Sesuai dengan pengamatan penulis masalah yang paling menonjol di ranah masyarakat
Kota Surakarta decade ini adalah mengenai Pengembalian fungsi Trotoar terhadap PKL
(pedagang Kaki Lima) di wilayah Kota Surakarta. Karena meningkatnya PKL di Kota Surakarta
akibat dampak pandemik covid-19, banyak sekali korban PHK (pemutusan hubungan kerja) dan
masyarakat menengah kebawah beralih profesi sebagai PKL, sebagai tambahan kebutuhan hidup.
Mengingat pedagang sebagai sentra utama terhadap pengembangan pariwisata dan
kestabilan ekonomi baik wilayah maupun Negara. Stabilitas ekonomi rakyat, penyelarasan aturan
dan kenyamanan ruang publik adalah salah satu sistem pertahanan Negara di bidang
perekonomian baik masyarakat kecil maupun atas. Dampak jika masyarakat golongan bawah
tidak mampu mempertahankan perekonomiannya, maka kepercayaan terhadap fasilitas dan
tanggung jawab pemerintah pun berkurang.
Misalnya jika masyarakat tidak mampu mengimbangi kenaikan harga kebutuhan pokok
dan kebutuhan lainnya disaat terjadi krisis, kemungkinan akan mengakibatkan kejadian tragedi
Krisis moneter 1998 akan terulang. Maka dari itu selepas kejadian Krisis Covid – 19 , peran
pemerintah dan lembaga dinas terkait perlu memperhatikan keadaan masyarakat salah satunya
dengan perhatian kepada para PKL.
Masalah muncul ketika para PKL yang baru ( belum memiliki paguyuban ) dan belum
terorganisir berjualan diluar aturan yang berlaku. Alasan PKL baru;
1. Belum mengetahui aturan yang berlaku
2. Belum memiliki paguyuban atau tempat yang sesuai
3. Mengejar omset pendapatan
4. Banyak pendatang (PKL) liar
5. Korban PHK dan keadaan covid-19.
Ketika City Walk belum terbebas dari PKL, semakin banyak PKL dapat menyebabkan akses
masuk ke fasilitas – fasilitas umum sulit, dan trotoar tampak terlihat kotor.
Ketika City Walk sudah terbebas dari PKL, dan pra pedagang sudah di relokasi ke tempat
yang lebih baik.
Penanganan yang dilakukan tersebut memberikan manfaat yang tidak kecil, baik PKL
yang ditata, masyarakat sekitar maupun Pemerintah Kota Surakarta sendiri. Bagi PKL, dengan
berjualan di dalam pasar otomatis mereka lebih memiliki jaminan keberlanjutan usahanya.
Mereka tidak hanya mendapatkan tempat usaha yang permanen tetapi juga dilindungi undang-
undang (Perda).
Bagi masyarakat sekitar, dengan penataan PKL seperti itu juga membuat kawasan yang
sebelumnya kumuh berubah menjadi lebih nyaman. Sedangkan bagi Pemerintah Kota Surakarta,
mendapat sumber pendapatan asli daerah yang baru. Setidaknya ada tiga cara yang dilakukan
Pemerintah Kota Surakarta dalam menata PKL berkaitan dengan penediaan sarana tempat usaha
yakni mendirikan pasar baru khusus untuk PKL, membangun shelter PKL dan memasukkan PKL
ke pasar-pasar tradisional yang masih memiliki kios/los kosong.
Hasil dari tindakan kami dan beberapa teman dari Paguyuban pedagang yang sudah terdaftar
oleh Dinas Koperasi, Pasar dan penanganan tata ruang Publik adalah;
1. Pengarahan beberapa pedagang PKL ke wilayah yang diijinkan untuk berdagang.
2. Mendata beberapa PKL yang bias disosialisasi untuk masuk ke dalam paguyuban.
3. Menganjurkan tempat yang sesuai untuk berdagang, dengan bantuan dinas terkait.
Dokumentasi dari hasil penanganan PKL yang dipindahkan ke tempat yang lebih strategis dan
dianjurkan dinas terkait Kota Surakarta.
Foto; Cahya Surya H.