Anda di halaman 1dari 9

UJIAN AKHIR SEMESTER

(Mini Riset)

Mata Kuliah: Jurnalistik Lingkungan

Jurusan: Ilmu Komunikasi/Jurnalistik 7-A

Dosen: Dr.H. Dono Darsono,S.S, M.Ag

Nama: Moch Gelar Ikhsan Iqra Anwar

NIM: 1194050089

A. Konteks Penelitian

Media sebagai sarana informasi untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Media

massa adalah alat untuk pengiriman pesan kepada sejumlah besar orang atau khalayak.

Media massa adalah media dimana sebuah pesan yang sama dan secara serentak

dipancarkan oleh pengirim yang terpusat kepada, jika media tersebut adalah televisi yang

terdiri dari jutaan pemirsa atau penerima. Definisi lain tentang pengertian media massa

adalah alat atau sarana yang melembaga dan digunakan untuk menyebarkan pesan kepada

khalayak yang bersifat massal, seperti televisi, radio, film, dan suratkabar (Dedi, 2011:2).

Definisi tentang media massa di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media

massa adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan berbagai informasi

kepada masyarakat baik berupa media cetak maupun media elektronik. Media massa

tumbuh dan berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu, pengetahuan,

teknologi, dan seni. Kemajuan teknologi komunikasi telah memungkinkan terjadinya


globalisasi informasi dimana berbagai media menginformasikan peristiwa-peristiwa yang

ada di dalam maupun di luar negeri secara cepat dan berbagai macam informasi yang

menarik serta mudah untuk ditonton dan dibaca baik anak-anak, remaja maupun orang

dewasa.

Menurut Haris Sumadiria (2016:65) berita merupakan laporan tercepat mengenai

ide maupun fakta yang benar, menarik, dan penting bagi khalayak melalui media massa.

Menurut Sedia Willing Barus (2010: 26) berita adalah segala laporan mengenai peristiwa

kejadian gagasan fakta yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau

dimuat di media masa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum. Media memiliki

pengaruh penting dalam meningkatkan literasi masyarakat tentang kesadaran lingkungan.

Namun, pemberitaan tentang lingkungan kurang mendapatkan prioritas dibanding berita

politik dan ekonomi, dan bahkan isu lingkungan lebih banyak dibingkai sebagai

komoditas politik daripada literasi lingkungan. Media lebih banyak menyajikan isu

lingkungan dari perspektif hukum dalam konteks politik daripada literasi tentang

persoalan lingkungan yang dibutuhkan pula oleh masyarakat.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara pandang media masa

terhadapa sebuah isu lingkungan dan bagaimana mereka menyajikan isu lingkungan ini

menjadi sebuah berita yang dapat memberi manfaat bagi masyarakat.

C. Landasan Teori
Jurnalisme lingkungan adalah usaha menyampaikan seruan kepada masyarakat agar

mampu berpartisipasi dalam gerakan menyelamatkan kelestarian lingkungan

hidup (Sudibyo, 2014). Berdasarkan kalimat itu, berita yang disajikan dalam

rangka output jurnalisme tidak hanya mengabarkan sebuah informasi. 

Namun demikian, adalah informasi spesifik yang menyagkut lingkungan dengan

tujuan agar masyarakat mampu berpartisipasi menjaga kelestarian lingkungan. Hal

tersebut pun senada dengan pengertian jurnalistik oleh Kustadi Suhandang (Suhandang,

2016) yaitu adalah seni dan atau keterampilanmencari, mengumpulkan, mengolah,

menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah,

dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani dan khalayaknya. Jurnalisme

lingkungan kemudian mendorong hati nurani rakyat tentang peristiwa seputar

lingkungan. Harapannya, hati nurani masyarakat tergerak guna melestarikan lingkungan.

Sementara itu, dalam buku Jurnalisme Kontemporer: Edisi Kedua (Santana,

2017) bahwa jurnalisme lingkungan erat kaitannya dengan pergerakan dan isu

lingkungan. Poinnya, jurnalisme lingkungan adalah sebuah fokus pada pemberitaan yang

disiplin memberitakan soal-soal lingkungan. Disebutkan, sejak 1960-an jurnalisme

lingkungan di Indonesia sudah mulai ramai dengan pemberitaan soal dunia industri,

kerusakan bumi, polusi di kenalpot kendaraan, sungai tercemar, dan lainnya. Seiring

berkembangnya zaman, konteks liputan bukan hanya soal bagaimana kondisi lingkungan

namun dikaitkan dengan kondisi kemanusiaan. Contohnya seperti udara kimiawi dan

polusi akibat industri yang mengancam kesehatan manusia, meningkatnya suhu global

yang mengancam kehidupan mahkluk hidup di masa depan, dan lainnya.


Dijelaskan pula, jurnalisme lingkungan biasanya berawal dari pengamatan

wartawan, geografer,hingga petualang. Hasil amatan tersebut kemudian diselidiki oleh

wartawan. Salahsatu contoh isu yang diangkat dalam rangka jurnalisme lingkungan

adalahperistiwa bocornya energi nuklir di Chernobyl, Uni Soviet, April 1986; Tumpahan

kimia di Bhopal, India, 1984, yang menewaskan ratusan orang; dan lain-lain. Kemudian

pada 1990-an, isu lingkungan mulai menjadi isu reguler di media massa. Isu yang di

bawa pun kian hari menjadi kian kompleks seperti menggunakan ilmu sains dan wacana

kebijakan publik. Guna mengimbangi perkembangan isu lingkungan, sekelompok

wartawan membuat The Society of Environmental Journalist pada awal abad ke-21.

Organisasi tersebut menekankan pada bagaimana isu lingkungan harus diberikan bobot

yang besar di masyarakat.

Pendapat senada tentang jurnalisme lingkungan juga dikemukakan oleh buku 34

Prinsip Etis Jurnalisme Lingkungan (Sudibyo, 2014) yang menjelaskan bahwa

jurnalisme lingkungan adalah jurnalisme yang memotret persoalan lingkungan sejak hulu

hingga hilir. Jurnalisme lingkungan berupaya pada konteks penanganan masalah

lingkungan sehingga pemberitaannya mengawal proses dari awal muncul masalah

hingga solusinya. Tidak jarang juga wartawan harus seharian dengan komunitas

lingkungan atau bergabung dengan komunitas tersebut agar mendapatkan visi lebih luas

tentang masalah yang ingin ia liput.  Wartawan diwajibkan memiliki kepekaan,

pembelajaran khusus, dan keahlian tertentu bukan hanya persoalan teknik menulis.

Selain permasalahan, peran serta masyarakat dalam mengatasi persoalan lingkungan

menjadi barang penting yang patut diliput wartawan.


Tidak semua orang bisa berperan menjadi pemberi solusi, namun perkembangan

zaman membuat orang mampu untuk berpartisipasi dalam usaha pelestarian lingkungan

dengan motif ekonomi, contohnya. Peliputan dan pemberitaan ini pun dimaksudkan agar

masyarakat tergugah dan peka atas kehadiran masalah tersebut. Membuat masyarakat

sadar akan pentingnya menjaga keseltarian alam adalah kunci dan tujuan utama

pemberitaan jurnalisme lingkuungan. (Sudibyo, 2014)

Jurnalisme lingkungan memiliki ciri mampu meneropong interaksi saling

memengaruhi antara berbagai komponen, aktor, faktor, dan kepentingan yang

memengaruhi lingkungan hidup dengan orientasi utama pada dampak-dampak

negatifnya. Sebagai bagian dari media massa, maka ia harus menyeimbangkan antara

upaya mengejar kemashlahatan publik, pelestarian lingkungan, dan upaya untuk

memenuhi standar kerja jurnalistik. Jurnalisme lingkungan juga berperan sebagai

medium penyampai pesan yangberangkat dari disiplin verifikasi guna menyampaikan

fakta secara akurat.

Sementara itu, jurnal berjudul Jurnalisme Lingkungan yang SadarLingkungan

(Fajar, 2011) menjelaskan bahwa jurnalisme lingkungan berakar dari jurnalisme

pembangunan. Menurut Zulkarimein Nasution, isu lingkungan dianggap sebagai fokus

dari adanya pembangunan lewat komunikasi pembangunan. Contohnya adalah

bagaimana penggunaan teknologi dan informasi komunikasi dalam proyek FAO

menangani kekurangan pangan, mengentaskan kelaparan, juga meningkatkan pertanian.

Menurut Aggarwala (Fajar, 2011), jurnalisme pembangunan merupakan peliputan

pembangunan sebagai proses ketimbang peristiwa. Peliputan jurnalisme pembangunan

mengkaji, mengevaluasi, serta memberitakan mengenai relevansi proyek pembangunan


terhadap kebutuhan, perbedaan lingkungan sebelum dan setelah proyek dilaksanakan,

dan perbedaan dampaknya bagimasyarakat apakah sesuai klaim atau tidak di masyarakat.

Dari tujuan inilah tumbuh jurnalisme lingkungan yang lebih fokus terhadap dampak

adanya pembangunan. Don Michael Flournoy (Fajar, 2011) kemudian menjelaskan

bahwa isu lingkungan hidup erat kaitannya dengan peristiwa bencana alam, perubahan

iklim, globalwarming, penipisan lapisan ozon, dan lain-lain seperti pengembangan

teknologi serta kebijakan pemerintah terkait lingkungan.

Isu lingkungan pun selalu dibuat dalam rangka menekan isu kebijakan publik

dengan mengaitkan peran pemerintah, ekonomi, bisnis, serta organisasi internasional dan

regional untuk ikut bergerak sebagai bagian dari tanggung jawab (Santana, 2017). Hal

tersebut membuat kerja dari fokus jurnalisme lingkungan mirip dengan jurnalisme

advokasi namun tidak banyak. Wartawan diposisikan sebagai pewarta atau pemberi

pesan lingkungan, bukanlah aktivis lingkungan yang mengusahakan penegakan

lestarinya lingkungan dengan cara hukum serta cara konkrit lainnya.

Tertulis, wartawan jurnalisme lingkungan juga menolak kefanatikannya pada

advokasi isu-isu lingkungan. Jurnalisme lingkungan hanya didasari pada perspektif

keadian dan interpretasi ilmiahnya pada fakta-fakta ilmiah. Namun demikian, wartawan

harus tetap membuat beritanya menggairahkan pembaca, memiliki daya gugah, dan

menarik. Umpamanya, mengisahkan berabagai spesies hewan atau tumbuhan yang

hampir tak “kelihatan”, punah.

Sebuah jurnal berjudul Jurnalisme dan Lingkungan Hidup di MediaMassa

(Suyanto, 2012) jurnalisme lingkungan hidup sama dengan jurnalisme lainnya.

Perbedaan yang kentara hanyalah seputar isu sentral dalam pemberitaan yang mana
jurnalisme lingkungan sangat menitikberatkan pada peliputan dan produksi teks berita

pada realitas lingkungan hidup seperti kerusakan lingkungan oleh manusia, kearifan

lokal, konservasi, limbah, dan penggunaan sumber daya alam. Fakta yang disajikan juga

harus bertitik tekan pada kasus lingkungan hidup dan sadar etika lingkungan yaitu

relevansi informasi dengan lingkungan, materi berita yang menjernihkan situasi, dan

memperhatikan risiko pemberitaan dari kasus lingkungan hidup.

Sementara pada buku Mengenal Jurnalisme Lingkungan Hidup (Abrar,

1993) dijelaskan bahwa jurnalisme lingkungan hidup berpihak kepada kesinambungan

lingkungan hidup. Arti lainnya, tujuan dari pemberitaan adalah pemeliharaan lingkungan

hidup sehingga bisa diwarisi ke generasi berikutnya dalam keadaan yang sama. Tidak

hanya kemampuan jurnalistik, namun pemahaman akan lingkungan alam,

manusia ,pembangunan, dan ekonomi secara holistik seperti dampak fisik dan sosial

mesti dimiliki wartawan. Wartawan juga harus mengetahui bagaimana cara mendapatkan

penaanggulangan kerusakan ligkungan.

Melalui buku yang sama dijelaskan, kendala bagi wartawan dalam meliput isu

lingkungan adalah informasinya sangat luas atau multidisipliner, informasinya tidak

terlalu menarik bagi masyarakat, dan jajaran pers terlalu mementingkan kesuksesan

ekonomi dari pemberitaan. Selain itu, kendala terbesar adalah soal niat atau keinginan

dalam meliput isu ini. Wartawan harus mampu menyadari efek sebuah masalah ke depan

yang seringkali tidak diperhatikan oleh wartawan. Oleh karenanya, wartawan harus

memiliki pengetahuan yang luas serta niat yang tulus guna kebaikan lingkungan. Hal ini

disebut sebagai spiritualitas.


Spiritualitas yang dimaksud aadalah semacam keyakinan yang hidup mengenai

keberadaan alam ini, misalnya perasaan bahwa semua anak manusia berada pada satu

bumi dan di bawah satu langit, sehingga pikiran, hati, dan semangat dalam memelihara

lingkungan hidup selalu terjaga (Abrar, 1993). Apabila wartawan sudah memiliki

spiritualitas ini, ia akan sadar bahwa sekarang semua manusia tidak hanya khawatir

tentang tanah, melainkan juga udara, air, dan sinar matahari. Ia akan cemas saat

mengetahui ada yang tidak beres dalam ekosistem lingkungan hidup. Wartawan juga

akan menuntut dirinya agar mampu menyajikan informasi yang bermanfaat akan realitas

lingkungan hidup. Kesadaran ini lah yang membuatnya  selalu terdorong untuk siap

menyajikan berita lingkungan hidup dengan sebaik mungkin.

D. Pembahasan dan Hasil

- https://www.detik.com/tag/lingkungan

- https://news.detik.com/foto-news/d-6466045/jaga-kelestarian-alam-dengan-

melepasliaskan-tukik-ke-lautan?_ga=2.190676587.1936160998.1671693910-

1209475721.1657311580

- https://www.detik.com/edu/edutainment/d-6463843/3-mahasiswa-ui-rancang-rumah-

ramah-lingkungan-biaya-konstruksi-3-kali-lebih-murah

Pertama, detik.com memiliki rubrik khusus yang akan melakukan berita mengenai isu

yang layak untuk diangkat menjadi sebuah berita lingkungan. Pemilihan isu tersebut

tergolong actual dan faktual. Media detik.com menjadi media online dengan konteks

pemberitaan pada isu-isu lingkungan hidup karena didirikan oleh jurnalis yang aktif

berkegiatan dan menyoroti isu lingkungan hidup dan memiliki visi mengenai pentingnya
penyajian informasi dan edukasi lingkungan hidup. Dengan adanya rubrik lingkungan di

detik.com ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyakat agar dapat hidup

selaras dengan lingkungan hidup. Diharapaknpesan yang disampaikannya dapat diterima

dengan baik sehingga pembaca mulai sadar dan mulai belajar untuk menjaga lingkungan.

Daftar Pustaka

[1] Abrar, Ana Nadhya. 1993. Mengenal Jurnalisme Lingkungan Hidup. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

[2] Atmakusumah. 1996. Mengangkat Masalah Lingkungan ke Media Massa. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

[3] Kurnia, Novi, dkk. 2019. Literasi Digital Keluarga: Teori dan Praktik Pendampingan

Orangtua terhadap Anak dalam Berinternet. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

[4] Kurnia, Septiawan S. 2017. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.

[5] Muh. Fitrah, M.Pd dan Dr. Luthfiyah, M.Ag. 2017. Metodologi Penelitian: Penelitian

Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak.

[6] Romli, Asep Syamsul M. 2012. Jurnalisme Online: Panduan Mengelola Media

Online. Bandung: Nuansa Cendekia.

[7] Suryani, Ita dan Asri Sagiyanto. 2017. “Strategi Komunitas Betawi dalam

Mempromosikan Tradisi Palang Pintu (Studi Kasus pada Event Festival Palang Pintu

XI),” Jurnal Komunikasi. Volume VIII Nomor 2, September 2017. (hlm. 4).

Anda mungkin juga menyukai