tentang Protekal Balikpapan, hal. 3. Balikpapan.
Penataan dan Pemberdayaan PKL). UIN Sunan Soekanto, S. (2008). Faktor-faktor yang
Kalijaga Yogyakarta. Diambil dari http:// mempengaruhi penegakan hukum. Jakarta:
digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13407 Rajawali Press.
Penertiban PKL Pasar Pandansari Belum Final. Suraji, H. (2011). Pembinaan Sektor Informal dalam
(2015). Balikpapan Pos, hal. 6. Balikpapan. perspektip Pembinaan Wawasan Nusantara.
Peraturan Walikota Balikpapan No 40 Tahun 2013 Jurnal Mimbar Bumi Bengawan, 4(10), 24–47.
tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja UU No 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil (2015).
(2013). Republik Indonesia: Pemerintah Kota Republik Indonesia.
Balikpapan. Wibowo, A. T., Sari, D. K., Ferryawan, A.,
Perda No 17 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Merlianawatii, Qhalifah, N., & Haidir, R.
Tata Kerja Dinas Daerah (2008). Republik (2013). Kebijakan Penanganan Pedagang
Indonesia: Pemko Balikpapan. Kaki Lima (Studi Kasus di wilayah Kota
Perda No 2 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Bandar Lampung). Bandar Lampung. Diambil
Kerja Satpol PP (2013). Republik Indonesia: dari http://webcache.googleusercontent.
Pemerintah Kota Balikpapan. com/search?q=cache:V999bs7hgPUJ:staff.
Perda Nomor 13 tahun 2006 tentang Ketertiban unila.ac.id/ekobudisulistio/files/2013/09/

Matra Pembaruan 1 (1) (2017): 11-21


20
Kebijakan-Penanganan-Pedagang-Kaki-Lima- (Studi Kasus Pada Pasar Pagi Kota Samarinda).
di-Kota-Bandar-Lampung.doc+&cd=1&hl=id& Diambil dari http://ejournal.an.fisip-unmul.
ct=clnk&client=firefox-b-ab ac.id/site/wp-content/uploads/2015/12/
Y.W, W. I. F. (n.d.). Implementasi Peraturan Daerah Jurnal Ira (12-07-15-03-25-35).pdf
Kota Samarinda Nomor Pedagang Kaki Lima

Perlindungan Hukum dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Balikpapan


M. Soleh Pulungan
21

Anda mungkin juga menyukai