Anda di halaman 1dari 11

PEDAGANG KAKI LIMA KOTA PEKANBARU

Dosen Pengampu : Rina Susanti S, Sos, M. Si


Disusun oleh :
ARI KURNIA (1901124068)
AGUSRIANTO (1901110152)
ANDI YULIA RAHMA (1901156184)
FILDA IIS DWI LESTARI (1901110707)
MEGAWATI (1901124564)
MEILENI CANDRA PUTRI (1901155700)
MUHAMMAD ROYAN HIDAYAT (1901156250)
NUR SYABRINA RAHMADANY (1901111180)
RAHMANIDA TIARA (1901112414)
RIAN HIDAYAT (1901124297)
SUSI WIDIARTI (1901110225)

SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2021

HALAMAN SAMPUL

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas karunia serta berkat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan harapan dan tepat pada
waktunya. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Perkotaan.
Makalah ini berjudul “ Pedagang kaki limakota pekanbaru "
Kami berterima kasih kepada dosen pengampu Rina Susanti S, Sos, M. Si yang
telah mengajar mata kuliah Sosiologi Perkotaan kelas B.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan.

Pekanbaru, 29 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1 Konsep Pedagang Kaki Lima...................................................................................................3
2.2 Strategi Pedagang kaki limadalam Mempertahankan Usahanya di Tengah................................5
Pandemi Covid-19..............................................................................................................................5
2.3 Mengetahui Kendala yang Dihadapi Oleh Pedagang Kaki Lima............................................6
a). Lokasi Usaha.............................................................................................................................6
b). Modal Usaha............................................................................................................................6
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................7
3.2 Saran............................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pedagang kaki limamerupakan aset yang saat ini di Indonesia menjadi salah satu yang
menjadi perhatian pemerintah terkait dengan penataan sesuai dengan peraturan daerah.
Banyak sekali muncul pedagang kaki limaterutama di kota besar dikarenakan menjadi
salah satu solusi mudah untuk menghasilkan uang. Tetapi, karena menjamurnya
pedagang kaki limatersebut mengakibatkan carut marutnya penataan kota karena mereka
(para pedagang kaki lima) tidak lagi memperhatikan faktor efisiensi dan faktor keindahan
kota, karena mereka mementingkan bagaimana mendapatkan uang dengan cepat. Selain
itu permasalahan dari daerah yang terkadang juga kurang memperhatikan mereka
sehingga kurangnya tempat bagi pedagang kaki limauntuk berjualan. Seperti yang tertulis
dalam pertimbangan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2012
tentang koordinasi penataan dan pemberdayaan pedagang kaki limabahwa “Pedagang
kaki limasebagai salah satu pelaku usaha ekonomi kerakyatan yang bergerak dalam
usaha perdagangan sektor informal perlu dilakukan pemberdayaan untuk meningkatkan
dan mengembangkan usahanya”.
Pemberdayaan disini dalam arti bahwa perlu adanya campur tangan pemerintah untuk
bisa meberdayakan pedagang kaki limasebagai aset daerah. Bentuk pemberdayaan yang
dimaksud adalah bisa dengan pemberian tempat yang memadai hingga tidak
mengganggu tata letak kota maupun bisa dengan memberikan modal kecil bagi mereka
yang benar-benar membutuhkan. Tetapi akan menjadi permasalahan besar jika ternyata
pedagang kaki limaberkembang tak terkontrol karena semakin besarnya kebutuhan hidup
masyarakat dan bertambahnya jumlah penduduk. Kemudahan mencari uang dengan
berdagang membuat masyarakat menganggap berdagang adalah satu-satunya cara bagi
mereka mendapatkan pemasukan keluarga.
Tetapi mereka tidak memperhatikan dampak yang terjadi pada kota yang mereka
tinggali jika pedagang kaki limamuncul tak beraturan hingga mereka mengambil tempat-
tempat strategis yang seharusnya tempat tersebut tidak bisa digunakan untuk berdagang.
Terlebih jika para pedagang kaki limamenggunakan sebagian trotoar pejalan kaki.
Pemerintah memaklumi jika pedagang menggunakan trotoar untuk berdagang karena
kebutuhan sosial mereka, tetapi pedagang kaki limajuga harus memperhatikan hak dari
pejalan kaki bahwa trotoar adalah tempat mereka berjalan kaki.

1
Dalam perkembangannya Pedang kaki lima menghadapkan pemerintah pada kondisi
yang dilematis, disatu sisi keberadaannya dapat menciptakan lapangan kerja, sedangkan
dilain pihak keberadaan Pedang kaki lima yang tidak diperhitungkan dalam perencanaan
tata ruang telah menjadi beban bagi kota. Pedang kaki lima beraktivitas pada ruang-ruang
publik kota tanpa mengindahkan kepentingan umum, sehingga terjadinya distorsi fungsi
dari ruang tersebut. Pada akhirnya kesesuaian tatanan fisik masa dan ruang kota dalam
menciptakan keserasian lingkungan kota sering kali tidak sejalan dengan apa yang telah
direncanakan. Pedang kaki lima telah memberikan dampak negatif terhadap tatanan kota,
sedangkan terhadap masyarakat keberadaan pedagang kaki limaselain memberikan
dampak negatif juga memberikan manfaat atau dampak positif terhadap masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut beberapa rumusan masalah yang kami simpulkan:
1. Bagaimana konsep pedagang kaki lima?
2. Bagaimana strategi yang dilakukan pedagang kaki limadalam
meningkatkan penghasilan untuk kesejahteraan keluarga?
3. Kendala apa yang dihadapi oleh Pedagang Kaki Lima?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang kami simpulkan dari penelitian ini, yakni:
1. Untuk mengetahui apa itu konsep pedagang kaki lima

2. Mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan padagang kaki lima dalam


meningkatkan penghasilan untuk kesejahteraan keluarga

3. Untuk mengetahui mengetahui Kendala apa yang dihadapi oleh pedagang


kaki lima

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pedagang Kaki Lima


Menurut Poerwadarminta (2000) Pedagang kaki limaatau yang biasa disingkat dengan
kata PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak.
Istilah itu sering ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima
kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki"gerobak (yang sebenarnya
adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Dahulu namanya adalah pedagang emperan
jalan, sekarang menjadi pedagang kaki lima, namun saat ini istilah PKL memiliki arti
yang lebih luas, Pedagang kaki limadigunakan pula untuk menyebut pedagang di jalanan
pada umumnya. Istilah kaki lima adalah lantai yang diberi atap sebagai penghubung
rumah dengan rumah(Kamus Besar Bahasa Indonesia), arti yang kedua adalah lantai
(tangga) dimuka pintu atau di tepi jalan. Arti yang kedua ini lebih cenderung
diperuntukkan bagi bagian depan bangunan rumah toko, dimana di jaman silam telah
terjadi kesepakatan antar perencana kota bahwa bagian depan(serambi) dari toko
lebarnya harus sekitar lima kaki dan diwajibkan dijadikan suatu jalur dimana pejalan
kaki dapat melintas. Namun ruang selebar kira-kira lima kaki itu tidak lagi berfungsi
sebagai jalur lintas bagi pejalan kaki, melainkan telah berubah fungsi menjadi area
tempat jualan barang-barang pedagang kecil, maka dari situlah istilah pedagang kaki
limadimasyarakatkan.
Pedagang kaki limamerupakan bagian dari sektor informal kota yang
mengembangkan aktifitas produksi barang dan jasa di luar kontrol pemerintah dan tidak
terdaftar (Evers dan Korf, 2002:234). Istilah pedagang kaki limaatau disingkat PKL
sering ditafsirkan karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah
dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau
dua roda dan satu kaki). Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan
kolonial Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya
yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalan kaki. Lebar ruas untuk
pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter. Para pedagang yang
menempati sarana untuk pejalan tersebut kemudian disebut sebagai pedagang kaki lima.
Saat ini istilah PKL digunakan secara lebih luas. tidak hanya untuk para pedagang yang

3
berjualan/berada di badan jalan (trotoar) saja tetapi juga digunakan untuk para pedagang
yang berjualan di jalanan pada umumnya.

Ciri-ciri atau sifat pedagang kaki lima:

 Pada umumnya tingkat pendidikannnya rendah.


 Memiliki sifat spesialis dalam kelompok barang atau jasa yang diperdagangkan.
 Barang yang diperdagangkan berasal dari produsen kecil atau hasil
 produksi sendiri.
 Pada umumnya modal usahanya kecil, berpendapatan rendah, serta
 kurang mampu memupuk dan mengembangkan modal.
 Hubungan pedagang kaki limadengan pembeli bersifat komersial

Beberapa karakteristik khas pedagang kaki limadikemukakan oleh Bagong Suyanto


dkk. adalah pertama, pola persebaran kaki lima umumnyamendekati pusat keramaian dan
tanpa ijin menduduki zona-zona yang semestinya menjadi milik publik (depriving public
zoning). Kedua, para pedagang kaki limaumumnya memiliki daya resistensi sosial yang
sangat lentur terhadap berbagai tekanan dan kegiatan penertiban, Ketiga, sebagai sebuah
kegiatan usaha, pedagang kaki limaumumnya memiliki mekanisme involutif penyerapan
tenaga kerja yang sangat longgar. Keempat sebagian besar pedagang kaki limaadalah
kaum migran, dan proses adaptasi serta eksistensi mereka didukung oleh bentuk-bentuk
hubungan patronase yang didasarkan pada ikatan faktor kesamaan daerah asal (locality
sentiment). Kelima, para pedagang kaki limarata-rata tidak memiliki ketrampilan dan
keahlian alternatif untuk mengembangkan kegiatan usaha baru luar sektor informal kota
(Suyanto, 2005: 47-48).

Ciri pedagang kaki limayang juga sangat menonjol adalah bersifat subsistensi.
Mereka berdagang hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apa yang
diperoleh pada hari ini digunakan sebagai konsumsi hari ini bagi semua anggota
keluarganya dengan demikian kemampuan untuk menabung juga rendah. Kondisi ini
menyebabkan para pedagang kaki limamenjadi sangat kawatir terhadap berbagai
tindakan aparat yang dapat mengganggu kehidupan subsistensinya. Yustika (2001)
menggambarkan pedagang kaki limaadalah kelompok masyarakat marjinal dan tidak
berdaya. Mereka rata-rata tersisih dari arus kehidupan kota dan bahkan tertelikung oleh
kemajuan kota itu sendiri dan tidak terjangkau dan terlindungi hukum, posisi tawar
rendah, serta menjadi obyek penertiban dan peralatan kota yang represif.
4
Peranan pedagang kaki limadalam perekonomian antara lain: dapat menyebarluaskan
hasil produksi tertentu. Mempercepat proses kegiatan produksi karena barang yang dijual
cepat laku.Membantu masyarakat ekonomi lemah dalam pemenuhan kebutuhan dengan
harga yang relative murah. Mengurangi pengangguran.

2.2 Strategi Pedagang kaki limadalam Mempertahankan Usahanya di Tengah


Pandemi Covid-19

Strategi yang dilakukan pedagang kaki lima menjaga kualitas produk, penetapan
harga produk yang sesuai, melakukan promosi, pemilihan tempat yang strategis, dan
memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pembeli. Sebenarnya pedagang kaki
lima mempunyai potensi untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, yaitu terciptanya
lapangan pekerjaan dan juga bisa menjadi sumbangan bagi pendapatan daerah jika
dikelola dengan baik. Serta bila dapat dilakukan penataan dan pembinaan yang baik
maka sektor ini akan mampu memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sosial
seperti pengangguran. Sehingga pedagang kaki limadapat menjadi bursa penyerap tenaga
kerja yang efektif karena mampu untuk menyerap tenaga kerja bagi mereka yang tidak
memiliki pekerjaan dan keterampilan yang memadai. Jadi, potensi terbesar dari pedagang
kaki limaadalah kemampuannya yang tinggi dalam menyerap tenaga kerja.Namun
kondisi tersebut menjadi berbeda ketika terjadi pandemi Covid-19 seperti saat ini, alih-
alih mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran, pada awal pandemi
ini melanda dan diberlakukan social distancing, kondisi PKL justru bisa menciptakan
pengangguran baru atau kembali menjadi pengangguran yaitu awalnya dulu menganggur
sekarang kembali menganggur. Sehingga untuk mengembalikan potensi awal keberadaan
PKL yaitu menunjang perekonomian dan menjadi bursa penyerap tenaga kerja pada
sektor informal, maka para PKL ini harus mampu mempertahankan usahanya di tengah
pandemi Covid-19 ini. Menjadi pedagang kaki limatidak diperlukan keterampilan yang
khusus, modal yang besar, ijin usaha, dan lain sebagainya. Sehingga menjadi salah satu
pilihan bagi masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan dengan
keterampilan yang minim agar tetap bisa bertahan hidup. Dimana rata-rata mereka
sebelumnya adalah tidak bekerja atau menganggur.

Pedagang kaki limadi Kota Pekanbaru mestinya bisa berkembang karena


bertempat di lokasi yang strategis. Namun ternyata hal itu tidaklah cukup untuk
menjadikan usaha tersebut berkembang, ketika kondisi tidak normal seperti sekarang

5
yakni terjadi pandemi Covid-19, mau tidak mau para Pedagang kaki lima tersebut harus
memutar otak dan mampu dan mau beradaptasi dengan kondisi yang ada jika mereka
ingin mempertahankan usahanya tetap hidup. Jika tidak, maka mereka harus kembali
menjadi pengangguran karena keterbatasan yang mereka miliki sehingga tidak bisa
menyentuh sektor formal, yang artinya harus bisa bertahan di sektor informal ini yakni
menjadi Pedagang Kaki Lima.

2.3 Mengetahui Kendala yang Dihadapi Oleh Pedagang Kaki Lima


Melihat keberadaan pedagang kaki limayang semakin bertambah dan menjamur
hingga ke trotoar atau pusat perkotaan, menjadikan keberadaan pedagang kaki lima
menjadi masalah yang dihadapi oleh pemerintah. Keberadaan pedagang kaki
limadianggap sebagai pemicu kemacetan bagi pengendara, terganggunya akses pejalan
kaki dan terganggu keindahan kota. Berikut beberapa kendala yang dihadapi oleh
pedagang kaki lima:

a). Lokasi Usaha


Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh pedagang kaki lima dalam menjalankan
usahanya adalah tempat atau lokasiusaha, yang dimana tempat usaha ini menjadi faktor
penentu apakah pedagang kaki lima ini mampu bertahan lama atau tidak. Pemilihan
tempat usaha dikeramaian, di pusat perkotaan, memungkinkan usaha tersebut mampu
bertahan lama. Pedagang kaki lima biasanya melakukan kegiatan usahanya dibadan jalan
atau trotoar, atau fasilitas publik lainnya. Tempat usaha inilah yang sering menjadi
masalah yang dihadapi oleh para pedagang kaki lima. Tempat usaha ini kemudian
menjadi hambatan bagi para pedagang kaki lima dalam meningkatkan pendapatan
mereka.

b). Modal Usaha


Jika berbicara tentang modal bagi pedagang kaki lima, ini merupakan masalah kedua
setelah tempat usaha. Rata-rata sumber modal meraka adalah dana sendiri, dan sebagain
belum pernah mendapatbantuan tunai maupun pinjaman modal yang ringan.

6
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pedagang kaki lima merupakan bagian dari sektor informal kota yang
mengembangkan aktifitas produksi barang dan jasa di luar kontrol pemerintah dan tidak
terdaftar (Evers dan Korf, 2002:234). Istilah pedagang kaki lima atau disingkat PKL
sering ditafsirkan karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah
dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau
dua roda dan satu kaki). Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan
kolonial Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya
yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalan kaki. Lebar ruas untuk
pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter. Para pedagang yang
menempati sarana untuk pejalan tersebut kemudian disebut sebagai pedagang kaki lima.
Saat ini istilah PKL digunakan secara lebih luas. tidak hanya untuk para pedagang yang
berjualan/berada di badan jalan (trotoar) saja tetapi juga digunakan untuk para pedagang
yang berjualan di jalanan pada umumnya

3.2 Saran
Makalah ini disarankan dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
pembaca khususnya agar pedagang kaki ini bisa diminimalisir sehingga terwujudnya
kesejahteraan masyarakat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Darmabrata, Pramudita .(2004). Perencanaan Strategis BagiPedagang kaki limadi Pasar


Baru Bekasi, Jakarta.

Ifany, Damayanti, 2011. Analisis Factor-Faktor Yang MempengaruhiPendapatan Pedagang


Di Pasar Gede Kota Surakarta, Skripsi Universitas Sebelas Maret

Novelia A S dan Sardjito, 2015. Kriteria Penentuan Lokasi Pedagang Kaki Lima
berdasarkan Preferensi Pedagangnya di Kawasan Perkotaan Sidoarjo Jurnal Teknik
ITS 4 1 pp C28-C32 DOI: 10.12962/j23373539.v4i1.8981

Maulidiyah F D A dan Hertiari I 2016. Faktor yang Mempengaruhi Kriteria Lokasi


Berdagang Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pedagang Kaki Lima di
Kawasan Pasar Baru Gresik Jurnal Teknik ITS 5 2 pp C145-C150 DOI:
10.12962/j23373539.v5i2.18564

Anda mungkin juga menyukai