Anda di halaman 1dari 9

Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXI No.

2 Des 2016
Christina Menuk S - Tony Susilo Wibowo

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA


STUDI KASUS PKL DI SURABAYA

Christina Menuk S
Email: menukch@yahoo.com
Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Tony Susilo Wibowo


Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Abstrak
Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan pekerjaaan yang banyak diminati sebagian penduduk
di Surabaya. Keberadaan PKL tidak selalu memerlukan pendidikan formal dan ketrampilan yang
tinggi dan tidak mensyaratkan modal yang besar. Pedagang kaki lima adalah orang yang dengan
modal yang relatif sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang (jasa-jasa) untuk
memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat. Penelitian ini menganalisis faktor -
faktor yang mempengaruhi pendapatan Pedagang Kaki Lima di Surabaya. Melalui 267 didapatkan
hasil bahwa pengalaman menjual, pelayanan, kemampuan manajerial, aspek ekonomi, aspek sosial,
kualitas produk, persepsi terhadap harga, lokasi, promosi, kualitas layanan, faktor psikologis, faktor
sosial dan faktor pribadi berpengaruh secara bersama-sama terhadap pendapatan pedagang kaki lima.
Sedangkan secara parsial kemampuan manajerial, aspek ekonomi, kualitas produk dan kualitas
layanan berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima.

Kata Kunci : Pedagang Kaki Lima, pengalaman menjual, pelayanan, kemampuan manajerial, aspek
ekonomi, aspek sosial, kualitas produk, persepsi terhadap harga, lokasi, promosi, kualitas
layanan, faktor psikologis, faktor sosial dan faktor pribadi.

PENDAHULUAN dalam Endang Hariningsih, Rintar Agus


Keberadaan PKL tidak selalu Simatupang , 2008).
memerlukan pendidikan formal dan PKL pada umumnya adalah self-
ketrampilan yang tinggi dan tidak employed, artinya mayoritas hanya terdiri dari
mensyaratkan modal yang besar. Pilihan satu tenaga kerja. Modal yang dimiliki relatif
masyarakat untuk bekerja di sektor informal tidak terlalu besar, dan terbagi atas modal
dianggap merukapan langkah terbaik saat tetap, berupa peralatan, dan modal kerja. Dana
menghadapi tekanan ekonomi. Pilihan tersebut tersebut jarang sekali dipenuhi dari lembaga
dikarenakan bekerja disektor informal keuangan resmi, biasanya berasal dari sumber
khususnya pedagang kaki lima hanya dana ilegal atau dari supplier yang memasok
memerlukan modal serta ketrampilan yang barang dagangan. Sedangkan sumber dana
minim. Pekerjaan sebagai pedagang kaki lima yang berasal dari tabungan sendiri sangat
telah dimanfaatkan sebagai pekerjaaan utama sedikit. Ini berarti hanya sedikit dari mereka
maupun sebagai pekerjaan sampingan untuk yang dapat menyisihkan hasil usahanya,
menambah penghasilan. Keadaan tersebut dikarenakan rendahnya tingkat keuntungan
membuktikan bahwa pedagang kaki lima dan cara pengelolaan uang, kemungkinan
merupakan salah satu alternative lapangan untuk mengadakan investasi modal
pekerjaan untuk mengatasi pengangguran yang maupun ekspansi usaha sangat kecil.
ada di perkotaan. Pedagang kaki lima adalah Secara garis besar kesulitan yang dihadapi
orang yang dengan modal yang relatif sedikit oleh para PKL berkisar antara peraturan
berusaha di bidang produksi dan penjualan pemerintah mengenai penataan PKL belum
barang-barang (jasa-jasa) untuk memenuhi bersifat membangun/konstruktif, kekurangan
kebutuhan kelompok tertentu di dalam modal, kekurangan fasilitas pemasaran, dan
masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada belum adanya bantuan kredit (Hidayat dalam
tempat-tempat yang dianggap strategis dalam Auliya Insani Yunus, 2011 ).
suasana lingkungan yang informal (Winardi Sejalan dengan uraian diatas
pedagang kaki lima merupakan kegiatan usaha

Page | 286
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXI No. 2 Des 2016
Christina Menuk S - Tony Susilo Wibowo

yang mampu memperluas lapangan kerja dan kerja, mereka mengambil tenaga kerja dari
memberikan pelayanan ekonomi yang luas anggota keluarga ( Firdaus Naufal , 2011).
kepada masyarakat dan dapat berperan dalam Di Surabaya, PKL merupakan salah
proses pemerataan dan peningkatan pendapatan satu elemen penting dalam pemberdayaan
masyarakat serta mendorong pertumbuhan UMKM, hal ini yang menjadi perhatian
ekonomi dalam mewujudkan stabilitas Menteri Koperasi dan UMKM Syarif Hassan
ekonomi. Bahkan pedagang kaki lima dapat menyambut gembira dengan maraknya
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan UMKM yang ada di Jawa Timur pada
masyarakat yang berpenghasilan rendah. Selain umumnya dan Surabaya pada khususnya. " Ini
itu pedagang kaki lima mempunyai potensi merupakan bukti bahwa Surabaya menjadi
yang cukup besar untuk memberikan kontribusi salah satu sentranya UMKM di Indonesia,"
terhadap pendapatan daerah. bahkan ia juga mengingatkan agar PKL tidak
Keberadaan Pedagang Kaki Lima di senantiasa digusur, tetapi yang tepat
kota–kota besar di Indonesia menunjukkan bersinergi”(beritanusa.com, senin 26-5-2012)
pesatnya pembangunan kota tersebut. Hal ini senada dengan sambutan Presiden
Peningkatan jumlah PKL yang sedemikian Republik Indonesia pada Peringatan Satu
cepat mendatangkan banyak permasalahan Tahun Gerakan Kewirausahaan Nasional dan
seperti keindahan kota, kemacetan, kekumuhan Pemberdayaan PKL, bahwa berharap PKL bisa
serta permasalahan kriminalitas. Penertiban menjalankan usahanya sesuai dengan yang
senantiasa diupayakan pemerintah kota diatur dan ditata oleh pemerintah daerah.
Surabaya dengan membuat Kawasan/ Sentra (www.setneg.go.id, Kamis, 8 Maret 2013 ).
PKL binaan sebagaimana diatur dalam Perda Ikhwan Asrin, Deputi Bidang Pemasaran dan
Kota Madya Surabaya No. 10 tahun 1987 Jaringan Usaha Kementerian Koperasi dan
tentang Pengaturan Tempat Usaha dan UMKM (ginting-munthebisnis.co.id
Pembinaan PKL dan Keputusan Walikota www.depkop.go.id) menyatakan PKL dalam
Madya Surabaya No 3 tahun 1999 tentang visi instansi adalah pengusaha tangguh yang
penataan Lokasi Usaha dan Pembinaan Usaha harus dihargai." Agar menjadi pengusaha yang
PKL. Namun relokasi ini tidak selamanya tangguh maka pedagang kaki lima yang
direspon positif oleh PKL. Alasannya adalah mayoritas mempunyai usaha dibidang
konsumen di tempat baru kurang menjanjikan, makanan dan minuman dimana usaha ini
dan minat pembeli jadi menurun yang hampir tidak pernah mati maka agar dapat
berakibat pada pendapatan juga menurun. menarik para konsumen produk atau jenis
(Alisyahbana, 2004) makanan yang ditawarkan harus mempunyai
Hal ini senada dengan penelitian kelebihan serta perbedaan pada rasa, menu,
yang dilakukan oleh Octara Lintang Surya serta penyajian dari makanan dan minuman itu
(2006) bahwa aktivitas PKL pada dasarnya sendiri ( Estrada dalam Fivi Rahmatus
mengikuti aktivitas kegiatan utama serta Sofiyah, 2013).
menyesuikan dengan lokasi yang dijadikan Mengacu pada permasalahan tersebut
tempat berdagang PKL itu sendiri. Karena itu maka penelitian mengenai faktor - faktor yang
tempat usaha berpengaruh terhadap tingkat mempengaruhi pendapatan Pedagang Kaki
pendapatan bersih pedagang kaki lima. Lima di Surabaya penting untuk dilakukan.
(Endang Hariningsih, Rintar Agus Dengan mengetahui faktor- faktor yang
Simatupang, 2008) Dalam upaya mempengaruhi pendapatan dapat memberikan
meningkatkan pendapatan pedagang kaki rangsangan bagi faktor pebdukung dan
lima yang dalam hal ini merupakan bagian mengurangi faktor-faktor penghambat bagi
dari usaha mikro kecil dan menengah sektor keberhasilan usaha pedagang kaki lima.
informal, para pemilik atau owner masih
melakukan pencatatan keuangan secara KAJIAN PUSTAKA
tradisional (manual). Dari sisi strategi Pedagang Kaki Lima
produksi, para pedagang kurang berusaha Pedagang Kaki Lima (PKL)
melakukan inovasi pada menu yang mereka adalah pedagang kecil yang umumnya
sajikan. Dalam aspek pemasaran, para berperan sebagai penyalur barang-barang dan
pedagang lebih bersikap pasif dalam jasa ekonomi kota. Keberadaan Pedagang
memasarkan produk mereka. Sedangkan Kaki Lima dapat ditemukan, baik di negara
didalam sumber daya manusia merekrut tenaga maju maupun berkembang (Schneider, 2002).

Page | 287
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXI No. 2 Des 2016
Christina Menuk S - Tony Susilo Wibowo

Istilah kaki lima sendiri berasal dari trotoar analisis-analisis maupun pertimbangan
yang dahulu berukuran lebar 5 feet atau sama yang berdasar informasi pasar.
dengan kurang lebih 1.5 meter, sehingga dalam c. Informasi pasar yang diperoleh masih
pengertian ini PKL adalah pedagang yang sangat terbatas dan tidak teratur.
berjualan pada kaki lima, dan biasanya d. Penyusunan kepegawaian didasarkan
mengambil tempat atau lokasi di daerah pada hubungan kekeluargaan.
keramaian umum seperti trotoar di depan e. Kurang gesit dan inisiatif dalam mencari
pertokoan atau kawasan perdagangan, pasar, data.
sekolah dan gedung bioskop (Widodo dkk, f. Skill yang dimiliki diperoleh dari warisan
2000). Pemilihan tempat tersebut dipilih orang tua sehingga keahlian sifatnya
karena Pedagang Kaki Lima selalu berusaha tradisional.
supaya barang dagangannya cepat habis g. Memiliki sifat ikut-ikutan.
terjual. Untuk itu jenis ruang usaha yang h. Tujuan usahanya sangat bervariasi, antara
digunakan biasanya adalah pusat-pusat daerah lain mencari keuntungan yang maksimum
yang padat penduduknya, maupun derah- untuk menjamin kelangsungan hidup
daerah pertemuan jalur lalu lintas yang unytuk menjalankan warisan orang tua
padat. Adapun sarana berjualan yang banyak hingga untuk menghidupi keluarga.
digunakan oleh Pedagang Kaki Lima yaitu i. Pada umumnya tdak menjalankan
berupa kios, tenda, maupun berjualan secara pencatatan keuangan secara teratur
lesehan dengan cara menggelar barang sehingga sukar untuk menjalankan fungsi
dagangan yang akan ditawarkan kepada pengontrolan.
pembeli. Sarana berjualan berupa kios-kios j. Kegiatan usaha dicampuradukan dengan
yang digunakan oleh Pedagang Kaki Lima urusan keluarga.
merupakan tempat usaha yang memiliki atap k. Ada kecenderungan yang sangat kuat
dan berdinding semi permanen. Dinding kios terhadap pola kepemimpinan yang
biasanya terbuat dari papan kayu atau triplek. mengarah ke sistem manajer tunggal.
Keberadaan Pedagang Kaki Lima di perkotaan
bukanlah kelompok masyarakat yang gagal Konsep Pendapatan/ Keuntungan
masuk ke dalam sistem ekonomi perkotaan. Secara etimologis pendapatan berasal
Namun, keadaan ini menunjukkan bahwa dari kata “dapat” yang beroleh, diperoleh,kena.
keberadaan Pedagang Kaki Lima merupakan Misalnya : upah sepuluh ribu rupiah.
transformasi dari masyarakat pedesaan yang Kemudian mendapat tambahan awalan “pen”
berbasis pertanian ke masyarakat perkotaan dan akhiran “an” yang artinya hasil pencarian
yang berbasis perdagangan, industri dan jasa. atau usaha, perolehan, misalnya sebulan tidak
Pengertian PKL terus berkembang kurang dari lima puluh ribu rupiah. Dengan
sehingga sekarang menjadi kabur artinya mereka demikian pendapatan adalah hasil pencaharian
tidak lagi berdagang diatas trotoar saja tetapi atau usaha yang diperoleh seseoran dalam
disetiap jalur pejalan kaki, tempat parkir, ruang sehari atau sebulan. (Poerwadarminta dalam
terbuka, taman, terminal dan bahkan Endang hariningsih, Riantar Agus S : 2008).
perempatan jalan dan berkeliling ke rumah- Pendapat lain tentang pendapatan (Revenue)
rumah penduduk (Nazir, 2010). Sebagai dapat didefinisikan secara umum sebagai hasil
sebuah unit usaha, PKL merupakan kegiatan dari suatu perusahaan. Pendapatan adalah
usaha informal karena tidak mempunyai darah kehidupan dari suatu perusahaan.
legalitas usaha. Relasi yang dibangunpun Mengingat pentingnya sangat sulit
sering merupakan relasi informal dalam mendefinisikan pendapatan sebagai unsur
artian tidak menggunakan perjanjian akuntansi pada dirinya sendiri. Pada dasarnya
tertulis di antara mereka (Nurul, 2009). pendapatan adalah kenaikan laba. Seperti laba
Sistem manajemen pedagang kecil tidak lepas pendapatan adalah proses arus penciptaan
dari ciri-ciri pedagang kecil itu sendiri barang atau jasa oleh suatu perusahaan selama
(Ranupandojo,1977 dalam Dwi Hayu Agustini suatu kurun waktu tertentu. Umumnya,
dan Erna Agustina Yudiati,2003). Ciri-ciri pendapatan dinyatakan dalam satuan uang”.
tersebut adalah: (Theodurus M.Tuanakotta :2000;152) Dari
a. Pengambilan keputusan dilakukan sendiri. pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
b. Dasar pengambilan keputusannya adalah pendapatan adalah suatu jumlah yang
intuisi/perasaan dan kurang menggunakan

Page | 288
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXI No. 2 Des 2016
Christina Menuk S - Tony Susilo Wibowo

diperoleh dari hasil penjualan barang atau jasa seorang, semakin tinggi tingkat pendidikan
yang dilakukan oleh dalam suatu usaha. dan pengalaman maka makin tinggi pula
Jenis-jenis pendapatan menurut Kusnadi tingkat pendapatanya, kemudian juga tingkat
(2000) adalah sebagai berikut : pendapatan sangat dipengaruhi oleh modal
1. Pendapatan operasi yaitu yaitu pendapatan kerja, jam kerja, akses kredit, jumlah tenaga
sebelum dikurangi penjualan return dan kerja, tanggungan keluarga, jenis barang
potongan penjualan). Pendapatan operasi dagangan (produk) dan faktor lainya. Pada
dapat diperoleh dari dua sumber yaitu umumnya masyarakat selalu mencari tingkat
Penjualan kotor (penjualan sebagaimana pendapatan tinggi untuk memenuhi kebutuhan
tercantum dalam faktur atau jumlah awal rumah tangganya, akan tetapi dibatasi oleh
pembebanan dan Penjualan bersih adalah beberapa faktor tersebut (Nazir, 2010).
penjualan yang diperoleh dari penjualan Disamping faktor diatas usaha
kotor dikurangi return penjualan ditambah seseorang untuk meningkatkan pendapatan
dengan potongan penjualan lain-lain. perlu memperhatikan lingkungannya
2. Pendapatan non operasi yaitu Pendapatan mencakup linkungan internal dan lingkungan
diperoleh dari dua sumber yaitu: eksternal. (Ricky W. Griffin, Ronald J Ebert,
Pendapatan bunga adalah pendapatan yang 2006). Lingkungan internal adalah semua
diteriman perusahaan karena telah sumber daya manusia dan fisik yang
meminjamkan uangnya kepada pihak lain mempengaruhi perusahaaan. Pihak yang
dan Pendapatan sewa adalah pendapatan berkepentingan internal yaitu perusahaan itu
yang diterima perusahaan karena telah sendiri. Unsur-unsur dari lingkungan internal
menyewakan aktivanya untuk perusahaan antara lain:
lain. 1. Karyawan. Semakin berkembangnya
Secara garis besar pendapatan organisasi maka karyawan dituntut untuk
digolongkan menjadi tiga golongan lebih meningkatkan ketrampilan dan
(Suparmoko, 2000), yaitu : kemampuannya. Adakalanya suatu posisi
1. Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh dalam organisasi menghendaki klasifikasi
setelah orang tersebut melakukan pekerjaan pendidikan tertentu, seperti programer
untuk orang lain yang diberikan dalam komputer mensyaratkan karyawanya untuk
waktu satu hari, satu minggu maupun satu menguasai software terbaru.
bulan. 2. Manajemen. Dalam menjalankan usahanya,
2. Pendapatan dari Usaha Sendiri. Merupakan organisasi memerlukan koordinasi atau
nilai total dari hasil produksi yang pengaturan agar sasaran organisasi dapat
dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar tercapai. Pengertian manajemen yang
dan usaha ini merupakan usaha milik terdapat dalam investorwords.com
sendiri atau keluarga dan tenaga kerja ”management is the group of individuals
berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai who make decisions about how a business
sewa kapital milik sendiri dan semua biaya is run” .
ini biasanya tidak diperhitungkan. 3. Pemegang saham dan dewan direksi. Pada
3. Pendapatan dari Usaha Lain. Pendapatan sebuah perusahaan publik yang besar,
yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga pemegang saham memiliki kemampuan
kerja, dan ini biasanya merupakan untuk mempengaruhi pengambilan
pendapatan sampingan antara lain : 1.) keputusan melalui hak pemberian suara
Pendapatan dari hasil menyewakan aset pada rapat umum pemegang saham.
yang dimiliki seperti rumah, 2.) Ternak dan 4. Modal dan peralatan fisik. Organisasi atau
barang lain, 3.) Bunga dari uang, 4.) perusahaan membutuhkan modal untuk
Sumbangan dari pihak lain, 5.) Pendapatan kelangsungan hidupnya. Untuk organisasi
dari pensiun, 6.) Dan lain-lain. yang telah go public modal diperoleh dari
para penanam saham. Peralatan fisik seperti
Faktor - faktor yang mempengaruhi sarana dan prasarana juga menjadi modal
pendapatan suatu organisasi.
Pada hakikatnya pendapatan yang Lingkungan eksternal adalah institusi atau
diterima oleh seseorang maupun badan usaha kekuatan luar yang potensial mempengaruhi
tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, kinerja organisasi. Lingkungan eksternal
seperti tingkat pendidikan dan pengalaman meliputi :

Page | 289
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXI No. 2 Des 2016
Christina Menuk S - Tony Susilo Wibowo

1. Lingkungan khusus yang berarti orang- mengarahkan serta mengendalikan aktivitas


orang yang mempunyai kepentingan dalam organisasi bisnis
organisasi (stakeholder), seperti konsumen,
pemasok, pesaing, dan kreditor : METODE PENELITIAN
a. Konsumen. Sebagaimana diketahui, Populasi dan Sampel
perusahaan ada untuk memenuhi Populasi adalah kelompok yang dinilai
kebutuhan konsumen. Konsumen atau atau diterapi dalam sebuah penelitian. Sampel
pelanggan merupakan kelompok merupakan bagian dari populasi keseluruhan
potensial yang mengonsumsi output yang dipilih secara cermat agar memiliki dan
atau barang dan jasa yang dihasilkan mencerminkan populasi yang ada. (Cooper dan
perusahaan atau organisasi bisnis dan Emory dalam Endang Harianingsih dan
juga lembaga pemerintahan maupun Riantar Agus S, 2008). Dalam penelitian ini
organisasi nonprofit lainnya. populasi adalah Pedagang Kaki Lima yang
b. Pemasok. Perusahaan atau individu berada di Sentra PKL Kota Surabaya yang
yang menyediakan faktor-faktor berjunlah 850 PKL. Dengan penentuan
produksi yang dibutuhkan perusahaan batasan rumus random sampling dengan
untuk memproduksi produk atau ukuran < 1000 dapat digunakan rumus n =
jasanya. Pasokan meliputi penyediaan N/(1 + Ne^2) Slovin (2010). Setelah dihitung
bahan baku/material, peralatan, input dengan rumus diatas jumlah sampel ditetapkan
keuangan dan tenaga kerja. 274 PKL. Proses menentukan sampel
c. Pesaing. Persaingan, meliputi semua diambil secara acak, dengan menggunakan
tawaran pesaing yang nyata maupun model undian.
potensial serta substitusi yang
dipertimbangkan oleh pembeli. Instrumen Penelitian, Uji Validitas dan
Biasanya setiap perusahaan mempunyai Reliabilitas Instrumen
satu atau lebih pesaing. Perusahaan Pengambilan data dilakukan dengan
perlu lebih memuaskan kebutuhan dan menggunakan kuesioner. Variabel yang diukur
keinginan konsumen melalui penawaran adalah variabel pendapatan dan faktor – faktor
produk dan jasa yang lebih baik dari yang mempengaruhinya. Variabel pendapatan
pesaing. (Y) merupakan variabel dependen yang
d. Kreditor. Perusahaan perlu diukur dengan:
memperhatikan kreditor atau kelompok 1. Jumlah Pembeli Setiap hari (Y1), diukur
kepentingan tertentu yang dengan banyaknya pembeli setiap hari
mempengaruhi kegiatan organisasi 2. Omzet Penjualan setiap hari (Y2), diukur
secara finansial (institusi keuangan dengan jumlah penjualan kotor setiap
ataupun individu yang memberikan hari
pinjaman dana). Kreditor, misalnya 3. Pendapatan bersih setiap hari (Y3),
bank akan menganalisis secara saksama diukur dengan jumlah pendapatan bersih
dan teliti mengenai perkembangan setiap hari.
bisnis dan potensi dari suatu perusahaan
karena bank sangat berkepentingan Sedangkan Variabel independen diukur
dalam hal pencegahan terjadinya kredit dengan:
macet atau ketidakmampuan perusahaan 1. Pengalaman Menjual (X1) menunjukan
dalam mengembalikan pinjaman yang ramai dan strategisnya tempat menjual
diberikan. barang yang diperdagangkan.
2. Lingkungan umum meliputi berbagai 2. Pelayanan Menjual (X2) menunjukkan
faktor, antara lain kondisi ekonomi, politik kemampuan melayani pembeli
dan hukum, sosial budaya, demografi, 3. Kemampuan Manajerial (X3)
teknologi, dan kondisi global yang menunjukkan kemampuan mengelola
mungkin mempengaruhi organisasi. usaha
Perubahan lingkungan umum biasanya 4. Aspek Ekonomi (X4) menunjukkan
tidak mempunyai dampak sebesar kemampuan menciptakan hubungan
perubahan lingkungan khusus, namun yang harmonis antara sesama pedagang,
demikian manajer harus memperhatikannya konsumen, dan pihak ketiga serta
ketika merencanakan, mengorganisasi, pemerintah setempat.

Page | 290
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXI No. 2 Des 2016
Christina Menuk S - Tony Susilo Wibowo

5. Aspek sosial (X5) menunjukkan X5 = koefisien regresi untuk variabel Aspek


kemampuan melakukan interaksi dengan sosial (X5)
pihak terkait ( kesehatan dan gizi, e = error
hukum, pemerintah).
Sebelum dianalisis, dilakukan uji
Setelah data ditabulasi selanjutnya penyimpangan regresi. Dan setelah dianalisis
dilakukan uji validitas untuk mengetahui selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan
apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner menggunakan Uji-f (Hipotesis diterima apabila
benar-benar mampu mengungkapkan dengan F hitung lebih besar dari Ftabel (Fh > Ft) atau
pasti apa yang akan diteliti, dengan cara diperoleh harga p < 0,05) dan Pengujian
mengkorelasi setiap skor indikator dengan dilakukan melalui uji t dengan
total skor indikator variabel, kemudian hasil membandingkan thitung (th) dengan ttabel(tt) pada
korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada  0,05.
taraf siginifikan 0,05. Jika nilai signifikansi
lebih kecil atau sama dengan 0,05 (< 0,05) HASIL DAN PEMBAHASAN
maka seluruh instrumen dari kuesioner Karakteristik Responden
tersebut pada kondisi valid sehingga dapat Melalui penyebaran angket secara
dipakai sebagai alat pengumpulan data begitu langsung kepada responden yang berada di
pula sebaliknya. Untuk menguji kehandalan sentra PKL sesuai dengan jumlah sampel yang
instrumen yang sudah dibuat digunakan ditentukan, sebanyak 263 kuisioner memenuhi
koefisien reliabilitas ( Alpha Cronbach). syarat untuk dianalisis, ada 4 kuesioner yang
Apabila hasil penelitian nilai alpha ( ά ) berada tidak memenuhi syarat karena hasil tabulasi
diatas 0,6 berarti data penelitian dapat dinyatakan kurang lengkap (terdapat item
diandalkan atau riliabel. (Ghozali, 2005). kuisioner yang tidak terisi). Dari hasil
kuesioner yang telah disebarkan diperoleh
Analisis data informasi bahwa
Analiisis data yang digunakan dalam 1) Usia responden berada pada usia 46 –
penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda 55 tahun (37,64%) kemudian diikuti pedagang
di bantu program SPSS dengan menggunakan berusia 36 – 45 tahun sebanyak 31,56%.
model sebagai berikut : Memperhatikan usia tersebut dapat dikatakan
Y = a +b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e bahwa pedagang kaki lima yang berada berada
pada usia produktif. 2) Hanya 15,59 %
Keterangan: pedagang dengan usia diatas 55 tahun dan
Y = Variabel dependen yang diprediksikan 3.04% pedagang yang berusia kurang dari 25
(Pendapatan ) tahun. 3) Pendidikan terakhir sebanyak 130
a = Konstanta orang ( 49,43%) adalah tamatan Sekolah
b1 =koefisien prediktor untuk variabel Menengah Atas dan atau Sekolah Menengah
Pengalaman Menjual (X1) Kejuruan namun demikian ada yang
b2 = koefisien prediktor untuk variabel berpendidikan Sarjana sebanyak 27 orang
Pelayanan Menjual (X2) (10,27%). 4) Hanya 6,46% responden belum
b3 = koefisien prediktor untuk variabel berkeluarga, 32 orang (12,17%) pedagang
Kemampuan Manajerial (X3) yang berstatus duda/janda yang berarti
b4 = koefisien prediktor untuk variabel Aspek 81,37% berstatus kawin. 5) Mayoritas
Ekonomi (X4) pedagang adalah laki-laki berjumlah 145 orang
b5 = koefisien prediktor untuk variabel Aspek (55,13%) dan yang perempuan berjumlah 118
sosial (X5) orang (44,87%). 6) Mereka sudah
X1 = koefisien regresi untuk variabel berpengalaman sebagai pedagang , 49,05%
Pengalaman Menjual (X1) berjualan lebih dari delapan tahun. 7) Hanya
X2 = koefisien regresi untuk variabel 1,14% yang menyatakan berjualan di sentra
Pelayanan Menjual (X2) kurang dari 4 jam , selebihnya menyatakan
X3 = koefisien regresi untuk variabel berjualan lebih dari 10 jam per hari. 8) 46
Kemampuan Manajerial (X3) orang pedagang menyatakan jumlah pembeli
X4 = koefisien regresi untuk variabel Aspek lebih dari 50 orang (17,49%) , selebihnya
Ekonomi (X4) rata-rata kurang dari 30 orang per hari. 9)
Hanya 5,62% responden yang omzet penjualan

Page | 291
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXI No. 2 Des 2016
Christina Menuk S - Tony Susilo Wibowo

dalam sehari berada diatas Rp 1.000.000,- dan Hasil angket menyatakan bahwa 58,05%
hanya 19 orang pedagang yang menyatakan pedagang menyatakan ada hubungan yang
pendapatan bersih setiap hari lebih dari Rp harmonis dengan masyarakat perangkat desa,
350.000,-. 10) Pengalaman menjual bagi ada pembinaan dan pelatihan sangat setuju
pedagang dituangkan dalam persepsi akan menyatakan ada jaminan perlindungan dari
ramai dan strategisnya tempat jualan, untuk pemerintah. Namun demikian ada 14,61%
mendapatkan penghasilan, dagangan milik pedagang yang menyatakan tidak setuju
sendiri, barang yang djual kondisinya bagus, karena tidak ada kerjasama antar pedagang,
mengetahui kelemahan dan kelebihan perusahaan dan instansi lain. 14) Aspek
barang yang dijual. Hasil kuisioner sosial dalam penelitian ini meliputi kegiatan
menunjukkan bahwa pengalaman menjual yang dapat meningkatkan kemampuan
dagangan milik sendiri berada pada jumlah pedagang yang berhubungan dengan
yang terbanyak 158 orang. 11) Pelayanan lingkungan sosial seperti penyuluhan tempat
menjual dimaksudkan disini adalah dan sarana usaha, gizi dan kesehatan, sadar
bagaimana pedagang melayani pembeli hukum, limbah dan usaha PKL menunjang
selama berdagang, mencakup menyapa program pemerintah. Penyuluhan sadar hukum
pembeli dengan ramah, melayani pembeli berada pada pilihan terbanyak 156 orang
dengan baik, menciptakan komunikasi dengan .Selain itu hampir semua pedagang
enak, memastikan pada pembeli untuk menyatakan setuju karena pedagang masih
membeli dagangannya dan mengucapkan memerlukan penyuluhan dan pembinaan untuk
terimakasih pada akhir melayani pembeli. kemajuan usahanya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa jawaban
terbanyak berada pada setuju untuk Analisis Data
menciptakan komunikasi dengan enak Data yang sudah didapatkan
sebanyak 142 orang 12) Variabel kemampuan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
manajerial digunakan untuk mengungkapkan analisis Regresi Linier Berganda. Berdasarkan
apakah pedagang mempunyai kemampuan hasil analisis diperoleh nilai koefisien
dalam menjalankan kegiatan usaha yang di determinan sebesar 0,54, yang berarti
lihat dari selalu membuat perencanaan, ada pendapatan dapat dijelaskan oleh variable
pembagian tugas dalam melayani pembeli, pengalaman menjual, pelayanan, kemampuan
memotivasi pelayan dan tidak menyerah manajerial, aspek ekonomi, aspek sosial
walaupun kondisi sepi, mencatat pemasukan sebesar 54 % dan 46% dijelaskan oleh variable
dan pengeluaran selama berjualan, selalu yang tidak masuk dalam model.
mengecek/mengadakan evaluasi. Hasil angket
didapatkan bahwa 55,43% pedagang setuju Persamaan garis regresi taksiran yang
melakukan pencatatan pemasukan dan diperoleh adalah :
pengeluaran selama berjualan serta membuat
perencanaan dan kurang setuju kalau ada Y = 3.06 - 0.031 X1 + 0.042 X2 + 0.222 X3 -
pembagian tugas. 13) Variabel aspek ekonomi 0.282 X4 - 0.061 X5
digunakan untuk mengetahui faktor secara
ekonomi dapat mempengaruhi pedagang Untuk mengetahui apakah variable bebas
dalam melakukan penjualan seperti jaminan secara bersama sama mempengaruhi variabel
perlindungan dari pemerintah, ada pembinaan terikat, maka dilakukan pengujian dengan
dan pelatihan, tercipta hubungan yang menggunakan pendekatan analisis varians
harmonis dengan masyarakat/perangkat desa, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
ada kerja sama permodalan dengan koperasi,
paguyuban atau pemerintah, ada kerjasama H0: β1= β2 = ……… = β5
antar pedagang, perusahaan dan instansi lain. H0: β1≠ β2 ≠ ……… ≠ β5

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Serentak


Sumber Variasi DB JK MS F P
Regresi 5 16,051 1,235 1,86 0,035
Residual 258 168,023 0,6641
Total 263 184.074

Page | 292
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXI No. 2 Des 2016
Christina Menuk S - Tony Susilo Wibowo

Statistik ujinya adalah F, dan dari pelayanan, kemampuan manajerial, aspek


hasil analisis diperoleh nilai probabilitas ekonomi, aspek sosial, berpengaruh secara
sebesar 0,035 lebih kecil dari alpha yang bersama-sama terhadap pendapatan.
ditentukan, jadi minimal ada satu β yang Untuk mengetahui nilai β yang tidak sama
nilainya tidaksama dengan nol, dan dapat dengan nol, dilakukan pengujian secara parsial
disimpulkan bahwa pengalaman menjual, dan hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Uji Parsial


VariabelBebas Koefisien SE Koefisien T P Keterangan
Konstanta 3,0612 0,779 3,93 0
X1 -0,031 0,113 -0,27 0,785
X2 0,042 0,133 0,32 0,749
X3 0,222 0,138 2,31 0,008 Tolak Ho
X4 -0,282 0,113 -2,51 0,013 Tolak Ho
X5 -0,061 0,119 -0,52 0,606

Hasil analisis pada Tabel 4.2


menunjukkan bahwa, X3 atau kemampuan PengujianResidual :
manajerial, X4 atau aspek ekonomi, memiliki Agar persamaan garis regresi dapat
nilai probabilitas lebih kecil dari nilai alpha digunakan untuk mengambil kesimpulan,
yang ditentukan, jadi secara parsial maka dilakukan pengujian terhadap asumsi
kemampuan manajerial, aspek ekonomi, residual.
berpengaruh secara signifikan terhadap
pendapatan PKL.
Tabel 4.3 Hasil Uji Asumsi Residual
Pengujian Stat. Uji P Keterangan
HomogenitasVarians r = -0,031 0,609 Residual Homogen
Autokorelasi D = 1,99972 Residual Independen
Normalitas Z = 0,091 0,319 Residual Normal

Pengujian Homogenitas Varians Residual : alpha yang ditentukan, jadi residual


Ho : varians residual homogen berdistribusi normal
H1 : varians residual tidak homogen
Nilai korelasi spearmans-rho– 0,031 dan SIMPULAN DAN SARAN
nilai P = 0,609 , jadi tidak terdapat Simpulan
korelasi yang signifikan antara residuan 1. Pengalaman menjual, pelayanan,
dan nilai Fit, dan dapat disimpulkan kemampuan manajerial, aspek ekonomi,
bahwa asumsi residual homogeny aspek sosial, berpengaruh secara bersama-
dipenuhi. sama terhadap pendapatan PKL
2. Kemampuan manajerial, aspek ekonomi,
Pengujian Autokorelasi Residual : berpengaruh secara parsial dan signifikan
Ho : tidak ada aut okorelasi antar residual terhadap pendapatan PKL
H1 : terdapat korelasi antara residual
Nilai Durbin Watson yang diperoleh Saran
1.99972 mendekati 2, jadi dapat 1. Pemerintah kota melalui Dinas Koperasi
disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi dan UMKM perlu senantiasa melakukan
antar residual pembinaan dalam hal kebersihan. (masih
ada sentra yang berdekatan dengan tempat
Pengujian Normalitas Residual : penampungan sampah).
Ho : residual berdistribusi normal 2. Untuk meningkatkan jumlah pembeli,
H1 : residual tidak berdistribusi normal pemerintah kota Surabaya melalui Dinas
Dari Tabel 4.3 diperoleh nilai Koperasi dan UMKM perlu meninjau
probabilitas 0,319 lebih besar dari nilai

Page | 293
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXI No. 2 Des 2016
Christina Menuk S - Tony Susilo Wibowo

kembali lokasi sentra utamanya sentra yang


disekitarnya tidak ada akses pembeli. Octara Lintang Surya, 2006, Kajian
Karakteristik Berlokasi Pedagang Kaki
DAFTAR PUSTAKA Limadi Kawasan Sekiatr Fasilitas
Alisjahbana, 2004, Resistensi Pedagang Kaki Kesehatan ( Studi kasus : rumah Sakit
Lima di Perkotaan studi Kasus PKL Kota dr.Kariadi Kota Semarang.Fakultas
Surabaya, Kopertis Wilayah VII Jawa Teknik Universitas Diponegoro (
Timur (antimirop.files.wordpress.com) eprints.unidip.ac.id.)

Auliya Insani Yunus, 2011, Potret Kehidupan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 17
Social Ekonomi Pedagang Kaki Lima di tahun 2003 tentang Penataan dan
Kota Makasar ( Kasus penjual Pisang EPE Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
di Pantai Losari). http://Respository-
unhas.ac.id Ricky W.Griffon, Ronald J Ebert, Bisnis , Edisi
Kedelapan, Jilid I , Erlangga , Jakarta.
Dinas Koperasi dan UMKM Kodya
Surabaya, Perda No: 17/2003 tentang Suparmoko, dan Maria R. Suparmoko, 2000.
Penataan dan Pemberdayaan PKL Pokok-Pokok Ekonomika, Yogyakarta:
Penerbit BPFE.
Dwi Hayu Agustin dan Erna Agustins
Yudiati,2002, Keterkaitan Usaha dengan Surabaya.tribunnews.com › Surabaya Metro
Jiwa Kewirausahaan dan Manajemen Minggu, 27 Mei 2012 16:51 WIB
Usaha Pada Pedagang Eceran Berskala
Kecil di semarang , Jurnal Ekonomi dan Schneider, F. dan D. Enste.2002. Shadow
Bisnis , Dian Ekonomi Vol VIII No. 3. Economies Around the World : Sizes,
Cause and Consequences. 2000. IMF
Endang Hariningsih, Riantar Agus Simatupang Working Paper.00/26.
, 2008, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Theodorus M. Tuanakotta (2000). Teori
Eceran Studi Kasus Pedagang Kaki Lima Akuntansi. Jakarta: LPFE UI.
di kota Yogyakarta , Jurnal Bisnis dan
Manajemen Vol 4 . No.2. 2008. Widodo, Ahmadi. 2000,Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pemilihan
Firdaus Naufal, 2011, Strategi Bisnis Usaha Lokasi Usaha PKL, Studi Kasus Kota
Mikro Kecil dan Menengah Sektor Semarang. Tesis tidak diterbitkan.
Informal, UPN Veteran Jawa Timur ( Program Pascasarjana, Magister Teknik
digilib.upnjatim.ac.id) Pembangunan Kota, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Ghozali, 2005, Analisis Multivariate dengan
Model SPSS, Universitas Wispandono,Moch, 2011 , Upaya Mengurangi
Diponegoro,Semarang Penggangguran Melalui Peningkatan
Wisata Kuliner ( Studi Pada Pedagang
Kusnadi, 2000, Akuntansi Keuangan Menengah Kaki Lima di Surabaya , Beranda , Vol 1
(Intermediate) (Prinsip, Prosedur dan Metode). No 1 Journal .unipdu
Malang: Universitas Brawijaya.
www.depkop.go.id, Memanusiakan Para
Nazir, 2010, Analisis Determinan Pendapatan Pedagang Kaki Lima (ginting-
Pedagang Kaki Lima di Kabopaten Aceh, munthebisnis.co.id)
Universitas Sumatera Utara jurusan Ilmu
Manajemen. www.setneg.go.id. Sambutan Presiden RI pada
Peringatan satu tahun Gerakan
Nurul Widyaningrum, 2009,“Kota Dan Pedagang Kewirausahaan nasional dan
Kaki Lima” , Jurnal Analisis Sosial Vol 14 Pemberdayaan PKL di gedung SMESCO
No.1 Juni 2009, Yayasan Akatiga, Bandung. Jakarta.

Page | 294

Anda mungkin juga menyukai