Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERANAN ORGANISASI KOPERASI DALAM GLOBALISASI


Makalah Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
“EKONOMI KOPERASI”

Dosen Pengampu :
Silachi Agusta Adi Putra, S. HI, M.E

Disusun Oleh :
Aqiellan novia nurhaliza

JURUSAN SYARIAH
PROGAM STUDY EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
NGLAWAK KERTOSONO NGANJUK
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berisi uraian mengenai “peranan organisasi
koperasi dalam globalisasi” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi
Koperasi Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutNya hingga yaumul qiyamah.
Makalah ini kami kerjakan sesuai dengan kemampuan kami, kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mohon maaf apabila
dalam makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Selain itu, kami berharap
makalah ini dapat membantu para pembaca untuk menambah pengetahuan tentang
materi yang di jelaskan dalam makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Nglawak, 30 November 2021

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Ekonomi Koperasi............................................................. 3
B. Peranan Pemerintah Mengefektifkan Potensi Organisasi
Koperasi
........................................................................................................
........................................................................................................
5
C. Strategi Pendanaan dan Bantuan Teknis Bagi Organisasi
Koperasi
........................................................................................................
........................................................................................................
6
D. Langkah – Langkah Antisipasi Yang Diterapkan Koperasi Dalam
Era Globalisasi
........................................................................................................
8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 11
B. Saran .............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses globalisasi sangat didorong oleh perkembangan perusahaan yang
bersifat multinasional atau transnasional, yaitu perusahaan yang mempunyai
kegiatan produk dan pemasaran di berbagai Negara. Pada tahun 1994, di Bogor
dalam sidang Asian Pacific Economic Cooperation (APEC) telah dicetuskan
Deklarasi Bogor, yang antara lain menyatakan bahwa perdagangan dan investasi
Negara-negara sepenuhnya dideregulasikan pada tahun 2020, General
Agreement on Tariff and Trade(GATT) sudah terlebih dahulu mencita-citakan
untuk meniadakan atau setidak-tidaknya menekan serendah mungkin tariff
perdagangan antarnegara untuk seluruh dunia.
Liberalisasi investasi dan perdagangan akan bermanfaat apabila
peningkatan invertasi didalam negeri dapat meningkat kan ekspor. Justru
kebalikannya, liberalisasi akan merugikan Indonesia, jika peningkatan investasi
diluar negeri oleh para pemodal dalam negeri dan terjadi membanjirnya barang
impor. Dengan berkembangnya kegiatan usaha akan meningkatkan kesempatan
kerja dan mengurangi pengangguran. Dalam keadaan demikian ‘bargaining
power’ para pengusaha kecil pemasok input terhadap para pengusaha besar
domestik akan meningkat.
Para pengusaha organisasi koperasi akan sangat diuntungkan, jika para
pengusaha asing dan counterpart-nya didalam negeri melaksanakan kegiatan
ekspor hasil produksi pengusaha tersebut. Suatu pola kerjasama perlu di
ciptakan untuk bisa terselenggaranya kerja sama yang saling menguntungkan
dan bermanfaat bagi perkembangan bisnis didalam negeri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peranan Organisasi Koperasi Dalam Globalisasi ?
2. Bagaimana Peranan Pemerintah Mengefektifkan Potensi Organisasi
Koperasi ?
3. Bagaimana Strategi Pendanaan dan Bantuan Teknis Bagi Organisasi
Koperasi ?
4. Bagaimana Langkah – Langkah Antisipasi Yang Diterapkan Koperasi Dalam
Era Globalisasi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Peranan Organisasi Koperasi Dalam Globalisasi.
2. Untuk Menunjukkan Peranan Pemerintah Mengefektifkan Potensi
Organisasi Koperasi.
3. Untuk Menunjukkan Strategi Pendanaan Dan Bantuan Teknis Bagi
Organisasi Koperasi.
4. Untuk Mengetahui Langkah – Langkah Antisipasi Yang Diterapkan
Koperasi Dalam Era Globalisasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Koperasi Di Indonesia


Gerakan koperasi di dunia pada awalnya digagas oleh Robert Owen
(1771-1858), yang menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di
New Lanark, Skotlandia. Gerakan koperasi ini kemudian dikembangkan lebih
lanjut oleh William King (1786 – 1865) dengan mendirikan toko koperasi di
Brighton, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang
bernama The Cooperator, yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis
tentang mengelola toko dengan menggunakan prinsip koperasi. Koperasi pada
akhirnya berkembang di negara-negara lainnya. Di Jerman, juga berdiri koperasi
yang menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan koperasi buatan Inggris.
Koperasi-koperasi di Inggris didirikan oleh Charles Foirer, Raiffaissen, dan
Schulze Delitch. Di Perancis, Louis Blanc mendirikan koperasi produksi yang
mengutamakan kualitas barang. Di Denmark Pastor Christiansone mendirikan
koperasi pertanian.
Gerakan Koperasi di Indonesia pertama kalinya diperkenalkan oleh R.
Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan
koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan
rentenir. Koperasi berbentuk bank tersebut kemudian dinamakan Bank Penolong
dan Tabungan (Hulp en Spaarbank). Koperasi ini kemudian melayani sektor
pertanian (Hulp-Spaar en Lanbouwcrediet Bank) dengan meniru koperasi
pertanian yang dikembangkan di Jerman. Koperasi tersebut kemudian
berkembang pesat dan akhirnya ditiru oleh Boedi Oetomo dan Sarikat Dagang
Indonesia (SDI). Belanda yang khawatir koperasi akan dijadikan tempat pusat
perlawanan kemudian mengeluarkan UU No. 431 Tahun 1915 yang isinya
antara lain:

3
1. untuk mendirikan sebuah koperasi maka pengurus harus membayar minimal
50 gulden.
2. Sistem usaha koperasi yang dibuat harus menyerupai sistem koperasi yang
sudah diterapkan di Eropa.
3. Pendirian koperasi tersebut harus mendapat persetujuan dari Gubernur
Jenderal Hindia Belanda.
4. Proposal pengajuan pendirian koperasi harus menggunakan bahasa Belanda.
Adanya aturan tersebut menyebabkan koperasi yang ada saat itu
berjatuhan karena tidak mendapatkan izin Koperasi dari Belanda. Namun,setelah
para tokoh Indonesia mengajukan protes maka pada tahun 1927 atas prakarsa
Dr. H.J Boeke, Belanda akhirnya mengeluarkan Undang-undang No. 91 Tahun
1927 yang isinya lebih ringan dari Undang-undang No. 431 Tahun 1915.
Peraturan pendirian koperasi menjadi lebih mudah sehingga mendorong
masyarakat mendirikan koperasi. The Studi Club 1928, sebuah organisasi kaum
intelektual yang ikut berperan dalam mendorong berdirinya koperasi di
Indonesia. Undang-undang No. 91 Tahun 1927 tersebut antara lain berisi:
1. Untuk dapat mendirikan koperasi maka pengurus hanya dikenakan biaya
sebesar 3 gulden untuk meterai.
2. Proposal pengajuan pendirian koperasi dapat menggunakan bahasa daerah.
3. Hukum dagang diberlakukan sesuai daerah masing-masing.
4. Perizinan bisa dilakukan di daerah setempat.
Adanya Undang-undang No. 91 Tahun 1927 memberi angin segar bagi
perkembangan koperasi. Namun, kondisi ini tidak berlangsung lama karena
pada tahun 1933 Belanda kembali mengeluarkan undang-undang yang isinya
hampir sama dengan UU No. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk
yang kedua kalinya.
Pada tahun 1942, Jepang menduduki Indonesia. Kehadiran Jepang sangat
berpengaruh terhadap perubahan struktural bagi perkembangan koperasi di
Indonesia. Peraturan Pemerintah Militer Jepang No. 23 Pasal 2 menyebutkan
bahwa pendirian perkumpulan (termasuk koperasi), dan persidangan harus

4
mendapat persetujuan dari pemerintah setempat. Akibatnya semua koperasi yang
telah berdiri harus mendapatkan persetujuan ulang dari Suchokan. Pemerintah
Jepang juga mengharuskan koperasi menjadi kumikai. Awalnya koperasi ini
berjalan mulus. Namun, fungsinya berubah drastis dan menjadi alat bagi Jepang
untuk mengeruk keuntungan dan menyengsarakan rakyat.
Kumikai diharuskan mengumpulkan bahan-bahan kebutuhan pokok
guna kepentingan Jepang melawan Sekutu. Keadaan tersebut membuat
masyarakat kecewa karena koperasi tidak lagi dapat digunakan sebagai alat
perjuangan ekonomi sehingga semangat berkoperasi masyarakat Indonesia
kembali melemah. Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947,
pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama
di Tasikmalaya. Dalam kongres tersebut diputuskan terbentuknya Sentral
Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia atau SOKRI. SOKRI menganjurkan
untuk mengadakan pelatihan koperasi di kalangan pengurus, pegawai dan
masyarakat. SOKRI juga memutuskan untuk menjadikan tanggal 12 Juli sebagai
Hari Koperasi Indonesia.1

B. Peranan Pemerintah Mengefektifkan Potensi Organisasi Koperasi


Masyarakat pengusaha, para cendekiawan, dan pemerintah kita telah
memahami kondisi bisnis yang sekarang dihadapi dan bagaimana mengantisipasi
perkembangan kekuatan-kekuatan ekonomi dalam era globalisasi. Langkah
nyata telah di ambil beberapa pihak yang mempunyai kompetensi mengatur dan
menata kegiatan-kegiatan ekonomi nasional. Konsep-konsep untuk menentukan
langkah-langkah strategis telah banyak dikemukakan dan berbagai pihak telah
mengambil inisiatif untuk mulai melakukan apa yang diperlukan bagi kehidupan
usaha-usaha organisasi koperasi.2

1
Edy Suandi Hamid. (2006). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka ha. 21-23.
2
Prof. Dr. Partomo, Tiktik Sartika. Ekonomi Koperasi,Cet2. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia,
2003.hal. 14

5
Rupanya langkah tersebut belum cukup memberikan kekuatan-kekuatan
yang berarti bagi organisasi koperasi, karena iklim bisnis serta pengarahan
prioritas kebijakan belum sepenuhnya dapat dinikmati atau dimanfaat organisasi
koperasi. Semua pihak telah mengetahui hal tersebut memerlukan waktu karena
menyangkut antara lain pendidikan, mengubah visi, dan pengetahuan yang
mengarahkan pada mengembangan perekonomian golongan masyarakat dan
bisnis organisasi koperasi, disamping itu meyakinkan pemodalan besar bahwa
sangat penting dibangun sistem kerjasama kemitraan antara usaha-usaha besar
dan organisasi koperasi.3
Sekalipun langkah ke arah itu memerlukan waktu dan kesadaran semua
pihak, tetapi harus dimulai secepatnya dengan memberikan kesempatan kepada
organisasi koperasi secara terpadu. Dari sekian banyak langkah-langkah dan
konsep-konsep tenrang usaha pembinaan UKM dan koperasi, salah satunya yang
masuk dalam prioritas adalah pendanaan bagi UKM dan koperasi.

C. Strategi Pendanaan dan Bantuan Teknis Bagi Organisasi Koperasi

Arah kebijakan pengembangan yang khusus memfokuskan pada


penyediaan dana memerlukan strategi berikut.4
1. Memadukan dan memperkuat tiga aspek, yaitu bantuan keuangan, bantuan
teknis, dan program penjaminan.
2. Mengoptimalkan penunjukan bank dan lembaga keuangan, untuk organisasi
koperasi.
3. Mengoptimalkan realisasi business plan perbankan dalam pemberian kredit.
4. Bantuan teknis yang efektif, bekerja sama dengan asosiasi, konsultan swasta,
perguruan tinggi, dan  lembaga terkait.
5. Meningkatkan lembaga penjaminan kredit yang ada.

3
Arsad Martdoan, Tantangan Koperasi dalam Perkembangan di Era Global, (fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas
Pattimura, Ambon) hal 20
4
Bintoro Tjokroamidjojo, Teori Dan Strategi Pembangunan Nasional, (Jakarta: Haji
Masagung, 1990), hlm. 82.

6
Bantuan teknis
Pemerintah membantu oengembangan usaha kecil secara tidak langsung
dengan meningkatkan intensitas dan efektifitas bantuan teknis. Berbagai
kegiatan bantuan teknis yang diberikan oleh pemerintah tergabung dalam
program Bantuan Teknis Pengembangan Usaha Kecil dan Mikro(PUKM),
melalui hal-hal berikut.
a. Berbagai pelatihan kepada perbankan sebagai upaya untuk
meningkatkan minat perbankan dalam membiayai organisasi koperasi
dan usaha mikro dan kecil.
b. Perluasan akses ke sumber informasi tersebut berupa
1) Sistem Informasi Baseline Economic Survey(SIB),
2) Sistem Informasi Argoindustri Berorientasi Ekspor (SIABE)
dalam SIB diajukan daftar komoditi di kecamatan pada 22
provinsi yang potensial untuk dikembangkan. Sedangkan
SIABE menyajikan suatu informasi mengenai komoditi
agroindustry yang berpotensi untuk diekspor. Tahun
lalu,SIABE baru merupakan prototipe sehingga baru
mencakup 11 komoditi argoindustri di 3 provinsi, yaitu
Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah. Namun.
Tahun ini akan dikembangkan di 23 provinsi  yang mencakup
informasi 15 komoditi agroindustry beseta produk
turunannya.
c. Menyediakan informasi mengenai komoditi yang layak dibiayai oleh
bank atau dikenal dengan lending model. Saat ini terdapat lending
model untuk 40 komoditi yang telah dibuat dan sedang disusun
lending model untuk 10 komoditi lainnya pada tahun ini. Untuk
sementara ini informasi lending model baru berbentuk buku publikasi
dan saatnya nanti akan dapat di akses melalui internet.
Organisasi koperasi merupakan suatu bentuk organisasi yang
unik, dimana menjangkau sekaligus dua dimensi yang berbeda, yaitu

7
ekonomi dan sosial. Kedua dimensi tersebut menyatu dalam
organisasi koperasi merupakan prinsip identitas koperasi yang
dipertegas oleh International Cooperative Alliance (ICA) pada
kongres 100 tahun gerakan koperasi internasional pada tahun 1995.
Identitas koperasi meliputi pengertian, nilai-nilai, dan prinsip-
prinsipkoperaso. Organisasi koperasi dapat menjadi agent of
education bagi para anggota agar dapat meningkatkan pengetahuan
dan merupakan gerakan untuk pembangunan modal sosial di
kalangan masyarakat. Hal ini sangat relevan mengingat pentingnya
usaha untuk memulihkan kogesivitas sosial bangsa Indonesia yang
telah hancur akibat materialism dan kapitalisme, karena tindakan
pragmatis pemerintah menjadikan pembangunan ekonomi sebagai
aktivitas bisnis yang diperebutkan oleh segelintir kongromerat,
sehingga nasib puluhan juta masyarakat menjadi terabaikan. Sejaran
gerakan koperasi internasional memberi pelajaran berharga, sejak
awal memainkan peran penting bagi organisasi perjuangan rakyat
melawan eksplotasi dan penyalahgunaan kekuasaan, serta berusaha
untuk mengubah dunia yang penuh egoism dan keserakahan dengan
kerja sama dan solidaritas.

D. Langkah - Langkah Antisipasi yang Diterapkan Koperasi untuk Menghadapi Era


Globalisasi
Sektor-sektor usaha kecil di Indonesia perlu diberi kesempatan untuk berperan lebih banyak
dalam bidang ekonomi di Indonesia. Keistemewaan koperasi tidak dikenal adanya majikan dan
buruh serta tidak ada istilah pemegang saham mayoritas. Semua anggota berposisi sama dengan hak
suara sama. Oleh karena itu, apabila aktivitas produksi yang dilakukan koperasi ternyata dapat
member laba financial, semua pihak akan turut menikmati laba tersebut. Untuk mengembangkan
koperasi masih banyak hal yang perlu dibenahi baik di sisi ubternal maupun eksternal.
         Di sisi internal dalam tubuh koperasi masih banyak hal-hal yang merugikan.
Misalnya yang paling berbahaya adalah penyalahgunaan koperasi sebagai wahana social politik.

8
Parahnya lagi para pengurus koperasi kadangkala merangkap jabatan biropkratis , politis atau jabatan
kemasyarakatan sehingga terjadi konflik peran. Konflik yang berlatarbelakang nonkoperasi dapat
terbawa ke dalam koperasi sehingga mempengaruhi citra koperasi. Dari sisi eksternal, terdapat
semacam ambiguitas pemerintah dalam konteks pengembangan koperasi karena sumber daya dan
budidaya lebih dialokasikan untuk mengurangi konflik-konflik social politik, maka agenda ekonomi
konkret tidak dapat diwujudkan. Koperasi jadi impoten, dimana fungsi sebagai wahana mobilisasi
tidak dan perjuanganperekonomian rakyat kecil tidak berjalan.
Berikut ini adalah ringkas langkah koperasi untuk menghadapi era-globalisasi:
1. Dalam menjalankan usahanya, pengurus koperasi harus mampu mengidentifikasi
kebutuhan kolektif anggotanya dan memenuhi kebutuhan tersebut. Proses untuk
menemukan kebutuhan kolektif anggota sifatnya kondisional dan lokal spesifik.
Dengan mempertimbangkan aspirasi anggota-anggotanya, sangat dimungkinkan
kebutuhan kolektif setiap koperasi berbeda-beda.
2. Adanya efektifitas biaya transaksi antara koperasi dengan anggotanya sehingga biaya
tersebut lebih kecil jika dibandingkan biaya transaksi yang dibebankan oleh lembaga
non-koperasi.
3. Kesungguhan kerja pengurus dan karyawan dalam mengelola koperasi. Disamping
kerja keras, figur pengurus koperasi hendaknya dipilih orang yang amanah, jujur serta
transparan.
4. Pemahaman pengurus dan anggota akan jati diri koperasi, pengertian koperasi, nilai-
nilai koperasi dan prinsip-prinsip gerakan koperasi harus dijadikan point penting karena
hal itu yang mendasari segala aktifitas koperasi. Aparatur pemerintah terutama
departemen yang membidangi masalah koperasi perlu pula untuk memahami secara
utuh dan mendalam mengenai perkoperasian.
5. Kegiatan koperasi bersinergi dengan aktifitas usaha anggotanya.
6. Koperasi produksi harus merubah strategi kegiatannya dengan mereorganisasi
kembali supaya kompatibel dengan tantangan yang dihadapi. 
Dengan demikian, koperasi pun mampu setidaknya menghadapi era globalisasi saat ini,
bukan malah terseret arus globalisasi yang berdampak koperasi akan tenggelam. Mari kita benahi

9
koperasi sejak dini, karena koperasi di Indonesia juga merupakan jati diri bangsa dalam memajukan
perekonomian.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Koperasi mulai tumbuh dan berkembang di Inggris pada pertengahan abad XIX yaitu
sekitar tahun 1844 yang dipelopori oleh Charles Howard di Kampung Rochdale. Namun sebelum
koperasi mulai tumbuh dan berkembang sebenarnya inspirasi gerakan koperasi sudah mulai ada
sejak abad XVIII setelah terjadinya revolusi industri dan penerapan sistem ekonomi kapitalis.
Walaupun pada awalnya banyak mengalami hujatan, tetapi koperasi yang dikelola secara bersama-
sama tersebut mampu berkembang secara bertahap.
Dalam rangka kesiapan menghadapi MEA, semua negara anggota ASEAN di survey dan
terungkap bahwa 52 persen responden tidak percaya Masyarakat Ekonomi Asean dapat diwujudkan
pada tahun 2015. Indonesia pun juga diperkirakan masih belum siap menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean pada tahun 2015 mengingat bahwa masih ada sejumlah masalah mendasar yang
menimpa Indonesia dan harus segera diatasi sebelum berlakunya Mayarakat Ekonomi Asean pada
tahun 2015. Iklim investasi kurang kondusif yang diindikasikan melalui masalah ruwetnya birokrasi,
infrastruktur, masalah kualitas sumber daya manusia dan ketenagakerjaan (perburuhan) serta korupsi
merupakan sebagian dari masalah yang saat ini masih menyandera pemerintah Indonesia.
Untuk itu harus ada pembenahan di dalam sistem ekonomi, manajemen, dan organisasi
koperasi di Dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya supaya pengembangan koperasi
dapat terwujud. Jika pembenahan dapat dilakukan dengan baik, maka semua negara anggota
ASEAN termasuk Indonesia akan siap menghadapi MEA.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.

11
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada
kesempatan lain akan saya jelaskan tentang Sejarah Ekonomi Koperasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arsad Martdoan, Tantangan Koperasi dalam Perkembangan di Era Global, (fakultas ekonomi dan Bisnis
Universitas Pattimura, Ambon)
Bintoro Tjokroamidjojo, 1990.Teori Dan Strategi Pembangunan Nasional, Jakarta: Haji
Edy Suandi Hamid. (2006). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas
Masagung
Prof. Dr. Partomo, Tiktik Sartika. 2003.Ekonomi Koperasi,Cet2. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia,

13

Anda mungkin juga menyukai