NIM : 07031282328075
KAMPUS : Inderalaya
KELAS :B
Pendahuluan
Paper tersebut (Mass Media Framing) membahas mengenai media massa yang bisa memframing
sebuah insiden/persitiwa/isu yang terjadi pada keadaan yang pernah atau sedang dialami saat sekarang.
Adapun permasalahan yang terdapat pada paper tersebut yaitu tentang Political Communication In The
Media Massa, Moral Panics on LGBT Issues yang dibuktikan dari program televisi Indonesia,
Stigmatisation of LGBT dalam liputan media Indonesia, Analysis on COVID-19 Management strategy
yang diterbitkan di media massa oleh “Terawan”, Menteri Kesehatan Indonesia, Case Study Landfire
yang terjadi di Sumatera Selatan, Journal of Media and Information Warfare yang membahas tentang
permasalahan yang terjadi di Indonesia lewat media massa, Trends and Problems of Information and
Communications Technology (ICT) in Indonesia yang dibahas dalam perspektif media, Linking Islam
with Terrorism dalam bingkai media, pembahasan mengenai Biotechnology dari media massa, serta
pembingkaian Palestine-Israel Conflict.
”Dampak dari keseluruhan proses konstruksi realitas seperti yang telah diuraikan diatas, pertama-tama
adalah berkenaan dengan pengetahuan publik mengenai suatu persoalan dalam kehidupan sosial. Hal ini
berkaitan dengan isu ontologis, hakekat pengetahuan sebagai hasil konstruksi realitas, dimana kualitas
amat bergantung pada dimensi epistemologis, cara masing-masing media menghimpun informasi
mengenai realitas serta metodologi yang dipergunakan, apakah instrumennya handal dan informasinya itu
valid. Jika mengingat begitu banyak faktor yang terlibat dalam penyajian kembali realitas, maka secara
ontologis realitas yang terdapat di media itu sangat terbuka untuk diperdebatkan.”
Pada setiap penelitian memiliki tujuan yang kurang lebih sama yaitu mengkaji dampak dari
penggunaan media massa dalam menyampaikan sebuah infromasi terhadap peristiwa/isu yang diangkat
media massa tersebut. Framing dari media massa yang mempengaruhi pandangan setiap individu yang
berbeda-beda. Tujuan lainnya juga untuk membandingkan dan mendeskripsikan bagaimana media-media
tersebut merekonstruksi peristiwa yang cukup berpengaruh di masyarakat.
Tinjauan Pustaka (Uraikan teori yang dipakai)
Teori/ konsep 1:
Teori Determinisme
Teknologi yang awalnya menebar gelombang kritik dan tuduhan.
Teori/ konsep 2:
Teori Mc Quail
Yang memaparkan bahwa media akan mengkonstruksi berita menurut kelas dominan, yaitu khalayak.
Teori framing didasarkan pada media yang menempatkan fokus pada peristiwa tertentu dan kemudian
menempatkannya dalam bidang makna (Arowolo, 2019).
Teori/ konsep 3:
Teori Mannhem
Penegasan teoritis inti dari teori agenda setting adalah bahwa tingkat penekanan yang
diberikan pada isu-isu di media massa menambah arti penting isu-isu tersebut dan mempengaruhi
prioritas yang diberikan oleh publik (McCombs dan Ghanem, 2001: 67). Oleh karena itu, semakin besar
volume dan menonjolnya pemberitaan media, semakin penting masyarakat menilai isu tersebut.
Hasil 1:
Penelitian ini menganalisis dua media online terpopuler di Indonesia, republika. co.id dan kompas.com
yang menyajikan framing berita konflik Palestina-Israel periode 17-18 Mei 2021. Media dapat
menampilkan berita dengan pandangan subjektif dan tujuan terkait kepentingan politik dan ekonomi
(Biagi, 2010). Kualitas pemberitaan media yang memuat konflik antara dua pihak atau lebih dapat
menimbulkan dua kemungkinan: memperluas eskalasi konflik dan membantu menyelesaikan konflik.
Hasil 2:
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di Sumatera Selatan terjadi kebakaran
lahan seluas 646.298,80 hektar pada tahun 2015 dan 336.770,00 ha pada tahun 2019. Tahun 2015 dan
2019 merupakan tahun dengan luas lahan terbakar terbesar di Pulau Sumatera selama periode lima tahun
2015 hingga 2020. Data ini juga menentukan bahwa Sumatera Selatan menjadi provinsi dengan jumlah
kebakaran hutan dan lahan tertinggi kedua di Pulau Sumatera. pulau Sumatra selama enam tahun terakhir,
dan jumlah kebakaran hutan dan lahan tertinggi ketiga di Indonesia selama lima tahun terakhir (Rijal
dkk., 2016).
Hasil 3:
Seperti telah dibahas sebelumnya, Entman menyatakan bahwa dua unsur utama yang membuat suatu
berita mempunyai makna tertentu adalah “seleksi” dan “salience”. Pada acara ILC yang mengangkat isu
LGBT tahun 2016, “seleksi” dilakukan berdasarkan pilihan pembicara, yaitu pihak yang mendukung
(pro), pihak yang menentang (kontra), dan pihak yang netral. Sebagai tayangan debat, ILC selalu
menampilkan dua pihak yang berlawanan dan selalu ada pihak ketiga yang dianggap netral yang dapat
menjembatani kedua kelompok yang berlawanan tersebut.
Hasil 4:
Detik.com menilai penanganan COVID-19 yang dilakukan Terawan cukup positif, terlihat dari
penyusunan judul, pernyataan narasumber terpilih, dan pilihan kata. Beberapa judul sepertinya tak ada
maksud menyinggung perasaan Terawan, seperti Pola Komunikasi Menkes Soal Penyebaran Virus
Corona yang Ditonjolkan (3 Maret 2020), Penjelasan Istana Soal Menkes Terawan yang Jarang Terlihat
Lagi (9 Maret 2020 ), Gelar Konferensi Pers Bersama, Menkes Umumkan Kesembuhan Pasien 01-02- 03
(16 Maret 2020), dan Terawan Minta Maaf kepada Ikatan Perawat atas Pernyataan Achmad Yurianto (20
Maret 2020).
Kesimpulan 1
Penggunaan media massa harus dilakukan secara netral dan tidak memihak pada sisi manapun agar
tidak terjadi konflik dan bisa dinilai cukup adil. Jika ada satu media massa yang bersifat tidak netral maka
validasi dari informasi tersebut perlu dipertanyakan.
Kesimpulan 2
Kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran yang berkepanjangan di Sumatera Selatan menyebabkan
udara tercemara polusi. Selain itu akibat dari kebakaran yang berkepanjangan menjadikan Sumatera
Selatan sebagai provinsi dengan tingkat kebakaran tertinggi di Pulau Sumatera.
Kesimpulan 3
Isu yang diangkat pada acara ILC dianggap berat, karena ada tim yang pro terhadap LGBT dan
kontra terhadap LGBT. Ketika pihak acara mendatangkan tim kontra terhadap LGBT, dapat dinilai
sebagai anti LGBT dan dikenal sebagai homophobia.
Kesimpulan 4
Detik.com menilai penangaan dari Menteri Kesehatan bersifat positif sesuai dengan prosedur yang
diterapkan oleh Kementrian Kesehatan. Jika penangaan yang dilakukan tidak efektif dan tidak
berpengaruh banyak makan penilaian dari Detik.com tidak akan berbuah positif.
Daftar Pustaka format APA (Gunakan reference tools manager seperti mendeley, Endnote)
Hamdani M.Syam, N. A. (2021). deologi dan Framing Media: Stigmatisasi LGBT dalam Liputan Media
di Indonesia. Jurnal Komunikasi: Jurnal Komunikasi Malaysia, Jilid 37(1): 59-73.
Harun Arrosyid, U. H. (2021). Framing Media tentang Konflik Palestina-Israel. KOMUNIKA: Jurnal
Dakwah dan Komunikasi , Vol 15, No,2.
Junaidi. (Mei-Agustus 2016). Tren dan Permasalahan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di
Indonesia dari Perspektif Framing Media. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 2, Mei - Agustus
2016, halaman 71-7, Volume 14, Nomor 2, halaman 71-79.
Krisna Murti, F. S. (2023). Framing Media Massa tentang Bencana: Studi Kasus Kebakaran Lahan di
Sumatera Selatan. JURNAL NATAPRAJA: Kajian Ilmu Administrasi Negara, Vol.11 No.1.
Listiorini, D., Asteria, D., Sarwono, B., (2019). Kepanikan moral terhadap isu LGBT: bukti dari program
Nurindra, D. A. (2021). Analisis Framing Strategi Penanganan COVID-19 oleh Menteri Kesehatan
“Terawan” dipublikasikan di Detik.com dan Kumparan.com. Jurnal Komunikasi: Jurnal Komunikasi
Malaysia, Jilid 37(3) : 335-346.
Sepri Setiawan, A. M. (2016). (PembingkaianAnalisis Berita Pilgub Jatim 2013 di Harian Pagi Malang
Posting dan Memo Arema jam 12th hingga 26th Periode Agustus 2013). KOMUNIKASI POLITIK
DI MEDIA MASSA, 1(2): 1-9.
Sultan, D. (2016). Menghubungkan Islam dengan Terorisme: Tinjauan terhadap Pembingkaian Media
sejak 9/11. Global Media Journal, Vol-IX, Issue-II.
Suryadi, I. (2011). Peran media massa dalam membentuk realitas sosial. Jurnal Academica Fisip. Untad,
3(2), 634-646Ojea, E., Lester, S. E., & Salgueiro-Otero, D. (2020). Adaptation of fishing
communities to climate-driven shifts in target species. One Earth, 2(6), 544–556.