SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2021
HALAMAN SAMPUL
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas karunia serta berkat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan harapan dan tepat pada
waktunya. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Perkotaan.
Makalah ini berjudul “ Pedagang kaki limakota pekanbaru "
Kami berterima kasih kepada dosen pengampu Rina Susanti S, Sos, M. Si yang
telah mengajar mata kuliah Sosiologi Perkotaan kelas B.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1 Konsep Pedagang Kaki Lima...................................................................................................3
2.2 Strategi Pedagang kaki limadalam Mempertahankan Usahanya di Tengah................................5
Pandemi Covid-19..............................................................................................................................5
2.3 Mengetahui Kendala yang Dihadapi Oleh Pedagang Kaki Lima............................................6
a). Lokasi Usaha.............................................................................................................................6
b). Modal Usaha............................................................................................................................6
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................7
3.2 Saran............................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
Dalam perkembangannya Pedang kaki lima menghadapkan pemerintah pada kondisi
yang dilematis, disatu sisi keberadaannya dapat menciptakan lapangan kerja, sedangkan
dilain pihak keberadaan Pedang kaki lima yang tidak diperhitungkan dalam perencanaan
tata ruang telah menjadi beban bagi kota. Pedang kaki lima beraktivitas pada ruang-ruang
publik kota tanpa mengindahkan kepentingan umum, sehingga terjadinya distorsi fungsi
dari ruang tersebut. Pada akhirnya kesesuaian tatanan fisik masa dan ruang kota dalam
menciptakan keserasian lingkungan kota sering kali tidak sejalan dengan apa yang telah
direncanakan. Pedang kaki lima telah memberikan dampak negatif terhadap tatanan kota,
sedangkan terhadap masyarakat keberadaan pedagang kaki limaselain memberikan
dampak negatif juga memberikan manfaat atau dampak positif terhadap masyarakat.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang kami simpulkan dari penelitian ini, yakni:
1. Untuk mengetahui apa itu konsep pedagang kaki lima
2
BAB II PEMBAHASAN
3
berjualan/berada di badan jalan (trotoar) saja tetapi juga digunakan untuk para pedagang
yang berjualan di jalanan pada umumnya.
Ciri pedagang kaki limayang juga sangat menonjol adalah bersifat subsistensi.
Mereka berdagang hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apa yang
diperoleh pada hari ini digunakan sebagai konsumsi hari ini bagi semua anggota
keluarganya dengan demikian kemampuan untuk menabung juga rendah. Kondisi ini
menyebabkan para pedagang kaki limamenjadi sangat kawatir terhadap berbagai
tindakan aparat yang dapat mengganggu kehidupan subsistensinya. Yustika (2001)
menggambarkan pedagang kaki limaadalah kelompok masyarakat marjinal dan tidak
berdaya. Mereka rata-rata tersisih dari arus kehidupan kota dan bahkan tertelikung oleh
kemajuan kota itu sendiri dan tidak terjangkau dan terlindungi hukum, posisi tawar
rendah, serta menjadi obyek penertiban dan peralatan kota yang represif.
4
Peranan pedagang kaki limadalam perekonomian antara lain: dapat menyebarluaskan
hasil produksi tertentu. Mempercepat proses kegiatan produksi karena barang yang dijual
cepat laku.Membantu masyarakat ekonomi lemah dalam pemenuhan kebutuhan dengan
harga yang relative murah. Mengurangi pengangguran.
Strategi yang dilakukan pedagang kaki lima menjaga kualitas produk, penetapan
harga produk yang sesuai, melakukan promosi, pemilihan tempat yang strategis, dan
memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pembeli. Sebenarnya pedagang kaki
lima mempunyai potensi untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, yaitu terciptanya
lapangan pekerjaan dan juga bisa menjadi sumbangan bagi pendapatan daerah jika
dikelola dengan baik. Serta bila dapat dilakukan penataan dan pembinaan yang baik
maka sektor ini akan mampu memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sosial
seperti pengangguran. Sehingga pedagang kaki limadapat menjadi bursa penyerap tenaga
kerja yang efektif karena mampu untuk menyerap tenaga kerja bagi mereka yang tidak
memiliki pekerjaan dan keterampilan yang memadai. Jadi, potensi terbesar dari pedagang
kaki limaadalah kemampuannya yang tinggi dalam menyerap tenaga kerja.Namun
kondisi tersebut menjadi berbeda ketika terjadi pandemi Covid-19 seperti saat ini, alih-
alih mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran, pada awal pandemi
ini melanda dan diberlakukan social distancing, kondisi PKL justru bisa menciptakan
pengangguran baru atau kembali menjadi pengangguran yaitu awalnya dulu menganggur
sekarang kembali menganggur. Sehingga untuk mengembalikan potensi awal keberadaan
PKL yaitu menunjang perekonomian dan menjadi bursa penyerap tenaga kerja pada
sektor informal, maka para PKL ini harus mampu mempertahankan usahanya di tengah
pandemi Covid-19 ini. Menjadi pedagang kaki limatidak diperlukan keterampilan yang
khusus, modal yang besar, ijin usaha, dan lain sebagainya. Sehingga menjadi salah satu
pilihan bagi masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan dengan
keterampilan yang minim agar tetap bisa bertahan hidup. Dimana rata-rata mereka
sebelumnya adalah tidak bekerja atau menganggur.
5
yakni terjadi pandemi Covid-19, mau tidak mau para Pedagang kaki lima tersebut harus
memutar otak dan mampu dan mau beradaptasi dengan kondisi yang ada jika mereka
ingin mempertahankan usahanya tetap hidup. Jika tidak, maka mereka harus kembali
menjadi pengangguran karena keterbatasan yang mereka miliki sehingga tidak bisa
menyentuh sektor formal, yang artinya harus bisa bertahan di sektor informal ini yakni
menjadi Pedagang Kaki Lima.
6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pedagang kaki lima merupakan bagian dari sektor informal kota yang
mengembangkan aktifitas produksi barang dan jasa di luar kontrol pemerintah dan tidak
terdaftar (Evers dan Korf, 2002:234). Istilah pedagang kaki lima atau disingkat PKL
sering ditafsirkan karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah
dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau
dua roda dan satu kaki). Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan
kolonial Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya
yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalan kaki. Lebar ruas untuk
pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter. Para pedagang yang
menempati sarana untuk pejalan tersebut kemudian disebut sebagai pedagang kaki lima.
Saat ini istilah PKL digunakan secara lebih luas. tidak hanya untuk para pedagang yang
berjualan/berada di badan jalan (trotoar) saja tetapi juga digunakan untuk para pedagang
yang berjualan di jalanan pada umumnya
3.2 Saran
Makalah ini disarankan dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
pembaca khususnya agar pedagang kaki ini bisa diminimalisir sehingga terwujudnya
kesejahteraan masyarakat.
7
DAFTAR PUSTAKA
Novelia A S dan Sardjito, 2015. Kriteria Penentuan Lokasi Pedagang Kaki Lima
berdasarkan Preferensi Pedagangnya di Kawasan Perkotaan Sidoarjo Jurnal Teknik
ITS 4 1 pp C28-C32 DOI: 10.12962/j23373539.v4i1.8981