BAB. I
PE N DAHU LUAN
1.1. Latar Belakang
Adalah sudah diketahui umum secara luas bahwa persoalan social yang bersifat
kompleks, akut/kronis, pelik, dan dilematis yang mewarnai situasi kehidupan di
wilayah perkotaan, baik di kota besar maupun kota kecil di seluruh Indonesia
(termasuk Kota Tasikmalaya), sebagain besar bertalian dengan keberadaan pedagang
kaki lima ( PKL ). Suka atau tidak suka, PKL selalu dituding sebagai pihak yang
paling bertanggung jawab atas rusaknya estetika sebuah kota.
Dalam kaitan ini, setiap tahun Pemerintah Kota Tasikmalaya selalu
meningkatkan ikhtiar dan daya upaya untuk mengatasi setumpuk permasalahan yang
ditimbulkan oleh ketidakteraturan aktivitas PKL. Upaya dimaksud meliputi penetapan
lokasi, penataan dan relokasi, pemberdayaan, dan stimulasi sarana usaha PKL.
Namun pada akhirnya harapan atau target kegiatan yang sudah direncanakan tersebut,
selalu saja sulit untuk diwujudkan. Seperti terlihat dari perkembangan jumlah PKL.
Jumlah PKL yang diharapkan dapat berkurang atau seidak tidaknya dibatasi, justru
dalam kenyataan bertambah tiap tahunnya. Tahun 2014 armada PKL 2132, Tahun
2015 meningkat menjadi 20378 PKL. Sehingga ekses perdagangan bebas PKL
seperti kekumuhan, kemacetan, kesemerawutan, dan kesumpekan kota menjadi
pemandangan sehari hari yang membuat public jengkel permanen. Para Pedestrian
atau pejalan kaki di trotoar terpaksa melakukan hal yang ganjil menggelikan;
memintaa maaf ke PKL (yang merebut sebagian lahan trotoar) ketika melintas di
sana, Padahal trotoar diperuntukan untuknya, bukan tempat mangkal PKL. Para
pengendara mobil (yang terus bertambah setap tahunnya) merasa tidak nyaman
melintas jalan yang menyempit, karena bahu jalannya diserobot PKL. Begitu pula
dengan sebagian besar pemilik toko sekitar yang mengeluh menghadapi persaingan
dengan PKL. Bahkan kalau di terusi kejatuhan pasar tradisionalpun salah satu
penyebabnya adalah menjamurnya PKL. Secara demikian, peningkatan jumlah PKL
1-1
PENDAHULUAN
LAPORAN
LAPORAN ANTARA
GRAND DESIGN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LAPORAN
PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI KOTA TASIKMALAYA PENDAHULUAN
1-2
PENDAHULUAN
LAPORAN
LAPORAN ANTARA
GRAND DESIGN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LAPORAN
PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI KOTA TASIKMALAYA PENDAHULUAN
tentunya kantong kemiskinan pun makin menggelembung. Hal ini jelas bertabrakan
dengan misi suci (mission sacre) setiap pemerintah dimanapun, yaitu meningkatkan
kesejahteraan rakyat ( welafare state ), antara lain dengan membuka kesempatan
berusaha seluas luasnya bagi rakyat. Selain itu langkah penertiban setiap kali memicu
konflik fisik antara PKL dan aparat, yang secara sepintas terkesan menggambarkan
arogansi pemerintah yang kerap menindas rakyat kecil. Rakyatnya sendiri. Sungguh
trenyuh memang, karena pada kesempatan yang sama, pemerintah kita terlihat
bersikap lunak ketika berhadapan dengan kekuatan asing yang mempunyai dan
mengurus kepentingan bisnis di Indonesia.
Membaca anatomi masalah PKL, Pemerintah secara arif menempuh kebijakan
yang lebih manusiawi dan mengedepankan prosperity approach atau pendekatan
kesejahteraan. yaitu kebijakan penataan dan pemberdayaan sebagaimana tercermin
dalam Peraturan Presiden RI nomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan
dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. PKL diakui sebagai salah satu pelaku
usaha ekonomi kerakyatan yang bergerak dalam usaha perdagangan sector informal.
Mereka melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak
maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas social, fasilitas umum,
lahan dan bangunan milik pemerintah dan atau swasta yang bersifat sementara/ tidak
menetap.
Dalam rangka penanganan PKL di Tasikmalaya yang tersebar di 9 titik lokasi
( Cikurubuk, Dadaha, Cihideung, Pasar wetan, ), Pemerintah Kota
Tasikmalaya telah melakukan langkah yang memang seharusnya dilakukan sesuai
Perpres No. 125 Tahun 2012 tersebut. Yaitu antara lain penetapan lokasi sesuai
RDTR, Penyusunan progam kegiatan penataan dan pemberdayaan PKL kedalam
dokumen perencanaan daerah, pengembangan kemitraan dengan dunia usaha,
samapai fasilitasi akses permodalan. Dari segi kelembagaan, Pemerintah Kota
Tasikmalaya telah membentuk Tim Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan PKL
( Kepwalkot No. 511.23/Kep.340-Ek/2014 ). Bahkan sebagai bentuk keseriusan
1-3
PENDAHULUAN
LAPORAN
LAPORAN ANTARA
GRAND DESIGN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LAPORAN
PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI KOTA TASIKMALAYA PENDAHULUAN
Pemkot menangani PKL, saat ini tengah disusun Rancangan Peraturan Daerah
tentang PKL untuk dimasukan dalam Prolegda 2017.
Namun demikian, keberadaan dan pertumbuhan PKL dari tahun ketahunnya
selalu bertambah, sedangkan Wilayah Kota Tasikmalaya sendiri terbatas karena
belum mengalami perluasan, maka keberadaan PKL tersebut cepat atau lambat
mengganggu dan merusak sestetika sebuah kota. Sebagaiman diketahui, Sebuah kota
memiliki ciri yang berbeda dengan pusat wilayah kabupaten atau desa. Kota sebagai
hamparan wilayah yang digunakaan penduduknya sebagai pusat aktivitas ekonomi,
pendidikan, sosial, pengembangan budaya, ditandai dengan kepadatan penduduk
tinggi, mata pencaharian penduduk heterogen. Di dalam kota lazim adanya
pemisahan keruangan yang dapat membentuk kompleks tertentu. Seperti gedung
pemerintah dan swasta, alun-alun, tempat ibadah, lapas, pasar, tempat parkir, sarana
olahraga dan rekreasi, ruang terbuka, dan pusat pembelajaan umum.
Pada akhirnya akan dirasakan adanya dua kepentingan yang saling berbenturan,
yaitu antara mengusung estetika kota dengan stabilitas penyerapan angkatan kerja
dengan membiarkan PKL beraktivitas semaunya. Pemkot sendiri menyadari bahwa
selama 8 tahun berdirinya Kota Tasikmalaya, program penanganan PKL yang
dilakukan belum menyentuh prestasi puncak yang prestisus. Setidaknya belum
diraihnya penghargaan Adipura dari Pusat; sebagai simbol kota bersih. Masih
dibawah prestasi ketika Kota Tasikmalaya berada dalam wilayah Administrasi
Kabupaten Tasikmalaya 8 tahun silam, yang pernah menyenyam keharuman
penghargaan Adipura.
Dalam pada itu membiarkan akses ketidak aturan aktivitas PKL bukan hanya
dirasakan penduduk Kota Tasikmalaya, tetapi juga mempengaruhi kenyamanan para
pengunjung yang datang ke Kota Tasikmalaya. Apabila Pemerintah Kota mampu
memberikan pelayanan yang nyaman bagi para pengunjung yang datang untuk rupa-
rupa keperluan seperti wisata, muhibah budaya, atau kepentingan bisnis, pada
gilirannya akan mengais berkah berupa meningkatnya pendapatan daerah. Kini
tantangan obsesif yang harus dihadapi adalah bagaimana secara serasi memadukan
1-4
PENDAHULUAN
LAPORAN
LAPORAN ANTARA
GRAND DESIGN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LAPORAN
PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI KOTA TASIKMALAYA PENDAHULUAN
dua kepentingan tersebut, dengan mengkreasikan PKL sebagai bagian dari daya tarik
kota yang estetis, misalnya dengan menyunting konsep wisata belanja.
Berangkat dari narasi latar belakang diatas, Pemkot Tasikmalaya ( di Bagian
Ekonomi Setda ) melalui APBD Th 2016 mengalokasikan anggaran Kajian Grand
design penataan dan pemberdayaan PKL di Kota Tasikmalaya. Kegiatan kajian
menetapkan sasaran yaitu satu lokasi PKL yaitu Kawasan Pasar Wetan.
1.2. Keluaran, Maksud dan Tujuan
1) Peraturan Presiden No. 125 Tahun 2012 Tentang Koordinasi Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
2) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
1-5
PENDAHULUAN
LAPORAN
LAPORAN ANTARA
GRAND DESIGN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LAPORAN
PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI KOTA TASIKMALAYA PENDAHULUAN
Metode kajian yang digunakan adalah penyelidikan deskriptif yaitu suatu metode
kajian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada
masalah actual.
Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan
dan penyusunan data tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu.
Pada taraf terakhir metode deskriptif harus sampai pada kesimpulan dan rekomendasi
yang didasarkan atas penelitian data dan informasi. Sedangkan teknik pengumpulan
data yang digunakan meliputi: a). observasi langsung yaitu teknik pengumpulan data
dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala subyek
yang diselidiki
a) Wawancara atau interview yaitu teknik pengumpulan data yang menghendaki
komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau sampel. Untuk
mempertinggi ketelitian untuk sampel tertentu dapat dilakukan wawancara
mendalam ( depth interview ).
b) Angket atau quistionare yaitu teknik pengumpulan data yang dapat dipandang
sebagai interview tertulis. Teknik angket terdiri dari dua jenis, yaitu
pertama angket berstruktur yaitu anget yang hanya membutuhkan jawaban
tegas dan konkrit, misalnya menjawab pertanyaan pilihan berganda dengan
mencontreng. Kedua angket tak berstruktur, disini diperlukan dari responden
1-6
PENDAHULUAN
LAPORAN
LAPORAN ANTARA
GRAND DESIGN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LAPORAN
PEDAGANG KAKI LIMA ( PKL ) DI KOTA TASIKMALAYA PENDAHULUAN
1-7
PENDAHULUAN
LAPORAN
LAPORAN ANTARA