Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ KOPERASI ”

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. karena
berkah rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
membahas tentang “KOPERASI” ini dengan tepat.

Makalah berjudul “KOPERASI” ini disusun untuk memenuhi tugas yang


diberikan kepada pihak yang bersangkutan. Tema yang akan dibahas dimakalah
ini sengaja dipilih oleh dosen pembimbing untuk di pelajari lebih dalam. Dan
dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah, sehingga dapat
selesai tepat waktu. Penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan sudut
pandang baru dan pengetahuan bagi penulis serta para pembaca.
Dalam makalah ini penulis juga menyadari terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna, untuk itu segala kritik dan saran guna perbaikan dan
kesempurnaan sangat penulis nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan para pembaca.

05 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah koperasi di indonesia...................................................... 3
B. Peluang dan tantangan koperasi pada era globalisasi.................. 5
C. Masalah utama koperasi di indonesia.......................................... 7
D. Contoh koperasi di Indonesia...................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koperasi pada mulanya berkembang karena digerakkan oleh
organisasi sosial dan politik, seperti Boedi Oetomo, Sarekat Dagang Islam
(SDI), Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), Partai Indonesia Raya (Parindra),
dan kemudian diikuti oleh partai-partai politik lainnya pada masa
kemerdekaan. Kedua, digerakkan atau dibantu oleh pemerintah, baik itu
pemerintah Hindia Belanda pada masa kolonial, maupun pemerintah
Republik Indonesia setelah Proklamasi. Dan ketiga merupakan inisiatif
seseorang, kelompok masyarakat, atau dunia usaha, sebagai bagian dari
masyarakat sipil (civil society).
Koperasi adalah sebuah entitas ekonomi yang beranggotakan
sekelompok orang dengan kepentingan yang sama untuk menyediakan dan
menjual produk serta membagikan keuntungannya berdasarkan kontribusi
dari setiap anggotanya (Hill and Hill 2005). Pendirian Koperasi di dunia
bermula dari fenomena perekonomian kapitalistis saat itu dimana para
penggerak ekonomi yang tidak memiliki dana besar merasa sulit
menghadapi para pengusaha besar saat harus bersaing di dunia usaha
sehingga kesenjangan ekonomi semakin terasa. Kesenjangan ekonomi
tersebut menimbulkan kesadaran bahwa permasalahan kemiskinan yang
terjadi saat itu tidak dapat dipecahkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah koperasi di Indonesia?
2. Apa peluang dan tantangan koperadi di era globalisasi?
3. Apa saja masalah koperasi di Indonesia ?
4. Contoh koperasi apa saja yang ada di Indonesia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah koperasi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui apa peluang dan tantangan koperadi di era
globalisasi.

1
3. Untuk mengetahui masalah apa saja yang terjadi terhadap koperasi
di Indonesia.
4. Untuk mengetahui contoh koperasi di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH KOPERASI DI INDONESIA


Dalam sejarah, koperasi dikenal di Indonesia oleh R. Aria
Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada Tahun 1896. Pada tanggal
12 juni 1947 Pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan kongres
koperasi yang pertama di Tasikmalaya kemudian ditetapkan sebagai Hari
Koperasi Indonesia. Pada Tahun 1953 dalam kongres koperasi Indonesia
II di Bandung ditetapkan bahwa Dr . Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi
Indonesia atas jasa beliau mengembangkan perkoperasian di Indonesia.
Sejak Tahun 1975 telah dikeluarkan keputusan bersama Menteri
Perdagangan Dan Koperasi Serta Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Nomor 719/Kpd/XII/79 dan Nomor 282a/P/1979 tentang pendirian
perkoperasian sekolah, universitas dan lain-lain lembaga pendidikan di
lingkungan departemen pendidikan dan kebudayaan.1
Pada masa penjajahan Hindia Belanda Koperasi tidak dapat
berjalan dengan lancar, perkembangannya dibatasi, dikhawatirkan
Koperasi di pergunakan sebagai alat propaganda untuk menentang
Pemerintahan Hindia Belanda. Hal ini dapat dilihat ketika Pemerintahan
Hindia Belanda mengeluarkan peraturan Koperasi dengan Besluit Nomor.
431 Tahun 1915, yang isinya antara lain, pendiriannya harus seizin
Gubernur Jendral, di buat dengan akta notaris dalam bahasa Belanda,
ongkos materai sebesar 50 Golden, hak atas tanah harus menurut hukum
Eropa, dan harus di umumkan di Javasche Courant yang berbiaya tinggi.
Besluit Nomor. 431 Tahun 1915 di ubah dengan Besluit Nomor. 91 Tahun
1927 dan terakir di ganti dengan Besluit Nomor. 108 Tahun 1933, dimana

1
Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT Raneka
Cipta, 2003), Cet. 4, h. 140-42.

3
Besluit yang terakhir ini merupakan salinan dari peraturan Koperasi
Belanda tahun 1925.2
Pada masa penjajahan Jepang, keadaan Koperasi di Indonesia lebih
buruk lagi, sebutan Koperasi dengan nama “Kumiai” ditugasi
mendistribusikan barang-barang kebutuhan rakyat, namun dalam
kenyataannya digunakan sebagai alat mengumpulkan hasil bumi dan
barang kebutuhan lainya untuk keperluan Jepang. Proklamasi
kemerdekaan Indonesia adalah tonggak awal dan merupakan landasan
hukum bagi bangsa Indonesia untuk berdikari dan membangun diri dari
berbagai aspek, baik aspek ekonomi, politik, sosial dan budaya untuk
menuju cita cita bersama. Cita-cita ini termuat di dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.3
Pada awal kemerdekaan peran Koperasi begitu sangat penting,
antara lain berfungsi mendistribusikan barang kebutuhan pokok bagi
rakyat dan mendistribusikan kebutuhan rakyat sehari-hari, Peran ini
dilakukan oleh Jawatan Koperasi, di bawah Kementrian Kemakmuran,
namun karena sistem Pemerintahan yang selalu berganti dan adanya “
penunggangan “ Koperasi oleh partai politik, maka keadaan Koperasi tidak
bisa berkembang, bahkan keadaan koperasi menjadi merosot. 4
Pergeseran peran tersebut terutama dilakukan oleh Koperasi Unit Desa,
banyak Koperasi Unit Desa yang melakukan bisnis yang disiapkan
Pemerintah, maka tidak mengherankan bila Koperasi Unit Desa atau
Koperasi Serba Usaha dianggap sebagai “alat pemerintah”, sebab

2
Mubyarto, Amandemen Konstitusi dan Pergulatan Pakar Ekonomi,
(Yogyakarta: Aditya Media, 2003), h. 4.
3
Mubyarto, Ekonomi dan Sistem Ekonomi Menurut Pancasila dan UUD 45,
(Bandung: Rosda Karya, 2003), h.168.
4
Pungki Indroyono, Sejarah Perkembangan Koperasi Dunia dan di Indonesia,
di akses pada hari rabu, tanggal 05 Oktober 2022.

4
kebutuhan anggota lebih banyak ditentukan oleh Pemerintah. Keadaan
yang seperti ini terus berlangsung sampai dengan tumbangnya regim orde
baru, maka Koperasi sebagai “ alat Pemerintah” pun ikut terpuruk, bahkan
tidak jarang banyak Koperasi Unit Desa yang gulung tikar. 5Pada saat
krisis ekonomi pada tahun 1989 Koperasi berperan sebagai katup
pengaman ekonomi, banyak usaha sektor Korporasi (Corporation)
mengalami kebangrutan, misalnya terjadi banyak Bank mengalami
penarikan dana simpanan besar-besaran, sehingga berakibat banyak Bank
yang hancur likuiditasnya dan kemudian Bank-Bank ini di marger
bahkan di likuidasi dan akhirnya Negara mengeluarkan Build Up dana.
Namun kondisi krisis ekonomi yang terjadi, tidak sangat berpengaruh
terhadap keberadaan Koperasi, bahkan Koperasi memberikan kontribusi
yang cukup dalam memberikan pinjaman kredit kepada para pelaku usaha,
khususnya disektor usaha mikro dan kecil.

B. PELUANG DAN TANTANGAN KOPERASI PADA ERA


GLOBALISASI
Peluang dan Tantangan Koperasi Dalam Era Globalisasi Pada
waktu krisis moneter dan ekonomi menghantam Indonesia, ternyata
BUMS dan BUMN/BUMD banyak yang kelimpungan gulung tikar,
meninggalkan hutang yang demikian besr. Usaha Kecil, Menengah dan
Koperasi (UKMK) yang biasanya dianggap tidak penting dan disepelekan
justru sebagian besar dapat eksis dalam menghadapi badai krisis. Dengan
demikian sektor yang disebut belakangan (UKMK) dapat menjadi
pengganjal untuk tidak terjadinya kebangkrutan perekonomian, bahkan
sebaliknya dapat diharapkan sebagai motor penggerak roda perekonomian
nasional untuk keluar dari krisis. Sebagai misal banyak peluang pasar yang
semula tertutup sekarang menjadi terbuka. Contohnya, akibat mahalnya
harga obat, yang sebagian besar masih harus diimpor, produsen jamu (ada

5
Dawam Raharjo, Makalah Dalam Seminar Nasional Hari Koperasi ke 57,
(Jakarta, tahun 2004).

5
yang membentuk koperasi) mendapat kesempatan memperlebar pasarnya
dari pangsa yang lebih menyerupai "ceruk pasar" menuju kepada pasar
yang lebih bermakna. Sebagai gambaran penyebab krisis ekonomi ada
baiknya dikemukakan pendapat Mubyarto (1999) sebagai berikut:
1. Terlalu berpikir global (dan keramahannya). (Thus, terlalu
mengabaikan ekonomi rakyat);
2. Terlalu suka disanjung. (Thus, terlalu buta/tuli terhadap kritik);
3. Terlalu individualistik/ memikirkan kepentingan sendiri. (Thus, tidak
melihat adanya kesenjangan sosial yang terjadi dan berkembang
dalam masyarakat;
4. Terlalu bisnis dan profit oriented. (Thus, lupa pada masalah-masalah
sosial dan moral);
5. Terlalu silau pada dunia kebendaan/materi. (Thus. tidak pernah
mensyukuri nikamt Alaah);
6. Terlalu industry minded. (Thus. lupa pertanian/pedesaan); (7) Terlalu
ebrpikir kekinian. (Thus, lupa pada sejarah);
7. Terlalu silau pada yang serba asing. (Thus, pikiran pakar-pakar
pribumi diremehkan);
8. Terlalu percaya pada pasar (deregulasi yang kebablasan). (Thus, lupa
bahwa pasar yang liberal, yang kecil/gurem pasti kalah dan yang kuat
pasti menang);
9. Terlalu meremehkan ideologi. (Thus, Indonesia sama saja dengan
negara-negara lain, tidak ada itu Ekonomi Pancasila);
10. Terlalu mendewakan keserasian, keseimbangan dan keselarasan.
(Thus, yang konflik harus disembunyikan / ditabukan);
11. Terlalu berpihak kepada konglomerat. (Ekonomi Rakyat
ditelantarkan);
12. Konglomerat terlalu serakat (overborrowing). (Thus, kita semua
dihukum Tuhan);
13. Konglomerat terlalu menuruti ambisi pemerintah yang ingin tumbuh
terlalu cepat. (Thus, melanggar pasal 33 UUD 1945);

6
14. Terlalu meremehkan sistem ekonomi. (Thus, mengakibatkan
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah yang tidak konsisten,
pemerintah tidak punya visi jauh ke depan);
15. Terlalu mementingkan keseragaman (uruformitas) -SARA yang
merupakan fondasi bangsa ditabukan.;
16. Pemerintah terlalu sentralistis. (Thus, daerah-daerah tidak bergairah
membangun daerahnya dengan cara-caranya sendiri);
17. Terlalu pragmatis. (Thus, tanpa sistem);
18. Terlalu mementingkan stabilitas (Thus, stabilitas pemerintah / status
quo).
Terlepas apakah globalisasi benar-benar akan terwujud atau hanya
impian ataupun kejadian hanya bersifat parsial saha dan bahkan mungkin
dalam bentuk yang sama sekali ebrbeda, itu semata-mata rahasia Allah
SWT. Seandainya globalisasi benar-benar terwujud sesuai dengan skenario
terjadinya pasar bebas dan persaingan bebas, maka bukan berarti tamatlah
riwayatnya koperasi. Peluang koperasi untuk tetap berperan dalam
percaturan perekonomian nasional dan itnernasional terbuka lebar asal
koperasi dapat berbenah diri menjadi salah satu pelaku ekonomi (badan
usaha) yang kompetitif dibandingkan pelaku ekonomi lainnya. Tantangan
untuk pengembangan masa depan memang relatif berat, karena kalau tidak
dilakukan pemberdayaan dalam koperasi dapat tergusur dalam percaturan
persaingan yang makin alam kamin intens dan mengglobal. Kalu kita lihat
ciri-ciri globalisasi dimana pergerakan barang, modal dan uang demikian
bebas dan perlakuan terhadap pelaku ekonomi sendiri dan asing (luar
negeri) sama, maka tidak ada alasan bagi suatu negara untuk
meninabobokan para pelaku ekonomi (termasuk koperasi) yang tidak
efisien dan kompetitif.

C. MASALAH UTAMA KOPERASI DI INDONESIA


a. Tingkat partisipasi anggota dalam proses pengembangan kegiatan
organisasinya yang masih rendah. Umumnya anggota Koperasi merasa

7
cukup dengan usaha sendiri-sendiri. Padahal pelbagai masalah yang
dihadapi mereka akan lebih mudah terpecahkan melalui upaya yang
dilaksanakan secara bersama-sama (Harini, 2013). Rendahnya
keinginan mereka untuk bersama-sama berpartisipasi aktif dalam proses
pengembangan kegiatan organisasinya tersebut, terjadi karena
pemahaman mereka mengenai apa itu Koperasi masih sangat rendah.
Mereka tidak menyadari bahwa dengan rendahnya partisipasi mereka di
dalam Koperasinya akan menyebabkan tetap kecilnya sumber daya
yang dapat mereka gunakan untuk menjalankan usaha sehingga fungsi
Koperasi tidak dapat dirasakan. Rendahnya pemahaman mereka akan
Koperasi diduga disebabkan oleh minimnya pendidikan dan pelatihan
yang diberikan terhadap anggota Koperasi. Hal ini disebabkan karena
pengurus beranggapan bahwa kegiatan tersebut tidak membawa
manfaat untuk pribadi mereka.
b. Kualitas dan kuantitas SDM, akses pasar, akses kelembagaan, akses
pembiayaan dan informasi serta penggunaan teknologi tepat guna yang
masih minim
c. Tingkat inovasi dan pengembangan produknya masih minim
d. Produk Koperasi memiliki daya saing yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan produk impor.

D. CONTOH KOPERASI DI INDONESIA


1. Koperasi Kredit Di Indonesia
Dalam sejarah perkembangan koperasi di Indonesia, meski
masih bersifat embrional, koperasi yang pertama kali lahir adalah
dalam bentuk lembaga perkreditan rakyat, yaitu De Poerwokertosche
Hulp en Spaarbank Der Inlandsche Hoofden di Purwokerto pada tahun
1895, atas prakarsa Patih Aria Wiriaatmaja, yang mendapat dukungan
dari atasannya, Asisten Residen Purwokerto, E. Sieburg. Ketika
Sieburg digantikan oleh De Wolf van Westerrode, pejabat baru itu juga
memiliki perhatian yang sama terhadap kredit rakyat. Westerrode

8
bahkan memiliki obsesi untuk mewujudkan koperasi kredit pertanian
sebagaimana yang digagas oleh Friedrich Wilhelm Raiffeisen (1818-
1888) di Jerman. Oleh karena itu, cakupan De Poerwokertosche Hulp
en Spaarbank Der Inlandsche Hoofden kemudian diperluas hingga
menjangkau desa-desa dan mencakup pula kredit pertanian, sehingga
pada 1896 telah berdiri De Poerwokertosche Hulp, Spaar en Landbouw
Creditbank (Bank Simpan Pinjam dan Kredit Pertanian Purwokerto),
sebuah koperasi kredit model Raiffeisen, yang merupakan model
koperasi tradisional pertama di Indonesia. Selain model Raiffeisen, di
Indonesia juga berkembang model lain, yaitu model koperasi konsumsi
Schulze Delitz yang tumbuh dari bawah, khususnya dari kalangan
kaum buruh dan penduduk perkotaan yang pada umumnya merupakan
konsumen. Model koperasi ini kemudian berkembang menjadi
koperasi perdagangan. Kedua model koperasi tradisional itu mula-
mula berkembang di kalangan pegawai negeri yang dipelopori oleh
golongan priyayi dan dikemudian hari berkembang menjadi koperasi
fungsional. Koperasi atau cikal bakal koperasi itu lahir sebagai respon
terhadap kondisi kemiskinan atau tingkat kesejahteraan yang rendah.
Ini adalah asal-usul aliran pemikiran koperasi yang memandang
koperasi sebagai lembaga pengentasan masyarakat dari kemiskinan
atau tingkat kesejahteraan yang rendah.
Koperasi yang orientasinya melayani kebutuhan rakyat kecil
terasa dibutuhkan, karena menurut hasil pengamatan, dana yang
dihimpun oleh bank-bank dari masyarakat bawah disinyalir telah
disalurkan kepada perusahaan-perusahaan besar. Demikian pula uang
yang berasal dari lapisan masyarakat di tingkat lokal telah tersedot dan
terkonsentrasi di atas atau pusat. Dengan perkataan lain telah terjadi
aliran dana ke atas (trickleup). Sementara itu perekonomian rakyat
sejak awal abad ke-21 mengalami kebangkitan kembali dalam bentuk
ekonomi kreatif. Untuk bisa berkembang lebih lanjut pelaku ekonomi
rakyat membutuhkan modal. Karena itu arah kebijaksanaan moneter

9
perlu dipikirkan ulang. Pertama, perlu segera dilakukan proses daur
ulang dana-dana di pusat untuk diedarkan ke bawah dalam bentuk
kredit kecil dan mikro, atau proses trickle-down. Kedua, dengan
menahan dana yang terkumpul di bawah agar tetap beredar di tingkat
bawah. Lembaga yang instrumental untuk melembagakan
kebijaksanaan itu adalah koperasi kredit.
2. Koperasi Komunitas
Koperasi yang kini berkembang sebagai koperasi sukses yang
tumbuh dari prakarsa komunitas adalah KISEL, yaitu koperasi
karyawan PT Telkomsel, yang volume usahanya kini mencapai Rp2,7
triliun, meskipun baru dibentuk pada tahun 1997. Koperasi ini
sebenarnya merupakan gabungan dari 14 koperasi di lingkungan PT
Telkomsel dengan wilayah kerja seluruh Indonesia. Koperasi Kisel
mempunyai anggota sebanyak 3.712 orang. Mitra kerja utama koperasi
ini adalah PT Telkomsel itu sendiri dan bertindak sebagai vendor atau
menyediaan kebutuhan BUMN telekomunikasi itu. Kisel secara umum
mempunyai dua wajah. Pertama adalah wajah koperasi yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Kedua adalah wajah
korporasi atau unit komersial yang bertujuan memperoleh laba,
sehingga oleh karenanya berwatak bisnis. Basis keanggotaan koperasi
ini adalah kelompok profesional di bidang telekomunikasi, sehingga
koperasi ini didukung oleh anggota yang berpendapatan di atas rata-
rata, dimana mereka memiliki kemampuan untuk menabung. Dari
tabungan itulah bisa dihimpun modal. Dengan modal itu koperasi
melakukan kegiatan bisnis berbasis pasar institusional, yaitu
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pelayanan jasa
telekomunikasi. Kekuatan koperasi ini adalah profesionalitas para
pengurus dan anggotanya yang memahami prinsip-prinsip bisnis
pelayanan jasa telekomunikasi, sebuah bisnis yang dewasa ini telah
dan semakin berkembang pesat.

10
Pada dasarnya Koperasi Kisel bergerak di tiga bidang usaha.
Pertama, di bidang channel distribution (CD) Kisel menjadi medium
bagi industri telekomunikasi. Kedua, di bidang jasa infrastruktur
teknologi informasi (IT infrastructure service), Kisel menjadi medium
bagi operator telekomunikasi untuk menyelesaikan bagian dari proses
bisnis infrastrukturnya. Dan ketiga, di bidang general service (GS),
Kisel menjadi medium bagi semua pelaku usaha terkait dengan
kebutuhan terhadap pelayanan umum. Kesemua bidang usaha itu
membutuhkan pengelolaan yang profesional di bidang teknologi
informasi, sehingga Kisel memiliki daya saing yang tinggi berbasis
kompetensi. Dengan anggota 3.712 orang, dan nilai asset sebesar
Rp580,700 miliar, maka nilai aset per anggotanya adalah Rp156 juta.
Contoh koperasi sukses lainnya yang didirikan oleh komunitas adalah
Koperasi Karyawan Indosat (Kopindosat), yang didirikan pada tahun
1994 sewaktu PT Indosat masih berstatus sebagai BUMN.

11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
koperasi menjadi instrumen pengentasan masyarakat dari
kemiskinan, yaitu utamanya dengan cara menggerakkan masyarakat untuk
melakukan berbagai kegiatan produktif melalui fasilitasi permodalam
kredit mikro, sebuah kebutuhan yang tidak mampu dilayani oleh sistem
perbankan. Kedua adalah koperasi menjadi wadah pengembangan usaha
untuk memperoleh keuntungan. Pada pola kedua, meski koperasi memiliki
orientasi bisnis, namun orientasi itu didukung oleh program
tanggungjawan sosial koperasi terhadap masyarakat.
Peluang dan Tantangan Koperasi Dalam Era Globalisasi Pada
waktu krisis moneter dan ekonomi menghantam Indonesia, ternyata
BUMS dan BUMN/BUMD banyak yang kelimpungan gulung tikar,
meninggalkan hutang yang demikian besr. Usaha Kecil, Menengah dan
Koperasi (UKMK) yang biasanya dianggap tidak penting dan disepelekan
justru sebagian besar dapat eksis dalam menghadapi badai krisis. Karena
itu untuk bisa maju menghadapi tantangan ekonomi global, maka koperasi
harus berorientasi ke pasar, tetapi tetap memelihara jatidirinya. Ketiga,
untuk mengembangkan bisnisnya, koperasikoperasi telah mempergunakan
badan usaha perseroan terbatas. Bahkan, struktur kepengurusan koperasi
telah diubah menjadi struktur perseroan terbatas, sehingga sekarang
ditengarai oleh gerakan koperasi sendiri sebagai proses de-mutualisasi
yang dipandang telah menjauhi jati dirinya.
B. Saran
Pemerintah dapat terus menaikkan standar minimal wajib sekolah
kepada masyarakat sehingga mereka yang terlibat sebagai generasi
penggerak ekonomi dapat memiliki kualitas dan pengetahuan yang
memadai, termasuk mereka yang terlibat dalam usaha Koperasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga. Dinamika Koperasi. Jakarta: PT Raneka Cipta, 2003.


Indroyono, Sejarah Perkembangan Koperasi Dunia dan di Indonesia, di
akses pada hari rabu, tanggal 05 Oktober 2022.
Mubyarto Amandemen Konstitusi dan Pergulatan Pakar Ekonomi.
Yogyakarta, Aditya Media, 2003.
Mubyarto. Ekonomi dan Sistem Ekonomi Menurut Pancasila dan UUD
45. Bandung: Rosda Karya, 2003.
Raharjo, Makalah Dalam Seminar Nasional Hari Koperasi ke 57. Jakarta,
tahun 2004.

13

Anda mungkin juga menyukai