PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Afifah Rachmawati
201510040311074
Dosen Pembimbing :
Drs. Farid Rusman, M.Si
Rahadi, M.Si
1
BAB I
PENDAHULUAN
pesan tertentu, salah satu caranya yakni dalam bentuk visual. Hal ini
adalah salah satu medium untuk menyampaikan sebuah pesan visual yang
message).2 Sementara itu, dalam hubungan antara foto dan kata-kata, foto
perlu diinterpretasikan melalui teks yang ikut serta dalam perannya. Foto
merupakan hal yang tak terbantah sebagai bukti, namun menjadi lemah
fotografi sebagai alat informasi adalah media massa yang berbentuk harian
atau surat kabar.4 Adanya foto di media massa menjadi penting karena dapat
di lokasi. Foto tersebut biasa disebut dengan foto jurnalistik. Taufan Wijaya
1 Seno Gumira Ajidarma, Kisah Mata: Fotografi antara Dua Subjek: Perbincangan tentang Ada,
Galangpress, Yogyakarta, hlm.27.
2 Ibid., hlm.27.
3 Ibid., hlm.29.
4 Rita Gani & Ratri Rizki Kusumalestari, Jurnalistik Foto Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media,
Bandung, 2013, hlm.60.
2
mengatakan bahwa, “Foto jurnalistik adalah sajian visual yang mengantarkan
kejadian.”5
Pada perannya, foto jurnalistik yang disajikan dalam suatu media erat
lepas dari itu, fenomena bencana alam yang kerap kali terjadi di Indonesia
juga menjadi isu yang relevan untuk dibahas. Bencana alam sendiri termasuk
dalam salah satu bentuk perfect media event karena mengandung nilai berita
yang tinggi, demikian yang diutarakan oleh Bolduc, “From the journalistic
point of view, a natural disaster has all the ingredients for the perfect media
event (especially for the electronic media). It’s a brief, spectacular, often
dampak psikologis.7 Sepanjang tahun 2018, dari data yang dihimpun oleh
5Taufan Wijaya, Foto Jurnalistik. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2014, hlm. xi.
6Hermin Indah Wahyuni, Kecenderungan “Framing” Media Massa Indonesia dalam Meliput Bencana
Sebagai Media Event. Yogyakarta, 2007, hlm. 5.
7Diakses dari https://bnpb.go.id//definisi-bencana pada 31 Januari 2019, pukul 08:42 WIB.
3
merupakan bencana hidrometeorologi seperti longsor, banjir, serta angin
puting beliung. Sisanya berupa bencana geologi yakni tsunami dan gempa
bumi.8 Di dalam hal ini, bencana merupakan salah satu oddity atau yang
menunjuk pada peristiwa yang tidak biasa. Salah satu bencana yang terbesar
dan terparah dalam kaleidoskop tahun 2018 adalah bencana alam gempa
bumi, tsunami dan likuifaksi yang melanda Palu pada medio bulan September
oleh publik tanah air karena musibah gempa bumi dan tsunami yang melanda
kota Palu dan sekitarnya. Tercatat 2.000 lebih nyawa terenggut atas musibah
sontak membuat para negara sahabat simpati. Melalui media, berita ini
tersebar luas dan menelurkan bantuan-bantuan medis hingga logistik. Hal ini
8 Diakses darihttps://tirto.id/2018-tahun-bencana-mematikan-di-indonesia-bagaimana-pemulihannya-
dcoxpada 31 Januari 2019, pukul 08:54 WIB.
9Diakses dari https://wtop.com/world/2018/11/10-of-the-deadliest-natural-disasters-in-2018/ pada 12
Agustus 2019, pukul 07:32 WIB.
10Diakses dari https://www.idntimes.com/hype/viral/rahul-fahry/bencana-alam-terparah-yang-terjadi-
sepanjang-tahun/fullpada 31 Januari 2019, pukul 09:05.
11Betty Gama. Representasi Jurnalisme Bencana dalam Perspektif Ranah Publik. Jurnal Semai Komunikasi.
Vol.1 No.2, 2011, hlm. 164.
4
Masyarakat tentu sangat peduli dengan liputan yang ada di media massa yang
tinggi tentang berbagai hal mengenai bencana tersebut, mulai dari penyebab,
dan lain sebagainya. Sebuah ketidakpastian akan berita bencana alam yang
massa semakin tinggi pula. Pada posisi ini, media memegang kuasa besar
dari media.12 Sayangnya, potensi kuasa yang besar ini kurang dimanfaatkan
dengan baik oleh media Indonesia. Alih-alih memberikan support system dan
disguise’ yang menjadi sumber informasi tanpa henti dan tak pernah kering
dengan kandungan nilai berita tinggi. 13 Dalam hal ini, eksploitasi terhadap
12Muzayin Nazaruddin, Jurnalisme Bencana di Indonesia, Setelah Sepuluh Tahun. Vol.10, No.1, hlm. 80.
13Ibid.,
hlm. 80.
14Di akses dari http://www.remotivi.or.id/amatan/32/Jurnalisme-Bencana:-Tugas-Suci,-Praktik-Cemar, 26
Maret 2019, pukul 21.34 WIB.
5
memperlihatkan raut wajah kesedihan atau bahkan darah di tubuh korban.
puing rumah dan bangunan yang berada dalam bingkai. Peristiwa heroik yang
melalui foto dari Putu Sayoga, visual yang ditampilkan cenderung berasal
dari sudut pandang yang humanis tanpa adanya eksploitasi korban bencana
dan tersaji dalam perspektif yang positif. Di dalam hal ini, fotografer
memiliki peran penting untuk mengambil gambar terkait bencana alam yang
telah terjadi. Demikian yang dilakukan oleh Putu Sayoga, seorang fotografer
pada saat pasca bencana alam yang terjadi di Palu dan dipublikasikan oleh
atau dapat menempatkan diri ke dalam hubungan tertentu dengan dunia yang
6
Pengetahuan yang dimiliki oleh fotografer tentu berpengaruh terhadap
situasi dalam suatu peristiwa juga menjadi unsur pendukung terciptanya foto
dari tata cara dalam memahami sebuah bentuk media visual. Pada konteks ini,
pesan tertulis pada caption yang ada, namun juga melalui teknik dalam aspek
makna tertentu dalam sebuah visual yang diwujudkan pada foto bencana alam
terfokus pada korban dangan sisi kesedihan dan penderitaan, namun lebih
7
infrastruktur berupa runtuhan bangunan yang ada, namun juga
membingkai secara apik dengan mengonstruksi realita yang ada. Hal ini yang
menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam terkait makna dari
foto bencana karya Putu Sayoga yang dipublikasikan oleh harian Le Monde
selanjutnya.
1.2.Rumusan Masalah
maka yang akan menjadi poin dalam penelitian ini adalah: Apa makna dari
oleh Putu Sayoga di Harian Le Monde Prancis Edisi 7-9 Oktober 2018?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membongkar apa makna dari simbol-
simbol yang terkandung dalam foto jurnalistik bencana alam di Palu pada
karya Putu Sayoga di harian Le Monde Prancis edisi 7-9 Oktober 2018.
8
1.4. Signifikansi Penelitian
dalam ranah akademis maupun praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini
alam.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada penelitian ini, subjek membahas tentang foto yang direkam oleh
Prancis. Dengan demikian, peneliti perlu menelaah lebih dalam terkait definisi
atau yang biasa disebut cahaya dan graphein yang berarti gambar atau
cahaya.’17
maka foto dapat menjadi sebuah kesatuan yang padu. Tanpa adanya cahaya,
maka tidak akan terjadi proses untuk menciptakan sebuah gambar. Selain itu,
foto juga merupakan gabungan dari medium komunikasi dan linguistik yang
sendiri berasal dari kata Latin yakni communis yang berarti “sama”,
10
make common). Istilah dalam Bahasa Latin (communis) dianggap sebagai asal
kata komunikasi atau akar dari kata Latin lainnya yang mirip. 18
kebenaran atau kesalahannya. Banyak sekali definisi yang ada di dunia, mulai
dari aspek yang sempit maupun luas. Tubs dan Moss mendefinisikan bahwa
dari budaya yang berbeda). 19 Semua hal ini turut andil dalam menentukan
makna yang terkandung dalam sebuah peristiwa yakni bencana alam yang
oleh para praktisi, yakni para fotografer. Namun, tidak demikian dengan
akademisi. EDFAT adalah salah satu metode yang dikenalkan oleh Frank
18Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm.46.
19Ibid., hlm. 65
20Reynold Sumayku, Pada Suatu Foto, Kaifa Publishing, Bandung, 2016, hlm. 116.
21Di akses dari http://csinema.com/metode-edfat-dalam-fotografi/pada 25 Maret 2019, pukul 23.39 WIB.
11
penulis buku yang mengutarakan perihal EDFAT adalah Streisel (2007). 22
EDFAT sendiri merupakan akronim dari Entire, Detail, Frame, Angle dan
juga Time.
b. Detail, berperan sebagai gambar dengan prioritas atau fokus utama pada
subjek dengan kekuatan cerita yang akan dibuat. Dalam hal ini, detail juga
c. Frame, bagian ini dapat dijadikan sebagai estetika dalam gambar karena
untuk menciptakan sebuah gambar dari unsur ini. Fase ini memberikan
diafragma serta ketepatan empat aspek yaitu Entire, Detail, Frame, dan
22Setiyanto & Irwandi. Foto Dokumenter Bengkel Andong Mbah Musiran: Penerapan dan Tinjauan Metode
EDFAT dalam Penciptaan Karya Fotografi. Vol.13, No.1, hlm.32
12
Angle. Pengetahuan teknis untuk membekukan gerakan atau memilih
Pada penelitian ini, peneliti juga mengacu pada metode EDFAT untuk
yang mewakili gagasan, nilai, perasaan atau maksud komunikator 24. Maka
dari itu, pesan dapat dirujuk sebagai makna yang berperan dalam
tidak hanya melalui bahasa namun juga berbentuk lambang dalam bentuk
diantaranya25 :
1. Media Antarpribadi
13
2. Media Kelompok
3. Media Publik
4. Media Massa
yang digunakan adalah media massa. Media massa sendiri adalah alat
televisi.
menjadi salah satu medium dengan bentuk komunikasi visual yang dapat
adalah26 :
14
a. Foto Manusia
wedding photography.
b. Foto Nature
Pada jenis nature, obyek utamanya ialah benda dan makhluk hidup
alami (natural) seperti tumbuhan, hewan, hutan, dan lain-lain. Foto flora,
c. Foto Arsitektur
Foto still life adalah jenis foto yang menciptakan sebuah gambar
dari benda atau obyek mati. Hal ini menjadi menarik karena gambar
mengandung pesan yang akan disampaikan. Jenis foto ini merupakan jenis
15
e. Foto Jurnalistik
bagian dari penyajian jenis ini. Jenis foto ini seringkali dijumpai dalam
Pada perannya, foto jurnalistik turut andil menjadi satu dari bagian pada
kejadian nyata ataupun tidak, sampai pada penyampaian ide yang sangat
banding hanya tulisan saja. Hal ini menjadikan foto sebagai bilah yang sangat
27Michael Langford, Basic Photography 7th Edition, 2000, Oxford: Focal Press. hlm. 22.
28 Gani & Kusumalestari, Op. Cit., hlm.60.
16
interest yang berfungsi untuk menarik minat pembaca. Foto menjadi point of
interest dari sebuah headline berita. Apabila foto yang ditampilkan oleh
sebuah media itu menarik, maka tidak jarang pembaca akan tertarik untuk
membaca surat kabar tersebut. Yang ketiga adalah to make a brief but
fotografer pun menjadi medium yang jauh dari objektifitas sebuah realita,
keadaan atau isu, karena sebuah foto dapat berperan fleksibel daripada
pribadinya untuk merekam bencana alam yang terjadi di Palu. Pesan yang
dibawakan pada sebuah foto tidak lepas dari pandangan personal dari seorang
berinteraksi dan memberi respon pada aspek eksternal yang ada di sekitar
29Ibid., hlm. 9.
17
tertentu.30 Hal yang mengacu pada pentingnya foto jurnalistik dalam sebuah
media massa yakni berdasar pada penyampaian pesannya yang sarat akan
nilai.
Pada dasarnya foto jurnalistik tidak berdiri sendiri, namun ada tulisan
atau teks yang menyertainya. Perannya dalam publikasi media sangatlah kuat.
Foto yang menyertai tulisan ini tentu menjadi penting apabila memiliki nilai
berita menjadi poin utama dalam sebuah media komunikasi massa. Sebagai
tantangan.31 Hal ini menjadikan pembaca merasa aneh ketika melihat koran
tanpa foto. Brigitte Ollier, seorang jurnalis dari Libération’s Culture desk
menyatakan,
30Mark Galer. Location Photography, Second Edition. 2002. Italy: Focal Press, hlm. 132.
31Diakses dari http://lensa.fotokita.net/2015/11/kampanye-mendukung-para-fotografer-koran-prancis-terbit-
tanpa-foto/pada 8 April 2019, pukul 07.33 WIB.
32Diakses dari https://www.bjp-online.com/2013/11/french-newspaper-removes-all-images-in-support-of-
photographers/ pada 8 April 2019, pukul 07.40 WIB.
18
Gambar 2.1
Salah satu media massa di Prancis, Libération.33
19
Secara umum, foto jurnalistik merupakan gambar yang dihasilkan lewat
massa.34 Berbagai foto yang ada di media tentu memiliki ciri dan karakteristik
tersendiri untuk disebut sebagai foto jurnalistik. Tidak semua foto yang
yang berdasarkan kualitas dari ketepatan waktu. 36 Sementara itu, World Press
Photo Foundation (WPPF) atau yang biasa dikenal sebagai Badan Foto
bagian37, namun yang concern terhadap fenomena yang peneliti kaji yakni
termasuk dalam kategori foto berita (spot news) atau peristiwa tak terduga
20
dalam berita (people in the news) atau kategori yang biasa menampilkan
Selanjutnya, aspek penting yang harus ada dalam foto jurnalistik adalah
Selain itu, keindahan teknis tentu menjadi nilai tambah dalam foto
jurnalistik.38 Fotografi, di sisi lain menyoroti secara total dalam satu elemen
memberikan kebenaran saat ini. 39 Pada tahun 1970-an dan awal 1980-an, ada
tertentu pada keselarasan warna dan kontras.40 Hal ini tidak masalah selama
tidak mengubah esensi utama dari suatu foto. Aspek yang membedakan foto
milik Brian Walski dari LA Times yang sangat populer. Tahun 2003, Walski
berhasil meliput invasi Irak yang berada dekat Kota Basra. Saat ia keliling
21
oleh para tentara yang curiga kepada warga sipil yang merupakan milisi
pembawa senjata. Pada saat tentara Inggris tersebut memberi perintah kepada
sistem foto grup media Tribune News Corporation (termasuk LA Times dan
Tribune).
oleh Walski bahwasannya ada seseorang yang memiliki pose, lipatan celana
dan warna yang sama dalam satu frame. Singkatnya, Walski dipecat karena
cerita yang akan dibawakan oleh Walski. Sayangnya, hal ini dinilai haram
22
Gambar 2.2
Foto jurnalistik oleh Brian Walski yang menggunakan digital
imaging.41
redaksi yang berbunyi, “If you can’t do it in the darkroom, don’t do it here”.42
Maksud dari kutipan tersebut adalah “jika kamu tidak bisa memanipulasi foto di
kamar gelap (tempat untuk mencuci foto), maka jangan dilakukan disini
(komputer).” Himbauan ini secara tidak langsung menjadi tamparan untuk para
redaktur foto agar tidak melakukan penggabungan foto seperti yang dilakukan
41Di akses dari http://www.alteredimagesbdc.org/walski, pada 14 Agustus 2019, pukul 07.35 WIB.
42Ibid., hlm. 98
23
oleh Brian Walski pada saat itu. Pada akhirnya, kejujuran dalam sebuah foto
dari visualisasi foto pada sebuah gambar yang memiliki pesan dan cerita.
Foto seolah dapat diajak bicara oleh orang yang melihat. Foto yang dapat
dalam realitasnya.44
yang berlaku pada saat ini. Hakikatnya, foto jurnalistik bencana alam
media massa, internet, atau media lain dan berisi produk jurnalistik dari
man behind the gun yakni seorang fotografer akan berhasil mengabadikan
Where, When, Who dan How) yang secara literal terlihat dan dapat
dipahami secara utuh apabila hadir sebuah keterangan foto (caption) yang
24
Pada buku yang berjudul "The Photographic Message", Roland
Barthes menuturkan ada tiga tahapan dalam membaca foto yang sifatnya
penyampaiannya.45
25
Sementara itu, berkaitan dengan pemberitaan mengenai bencana
pesan juga merupakan menjadi poin penting. Media menjadi salah satu
pihak yang berpengaruh dalam isu bencana. Berita ataupun foto yang
peristiwa tersebut akan diingat. 46 Rangkaian dari relasi antar tanda yang
ada pada saat bencana alam terjadi merupakan sebuah pengetahuan sosial
kekalutan menjadi makna yang tak lepas dari adanya sebuah peristiwa
bencana alam.
terhadap media. Oleh sebab itu, peran fotografer dibutuhkan untuk terus
masyarakat melalui frame yang direkam, baik dari segi sosial, ekonomi
maupun budaya.
46Ibid., hlm.84
47Di akses dari https://www.mongabay.co.id/2019/01/02/memaknai-bencana-alam-dengan-perspektif-baru/
pada 4 Oktober 2019, pukul 07.55 WIB.
26
2.7. Nilai Foto Jurnalistik Bencana Alam
adanya foto jurnalistik, namun yang dapat disimpulkan oleh peneliti terkait
perlu mengetahui hal tersebut. Ketika terjadi bencana alam, jurnalis foto
space dalam mengambil angle yang tepat dan menarik (apabila bencana
Cerita baru maupun mode baru dalam pengambilan foto mampu membuat
27
4. Aktual (Timeliness), berita yang sedang terjadi atau baru terjadi menjadi
nilai berita yang tinggi. Kecepatan dalam berkirim pesan dari jurnalis foto
ke kantor redaksi kini tidak menjadi masalah yang berarti. Orientasi dalam
berbagai hal terkait berita tersebut. Proximity memiliki dua unsur penting,
informasi. Namun, tidak semua informasi memiliki nilai berita. Foto yang
kredibel yakni yang dapat memuat informasi yang lengkap dengan disertai
caption. Dalam hal ini, foto memegang peranan penting dalam melengkapi
yang memiliki nilai human interest yang tinggi karena bisa memancing
48Ibid., hlm. 52
28
tertarik apabila tokoh tersebut diberitakan di media. Dalam konteks
bencana alam, foto yang memuat tokoh publik yang sedang berkunjung ke
9. Kejutan (Surprising), kejutan dalam hal ini bisa merujuk pada perbuatan
serta ucapan seseorang. Nilai berita dapat berasal pada aspek ini.
Siapa sangka bahwa Trump mengirim pelbagai bala bantuan seperti tim
10. Konflik (Conflict), pada setiap bencana alam tentu terjadi konflik. Seperti
pemerintah yang kurang sustainable, dan lain sebagainya. Hal ini menjadi
Adanya nilai jurnalistik ini dapat menjadi acuan para jurnalis foto
sesuatu dari yang baik serta menyenangkan atau sikap yang selalu memiliki
29
harapan baik dalam segala hal. 50 Jurnalisme positif atau optimis berperan
dalam penyampaian informasi yang bagus dengan baik dan informasi yang
tidak baik dengan bagus. Maka dari itu, jurnalisme positif ini memegang kode
pemberitaan terkait bencana alam dapat dilihat dari segi positif tanpa
Maraknya foto yang menjadi komoditi dalam politik praktis menjadikan foto
foto eksklusif, banyak fotografer yang mengesampingkan hati nurani dan etika
30
bencana hampir tak ada sehingga media Indonesia tidak memiliki standar
yang mengemas mengenai hal positif apa yang mampu menjadi bahan bacaan
oleh masyarakat dengan mematuhi kebijakan yang ada terkait foto bencana
alam. Namun realitanya, Kompas yang mengadaptasi foto dari Reuters pernah
memuat foto mayat-mayat di Lambaro pada 28 Januari 2005 dari sudut atas
dan agak jauh. Fotografer berupaya untuk mengurangi detail dari tubuh mayat.
Sebuah foto bencana yang berhasil terekspos dari sudut pandang banyaknya
korban tewas. Hal ini tentu menyalahi etika jurnalistik karena sebagian orang
positif dan tidak menimbulkan korban merasa depresi akibat melihat foto
optimisme.
53Ahmad Arif,Jurnalisme Bencana, Bencana Jurnalisme, KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta,
hlm. 34.
54Ibid., hlm.45
31
negara yang terletak di area ring of fire mengalami banyak sekali kerugian
merupakan salah satu dari sekian banyak bencana alam yang pernah terjadi.
Oleh karena itu, kajian terkait bencana alam seringkali digemingkan untuk
selanjutnya dari disiplin ilmu yang merupakan irisan dari bencana alam yakni
alam terjadi. Hal ini terbentuk berdasarkan realitas kehidupan sosial yang
melihat bencana alam datang dari luar kemampuan manusia atau menjadi
suatu peristiwa yang menimpa diri mereka. Hal ini merupakan salah satu
Sementara itu, bencana alam juga diyakini sebagai “kehendak Tuhan” di mana
55Charles R. Ngangi. Konstruksi Sosial dalam Realitas Sosial. ASE-Vol.7 No.2, hlm.3
32
manusia tak berhak dan tidak dapat mempersiapkan diri menghadapi
bencana.56
pakar yang mengulas makna sehingga makna hampir kehilangan makna itu
sendiri.57 Ada tiga hal yang dijelaskan oleh para linguis dan filsuf dalam usaha
menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah: (1) menjelaskan makna
kata secara alamiah, (2) mendeskripsikan makna dalam proses komunikasi, (3)
bahwa istilah makna dapat dilihat dari segi: (1) kalimat; (2) kata; (3) apa yang
Pada perannya, makna sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada diluar
menyebutkan bahwa makna tidak selalu dihasilkan oleh proses pada alam
sadar manusia. Ogden dan Richards menyatakan bahwa definisi makna lebih
dikaitkan dengan sebuah terminologi lain seperti nilai, referensi, intensi, atau
bahkan emosi. Sehingga Ogden dan Richards setuju jika makna yang terdapat
berfungsi sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar yang sesuai dengan
56 Dr. Rahmawati Husein, Bencana di Indonesia dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana:
Catatan Ringkasan, hlm. 2.
57Ibid., hlm.45
58Alex Sobur., Op.Cit., hlm 255
59Radityo Widiyatmojo. Semiotik Kebun Binatang Dalam Photobook Berjudul Wildtopia, Jurnal Sospol,
Vol.4 No.2, Hlm 108-123.
33
kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling dimengerti.60 Makna
Seperti yang dinyatakan oleh Marcel Danesi bahwa makna bisa diilustrasikan
pada berbagai elemen visual seperti simbol dan tanda. Sehingga munculnya
sebuah ilmu yang mempelajari tentang tanda, yakni biasa disebut semiotika. 61
semiotika sendiri adalah sebuah ilmu atau bentuk metode analisis untuk
(things).62 Menurut Segers dalam Sobur, semiotika adalah suatu disiplin ilmu
yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs
yang berarti "tanda" atau seme yang bermakna "penafsir tanda". Tanda pada
masa itu masih merujuk pada sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.
bersifat timbal balik antara penanda (signifiant) dan petanda (signifie) pada
ranah bahasa. Makna yang ada pada tanda berakhir pada suatu lingkaran sosial
60Aminuddin, Semantik (Pengantar Studi Tentang Makna), Penerbit Sinar Baru Algensindo, Bandung, hlm.7.
61Marcel Danesi. Messages, Signs, and meanings: an introduction to semiotics. 3rd edition, hlm. 10.
62Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 15.
63Ibid., hlm. 16.
34
budaya yang linier dan tidak adanya kedinamisan untuk memahami makna
yang bersumber dari tanda tersebut. Pada saat itu, semiotika berkembang
berkembang secara dinamis. Hal ini dapat dikatakan bahwa tanda bersifat
manusia, tidak sekadar kembangan yang berlaku pada sebuah ranah sosial
budaya saja.)
disebut proses semiosis. Adanya sign, interpretant, dan object menjadi sebuah
proses penafsiran dari objek yang ada. Pada hal ini, Pierce melihat bahwa
tanda sebagai apa yang mewakili apa. Keragaman makna yang terbentuk
Selain itu, tokoh yang bernama Roland Barthes juga turut andil dalam
64Rifai dan Puspitasari, 2018, Representasi Ideologi Islam dalam Cerita Pendek: Analisis Semiotika, hlm.101
35
bahwasannya bahasa merupakan sebuah sistem tanda yang mencerminkan
asumsi dari masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Pada salah satu
kota kecil dekat pantai Atlantik bernama Bayonne. Belum genap usia satu
tahun, ayah Barthes wafat dalam sebuah pertempuran di Laut Utara. Usia
Tulisan Barthes yang terbit pada majalah Prancis, yakni Les Letters
Ini) yang mengungkap tentang aspek denotatif, konotatif, dan mitos yang
36
fenomena keseharian yang menunjukkan sebuah konotasi yang terkandung
objek tidak hanya membawa informasi, namun juga membentuk sistem yang
terstruktur dari tanda itu sendiri. Hadirnya semiotika yakni untuk mempelajari
(significance) dan arti (meaning). Relasi dari tanda dan makna hanya
dipelajari dalam satu dari tiga cabang semiotika yakni semantika. Dua cabang
tanda lainnya serta relasi yang dibangun antara tanda dan penggunanya.
tanda yang pada umumnya jauh lebih luas lagi cakupannya. Sementara itu,
semiotika mengkaji tanda atau relasi antar tanda. Kata kuncinya adalah
‘relasi’ dan bukan tanda itu sendiri. Semiotika yang mengkaji relasi tanda
dimaksud dengan kajian berdasarkan relasi tanda yang satu dengan tanda
yang lainnya; relasi tanda dengan maknanya, obyek yang dirujuknya, serta
teori dari Saussure. Saussure membuat model yakni penanda (signifier) dan
66Ibid., hlm.68.
67Alex Sobur, Op. Cit., hlm.15.
68Kris Budiman, Semiotika Visual, hlm.viii.
37
petanda (signified) yang saling berhubungan pada komponen tanda.
Gambar 2.3
Tatanan dalam pertandaan Roland Barthes.
Konotasi berada pada tatanan kedua. Selanjutnya, sistem tanda dari
tatanan pertama disisipkan pada tatanan kedua dalam mitos atau sesuatu
yang mengandung nilai budaya.69
adanya dua tatanan dalam analisis semiotika, yang pertama yakni denotasi
yang berisi realitas dan tanda. Penanda (signifier) dan petanda (signified)
digawangi oleh penanda ini diartikan sebagai suatu realitas yang sebenarnya
(denotasi). Makna denotasi itu bersifat langsung, adanya makna khusus pada
69John Fiske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, Terj. Yosal
Iriantara dan Idi Subandy Ibrahim, Jalasutra, Yogyakarta, 2004, hlm. 118.
70Huda & Hamim, 2015, Analisis Semiotika Fotografi “Alkisah” Karya Rio Motret (Rio Wibowo), hlm.3
38
Sedangkan tatanan kedua yang berisi konotasi dan mitos yang
secara implisit tatkala tanda bertemu dengan perasaan atau emosi pengguna
dan konotasi dalam suatu foto menjadi jelas pemaknaannya ketika proses ini
ditangkap oleh bingkai (frame), sudut pandang kamera, rana, dan lain
nilai yang berlaku pada masyarakat tentu menjadi peran penting agar sejalan
dengan apa yang diharapkan. Model digital imaging yang berlebihan juga
termasuk dalam trick effect ini.73 Pada jenis foto jurnalistik, adanya
kemurnian dalam foto sangat penting adanya. Realitas atau kebenaran pada
39
a. Angle (Pose), sikap atau ekspresi dari objek berkaitan dengan
ekspresi wajah, gesture, Bahasa nonverbal, dan lain-lain yang berdasar dari
tertentu. Contohnya gambar anak yang menunjuk pada stock of signs, seperti
pencahayaan, warna serta efek freezing. Selain itu, adanya aspek formal
fotografi dalam foto antara lain seperti yang dinyatakan oleh Markowski
akan dijadikan bahan analisis untuk sampel foto yang telah ditentukan. 74
e. Syntax (Sintaksis), hal ini akan hadir ketika adanya sebuah photo
stories yang menampilkan dalam satu judul. Makna tidak akan muncul jika
74Soetarjo, Lelyana Septianti. 2018. Kajian Semiotika Konotasi Roland Barthes pada Wanita Jawa pada
Kartu Pos Tahun 1900-1910. Vol.1, No.1., hlm. 13.
40
hanya berasal dari bagian-bagian foto tunggal atau lepas yang tidak
yang berjudul The Photographic Message. Pada enam aspek di atas, dalam
foto jurnalistik, peran trick effect sangat dilarang karena akan mengaburkan
fakta yang ada. Maka dari itu, peneliti tidak menggunakan unsur trick effect
dalam menganalisis foto yang akan diteliti. Sementara itu, hadirnya mitos
menjadi peran dalam cara kerja pada tatanan kedua. Aspek material mitos
system yang dapat disebut sebagai konotator atau retorik yang tersusun dari
suatu kebudayaan yang diyakini untuk memahami beberapa aspek dari alam
atau realitas. Bagi Barthes, mitos merupakan cara berpikir dari suatu
sesuatu. Pada gambar 2.3, konotasi merupakan bagian dari sistem pemaknaan
tatanan kedua dari penanda, lain halnya dengan mitos yang menjadi bagian
41
dari pemaknaan tatanan kedua dari petanda. 76 Implikasi cara kerja lebih lanjut
jika tidak tersusun dari tanda-tanda yang eksklusif.”79 Oleh karena itu,
tentang kita maupun karya visual berupa foto jurnalistik. Menurut Berger,
a. Penggunaan Warna
dunia Barat). Sebagai contoh, warna merah memberi kesan nafsu, panas,
76Ibid., hlm.121.
77John Fiske. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi, hlm.145.
78Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Jalasutra, Yogyakarta, hlm. 105.
79Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, Penerbit Tiara
Wacana, Yogyakarta, hlm.ix
80Ibid., hlm.47
42
bahaya. Warna violet berhubungan dengan kerajaan dan kekayaan. Warna
biru menandakan suasana dingin, halus dan tenang. Dalam budaya Barat,
menyebutkan colour and tone values (nilai dan sifat warna) dalam elemen
hati atau pesan apa yang akan di bawa oleh fotografer. Contohnya,
kehangatan atau sinar matahari. Nilai dan sifat warna dalam fotografi
menjadi foreground.81
b. Ukuran
Berbicara soal ukuran, perhatian pada hal tersebut tidak hanya pada
dimensi yang ada namun juga unsur keterkaitan antara tanda dan sistem
tanda. Variasi bentuk pada tanda, mulai dari ukuran terkecil hingga
sarana komunikasi.
43
c. Ruang Lingkup
tanda. Berbagai tanda begitu rumit dan memiliki tampilan yang relatif
d. Kontras
ada dalam tanda, seperti warna, ketajaman, tekstur, dan ukuran. Kontras
tertentu. Pada karya foto jurnalistik, aspek kontras ini menjadi perhatian
atau point of interest bagi para fotografer dan juga pengamat foto.
e. Bentuk
Valentine.
f. Detail
dari tanda yang memberikan sejumlah manfaat. Pada sebuah foto, bila
dari fokus lembut tersebut dapat dihubungkan dengan emosi, impian dan
lain sebagainya. Detail juga menjadi aspek utama dalam karya foto
44
jurnalistik karena digunakan untuk menonjolkan objek yang dimaksud
g. Angle
juga dapat dilihat dari ragam teknik dalam pengambilan fotonya. Terkait
dengan fotogenia yang merupakan salah satu bagian dari tahap konotatif
menganalisis foto82 :
Tabel 2.1
Fotogenia
Fotogenia Teknik
Fotografi
82Husnywaris, 2009 dalam Skripsi Priya Gilang Rifanda, 2018, Semiotika Foto Jurnalistik Pemaknaan
Interaksi Sosial Bencana Alam, hlm.19.
45
dengan subjek
personal
menghubungkan subjek
dengan konteks
Lebar Dramatis
muram, suram
subjek berkuasa,
mendominasi, dan
memperlihatkan otoritas
kesamaan, sederajat
merasa didominasi,
kurang otoritas,
46
dikuasai
di anggap penting
foto
penting
penting
yang akan menghadirkan makna itu sendiri. Pemaknaan dalam suatu tanda
Sementara itu, tanda dalam perannya juga turut serta pada ranah
47
didefinisikan sebagai representasi sesuatu atas sesuatu yang lain. Beragam
selanjutnya yakni metonimia, bagian dari sinekdok ini dibagi menjadi dua
terdahulu ini menjelaskan hasil penelitian lain yang relate dan cukup
83Faiz Yajri. 2012. Politik Metafora dalam Strategi Branding Komoditas Agribisnis (Analisis Semiotika
Strukturalisme Terhadap Konstruksi Teks Majalah Trubus Mengenai Komoditas Jabon). Jakarta: Universitas
Indonesia. hlm.17.
84Agustina Kusuma Dewi. 2017. Analisis Ideologi Visual pada Iklan Cetak Adidas Versi Chu-mu Yen, “No
One Gets Up When A Whole World Kicks.” Jurnal Desain Komunikasi Visual, FSRD, ITENAS, hlm.30.
48
Peneliti melakukan analisa terhadap penelitian terdahulu yang memiliki
menghasilkan temuan makna pada sebelas foto yang telah diterbitkan oleh
longsor, foto kunjungan pejabat negara, foto tindakan dan dampak pasca
atau tidak langsung terbaca (konotasi) dari foto melalui tahap efek tiruan,
yang didapatkan dari fotojurnalistik bencana alam yang telah dikaji tidak
49
fotojurnalistik. Namun, dibalik itu, penuturan terkait caption bisa
alam. Maka dari itu, peneliti ingin menjadikan penelitian terkait foto
kembangan dari tulisan milik Yudho dengan subjek yang berbeda yakni
Monde Prancis.
Midst of Catastrophes Tahun 2012) oleh Isye Naisila Zulmi (2014). Isye,
foto yang ditampilkan oleh karya foto jurnalistik yang masuk dalam
organisasi dunia dalam bidang fotografi yakni World Press Photo pada
dan mitos yang ada pada foto jurnalistik yang bertajuk Aftermath. Metode
50
dengan fenomena yang terjadi pada masyarakat. Pada hal ini, peneliti
51
BAB III
METODE PENELITIAN
berasal dari simbol-simbol yang ada dalam ranah foto jurnalistik yang akan
diteliti. Hal ini juga didasarkan pada konsep semiotika foto atau visual yang
merupakan salah satu bidang semiotika yang menaruh minat pada penyelidikan
terhadap segala jenis makna yang disampaikan melalui indra penglihatan (visual
senses).85 Analisis ini berdasarkan teori semotik model Roland Barthes dengan
konsep denotasi, konotasi serta mitos. Selain itu, pemaknaan caption pada foto
yang membubuhi juga diteliti menggunakan metode dari Kempson yang melihat
kesesuaian antara foto dan teks yang ada sebagai pendukung terbentuknya makna
52
adalah untuk menggambarkan serta mengungkapkan (to describe and to
bencana alam di Palu oleh Putu Sayoga yang telah dipublikasikan oleh harian
Le Monde Prancis.
Fokus penelitian ini berada pada hal yang mengacu dengan tujuan
penelitian agar dapat menjawab rumusan masalah yang ada. Maka dari itu,
peneliti memfokuskan pada makna dari foto bencana alam di Palu karya
Prancis pada 7-9 Oktober 2018. Identifikasi yang beragam pada pemaknaan
pesan visualnya didasarkan makna denotasi, konotasi dan mitos yang dilihat
dari pelbagai jenis angle, komposisi, setting, gesture, mimik muka (facial)
Dokumentasi yang diteliti meliputi foto beserta caption yang ada pada
menjadi alat pendukung yang dapat melengkapi adanya foto yang akan
diteliti. Elemen visual yang berbentuk foto jurnalistik bencana alam ini
53
3.3. Teknik Pengumpulan Data
dikumpulkan sejalan dengan unit analisis yang akan diteliti. Data diperoleh
Unit analisis data pada penelitian ini yakni berupa foto dan caption
yang menjadi bagian atau elemen terkecil yang bisa membangun sebuah
pesan dan makna. Foto merupakan objek visual yang tidak bergerak dan
Sayoga pada tanggal 7-9 Oktober 2018. Jumlah foto jurnalistik bencana alam
hasil karya Putu Sayoga yang diterbitkan oleh harian Le Monde Prancis ada
lima foto. Dokumentasi yang akan diteliti yaitu berjumlah lima foto dengan
perspektif kebencanaan.
ada pada tingkat denotasi, konotasi dan mitos. Tanda dapat ditelaah menjadi
dua tahap, tahap pertama yakni dilihat dari background pada ‘petanda’ dan
‘penanda’-nya. Tahap ini disebut denotatif yang dapat menelaah secara verbal
atau bahasa. Dalam KBBI, denotasi merupakan makna kata atau kelompok
54
kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa
yang didasarkan atas kesepakatan tertentu dan bersifat umum atau objektif. 87
Sebagai tatanan tingkat kedua dari penanda, konotasi memiliki peran dalam
mitos. Mitos yang dimaksud bukan yang ada di pemikiran masyarakat pada
object, photogenia, aestheticism, dan syntax), dan mitos yang ada dalam
foto.
55
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
Gambar 4.1
Putu Sayoga
lahir pada 26 Februari 1986. Lelaki yang akrab dipanggil Sayoga ini
merambah di dunia foto jurnalistik sejak tahun 2010. Harian New York
Times, majalah New Yorker, maupun bacaan lokal yakni tirto.id menjadi
56
pada tahun 2007. Kini, publikasi karyanya telah tersebar luas. Al Jazeera,
Monocle, The New York Times, termasuk Le Monde yang menjadi bagian
judul The Fragile Coast (2016). Ia juga merupakan salah satu pendiri dari
Yoppy Pieter dan Muhammad Fadli pada tahun 2014. Selain itu, pameran
ekspresi pribadi yang dituangkan dalam pelbagai frame foto yang ia ambil,
57
salah satunya ketika bencana alam di Palu. Tidak seperti fotografer staf
dan tetap memperhatikan komposisi serta etika foto jurnalistik yang ada
visual dari sudut pandang yang berbeda. Dokumentasi foto bencana Palu
Harian atau surat kabar yang biasa dikenal sebagai media massa
cetak ini termasuk media utama yang ada di belahan dunia. Dalam
negara Prancis. Harian ini berdiri pada tahun 1944 setelah tentara Jerman
meninggalkan Paris (Perang Dunia II) dan menjadi koran pertama yang
terbit di Kota Mode. Le Monde berdiri karena adanya upaya dari Jenderal
Charles de Gaulle yang ingin Prancis memiliki surat kabar besar dan
58
mendapatkan otonomi, posisinya berubah menjadi referensi dunia dalam
negara Prancis. 90
Figaro dan l’Equipe. Harian yang didirikan oleh Hubert Beuve-Méry ini
tersebar di 120 negara. Rata-rata pembaca dari luar negeri kurang lebih
90Trindade & Hartmann. 2014. Guidelines For IPC Journalists. Vol.2, hlm. 576.
91https://www.britannica.com/topic/Le-Monde di akses pada 16 April 2019, pukul 09.02 WIB.
92https://www.connexionfrance.com/Archive/Why-Le-Monde-is-still-a-must-read di akses pada 15 April
2019, pukul 21.00 WIB.
59
satunya yakni Bruno Philip.93 Bruno Philip merupakan jurnalis yang
penulis naskah berita yang didukung oleh foto milik Putu Sayoga.
sebesar 7,4 skala Richter pada tanggal 28 September 2018. Gempa bumi
yang terletak di daerah Sulawesi Tengah ini bukan yang pertama, namun
Kota Palu. Sejak saat itu, ada sedikitnya 500 gempa susulan di Palu. Dapat
Eurasia, Pasifik dan Indoaustralia. Tidak hanya itu, Indonesia juga terletak
di Cincin Api Pasifik atau yang biasa disebut Ring of Fire. Cincin Api
ketinggian 0,5 hingga enam meter. Hal ini mengakibatkan Palu menjadi
60
porak-poranda. Gelombang air laut setinggi enam meter terbentuk karena
Kota Palu. Setelah gempa dan tsunami melanda, fenomena lain terjadi,
ikatan sehingga melarut seperti air dan mengalir, membawa kendaraan dan
bangunan di atasnya.
Dampak kerusakan gempa ini yakni ada 985 desa terdampak, 2.256
mengungsi serta adanya 534 gempa susulan. Data yang dilansir oleh act.id
ini diambil oleh BNPB per 29 Oktober 2018. 95 Badan SAR Nasional
udara, tenda, generator, alat pengolahan air, rumah sakit lapangan serta
fogging. Namun, pada saat itu bantuan internasional lebih difokuskan pada
61
pengolahan air, transportasi, tenda serta genset untuk kebutuhan listrik. 96
Indonesia. AS, Prancis, Ceko, Swiss, Norwegia, Turki, Uni Eropa, Korea
membantu.
Kini, beberapa bulan setelah bencana Palu berlalu. Lebih dari 600
Sementara itu, Peace Winds Japan dan ACT (Aksi Cepat Tanggap) pada
kompleks HNT yang tersebar di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala
dengan total 1.026 unit shelter.98 Bencana alam gempa bumi di Palu yang
62
BAB V
ANALISIS PEMAKNAAN FOTO BENCANA ALAM
korban terdampak. Kehilangan harta benda maupun kerabat menjadi titik balik
adanya sebuah perubahan. Adanya media massa turut menyiarkan berita duka
apa yang sedang terjadi. Tidak hanya berupa tulisan, namun foto juga berperan
penting untuk memberikan kekuatan berita berupa pesan yang akan dibawakan
oleh seorang jurnalis maupun fotojurnalis yang ada di media, baik lokal, nasional,
melibatkan imaji serta rasa membuat Indonesia yang dipeluk secara global.
Pada bab ini, peneliti akan mengeksplorasi terkait makna yang muncul
dari simbol-simbol yang terkandung dalam foto jurnalistik bencana alam karya
Putu Sayoga pada harian Le Monde Prancis edisi 7-9 Oktober 2018.
63
5.1. Makna Keberlangsungan Hidup
Gambar 5.1
A Palu, le 6 octobre.
PUTU SAYOGA POUR LE MONDE.
Tabel 5.1
Analisis penanda dan petanda 1.
Penanda Petanda
64
c. Baju yang berserakan Tumpukan baju yang berserakan
menunjukkan bahwa itu adalah hasil
donasi atau sumbangsih dari para
relawan. Terlihat dari kotak kardus
dengan kertas putih yang berada di
atas tanah.
tanda. Menurut Spradley dalam Tinarbuko, makna denotatif yakni yang berperan
untuk menjabarkan makna referensial atau hal-hal tertentu yang ditunjuk oleh
kata-kata.101 Pemaknaan dalam tahap denotasi dalam sebuah foto dapat dilakukan
dalam rangka transformasi gambar menuju kategori verbal atau yang biasa disebut
65
Pada foto 5.1 dapat dijelaskan dengan penafsiran tanda (analogon) yang
Palu.
menunjukkan bahwa secara verbal, foto tersebut menunjukkan adanya dua orang
perempuan dan satu anak laki-laki yang berdiri dengan latar belakang pemakaman
jaket ungu-hitam menunjukkan wajah sinis seolah tidak mau di foto (kiri) dengan
terjadi dengan keadaannya saat itu. Selanjutnya, di tengah ada sosok ibu
motif yang ada. Selain itu, seorang anak laki-laki berdiri (kanan) mengenakan
baju kebesaran dengan gambar kartun Power Rangers serta warna biru-putih
dengan celana jeans biru. Anak tersebut bermain alat musik pianika. Raut wajah
penampungan yang ada di area pemakaman umum di Balaroa, Palu. Selain itu, di
sebelah kanan terdapat hammock atau tempat tidur gantung yang terbuat dari
66
sarung. Sementara itu, pohon pisang yang ada di area pemakaman tersebut
masih subur pasca terkena bencana alam. Sepeda motor juga nampak di beberapa
titik menandakan bahwa masih ada transportasi yang bisa digunakan untuk
mencari penghidupan.
Tahap Konotasi :
atau tidak eksplisit. Teori konotasi menurut Spradley menyebutkan bahwa semua
signifikansi sugesti dan simbol lebih dari pada arti referensialnya.102 Pemahaman
dalam menjelaskan makna konotasi dari sebuah foto berkaitan dengan tahap
a. Pose
kesedihan yang mendalam akibat bencana alam yang menimpanya. Hal ini
wajah yang ditonjolkan oleh tiga orang tersebut sangat mendukung situasi
yang terjadi saat itu. Anak kecil dengan wajah tertunduk yang
pada alat musik yang dibawanya. Lelaki tersebut seperti kehilangan tempat
67
Pada dasarnya, musik dapat digunakan sebagai alat untuk pelipur lara atau
memberikan ketenangan jiwa. 103 Cara dalam bermain pianika pun tidak
seperti sedia kala, lelaki tersebut memainkannya tanpa selang atau pipa
menekan nada kromatis (tuts berwarna hitam yang berisi tanda kres dan
diibaratkan sebuah tangga nada yakni adanya hitam dan putih. Anak
selayaknya ia sedang berada dalam keadaan yang tidak baik. 104 Dalam hal
ini, apa yang ditampakkan oleh lelaki tersebut ketika memainkan pianika
baju donasi seolah tidak ingin di foto karena kondisi yang sedang di
68
Sementara itu model sudut pandang high key menampakkan
kecerahan pada momen yang di ambil, sementara angle pada anak laki-
b. Object
pilihan objek dari foreground orang yang beraktivitas pasca bencana alam
gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang telah terjadi. Di samping itu,
kondisi yang sedang dialami. Gambar Power Ranger pada baju anak kecil
celana juga bisa dikaitkan dengan adanya ‘satu harapan’ yang tersirat
sebuah harapan dan cita-cita yang ingin dicapai oleh manusia 105. Salah
satu harapan yang berdekatan dengan keadaan ini yakni dengan bebasnya
105https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/12/19/p17vep313-simbol-bulan-
bintang, di akses pada tanggal 22 Juli 2019, pukul 07.47 WIB.
69
Atmosfer pemakaman sebagai background seperti mengingatkan
bahwa setiap insan yang hidup pasti akan kembali. Di sekitar tempat
tersebut juga terdapat pohon pisang yang menandakan bahwa tanah yang
ada di Balaroa masih tetap subur dan masih bisa mewakilkan sisi
kesegaran yang dilambangkan oleh ‘warna hijau’ yang ada. Warna hijau
pertumbuhan serta keamanaan. 106 Sementara itu, sepeda motor dan mobil
c. Photogenia
disajikan dengan pengambilan foto secara medium up, dengan model eye-
level yang ditujukan pada anak kecil yang berdiri sembari memainkan
fotografer dan korban bencana alam tersebut. Sedangkan pada ibu yang
70
seimbang sehingga potret manusia beserta objek yang ada di pemakaman
lebar sehingga mencakup latar belakang yang cukup luas. Angle yang
“cerita” di dalamnya.
Tolok ukur dan definisi dari foto yang bercerita tentu bisa
meluas, sesuai dengan karakter serta kebutuhan dari suatu media.
Pada umumnya, foto bercerita tidak hanya memberikan informasi
secara visual tetapi sekaligus mampu menggugah perasaan tertentu
pada pemirsanya.107
d. Aestethicism
ini memberikan ruang untuk sekeliling agar lingkungan sekitar juga turut
yakni dua orang perempuan dan satu anak laki-laki yang ada namun
dengan sisi optimisme yang dibangun melalui angle yang telah dipaparkan
71
Sementara itu, komposisi yang nampak dari foreground maupun
sebuah interaksi pada dua perempuan dan satu laki-laki tersebut, aktivitas
e. Syntax
ingin diutarakan melalui sebuah foto dengan disertai keterangan foto yang
dalam ekspresi wajah yang dibawa oleh tiga subjek yang ada dalam foto.
membubuhinya. Peneliti yakin bahwa siapapun yang melihat foto ini akan
tempat tinggal atau bahkan keluarga serta sanak saudara mereka. Syntax
dalam foto dibangun melalui penempatan objek yang sesuai dengan pesan
Jika dilihat dari beberapa aspek yang telah disebutkan, pada foto ini
terlihat bagaimana kondisi pasca terjadinya gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi
menampilkan foto yang terfokus pada ekspresi ibu-ibu dan anak tersebut serta
72
kali terjadi membuat korban harus tinggal di tempat penampungan sementara.
Balaroa, Palu. Ekspresi yang ditunjukkan fotografer pada foto ini memperlihatkan
kepedihan dan penderitaan yang dialami oleh korban. Kehilangan harta benda
maupun sanak saudara merupakan hal yang paling menyakitkan dalam hidup
mereka. Meskipun begitu, para korban harus tetap semangat dalam menjalani
kehidupan di dunia. Melalui foto ini, peneliti melihat bahwa fotografer berhasil
mengabadikan gambar yang mewakili penderitaan para korban gempa bumi Palu
tahun 2018 dengan tetap memperhatikan etika foto jurnalistik yang ada. Foto yang
berperan sebagai medium dalam penyampaian berita melalui mata sang fotografer
ini menjadikan kita sebagai manusia dapat merasakan bagaimana situasi dan
tetap melakukan aktivitas setelah terjadinya bencana alam yang menimpa. Selain
itu, foto tersebut juga menggambarkan makna bahwa masyarakat yang telah
terkena bencana masih bisa survive untuk mencari kehidupan. Salah satunya
dengan mencari sandangan berupa pakaian yang berasal dari donasi. Beberapa
baju yang berserakan mempertegas maksud dari sang fotografer agar khalayak
Prancis turut bersimpati terhadap penduduk Palu di kala situasi belum kembali
seperti sedia kala. Selanjutnya, adanya sosok anak laki-laki yang bermain pianika
terhibur dan dapat terus melanjutkan hidupnya. Di sisi lain, ia seperti ingin
73
Selain kebahagiaan kecil, di dunia ini tersirat kesedihan yang melingkupi
kehidupan yang fana ini. Bencana alam seringkali ditandai dengan major label
kesedihan yang mendalam karena banyaknya harta benda maupun sanak saudara
yang menjadi korban. Rekaman fotografi menjadi alat untuk recalling things
yang ada.
Mitos :
Foto dalam gambar 5.1 ini memiliki mitos yang dapat dikembangkan
yakni berasal dari beberapa elemen yang digabung menjadi sebuah makna
kesedihan dan keputusasaan dalam sebuah penderitaan yang tercermin dari raut
wajah korban bencana alam. Bencana besar yang melanda tentu menjadi titik
balik para korban untuk terus melanjutkan hidup ke arah yang lebih baik.
yang sulit untuk dilalui. Harta benda, sanak saudara, dan segala yang hilang pasti
akan berlalu. Namun, kekuatan dalam rasa ikhlas dan syukur akan dirasakan
apabila mereka telah melalui ujian ini dan menjalani seperti cara mereka survive
Dari foto di atas, dapat diamati juga bagaimana pesan kesedihan yang
pemenuhan sandangan pasca bencana alam. Mereka tetap memilih dan memilah
baju donasi meskipun terletak di area pemakaman. Hal itu membuat kita turut
merasakan malangnya keadaan dari dua perempuan dan satu anak laki-laki yang
74
merupakan korban bencana alam meskipun keterangan foto yang mengikutinya
cukup singkat.
Pada situasi sulit yang muncul dalam gambar 5.1, tidak peduli meskipun
sedang berada di pemakaman, mereka tetap leluasa dalam memilih dan memilah
sandang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selain itu, ada kepiluan yang
sengaja dibendung oleh seorang anak laki-laki yang bermain pianika di tempat
penampungan sementara di sana. Hal ini menandakan adanya sebuah siklus agar
bencana merupakan salah satu hal yang menjadi kesadaran bagi warga Palu untuk
selalu menerima keadaan atau realita yang sedang terjadi di daerah dengan potensi
dapat dinilai kurang karena menempatkan shelter di dekat area pemakaman serta
tidak memberikan ruang yang strategis untuk korban bencana untuk melakukan
aktivitas pasca bencana alam. Meskipun begitu, keberlangsungan hidup oleh para
korban bencana alam tetap di dorong oleh unsur optimisme karena tidak
ini berbeda dengan kondisi di Prancis yang melihat pemakaman sebagai hal yang
kultus dan sakral untuk menjadikannya sebagai rumah sementara seperti keadaan
yang terjadi pasca bencana alam di Palu. Bahkan untuk sekadar mengambil foto di
pemakaman sendiri merupakan suatu hal yang dilarang karena kuburan dianggap
108 Diakses dari http://www.pariscemeteries.com/questions-1, pada tanggal 20 Oktober 2019, pukul 20.00
WIB.
75
Analisis Caption Foto :
A Palu, le 6 octobre.
PUTU SAYOGA POUR LE MONDE.
Secara fotografis, pesan yang terkandung dalam foto belum nampak ketika
hanya digambarkan dengan keterangan foto singkat mengenai lokasi dan waktu
pada saat peristiwa tersebut berlangsung. Caption yang membubuhi foto di atas
lokasi kejadian beserta waktu yang telah disebutkan. Masyarakat akan lebih
mudah memahami foto tersebut apabila ada caption yang lengkap berupa 5W+1H
di bawahnya. Sebuah pesan masuk ke dalam pikiran kita yang secara tidak
langsung kita respon begitu saja. Caption singkat berupa ‘A Palu’ menjelaskan
bahwa kejadian atau peristiwa tersebut sedang berada di Kota Palu, Sulawesi
76
5.2. Makna Kemandirian pada Muslimah
Gambar 5.2
A Palu, dans la province de Sulawesi, samedi 6 octobre.
PUTU SAYOGA POUR LE MONDE.
Tabel 5.2
Analisis penanda dan petanda 2
Penanda Petanda
77
jalanan aspal yang mencuat
mengakibatkan korban bencana
kehilangan tempat tinggalnya. Puing-
puing yang berserakan mengakibatkan
perubahan tata ruang pada daerah
tersebut.
Tahap Denotasi :
Tahapan denotasi yang ada ialah menggambarkan apa pesan yang tersurat
pada foto tersebut. Penggambaran makna secara langsung dari sebuah tanda yang
bersifat objektif dan umum. Dalam sumber gambar 5.2, unsur denotasi yang ada
menjelaskan tentang :
• Seorang korban perempuan melintasi area rumah dan bangunan yang telah
Sementara itu, ada beberapa pohon kelapa sawit serta tower yang masih
berdiri tegak.
• Adanya tanah yang kering dan tak terstruktur akibat bencana alam.
Jika dilihat dari gambar di atas, maka yang disampaikan oleh fotografer
merah muda dan rok hitam panjang sedang berjalan melintasi area rumah dan
bangunan yang telah hancur akibat bencana alam yang telah terjadi. Timbunan
78
alam yang telah terjadi. Sementara itu, tanah kering dan tidak terstruktur tersebut
Tahap Konotasi :
Tahapan ini terletak pada signifikasi kedua yang diutarakan oleh Roland
diantaranya adalah:
a. Pose
merah, putih, hitam yang didominasi oleh jilbab panjang berwarna merah
muda serta rok hitam. Ekspresi dari perempuan tersebut tidak begitu
ke-20, warna pink merupakan derivasi dari warna merah yang berkonotasi
berani dan pada saat itu, meskipun laki-laki mendominasi warna tersebut.
79
Seiring berjalannya waktu, warna pink mengalami pergeseran makna
menjadi simbol feminitas, yakni pada saat masa Perang Dunia (PD).
Selain itu, warna pink juga menjadi sebuah simbol ekspresi dari sisi
ketimpangan antara kewajiban dan hak. Warna pink yang awalnya adalah
warna maskulin dianggap sebagai salah satu piranti dari sebuah ekspresi
Dunia.
melakukan pekerjaan yang sama dengan laki-laki menjadi titik balik yang
dengan pijakan feminitas (memiliki sifat feminin seperti kasih sayang dan
110M. Faishol Fuady. Pergeseran Makna Warna Pink dari Maskulinitas Menjadi Feminitas di Amerika
Serikat Tahun 1940-1970. Jurnal Desain Interior. Vol.2, No.2, Desember 2017
80
berpijak di bumi ini dengan perpaduan dari simbol feminitas yang ia
seorang muslimah.
a. Object
dari gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang berada di Balaroa, Palu.
kelapa sawit yang masih kokoh. Pohon tersebut merupakan pohon yang
paling subur di sana. Selain itu, pohon kelapa sawit yang ada di daerah
berjenis Latosol. Tanah latosol ini merupakan dengan tanah dengan ciri
warna merah hingga cokelat. Memiliki sifat yang mudah menyerap air
asam.111
Palu karena lokasi tersebut menjadi daerah parah yang terdampak bencana
alam. Pada hal ini, Balaroa merupakan salah satu lokasi perumnas yang
luas dan berada di jalur patahan gempa yang membuat dataran tanah
81
tenggelam. Perumnas Balaroa terletak di atas jalur sesar Palu Koro yang
menjadi salah satu daerah yang mengalami kerusakan yang terparah. 112
keping. Pada medio bulan September 2018, bencana dahsyat melanda Palu
berupa kehancuran Balaroa serta masih ada unsur orang yang survive
seperti tetap tegar dalam menghadapi ujian yang diberikan oleh Tuhan
82
b. Photogenia
yang besar meskipun memiliki postur tubuh mungil karena bidikan lensa
serta warna yang disajikan sesuai dengan keadaan pada siang hari di
Balaroa, Palu. Panas yang menyengat terlihat dari bayangan pada seorang
alam yang terjadi sangat lebar. Foto tersebut di ambil dengan teknik long
mata Allah SWT dengan latar dampak dari bencana alam yang merupakan
c. Aesthetic
keindahan suatu foto, namun juga tentang komposisi serta format gambar
yang diambil oleh seorang fotografer. Pada foto yang peneliti analisis
atau jauh dengan jarak pandang fotografer. Obyek format gambar terlihat
83
sistematis dengan menampilkan point of interest yang berada pada rule of
d. Syntax
karena tetap dapat berjalan melintasi area bencana seorang diri. Oleh
begitu kecil untuk memaknai bahwa manusia itu ialah sosok yang sangat kecil
dihadapanNya.
84
Mitos :
yang tangguh. Belantika tanah air yang terkena bencana ini tidak menghentikan
langkahnya untuk mencari sebuah kehidupan yang lebih baik. Sosoknya menjadi
sebuah identitas bahwa perempuan dapat menjadi seorang yang mandiri walaupun
bahwa ia semangat untuk segera melewati masa yang sulit itu. Perempuan dalam
mengenakan pakaian sesuai dengan syariat islam. Ia tidak tergerus oleh kebutuhan
oleh perempuan tersebut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Hal ini digunakan
untuk menghalangi orang asing (non mahram) untuk bisa melihat sedikitpun dari
bagian tubuhnya ataupun perhiasan yang dipakai. “Wanita adalah aurat, apabila
No.1176, beliau berkata, “Hadits ini hasan shahih.”114 Pakaian yang dikenakan
oleh muslimah tersebut telah sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-A’raaf:
26 dan An-Nahl: 81. Fungsi dari pakaian tersebut adalah sebagai penutup aurat,
manusia selama tidak melanggar batas dalam Islam), serta sebagai pelindung
114Ahmad Fauzi. 2016. Pakaian Wanita Muslimah dalam Perspektif Hukum Islam. IQTISHODIA,
Vol.1,No.1, hlm.45.
85
tubuh dari hal-hal yang merusak seperti dingin, panas, sengatan matahari, angin
Analisis Caption :
apa yang terjadi dalam foto tersebut. Maka, berita yang disajikan mestinya
cukup berisi informasi yang padat terkait apa yang sedang terjadi di
narasi logis yang dapat memasuki kembali melalui ruang foto. 116 Tanpa
caption, sebuah foto hanyalah sebuah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa
115Ibid., hlm.54.
116Ken Smith. Handbook of Visual Communication: Theory, Methods, and Media, hlm.353.
117Audy Mirza Alwi, Op. Cit., hlm. 6.
86
5.3. Makna Religiusitas Umat Kristen
Gambar 5.3
Des chrétiens prient dans une église pentecótiste de Palu, dimanche 7
octobre. PUTU SAYOGA POUR LE MONDE.
Tabel 5.3
Analisis penanda dan petanda 3.
Penanda Petanda
87
c. Tanaman hijau (Palem) Tanaman hijau (Palem) yang berada
dalam ruangan atau tempat tertentu
diindikasikan sebagai sebuah kesegaran.
Selain itu, warna hijau menjadi simbol
yang tenang dan menjadi warna
dominan untuk daun. Secara metafor,
tanaman hijau juga dilambangkan
sebagai harapan dan keselamatan.
Warna hijau secara emosional juga
dapat berarti keamanan. 118 Menurut
umat Kristen, warna hijau pada daun
palem melambangkan musim semi yang
menggantikan musim dingin, Yesus
hadir untuk memberikan keselamatan,
suasana baru penuh damai dan suka cita
untuk mengganti segala dosa dan duka
cita.119 Oleh sebab itu, pada zaman
Romawi, daun palem merupakan tanda
kemenangan atas maut. Hingga pada
saat ini, daun palem tetap digunakan
sebagai simbol umat Kristen untuk
melaksanakan peribadatan bernama
Minggu Palma.120
Tahap Denotasi :
Makna denotasi berisi realitas dan tanda. Tatanan pertama yang digawangi
oleh penanda ini diartikan sebagai suatu realitas yang sesungguhnya. Berdasarkan
tinjauan gambar 5.3 dapat peneliti jabarkan makna denotasi dari penafsiran tanda
118Zuhriah, 2018, Makna Warna dalam Tradisi Budaya; Studi Kontrastif Antara Budaya Indonesia dan
Budaya Asing, hlm. 10.
119 Diakses dari https://tuhanyesus.org/makna-minggu-palma pada 7 Oktober 2019, pukul 11.50 WIB.
120 Diakses dari https://tirto.id/makna-minggu-palma-yang-dirayakan-seluruh-umat-katolik-di-dunia-cGFM
pada 7 Oktober 2019, pukul 11.40 WIB.
88
• Tanaman hijau berupa tanaman Palem yang nampak di sumber foto
Kristen.
Pantekosta Palu pasca kejadian bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi.
peribadatan tersebut. Kerutan pada dahi serta mata yang menutup rapat menjadi
sebuah tanda bahwa sosok lelaki yang menjadi point of interest dalam foto
yang bersenandung merupakan salah satu simbol bahwa kumpulan umat Kristen
jari manis sebelah kanan sosok lelaki yang sedang berdoa tersebut menjadi simbol
antaranya adalah kaos berkerah, kemeja, batik yang menandakan bahwa mereka
biru. Sementara itu, raut wajah yang ditampilkan meyakinkan bahwa mereka
berperan sebagai keluarga korban bencana alam yang meminta pertolongan pada
Tuhan agar diberikan keselamatan dan kedamaian. Raut wajah kesedihan yang
mata yang tertutup rapat seakan menahan tangis seperti akan tumpah ruah. Di
89
gereja tersebut, tidak hanya orang dewasa yang berdoa, namun ada juga anak kecil
Tahap Konotasi :
meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta ideologi
dan nilai-nilai kebudayaan yang ada di dalamnya. 121 Pada pemahaman tentang
makna konotasi dalam sebuah foto, Barthes memberi sebuah tahapan berupa
Artinya, konotasi adalah makna yang dapat menghasilkan makna pada lapisan
kedua yang sifatnya tidak eksplisit atau tersembunyi. Selain itu, aspek kognitif
juga dijelaskan sebagai sebuah tahap dalam upaya menghubungkan unsur sejarah
a. Pose
umat Kristen yang berada di gereja Pantekosta atau yang tengah memecah
tangannya ke atas (berdoa kepada Tuhan). Fokus yang dituju yakni lebih
90
melambangkan pengharapan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mimik
wajah yang ditampilkan oleh para jemaat gereja Pantekosta. Tidak ada
liturgi122 yang berarti dalam hal ini karena masyarakat penganut agama
kebaktian yang begitu seksama. Sosok lelaki yang ada di depan sendiri
jemaat. Kesan yang terbentuk dari mimik muka dan gestural tangan
dapat mendukung sebuah kekuatan foto jurnalistik yang ada. Ada pula
sosok ibu yang berada di barisan paling depan yang mengenakan pakaian
batik bunga berwarna hijau seperti kain jarik. Ibu tersebut tidak
Hal ini tidak begitu berpengaruh terhadap cara berdoa umat Kristen.
mengalami keadaan yang berbeda dari hari biasanya. Bencana alam yang
terjadi membuat mereka pada akhirnya memakai pakaian apa yang ada.
Selain itu, pakaian yang mayoritas digunakan yakni berwarna biru sebagai
91
b. Object
point of Interest yaitu sosok yang sedang berdoa dengan khidmat. Putu
background-nya, terlihat sisi dari bangunan gereja yang masih kokoh. Hal
Masih ada bangunan yang berdiri tegak yang menjadi ‘rumah’ bagi umat
Kristen untuk berdoa dan berharap agar tanah yang ia pijak bisa pulih
seperti sedia kala. Selain itu, bangunan di belakang para jemaat terlihat
bangunan dan tanaman hijau yang berada di sisi kanan foto mencerminkan
tersebut. Tanaman hijau berupa pohon yang berada pada samping jemaat
yang masih utuh juga memberikan kesegaran dan kesejukan tersendiri bagi
Terlihat dari sorot matanya yang redup dan beberapa memejamkan mata
sembari menangis pilu. Mereka juga ada yang mengangkat tangan sembari
yang bisa memberikan efek berupa ketenangan batin pada situasi tersebut.
92
terjadi antara manusia dengan Tuhan. 123 Komunikator dari komunikasi
kitab injil yang diyakini membawa pesan tertentu untuk kehidupan umat
Kristen. Efek atau umpan balik yang diharapkan pada sebuah komunikasi
batin yang mereka dapatkan. Melihat para korban yang sedang khusyuk
karena ditandai oleh foto pada bagian belakang subyek terlihat luas dengan
konsep semi outdoor. Cahaya masuk begitu saja tanpa adanya sekat yang
tertutup. Hal ini menandakan bahwa umat Kristen masih merasa waspada
akan gempa susulan yang bisa terjadi kapanpun setelah bencana besar
c. Photogenia
warna yang nampak pada foto di atas terlihat jelas dan merata untuk
hadirnya sebuah komposisi yang tepat. Skin tone untuk warna dari foto
123Wahidah Suryani Djafar, Komunikasi Transendental Manusia-Tuhan, Vol.12 No.2 (2015): Al-Farabi.
93
tersebut juga terlihat riil. Warna yang semi redup tersebut membawa
pada point of interest yang menunjukkan sosok lelaki dan wanita yang
karakter pencahayaan soft light. Di sisi lain, kecepatan ialah salah satu
fotografer pada foto ini 1/1250. Kecepatan yang tinggi membuat subyek
dari sebuah foto terlihat membeku, tujuannya tidak lain adalah untuk
memperlihatkan bagaimana situasi dan kondisi yang saat itu terjadi dengan
jelas. Hal ini terlihat dari sekumpulan umat Kristen yang berdoa di sebuah
bangunan permanen yakni gereja yang menjadi salah satu tempat yang
disinggahi dalam keadaan pasca bencana alam gempa bumi, tsunami, dan
94
tersebut. Sementara itu, penempatan sudut atau angle dari sebelah kanan
model selective focusing ini menampakkan sisi yang fokus terhadap sosok
Tanaman yang berperan sebagai latar belakang orang yang sedang berdoa
d. Aestethicism
Format foto yang disajikan pada sebuah estetika gambar 5.3 ini
yakni berbentuk horizontal. Format yang datar ini menjadi dinamis ketika
dengan jelas. Hal ini tentu menyajikan sebuah interaksi keseluruhan dari
aktivitas yang sedang dilakukan oleh para jemaat gereja, yaitu berdoa
95
Henri Cartier-Bresson, salah satu pendiri agensi foto
terkemuka “Magnum” menjabarkan bahwa foto jurnalistik
berkisah dengan sebuah gambar, melaporkannya dengan
menggunakan kamera, merekamnya dalam waktu yang seharusnya
berlangsung seketika saat suatu citra mulai nampak, maka
terungkaplah sebuah cerita. 124
e. Syntax
umat Kristen dalam berdoa. Bencana alam membuat korban yang selamat
terlihat dari raut wajah yang sangat sedih dan menahan tangis. Penjiwaan
Tuhannya.
semangat para jemaat untuk tetap berdoa di kala bencana telah menyapa. Justru
kekuatan doa menyebabkan suatu bentuk harapan baru untuk menjalani kehidupan
yang lebih baik ke depannya. Gambar 5.3 menunjukkan beberapa umat Kristen
simbol dalam sebuah kekhidmatan. Hal demikian didukung oleh raut wajah para
96
Mitos :
dapat meneruskan hidup pasca bencana alam terjadi. Salah satunya dengan berdoa
kepada Tuhan untuk meminta pertolongan. Berdoa adalah salah satu kegiatan
sakral yang biasa digunakan oleh umat yang beragama. Pada gambar 5.3, umat
dalam meminta sesuatu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mereka berkumpul
menjadi satu di suatu ruangan gereja yang menyimbolkan bahwa eksistensi atau
Emosi yang dibawakan tercermin dari bagaimana mereka berpose. Tidak ada yang
melihat ke dinding maupun membuka mata untuk memandang satu sama lain.
Semua menunduk pilu dan memohon dengan penuh harap. Adanya sebuah
perkumpulan atau crowded pada sebuah gereja di daerah bencana menjadi salah
satu bentuk adanya super power yang bisa menggerakkan massa untuk bertindak
bersama dalam proses pemulihan pasca bencana alam. Salah satunya yakni
lebih dekat dengan Tuhan. Secara disadari atau tidak. Mereka berharap akan
baik. Hal ini beriringan dengan perasaan yang sedang getir dialami oleh umat
harta benda merupakan hal besar yang menyisakan duka. Oleh sebab itu, beberapa
97
yang dibalut dalam pesan religiusitas pasca bencana alam gempa bumi, tsunami,
Analisis Caption :
Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia pada tanggal 7 Oktober (2018). Foto ini
98
5.4. Makna Rumah pada Unsur Sosial Budaya
Gambar 5.4
Une maison de la municipalité de Sigi, le 6 octobre. Putu Sayoga pour
“Le Monde”.
Tabel 5.4
Analisis penanda dan petanda 4.
Penanda Petanda
99
c. Pohon kelapa Sulawesi Tengah adalah provinsi
penghasil kopra125 di jazirah Pulau
Sulawesi. Semua kabupaten dan kota
di provinsi ini memiliki areal tanaman
kelapa. Pohon yang tinggi menjulang
ini sudah mulai punah akibat
pertambahan jumlah penduduk yang
menjadikan kebun kelapa
dialihfungsikan menjadi areal
pemukiman penduduk.126
Tahap Denotasi :
Makna sebenarnya atau denotasi yang nampak pada gambar 5.4 dapat
antaranya adalah :
• Sebuah rumah warga yang terkena dampak bencana alam gempa bumi,
awalnya datar kini nampak miring beberapa derajat akibat dari bencana
125daging kelapa yang telah dijemur dan dikeringkan untuk dibuat minyak; kelapa kering.
Diakses dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kopra pada 4 September 2019, pukul 05.33 WIB.
126Diakses dari https://www.suarakarya.id/detail/84283/Hamparan-Perkebunan-Kelapa-Tersebar-Di-Seluruh-
Wilayah-Sulawesi-Tengah pada 4 September 2019, pukul 05.27 WIB.
127Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180930155918-199-334437/mengenal-likuifaksi-
fenomena-tanah-bergerak-gempa-palupada 24 September 2019, pukul 13.30 WIB.
100
• Pagar yang di cat warna merah dan putih berdiri tegak dan sedikit miring
Makna denotasi ini dapat berkembang melalui beberapa macam tafsiran tanda
dari analogon yang terlihat. Secara verbal, pesan yang disampaikan yakni dengan
memberikan informasi bahwa masih ada rumah di Kabupaten Sigi, Palu yang
masih kokoh walaupun tiang penyangga sedikit miring akibat bencana alam
gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang melanda. Likuifaksi sendiri merupakan
gejala peluruhan pasir lepas yang bercampur air akibat gempa bumi, di mana gaya
pemicu melebihi gaya yang dimiliki oleh litologi setempat dalam menahan suatu
goncangan. Kejadian yang dapat diakibatkan oleh likuifaksi ini adalah penurunan
Tahap Konotasi :
juga dapat muncul tatkala tanda bertemu dengan perasaan atau emosi pengguna
128Risna Widyaningrum, 2012, Penyelidikan Geologi Teknik Potensi Liquifaksi Daerah Palu, Provinsi
Sulawesi Tengah, Bandung.
101
aspek dalam penyempurnaan semiologi Saussure dan menunjukkannya ke dalam
a. Pose
rumah serta lingkungan di sekitarnya. Hal ini merupakan bentuk alami dari
sebagai obyek menyebabkan pose tidak bisa dilihat secara gestural dan
b. Object
Object yang terdapat pada gambar 5.4 yakni bentuk dari bangunan
rumah yang hampir roboh. Hal ini menjadikannya sebagai point of interest
sehingga terlihat lebih detail dengan porsi yang lebih lebar daripada obyek
pendukung yang lainnya. Bentuk bangunan yang hampir roboh ini dapat
hampir roboh, namun pada dasarnya bentukan dari rumah tersebut masih
milik individu dan individu yang lain maupun jalan raya masih utuh
meskipun sedikit miring akibat bencana yang telah terjadi. Identitas yang
102
muncul pada pagar ini yakni identitas warna dari bendera Indonesia, yaitu
c. Photogenia
atau sensor gambar. Dalam hal ini, intensitas cahaya ditentukan oleh
ukuran bukaan di lensa dan durasi cahaya ditentukan oleh rana. 129
natural ini berada pada area terbuka atau outdoor. Pencahayaan dari foto
ini menggunakan radiasi dari cahaya matahari langsung dan bukan melalui
103
yang hampir roboh menjadikan kesan rumah terdampak menjadi seakan
rumah tersebut. Pagar warna merah putih, rumah depan yang mengalami
momen yang ada. Foto yang statis ini menggunakan kecepatan atau
exposure time 1/1000 dengan diafragma yang lebar yakni f/8. Mengenai
hal ini, beberapa objek dapat masuk sekaligus dalam satu frame dan
d. Aestethicism
detail kepada obyek berupa bangunan rumah yang hampir roboh tersebut.
Kesan adanya jarak antara rumah dan tanah yang berada di depan pagar
area sekelilingnya juga terlihat. Beberapa objek foto terlihat dalam satu
frame. Perpaduan antara objek dari bangunan, pagar, pohon kelapa, dan
104
tanaman yang ada di halaman rumah membuat foto menjadi semakin
hidup. Fokus atau depth focusing pada foto bertujuan untuk menjelaskan
pada banyak sisi. Teknik blur tidak digunakan dalam foto ini untuk
e. Syntax
keterkaitan antara bangunan yang hampir roboh namun tetap berdiri, serta
bentuk ‘kekuatan’ yang ada pada tanah di Sigi yang menyebabkan ada
bumi, tsunami serta likuifaksi yang telah melanda menyebabkan banyaknya warga
yang kehilangan wadah untuk melakukan kegiatan sosial, salah satunya berupa
bahwa di daerah Sigi terdapat rumah yang masih berdiri walaupun mengalami
kemiringan beberapa derajat akibat bencana alam yang telah terjadi. Selain itu,
tanaman yang masih subur mengindikasikan bahwa tanah di sana masih dapat
105
memberikan kehidupan bagi masyarakat sekitar. Contohnya yakni pohon kelapa
Mitos:
pesan tersirat bahwa rumah merupakan salah satu ruang yang vital dalam
peranannya. Rumah adalah salah satu kebutuhan dasar manusia berupa mikro
kosmos yang berfungsi untuk melindungi diri dari gangguan binatang, kriminal,
cuaca, atau sebagai tempat istirahat, pembinaan keluarga, simbol aktualisasi status
ekonomi serta budaya maupun fungsi lainnya. 130 Rumah yang hampir roboh pada
gambar 5.4 menggambarkan adanya suatu bentuk pentingnya eksistensi rumah itu
Pada masyarakat suku Kaili di Kabupaten Sigi, Palu, rumah adat pada
zaman dahulu memiliki konstruksi yang kuat dan tahan gempa serta tsunami. Hal
demikian mengalami kontradiksi dengan desain rumah pada masa modern. Pada
Tengah.131 Terlepas dari itu, kehidupan modern saat ini adalah penyebab dari
130Rosmiaty Arifin. 2010. Perubahan Identitas Rumah Tradisional Kaili di Kota Palu. Jurnal Ruang,
Volume 2, No.1, hlm.1.
131Diakses dari https://properti.kompas.com/read/2018/10/07/160000721/rumah-tradisional-sulawesi-tahan-
gempa-dan-tsunami?page=all, pada 19 September 2019, pukul 23.39 WIB.
106
pada rumah tradisional mulai terkikis bahkan hilang sama sekali dan digantikan
oleh rumah modern. Akibatnya, kecenderungan generasi yang akan datang tidak
menggunakan beton seperti yang ditampilkan pada foto seperti pada gambar 5.4.
Sebaliknya, rumah adat sebetulnya bisa jadi alternatif untuk mengatasi daerah
rawan bencana seperti di Sigi. Penggunaan kayu pilihan sebagai pondasi justru
tertentu, bahkan gelombang tsunami dengan debris yang tidak lebih dari dua
meter.
Meskipun begitu, rumah pada sumber data 5.4 tersebut tetap berdiri walau
Analisis Caption :
107
Keterangan pada foto berfungsi untuk memberikan informasi kepada
khalayak terkait kejadian atau situasi seperti apa yang sedang terjadi. Di media
bahwa gambar 5.4 merupakan rumah di kabupaten Sigi, yang di ambil pada
minimnya informasi yang dibawakan pada sebuah foto. Terlepas dari informasi
yang dibawakan oleh naskah berita yang berdiri sebagai poros utamanya.
Gambar 5.5
Des sauveteurs portent un corps retrouvé dans le village de Petobo, prés
de Palu, le 6 octobre. PUTU SAYOGA POUR LE MONDE.
108
Tabel 5.5
Analisis penanda dan petanda 5.
Penanda Petanda
109
likuifaksi pada bangunan konstruksi
yang sebelumnya berdiri tegak.
Tahap Denotasi :
Makna sebenarnya yang ada pada tahapan denotasi menjadi penting dalam
proses penyampaian suatu pesan yang terdapat pada aspek visual. Menurut
tahapan denotasi, bahasa yang disampaikan secara langsung dan jelas. Data pada
gambar 5.5 dapat dijabarkan dengan penafsiran tanda (analogon) yang terdapat
tumbang.
110
• Ayam yang melintas menyimbolkan masih adanya kehidupan yang
orang yang tergabung dalam proses pengevakuasian korban yakni terdiri atas tim
BNPP, TNI serta para relawan. Sementara itu, tanah yang dipijak menyimbolkan
bahwa tanah di Petobo sedang dalam keadaan tidak normal. Meskipun tanah
mengalami keretakan-keretakan pada sisi atas, namun hal ini tak menghentikan
Tahap Konotasi :
Pada tahapan konotasi, makna yang ada tidak sekadar mempunyai makna
tambahan namun juga merupakan bagian dari kedua tanda denotatif yang
penyempurnaan untuk suatu prosedur konotasi dan terbagi menjadi delapan aspek,
di antaranya adalah :
a. Pose
Pose atau sikap yang ditampilkan oleh gambar 5.5. yakni adanya
bagi keluarga korban yang masih hidup. Mereka melakukan aksi dalam
111
tanah yang tidak stabil akibat bencana likuifaksi. Tim pencarian korban
bencana alam ada yang mengenakan topi berwarna kuning serta berwarna
yang berada di garda terdepan dengan mengenakan topi oranye. Ada pula
telah melanda. Foto natural yang dibawakan oleh seorang fotografer tentu
Pada foto yang ada pada gambar 5.5, terlihat bagaimana ekspresi
ataupun pose yang ditampakkan dari beberapa orang dalam frame tersebut.
pedulikan. Hal ini sudah dianggap lumrah dan biasa oleh tim penyelamat
terlihat begitu tenang dalam potret beku fotografer. Langkah kaki yang
terdampak. Kedatangan sosok manusia yang hilang tentu amat dinanti oleh
karena terlihat puing-puing bangunan yang telah hancur dan atap yang
berserakan, serta jalanan yang sudah dipenuhi oleh lumpur kering akibat
112
likuifaksi. Namun hal ini tak menghentikan langkah tim penyelamat untuk
b. Object
gabungan antara BNPP, relawan serta TNI. Point of interest yang terletak
yang melintas di tanah yang retak menjadi tanda bahwa masih ada harapan
traumatis terhadap bencana alam. Sosok obyek yang ada dalam foto
korban bencana alam membuat keluarga korban yang masih hidup merasa
113
dalam hal ini merupakan likuifaksi. Tidak lepas dari bencana alam gempa
bumi yang juga melanda, sejarah mengatakan hal yang sejalan dengan data
mempunyai magnitude yang tidak lebih dari tahun 2018 yakni 7,4 SR.
Namun frekuensi tsunami yang tinggi pernah terjadi di Teluk Palu dengan
c. Photogenia
Menurut sumber data 5.5, teknik yang di ambil dari foto tersebut
bahwa udara pada pagi hari di Palu terasa hangat pasca bencana menyapa.
Sementara itu, konsistensi dari warna dengan white balance terlihat nyata
dengan sentuhan natural light dari sinar matahari yang bersinar. Sebuah
dari subyek pada foto dengan sentuhan originalitas. Terpaan matahari yang
Perpaduan antara gelap terang yang ada dengan tone yang digunakan oleh
114
sama seperti suara yang keluar dari apa yang diutarakan. 135 Cahaya
foto tak akan terlihat. Sementara itu, diafragma lebar yang di setting oleh
dengan obyek yang ada pada foto. Meskipun begitu, pengambilan dengan
Maha Esa.
detail dan tidak menampakkan sisi blur pada foto sama sekali.
115
d. Aestethicism
penting. Gambar yang dinamis akan nampak berarti seiring dengan pesan
menjadi sebuah ‘benda’ namun juga sebuah sistem dari hubungan ekologis
dan proses yang membuat sebuah benda tersebut memiliki interpretasi. 136
alam. Sementara itu, poin dari rule of third yang ada menampakkan obyek
kesan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang amat kecil ketika
bencana besar melanda. Estetika dalam foto ini ditampakkan dengan porsi
136 Ken Smith. Handbook of Visual Communication: Theory, Methods, and Media, hlm.6.
116
e. Syntax
bencana cukup jelas. Penampakan dari aksi para tim penyelamat mampu
Hal ini melambangkan bahwa bencana alam yang ada di Palu telah
Dari beberapa aspek yang telah peneliti jelaskan sebelumnya, maka pesan
dan makna konotasi yang dapat di telaah dari foto ini yakni dengan memahami
sikap saling tolong menolong. Beragamnya suku, budaya, serta agama tidak
Indonesia yang menjunjung tinggi sikap tersebut tentu menjadi alat yang positif
bagi masyarakat. Persatuan antara relawan, tim BNPP atau yang biasa disebut
Badan SAR Nasional, serta aparat negara seperti TNI yang berperan sebagai tim
Kesiapan dalam proses tersebut patut diberikan apresiasi positif karena untuk
117
lapangan, topi rimba, sepatu lapangan (safety shoes), jaket, ikat pinggang
lapangan).137
Mitos :
Mitos yang muncul pada gambar 5.5 adalah tentang kemanusiaan sosial
yang tergambarkan dalam sebuah aksi penyelamatan. Gabungan antara Tim BNPP
(Badan SAR Nasional), relawan maupun aparat negara seperti TNI yang berperan
dalam evakuasi menjadi poin penting. Adanya bentuk simpati dalam interaksi
merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik pada pihak lain, dalam
hal ini keinginan untuk memahami pihak lain untuk bekerja sama dengannya. 138
Para tim penyelamat yang membantu korban bencana alam simpati terhadap
keadaan alam yang telah terjadi sehingga melakukan aksi pertolongan tersebut.
Mereka melakukan kerja sama satu sama lain untuk membantu proses evakuasi
pasca bencana alam gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang telah melanda
daerah Petobo.
118
yang berlatar belakang berbeda dengan para TNI maupun Tim BNPP. Hal ini
didasarkan dengan sila kedua dalam Pancasila, yakni kemanusiaan yang adil dan
beradab. Kegiatan pada gambar 5.5 sesuai dengan butir Pancasila sila kedua yaitu
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.140 Pertolongan yang dilakukan oleh
beberapa orang yang nampak pada foto di atas menggambarkan solidaritas tim
bantuan secara langsung sangat dibutuhkan oleh para korban bencana alam di
Palu, Sulawesi Tengah. Meskipun bencana alam yang melanda tidak dinobatkan
Analisis Caption :
suatu gambar. Menurut Hicks, caption foto adalah bagian dasar atau unit
119
pendekatan foto jurnalistik. 142 Pada gambar 5.5, foto yang ditampilkan di
Prancis edisi 7-9 Oktober 2019 merupakan hasil interpretasi peneliti terhadap
September 2018. Kehadiran medium foto jurnalistik sebagai alat visual dalam
menampilkan unsur perubahan sosial yang terlihat pada sebuah sistem dalam
kehidupan pasca bencana alam. Identitas dari kebudayaan dengan sifat dasar
tercermin di dalamnya.143
120
Perubahan sosial yang nampak pada aspek ‘kekeluargaan’
bencana alam. Konstruksi simbol yang dibangun sejalan dengan medium foto
sebagai pondasi meskipun bencana alam yang cukup dahsyat telah melanda
tanah Palu.
memiliki sifat ‘religiusitas’ disimbolkan oleh sosok umat Kristen yang sedang
ruang bagi masyarakat untuk melihat betapa dalam kepedihan yang dirasakan
ketika bencana terjadi. Tidak lepas dari itu, makna rumah dalam unsur sosial
Bentuk dari kebutuhan tersier yang mengalami kemiringan ini menjadi sebuah
pertanda bahwasannya tanah yang ada di sana telah dilanda bencana dan
menjadi salah satu indikasi dalam perubahan sosial, yakni hilangnya fungsi
pasca bencana alam yang terjadi. Selain itu, foto menjadi medium yang
121
berharga dalam memberikan informasi terkait peristiwa yang terjadi di
Foto yang telah dianalisis tersebut dimaksudkan untuk melihat apa saja
simbol yang nampak dalam foto sehingga penafsiran tentang pesan bencana
alam dapat tercerna melalui metode semiotika yang mengkaji tentang konsep
denotasi, konotasi, serta mitos. Selain itu, pemaknaan keterangan berupa teks
pada foto juga ditampilkan untuk memperkuat foto jurnalistik yang telah
lanskap bencana alam. Unsur manusia dengan aspek human interest maupun
environmental portrait juga menjadi obyek tambahan pada foto yang identik
informasi terkait situasi yang sedang terjadi di area pasca bencana. Beberapa
simbol atau lambang yang ada pada foto seperti puing-puing bangunan yang
sebuah estetika dalam fotografi. Hal demikian dilihat dari unsur estetik dalam
foto yang didasarkan pada komposisi garis, pola, warna serta tekstur yang
dituangkan pada foto lanskap ketika sinar matahari melintas pada siang
122
maupun sore hari. Keadaan ini membuat foto terlihat lebih dinamis dan
tanah yang terkena likuifaksi menjadi unsur estetis yang ditampilkan melalui
dan makna yang ingin disampaikan. Pada lima foto yang ada pada harian Le
Monde Prancis edisi 7-9 Oktober 2018 ini mengulas tentang bagaimana
keadaan alam pasca bencana Palu yang menjadi bagian tak terpisahkan dari
sebuah lingkungan sosial yang tak luput oleh bencana. Porsi manusia dan
tersirat pada suatu kondisi. Visualisasi manusia yang ada dalam foto
menggunakan pelbagai sudut pandang, mulai dari medium shoot hingga long
mengandung pesan bahwa manusia tak lepas dari pijakan bencana alam yang
terjadi di bumi ini. Sosoknya menjadi sebuah subyek penting yang tergambar
dalam rana. Visual yang ada pada foto Putu Sayoga menggambarkan manusia
dengan beragam ekspresi dengan busana yang dikenakan dan dapat menjadi
sebuah refleksi bagaimana perubahan sosial yang terjadi pasca bencana gempa
bumi, tsunami, serta likuifaksi yang melanda daerah Palu dan sekitarnya.
123
Foto yang disajikan dalam media Le Monde memiliki pesan terkait
bencana alam dengan sudut pandang yang luas. Keberagaman persepsi dapat
terjadi, namun adanya keterangan pada foto atau caption dapat meminimalisir
pemaknaan secara luas dan lebih terarah. Penjelasan yang terdapat pada
keterangan foto di Le Monde cenderung lebih singkat dan padat serta tidak
begitu, caption singkat yang ada tetap mengandung aktualitas serta bagaimana
yang tergambar pada foto memunculkan pesan secara visual dalam pelbagai
macam bentuknya. Perihal aspek photogenia atau teknik foto yang meliputi
sedang terjadi. Pada waktu tersebut, arah jatuh dari pancaran sinar matahari
menjadi lebih lembut sehingga menambah kesan estetis pada foto. Warna-
warna yang nampak pada obyek foto menggambarkan sebuah asa yang masih
melekat pada tanah bencana. Sementara itu, foto yang ditampilkan oleh Putu
menggunakan sudut lebar pada kamera agar suasana dapat terlihat secara jelas.
Visual lanskap dengan diafragma lebar disajikan untuk merekam bingkai yang
lebih luas dengan memberi ruang bagi obyek foto yakni manusia yang terkena
124
dengan audien yang memandang. Foto yang diambil dengan angle eye level
berfungsi untuk menyejajarkan antara obyek yang ada di foto dengan audien.
Hal ini dimaksudkan agar adanya sebuah pesan simpati terhadap korban
sedang terjadi di daerah yang tertimpa bencana. Selain itu, lanskap yang
namun tetap memberikan porsi yang tepat sejalan dengan aktualitas yang ada
melalui pesan optimisme yang terbangun dalam foto bencana alam yang ada.
Harian Prancis ini, memberitakan bencana alam Palu dari sudut pandang yang
demikian, bencana alam yang ada di Indonesia yang seperti tiada habisnya ini
dalamnya.
125
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Lima foto jurnalistik karya Putu Sayoga yang telah dipublikasikan oleh
media Prancis yakni Le Monde ini sebagian besar memiliki pesan dan makna
kebencanaan dari segi perubahan sosial pasca terkena bencana, di mana aspek
religiusitas, kekeluargaan, hidup serba selaras, dan juga kerakyatan. Melalui sudut
pandang social and environment yang ditampilkan, rekaman foto bencana ini
dapat tersalurkan dengan baik di media massa di Prancis. Dengan kata lain, Le
dahsyat dan memberikan informasi kepada khalayak yang ada di Prancis terkait
Melalui elemen visual yang tampil pada media Le Monde, foto jurnalistik
karya Putu Sayoga ini memiliki makna kebencanaan yang muncul sebagai
visualisasi pesan fotografer terhadap apa yang sedang terjadi dengan keadaan
lingkungan serta manusia yang survive maupun gugur di dalamnya. Foto yang
visual dengan cara pandang atau perspektif baru terkait pengambilan gambar
tanpa adanya eksploitasi korban bencana alam. Hal ini nampak pada hasil analisis
denotasi muncul pada pemaknaan yang telah dibongkar oleh peneliti. Selanjutnya,
pemaknaan foto juga nampak dengan sentuhan jurnalisme optimis yang muncul
tatkala makna konotasi serta mitos tampak pada tataran gagasan dalam suatu
126
gambaran visual. Foto yang dipublikasikan menjadi sebuah pengingat bagi
masyarakat Prancis bahwa bencana alam mampu menjadi sebuah medium untuk
memberikan angin segar berupa bantuan kemanusiaan untuk para korban bencana
alam yang terdampak, refleksi atas bencana yang terjadi, pengharapan atas doa-
pengharapan terhadap Yang Maha Esa ditampilkan agar kehidupan terus berjalan
sebagai sebuah titik balik agar berupaya tegar serta membentuk pribadi baru agar
lebih bijaksana. Pada akhirnya, foto jurnalistik bencana alam juga berperan
sesama manusia.
6.2. Saran
terkait bencana alam untuk mengkaji foto yang ada dengan metode
semiotika agar tercipta sebuah visual yang sarat akan makna berdasarkan
relasi antar tanda ataupun simbol yang terdapat di dalamnya. Hal ini juga
karya seni visual akan dapat berlangsung secara positif serta penuh makna.
127
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ajidarma, Seno Gumira. 2016. Kisah Mata: Fotografi antara Dua Subjek:
Perbincangan tentang Ada, Yogyakarta: Galangpress
Aminuddin. 2016. Semantik (Pengantar Studi Tentang Makna). Bandung:
Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Arif, Ahmad. 2010. Jurnalisme Bencana, Bencana Jurnalisme: Kesaksian dari
Tanah Bencana. Jakarta: KPG (Kepustakaan Popular Gramedia).
Berger, Arthur Asa. 2010. Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam Kebudayaan
Kontemporer. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana.
Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas.
Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada.
Danesi, Marcel. 2004. Messages, Signs, and Meanings: an introduction to
semiotics. 3rd edition. Toronto: Canadian Scholars’ Press Inc.
Fiske, John. 2004. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar
Paling Komprehensif, Terj. Yosal Iriantara dan Idi Subandy Ibrahim,
Yogyakarta: Jalasutra.
Galer, Mark. Location Photography, Second Edition. 2002. Italy: Focal Press.
Gani, Rita & Kusumalestari, Ratri Rizki. 2013. Jurnalistik Foto Suatu Pengantar.
Cetakan Pertama. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
JUFOC. 2015. ORDAS (Orientasi Dasar). Malang: -
Langford, Michael. Basic Photography 7th Edition. 2000. Oxford: Focal Press.
Machmud, Muslimin. 2016. Tuntunan Penulisan Tugas Akhir Berdasarkan
Prinsip Dasar Penelitian Ilmiah. Malang: Selaras.
Mirza Alwi, Audi. 2004, Fotojurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto
ke Media Massa. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mulyana, Deddy. 2014. Ilmu Komunikasi Suatu pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Motuloh, Oscar. 2000. Suatu Pendekatan Visual dengan Suara Hati, ___
Ridwan, Ita Rustiati. Menyikapi Bencana Sebagai Fenomena Sosial Terintegrasi.
Serang Banten: UPI.
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Cetakan Keenam. Bandung: PT.
128
Remaja Rosdakarya.
Smith, Ken, dkk. 2005. Handbook of Visual Communication: Theory, Methods,
Jurnal:
Arifin, Rosmiaty. 2010. Perubahan Identitas Rumah Tradisional Kaili di Kota
Palu. Jurnal Ruang, Volume 2, No.1.
Baharuddin. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan.
Djafar, Wahidah Suryani. 2015. Komunikasi Transendental Manusia-Tuhan,
Vol.12 No.2: Al-Farabi.
Dewi, Agustina Kusuma. 2017. Analisis Ideologi Visual pada Iklan Cetak Adidas
Versi Chu-mu Yen, “No One Gets Up When a Whole World Kicks.” Jurnal
Desain Komunikasi Visual, FSRD, No.2, Vol.4: ITENAS,
Gama, Betty. 2011. Representasi Jurnalisme Bencana dalam Perspektif Ranah
Publik. Jurnal Semai Komunikasi. Vol.1 No.2.
Fauzi, Ahmad. 2016. Pakaian Wanita Muslimah dalam Perspektif Hukum Islam.
IQTISHODIA, Vol.1, No.1.
Huda, Muhammad Miftahul & Hamim. 2015. Analisis Semiotika Fotografi
“Alkisah” Karya Rio Motret (Rio Wibowo). Jurnal Untag.
Husein, Rahmawati. Bencana di Indonesia dan Pergeseran Paradigma
Penanggulangan Bencana: Catatan Ringkasan.
129
Kurnia Jati, Nico. 2017. Hiperrealitas Fotografi Jurnalistik. Vol.17, No.1.
Nazaruddin, Muzayin. 2015. Jurnalisme Bencana di Indonesia, Setelah Sepuluh
Tahun. Vol.10, No.1.
Ngangi, Charles R. 2011. Konstruksi Sosial dalam Realitas Sosial.
ASE-Vol.7 No.2.
Pramono, Rudy. 2016. Perspektif Sosiologis dalam Penanggulangan Bencana.
Jurnal Masyarakat & Budaya Vol.18 No.1.
Rifai, Ahmad & Puspitasari. 2018. Representasi Ideologi Islam dalam Cerita
Pendek: Analisis Semiotika. Vol.4, No.1.
Setiyanto, Pamungkas Wahyu & Irwandi. 2017. Foto Dokumenter Bengkel
Andong. Mbah Musiran: Penerapan dan Tinjauan Metode EDFAT dalam
Penciptaan Karya Fotografi. Vol. 13, No.1.
Utoyo, Arsa Widitiarsa. 2018. Analisis Semiotik Pada Junalistik Foto. Vol.2
No.2.
Wahyuni, Hermin Indah. 2007. Kecenderungan “Framing” Media Massa
Indonesia dalam Meliput Bencana Sebagai Media Event. Yogyakarta.
Widiyatmojo, Radityo. 2018. Semiotik Kebun Binatang Dalam Photobook
Berjudul Wildtopia. Jurnal Sospol, Vo.4, No.2.
Zuhriah. 2018.Makna Warna dalam Tradisi Budaya; Studi Kontrastif Antara
Budaya Indonesia dan Budaya Asing. Makassar
Situs Web:
https://alamtani.com/panduan-teknis-budidaya-pisang/ diakses pada tanggal 18
September 2019, pukul 19.22 WIB
https://bnpb.go.id//definisi-bencana diakses pada 31 Januari 2019, pukul
08:42 WIB.
http://csinema.com/metode-edfat-dalam-fotografi/ diakses pada 25 Maret 2019,
pukul 23.39 WIB.
https://dis.cic.ac.id/files/modul/6105-mod-cb9c84.pdf, Konsep Dasar Fotografi,
diakses pada 21 Oktober 2019, pukul 09.00 WIB.
https://dcc.ac.id/galeri_dok/upload/144_2
130
%20Materi%20Pengamalan%20Pancasila.pdf diakses pada tanggal 24
September 2019, pukul 07.07 WIB.
http://jdih.basarnas.go.id/resources/document/produk-
hukum/PK_14_tahun_2015_126.pdf diakses pada 8 September 2019,
pukul 12.00 WIB.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/denotasi, diakses pada 25 Januari 2019, pukul
00:33 WIB.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kopra diakses pada 4 September 2019, pukul
05.33 WIB.
https://kbbi.web.id/optimisme, diakses pada 2 April 2019, pukul 08.47 WIB.
http://lensa.fotokita.net/2015/11/kampanye-mendukung-para-fotografer-koran
prancis-terbit-tanpa-foto/ diakses pada 8 April 2019, pukul 07.33 WIB
https://manfaat.co.id/10-manfaat-bermain-piano-baik-bagi-otak-jiwa-dan-masa
depan di akses pada tanggal 18 Juli 2019, pukul 21.41 WIB.
https://www.melodicashack.com/history-of-the-melodica/, diakses pada tanggal
18 September 2019, pukul 19.14 WIB.
http://www.pariscemeteries.com/questions-1, diakses pada tanggal 20 Oktober
2019, pukul 20.00 WIB.
https://properti.kompas.com/read/2018/10/07/160000721/rumah-tradisional
sulawesi-tahan-gempa-dan-tsunami?page=all, diakses pada 19 September
2019, pukul 23.39 WIB.
https://tirto.id/2018-tahun-bencana-mematikan-di-indonesia-bagaimana-
pemulihannya-dcoxdiakses pada 31 Januari 2019, pukul 08:54 WIB.
https://tirto.id/makna-minggu-palma-yang-dirayakan-seluruh-umat-katolik-di
dunia-cGFM diakses pada 7 Oktober 2019, pukul 11.40 WIB.
https://tuhanyesus.org/makna-minggu-palma diakses pada 7 Oktober 2019, pukul
11.50 WIB.
https://wtop.com/world/2018/11/10-of-the-deadliest-natural-disasters-in-2018/
diakses pada 12 Agustus 2019, pukul 07:32 WIB.
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-denotasi-dan-konotasi/8808 di
akses pada tanggal 15 Agustus 2019, pukul 11.50 WIB.
https://www.idntimes.com/hype/viral/rahul-fahry/bencana-alam-terparah-yang-
131
terjadi-sepanjang-tahun/fulldiakses pada 31 Januari 2019, pukul 09:05.
https://www.aa.com.tr/id/turki/foto-jurnalis-indonesia-menang-di-istanbul-photo
awards/936203diakses pada 3 Maret 2019, pukul 16.37 WIB.
http://www.alteredimagesbdc.org/walski, di akses pada 14 Agustus 2019, pukul
07.35 WIB.
https://www.bjp-online.com/2013/11/french-newspaper-removes-all-images-in
support-of-photographers/diakses pada 8 April 2019, pukul 07.40 WIB.
https://kumparan.com/@kumparannews/tentang-wilayah-di-balaroa-yang
lenyap-usai-gempa-palu1538397071762704143, diakses pada 2
September 2019, pukul 21.41 WIB.
https://www.mongabay.co.id/2019/04/10/jejak-tua-di-area-likuifaksi-sulawesi
tengah/diakses pada 4 September 2019, pukul 08.40 WIB.
https://www.mongabay.co.id/2019/01/02/memaknai-bencana-alam-dengan
perspektif-baru/diakses pada 4 Oktober 2019, pukul 07.55 WIB.
https://www.phographer.com/2013/11/french-newspaper-without-photos.html,
diakses pada 13 Agustus 2019, pukul 09.20 WIB.
http://www.remotivi.or.id/amatan/32/Jurnalisme-Bencana:-Tugas
Suci,-Praktik-Cemar diakses pada26 Maret 2019, pukul 21.34 WIB.
https://www.suarakarya.id/detail/84283/Hamparan-Perkebunan-Kelapa-Tersebar
Di-Seluruh-Wilayah-Sulawesi-Tengah diakses pada 4 September 2019,
pukul 05.27 WIB.
https://www.voaindonesia.com/a/presiden-trump-sampaikan-belasungkawa-pada
indonesia-siap-bantu/4594629.html, diakses pada 2 April 2019, pukul
08.35 WIB.
Skripsi:
Artana, Hamdani Alif. 2014. Retorika Visual Buku Foto Requiem Karya Mamuk
Ismuntoro dalam Mengangkat Isu Bencana Lumpur Lapindo. Malang:
Universitas Brawijaya.
Naisila Zulmi, Isye. 2014. Makna Bencana dalam Foto Jurnalistik (Analisis
Semiotika Terhadap Karya Kemal Jufri pada Pameran Aftermath:
Indonesia in Midst of Catastrophe Tahun 2012). Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
132
Pertiwi, Adhika. 2012. Pemahaman Jurnalis Mengenai Konsep Jurnalisme
Bencana (Wawancara Lima Jurnalis Media Cetak, Media Televisi dan
Media Online). Jakarta: Universitas Indonesia.
Priambodo, Yudho. 2015. Denotasi dan Konotasi dalam Fotojurnalistik Bencana
Alam Tanah Longsor di Banjarnegara pada Harian Kompas Edisi 13-18
Desember 2014. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.
Rifanda, Priya Gilang. 2018. Semiotika Foto Jurnalistik Pemaknaan Interaksi
Sosial Bencana Alam (Analisis Semiotika Roland Barthes dalam
Kumpulan Foto Jurnalistik Karya Ulet Ifansasti dalam Media Getty
Images). Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.
Yajri, Faiz. 2012. Politik Metafora dalam Strategi Branding Komoditas
Agribisnis (Analisis Semiotika Strukturalisme Terhadap Konstruksi Teks
Majalah Trubus Mengenai Komoditas Jabon). Jakarta: Universitas
Indonesia.
133
LAMPIRAN
7 Oktober 2018.
134
7 Oktober 2018.
135
8 Oktober 2018.
136
9 Oktober 2018.
137