Anda di halaman 1dari 60

Ebook.No.03.10.

02
BIKIN FILM SENDIRI
Penyusun : 0m369
Layout : Om369

Diterbitkan oleh
PersEbook369
Bandung
Zeptiana.egg@gmail.com
http://ebookgratis369.blogspot.com

Hak cipta dilindungi oleh rido


Allah SWT
ISBA: 42443

-2
Mozaik 1

SEJARAH FILM DAN PERKEMBANGANNYA DI


INDONESIA

FILM atau dahulu difahami sebagai citra bergerak konon ada


sejak tahun 130 M. Namun dunia Internasional menyepakati
bukan tahun itu sebagai pristiwa lahirnya film, melainkan
saat pristiwa pertama kalinya sebuah film dipertontonkan
kepada khalayak di Garan Café Boulevard de Capucines,
Paris, Prancis pada 28 Desember 1895. Oleh karena itu pada
zaman itu pembicaraan orang bukan hanya pada film akan
tetapi juga prihal tempat pumat film itu sendiri atau dikenal
dengan sebutan Bioskop.

-3
Pelopornya adalah dua bersaudara Lumiere Louis (1864-
1948) dan Auguste (1862-1954). Thomas A. Edison juga
menyelenggarakan bioskop di New York pada 23 April 1896.
Dan meskipun Max dan Emil Skladanowsky muncul lebih
dulu di Berlin pada 1 November 1895, namun pertunjukan
Lumiere bersaudara inilah yang diakui kalangan
internasional. Kemudian film dan bioskop ini terselenggara
pula di Inggris (Februari 1896), Uni Sovyet (Mei 1896),
Jepang (1896-1897), Korea (1903) dan di Italia (1905).

Perubahan dalam industri perfilman, jelas nampak pada


teknologi yang digunakan. Jika pada awalnya, film berupa
gambar hitam putih, bisu dan sangat cepat, kemudian
berkembang hingga sesuai dengan sistem pengelihatan mata
kita, berwarna dan dengan segala macam efek-efek yang
membuat film lebih dramatis dan terlihat lebih nyata.

Film kita tidak hanya dapat dinikmati di televisi, bioskop,


namun juga dengan kehadiran VCD dan DVD, film dapat
dinikmati pula di rumah dengan kualitas gambar yang baik,
tata suara yang ditata rapi, yang diistilahkan dengan home
theater. Dengan perkembangan internet, film juga dapat
disaksikan lewat jaringan superhighway ini.

Per-Film Indonesia

Di Indonesia, film pertamakali diperkenalkan pada 5


Desember 1900 di Batavia (Jakarta). Pada masa itu film
disebut ―Gambar Idoep‖. Pertunjukkan film pertama digelar
di Tanah Abang. Film adalah sebuah film dokumenter yang
menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den
Haag. Pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga
karcisnya dianggap terlalu mahal. Sehingga pada 1 Januari
1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk merangsang
minat penonton.

-4
Film cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun
1905 yang diimpor dari Amerika. Film-film impor ini berubah
judul ke dalam bahasa Melayu. Film cerita impor ini cukup
laku di Indonesia. Jumlah penonton dan bioskop pun
meningkat. Daya tarik tontonan baru ini ternyata
mengagumkan. Film lokal pertama kali diproduksi pada
tahun 1926. Sebuah film cerita yang masih bisu. Agak
terlambat memang. Karena pada tahun tersebut, di belahan
dunia yang lain, film-film bersuara sudah mulai diproduksi.

Film cerita lokal pertama yang berjudul Loetoeng Kasaroeng


ini diproduksi oleh NV Java Film Company. Film lokal
berikutnya adalah Eulis Atjih yang diproduksi oleh
perusahaan yang sama. Setelah film kedua ini diproduksi,
kemudian muncul perusahaan-perusahaan film lainnya
seperti Halimun Film Bandung yang membuat Lily van Java
dan Central Java Film Coy (Semarang) yang memproduksi
Setangan Berlumur Darah

Industri film lokal sendiri baru bisa membuat film bersuara


pada tahun 1931. Film ini diproduksi oleh Tans Film
Company bekerjasama dengan Kruegers Film Bedrif di
Bandung dengan judul Atma de Vischer. Selama kurun
waktu itu (1926-1931) sebanyak 21 judul film (bisu dan
bersuara) diproduksi. Jumlah bioskop meningkat dengan
pesat. Filmrueve (majalah film pada masa itu) pada tahun
1936 mencatat adanya 227 bioskop.

Kini, film Indonesia telah mulai berderak kembali. Beberapa


film bahkan booming dengan jumlah penonton yang sangat
banyak. Sebut saja, Ada apa dengan Cinta, yang
membangkitkan kembali industri film Indonesia. Beberapa
film lain yang laris manis dan menggiring penonton ke
bioskop seperti Petualangan Sherina, Jelangkung, Ayat-Ayat
Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Laskar Pelangi maupun Naga
Bonar Jadi 2.
-5
Genre film juga kian variatif, meski tema-tema yang diusung
terkadang latah, jika sedang ramai horor, banyak yang
mengambil tema horor, begitu juga dengan tema-tema
remaja/anak sekolah.

Dengan variasi yang diusung, itu memberikan kesempatan


media film menjadi sarana pembelajaran dan motivator bagi
masyarakat. Seperti film King, Garuda di Dadaku, serta
Laskar Pelangi. Bahkan, Indonesia sudah memulai masuk ke
industri animasi. Meski bukan pertama, dulu pernah ada
animasi Huma, kini hadir film animasi Meraih Mimpi, yang
direncanakan akan go international.

Dan jangan dilupakan sebuah sisi lain, Mulainya terbangun


komunitas film-film independen menjadi tonggak kemajuan
perfilm tanah air. Dengan kehadiran kamera-kamera digital
berdampak positif bagi masyarakat yang menggemari dan
tertarik dengan dunia film. Film-film independen yang dibuat
di luar aturan baku yang ada selalu mulai diproduksi dengan
spirit militan. Meskipun banyak fillm yang kelihatan amatir
namun terdapat juga film-film dengan kualitas sinematografi
yang baik. Sayangnya film-film independen ini masih belum
memiliki jaringan peredaran yang baik. Sehingga film-film ini
hanya bisa dilihat secara terbatas dan di ajang festival saja
atau juga lintas teman.

JENIS-JENIS FILM

Film Dokumenter (Documentary Films)

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film


pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang
perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an.
Tiga puluh enam tahun kemudian, kata ‗dokumenter‘

-6
kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal
Inggris John Grierson untuk film Moana (1926) karya Robert
Flaherty.

Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif


merepresentasikan realitas (Susan Hayward). Sekalipun
Grierson mendapat tentangan dari berbagai pihak,
pendapatnya tetap relevan sampai saat ini. Film dokumenter
menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk
berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film
dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran
informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau
kelompok tertentu.

Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam


perfilman dunia. Para pembuat film bisa bereksperimen dan
belajar tentang banyak hal ketika terlibat dalam produksi
film dokumenter. Tak hanya itu, film dokumenter juga dapat
membawa keuntungan dalam jumlah yang cukup
memuaskan. Ini bisa dilihat dari banyaknya film dokumenter
yang bisa kita saksikan melalui saluran televisi seperti
program National Geographic dan Animal Planet.

Selain untuk konsumsi televisi, film dokumenter juga lazim


diikutsertakan dalam berbagai festival film di dalam dan luar
negeri. Sampai akhir penyelenggaraannya tahun 1992,
Festival Film Indonesia (FFI) memiliki kategori untuk
penjurian jenis film dokumenter.

Memasuki era televisi swasta tahun 1990, pembuatan film


dokumenter untuk televisi tidak lagi dimonopoli TVRI. Semua
televisi swasta menayangkan program film dokumenter, baik
produksi sendiri maupun membelinya dari sejumlah rumah
produksi. Salah satu gaya film dokumenter yang banyak
dikenal orang, salah satunya karena ditayangkan secara

-7
serentak oleh lima stasiun swasta dan TVRI adalah Anak
Seribu Pulau (Miles Production, 1995).

Film Cerita Pendek (Short Films)

Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di


banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika
Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan
laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi
seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi
film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh
para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang
menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan
baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang
mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek,
umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah
produksi atau saluran televisi.

Film Cerita Panjang (Feature-Length Films)

Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi


90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya
termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya
Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit.
Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180
menit.

Profil Perusahaan (Corporate Profile)

Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu


berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan, misal
tayangan ―Usaha Anda‖ di SCTV. Film ini sendiri berfungsi
sebagai alat bantu presentasi atau promosi.

Iklan Televisi (TV Commercial)

-8
Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi,
baik tentang produk(iklan produk) maupun layanan
masyarakat (iklan layanan masyarakat atau public service
announcement/PSA). Iklan produk biasanya menampilkan
produk yang diiklankan secara eksplisit, artinya ada
stimulus audio-visual yang jelas tentang produk tersebut.
Sedangkan iklan layanan masyarakat menginformasikan
kepedulian produsen suatu produk terhadap fenomena sosial
yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Dengan
demikian, iklan layanan masyarakat umumnya menampilkan
produk secara implisit.

Program Televisi (TV Programme)

Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi.


Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis
yakni cerita dan noncerita. Jenis cerita terbagi menjadi dua
kelompok yakni fiksi dan nonfiksi. Kelompok fiksi
memproduksi film serial (TV series), film televisi/FTV (populer
lewat saluran televisi SCTV) dan film cerita pendek.
Kelompok nonfiksi menggarap aneka program pendidikan,
film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu.
Sedangkan program non cerita sendiri menggarap variety
show, TV quis, talkshow, dan liputan berita (news).

Video Klip (Music Video)

Video klip adalah sarana bagi produser music untuk


memasarkan produknya lewat medium televisi. Dipopulerkan
pertama kali lewat saluran televisi MTV tahun 1981. Di
Indonesia, video klip ini sendiri kemudian berkembang
sebagai bisnis yang mengiurkan seiring dengan pertumbuhan
televisi swasta. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran
dan industri tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap
memilih video klip menjadi bisnis utama (core busines)

-9
mereka. Di Indonesia tak kurang dari 60 video klip
diproduksi tiap tahun.

Sumber: http://film.banjarnegara.co.cc

PENGERTIAN SINEMATOGRAFI FILM

Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris


Cinematography yang berasal daribahasa Latin kinema
'gambar'. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan
bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap
gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut
sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat
menyampaikan ide (dapat mengemban cerita). Sinematografi
memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap
pantulan cahaya yang mengenai benda. Penyampaian ide
pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan
pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar.

Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian


sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film
sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil)
selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat
peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai
media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film
sebagai genre seni adalah produk sinematografi

Film mempunyai banyak pengertian yang masing-masing


artinya dapat dijabarkan secara luas. Film merupakan media
komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua
indra, penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti
atau tema sebuah cerita yang banyak mengungapkan realita
sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film
itu sendiri tumbuh.

- 10
Film sendiri dapat juga berarti sebuah industri, yang
mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat
mengajak banyak orang terlibat. Film berbeda dengan cerita
buku, atau cerita sinetron. Walaupun sama-sama
mengangkat nilai esensial dari sebuah cerita, film
mempunyai asas sendiri. Selain asas ekonomi bila dilihat
dari kacamata industri, asas yang membedakan film dengan
cerita lainnya adalah asas sinematografi.

Asas sinematografi tidak dapat digabungkan dengan asas-


asas lainnya karena asas ini berkaitan dengan pembuatan
film. Asas sinematografi berisikan bagaimana tata letak
kamera sebagai alat pengambilan gambar, bagaimana tata
letak properti dalam film, tata artistik, dan berbagai
pengaturan pembuatan film lainnya.

Film sebagai Genre Seni

Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis


plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka
cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi
film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk
menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada
generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan
media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam
bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah
mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal
media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang
terakhir media digital (pita, cakram, memori chip).

Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media


selluloid, analog maupun digital. Perkembangan teknologi
media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari
istilah yeng mengacu pada bahan ke istilah yeng mengacu
pada bentuk karya seni audio-visual. Singkatnya film kini
diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang

- 11
menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai
medianya.

Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film,


secara kolektif, sering disebutsinema. Sinema itu sendiri
bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga
sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa
di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian
secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang
berasal dari Cinema +tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap
(tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis
gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan
cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa
kita sebut dengan kamera

Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda


(termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau
oleh animasi. Kamera film menggunakan pita seluloid (atau
sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi). Butiran silver
halida yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap
cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah
terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan
menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak
terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan
pengembang (developer).

Sumber: http://film.banjarnegara.co.cc

FORMAT VIDIO

Tampilan frame standard dari format video :

 VCD NTSC (352×240 ; 29,97fps)


 VCD PAL (352×288 ; 25 fps)
 SVCD PAL (480×576 ; 25 fps)
- 12
 DVD NTSC (720×480 ; 29,97 fps)
 DVD PAL (720×576 ; 25 fps)

Ukuran frame tersebut di atas, mempengaruhi kualitas


tampilan gambar apabila ingin disimpan dalam keping vcd,
svcd atau dvd. Disarankan apabila tidak memiliki dvd writer,
sebaiknya lakukan pembakaran/burning pada cd dalam
bentuk SVCD, yang memiliki kulitas gambar di atas kualitas
vcd.

PAL (Phase Alternating Line) Video:

 Bitrate Video:
sampai 9.8 Mbps* (9800 kbps*) untuk video MPEG2
sampai 1.856 Mbps (1856 kbps) untuk video MPEG1
 Resolusi:
720 x 576 pixels MPEG2 (disebut Full-D1)
704 x 576 pixels MPEG2
352 x 576 pixels MPEG2 (disebut Half-D1)
352 x 288 pixels MPEG2
352 x 288 pixels MPEG1 (sama dengan standar VCD)
 Kecepatan Frame & Ratio
25 fps*
16:9 Anamorphic (hanya didukung pada resolusi
720×576)
 Audio: 48000 Hz, 32 - 1536 kbps
Sampai 8 audio track yang formatnya dapat
berbentuk Dolby Digital, DTS, PCM(uncompressed
audio), MPEG-1 Layer2. Satu track audion harus
memiliki minimal format MPEG-1, DD or PCM Audio.
 Extras:
Mendukung motion menu, still pictures –photo–,
sampai 32 subtitles (terjemahan), sampai 9 sudut
padang camera.
 Total Bitrate:

- 13
Bitrate total termasuk video, audio dan terjemahan
(sbutitle) dapat mencapai 10.08 Mbps (10080 kbps)

NTSC (National Television System Committee) Video:

 Bitrate Video:
sampai 9.8 Mbps* (9800 kbps*) untuk video MPEG2
sampai 1.856 Mbps (1856 kbps) untuk video MPEG1
 Resolusi:
720 x 480 pixels MPEG2 (disebut Full-D1)
704 x 480 pixels MPEG2
352 x 480 pixels MPEG2 (disebut Half-D1)
352 x 240 pixels MPEG1 (Sama dengan standar VCD)
 Kecepatan Frame & Ratio
29,97 fps*, 16:9 Anamorphic (hanya didukung pada
resolusi 720×480)
 Audio:
48000 Hz, 32 - 1536 kbps
Sampai 8 audio track yang formatnya dapat
berbentuk DD (Dolby Digital/AC3), DTS,
PCM(uncompressed audio), MPEG-1 Layer2. Satu
track audion harus memiliki minimal format DD or
PCM Audio.
 Extras:
Mendukung motion menu, still pictures –photo–,
sampai 32 subtitles (terjemahan), sampai 9 sudut
padang camera.
 Total Bitrate:
Bitrate total termasuk video, audio dan terjemahan
(sbutitle) dapat mencapai 10.08 Mbps (10080 kbps)
* Mbps = million bits per second
* kbps = thousand bits per second
* fps = frames per second

Sumber : http://gudangilmu.org

- 14
Mozaik 2

JANGAN TAKUT MEMBUAT FILM

Sebuah karya lahir karena diciptakan. Tidak ada karya tanpa


pencipta, yang ada adalah pencipta yang tak sadar bahwa ia
telah berkarya. Seorang seniman tidak akan bisa dilepaskan
dari realita, apa pun yang terjadi dan sekecil apapun realita
itu adalah bagian yang memengaruhi karya-karyanya.
Walaupun ada yang mengatakan bahwa karya yang lahir
adalah buah dari imajinasi semata, perlu juga diingat bahwa
imajinasi adalah bukti konkret dari keberadaan realitas.

Salah satu interpretasi yang muncul dari realitas adalah


karya film, baik itu yang berbentuk dokumenter maupun film
cerita yang kini banyak digemari oleh masyarakat kita, baik

- 15
bagi orang desa maupun kota. Orang desa dapat menangkap
gambaran realitas yang ada dikota melalui film-film yang
menampilkan kehidupan kota. Sebaliknya orang kota dapat
menyelami kehidupan desa melalui film-film yang mengambil
latar pedesaan. Melalui karya film, sebuah realita dapat
dikemas, disajikan dan lalu dinikmati oleh siapa pun.

Terlepas dari manipulasi realita yang tidak bisa dimungkiri


sering dilakukan dalam sebuah karya film, adanya sebuah
realita yang ditampilkan adalah bukti konkret bahwa sang
pembuat film tidak melepaskan realita yang terjadi di
sekitarnya.

Ekplorasi Pemikiran

Eksplorasi pemikiran saya artikan sebagai pendayagunaan


kemampuan berpikir untuk melahirkan sebuah ide ataupun
buah pemikiran yang maksimal, tanpa adanya paksaan
ataupun tekanan baik secara psikologis maupun materiil.

Seperti yang sering disinggung oleh banyak pakar khususnya


dibidang kesehatan dan kedokteran bahwa daya pikir
manusia memiliki kekayaan yang begitu besar. Alangkah
besarnya karya pemikiran yang akan lahir jika manusia yang
bersangkutan dapat memaksimalkan daya pikirnya sendiri.
Begitu pula dalam sebuah karya film, lahirnya sebuah film
besar dan sukses tentunya diawali dari proses eksplorasi
pemikiran dari si empunya ide film yang bersangkutan.

Film indie yang notabene menjadi tren ataupun genre yang


disukai khususnya kaum muda adalah salah satu ajang yang
tepat untuk melakukan proses eksplorasi pemikiran, karena
dengan posisi atau umur yang masih muda, terutama yang
belum terkontaminasi banyak permasalahan dalam hidup,
pemikiran yang lahir akan sangat memungkinkan untuk
dieksplorasi secara maksimal.

- 16
Adanya kekebasan dalam mengeksplorasi pemikiran dalam
film indie kemudian memicu lahirnya warna baru dalam
kancah perfilman khususnya dinegara kita. Hal ini bisa kita
lihat khususnya dalam karya-karya film mahasiswa yang
umumnya masih idealis dan berorientasi pada kepuasan
gagasan, tanpa terlalu jauh memikirkan aspek keuntungan
secara materil.

Dalam karya film mahasiswa seperti yang saya dan rekan-


rekan —Jurnalistik Unisba angkatan 2003—, dalam
pembuatan film yang kami beri judul ―Mail-Box‖, ide cerita
dibuat sendiri, soundtrack film yang diciptakan serta
diaransemen sendiri, tokoh film yang diperankan sendiri,
teknis lapangan yang dikerjakan sendiri (tim film) serta
finansial pun banyak keluar dari uang sendiri. Walaupun
sebagian didukung dari dana fakultas, selebihnya kita
menambalnya dari sponsor yang kita cari sendiri.

Hal ini tentu dialami oleh rekan-rekan mahasiswa lain dan


para sineas indie pada umumnya. Aspek kepuasan dalam
berkarya adalah hal yang diutamakan maka dalam film indie
kebebasan ide mutlak menjadi salah satu tuntutan yang
harus dipenuhi.

Film indie sebagai sarana ekplorasi pemikiran adalah salah


satu solusi untuk mewadahi kreatifitas, khususnya sineas-
sineas muda yang masih mencari jati diri, secara eksistensi
ataupun karier, dan dengan adanya sarana tersebut maka
tidak ada alasan lagi kalau karunia kemampuan berpikir
yang dimiliki tidak di ekpslorasi secara maksimal, apalagi
kaum muda memang dituntut untuk lebih peka terhadap
realita yang berkembang di sekitarnya.

Tentunya kita akan lebih bangga jika karya yang kita buat
adalah hasil kerja keras sendiri. Setuju?***

- 17
(Dimuat : Mimbar Akademik/Kampus/Pikiran
Rakyat/Kamis, 06 Oktober 2005)

sumber : http://deniborin.multiply.com/reviews/item/4

FILM INDEPENDEN

Indie ataupun independen sering diartikan sebagai


kemandirian atau mandiri, dan jika kita berpacu pada
pengertian tersebut, maka independen memiliki ruang untuk
adanya kebebasan. Kebebasan dalam berkarya.

―Kebebasan‖ yang dimaksud dalam kata indie itu


mengartikan bahwa film ini memberikan kebebasan bagi
para pembuatnya dalam mengimplementasikan keinginan,
skill ataupun konsepnya sendiri. Tanpa ada embel-embel
yang berupa titipan ataupun tuntutan pihak lain, seperti
titipan produser ataupun atasan, tuntutan pasar, dsb., film
yang lahir benar-benar menampilkan keorisinalan karya
pembuatnya.

Film indie adalah sebuah tawaran bagi seniman film untuk


menampilkan idenya sendiri dengan bebas dan ekspresif
tanpa adanya kontaminasi tuntutan ataupun titipan pihak
lain. Seniman yang dimaksud dapat berkarya dengan penuh
emosi dan memaksimalkan buah pemikirannya sendiri.

Semangat Indie

Sementara itu, sutradara kawakan Garin Nugroho


mengatakan semangat indie berkembang di antara
komunitas pehobi film. Semangat itu menciptakan kekhasan
di antara kaum muda pencipta film, yakni semangat
kemandirian tanpa ikatan pragmatisasi modal dan kekangan
pasar.
- 18
"Inilah yang selalu menggembirakan bagi dunia perfilman
dunia, suntikan anak-anak muda yang dengan ide segarnya,"
ujar Garin dalam katalog Festival Film Independen (Indie
Movie) 2008.

Anak muda, katanya, memiliki energi yang luar biasa. Energi


itu bisa berkembang lewat sarana-sarana kreatif di
antaranya proses penciptaan film. Kini, lanjutnya, proses
kreatif itu menjadi sangat mungkin. Menurutnya, seseorang
hanya membutuhkan banyak ide, tumpukan kreativitas, dan
sedikit uang untuk membuat sebuah film.

"Era digital memungkinkan kita mengerjakan sebuah project


film dengan murah dan mudah," tulis Garin lagi.

Lebih lanjut, dia menuturkan Festival Indie Movie 2008


merupakan salah satu ajang mengembangkan apresiasi
karya film generasi muda. Festival film, ujarnya, menjadi
salah satu sarana pengembangan diri para insan muda film.

"Energi anak muda ini luar biasa. Berita kekerasan sudah


terlalu banyak, tapi berita kreativitas tidak muncul. Wilayah-
wilayah seperti ini mengembangkan kreativitas luar biasa
dari anak-anak muda," tuturnya.

Sumber: http://deniborin.multiply.com/ dan Suara


pembaruan online

TENTANG SCRIF BREAKDOWN

Sebelum masuk ke proses pengambilan gambar, terlebih


dahulu harus mempersiapkan segala sesuatunya. Yang
pertama adalah membuat script breakdown, yaitu
menguraikan tiap adegan dalam skenario menjadi daftar

- 19
yang berisi sejumlah informasi tentang segala hal yang
dibutuhkan untuk pengambilan gambar.

Proses ini dilakukan agar bisa mengetahui rincian


kebutuhan shooting termasuk biaya yang dibutuhkan serta
pengaturan pada jadwal shooting.

Untuk membuat script breakdown yang dibutuhkan adalah


script breakdown sheet yang berisi informasi tentang adegan
yang ada pada film tersebut. Segala keperluan shooting
untuk tiap adegan diuraikan dalam satu lembar breakdown
sheet. Lembaran tersebut memuat informasi sebagai berikut :

Date :

Bagian ini dicantumkan tanggal saat script breakdown sheet


diisi

Script Version Date :

Waktu yang dicantumkan adalah tanggal versi skenario yang


dipakai untuk menyiapkan shooting.

- 20
Production Company :

Bagian yang mencantumkan nama dan nomor telepon dari


production house yang memproduksi film tersebut.

Breakdown Page No. :

Nomor halaman dari lembar breakdown yang dibuat. Butir


ini membantu mengontrol apakah telah menyelesaikan
pengerjaan adegan demi adegan secara berurutan. Biasanya
nomor halaman ini sama dengan nomor adegan.

Kecuali jika untuk satu adegan membutuhkan lebih dari


satu lembar breakdown.

Title/No of Episodes :

Pada bagian ini dituliskan judul film yang diproduksi. Jika


film tersebut merupakan suatu serial perlu dicantumkan
juga nomor episodenya.

Page Count :

Bagian uraian tentang panjang atau porsi dari adegan dalam


skenario. Biasakan membagi tiap halaman skenario menjadi
8 bagian. Jika adegan yang diuraikan hanya mempunyai
panjang 2/8 halaman maka ditulis angka 2/8. Page Count
sangat tergantung dari format penulisan skenario yang
berdasarkan tingkat kerumitan sebuah adegan.

Sebuah skenario yang ditulis dengan format berbeda


menghasilkan Page Count yang berbeda pula. Adegan
sepanjang 2/8 halaman mungkin memerlukan waktu lebih
lama dibanding dengan adegan lain dengan Page Count lebih
besar jika melibatkan banyak orang atau ruangan yang
sangat besar dengan pergerakan orang serta kamera yang
rumit.

- 21
Page Count bukan sebuah ukuran mutlak untuk mengetahui
seberapa lama sebuah adegan di shoot. Namun Page Count
membantu dalam mengukur porsi dari masing-masing
adegan dalam sebuah film.

Location or Set :

Dicantumkan lokasi sesuai dengan skenario, ini diperlukan


untuk memudahkan identifikasi antara satu adegan dengan
adegan lainnya. Yan gperlu diingat bisa saja lokasi shooting
berubah sama sekali dengan apa yang direncanakan dalam
skenario.

Scene No. :

Nomor adegan sesuai dengan yang tercantum dalam


skenario.

Int/Ext :

Bagian ini menandakan dimana suatu adegan terjadi. Int.


adalah untuk interior yang berarti dilakukan didalam suatu
ruangan, sementara Ext. adalah untuk exterior yang artinya
adegan diambil di luar ruangan.

Day/Night :

Bagian ini menandakan waktu adegan untuk siang hari (day)


dan malam hari (night)

Description :

Penggambaran kejadian spesifik yang ada dalam adegan


untuk mempermudah ingatan, dengan cara ini akan tidak
membuang waktu dengan membolak balik skenario untuk
mengingat apa yang terjadi dalam adegan.

Cast :
- 22
Pada bagian ini untuk menuliskan semua pemeran yang
melakukan dialog (speaking parts) termasuk peran
pendukung, semuanya diurutkan berdasar pentingnya peran.

Nomor ini tidak boleh berubah-ubah dikarenakan agar


masing-masing porsi dalam peran berdasar skenario dapat
diketahui dengan mudah.

Wardrobe :

Bagian khusus untuk mencatat kostum yang akan


dikenakan oleh pemeran. Catatan ini diperlukan apabila ada
kostum khusus dipakai oleh pemeran yang penyediaannya
memerlukan biaya dan waktu khusus.

Extras/Atmosphere :

Bagian untuk mencantumkan jumlah orang-orang (crowd)


yang dibutuhkan untuk mendukung suasana dalam sebuah
adegan. Pencatatan ini termasuk juga jika crowd serupa
terdapat pada adegan lainnya sehingga bisa dikelompokkan
secara berkelanjutan (continuity)

Make Up/Hair Do :

Pencatatan khusus tentang tata rias dan tata rambut (hair


do) untuk tiap peran dan crowd.

Extras/Silent Bits :

Yang termasuk dalam pencatatan ini adalah para pemeran


tidak melakukan dialog yang tidak tergabung dalam crowd.
Misalnya seorang tukang koran bersepeda yang kemudian
melemparkan koran ke rumah pelanggannya.

Yang perlu dicatat adalah usia, penampilan fisik, tinggi


badan, perawakan tubuh, dan lain sebagainya.

- 23
Stunts/Stand Ins :

Pencatatan untuk beberapa adegan yang memerlukan peran


pengganti adegan berbahaya (stunt) atau pemeran pengganti
dengan mempertahankan wajah pemeran utama (stand in).
Penggunaan stunts dan stand in harus diperhitungkan
dengan cerman agar mempermudahkan pelaksanaan
shooting. Tentang kostum dan aksesoris misalnya, harus
ditambah karena stunts dan stand in ini mengenakan tata
busana yang serupa dengan yang dipakai oleh pemeran
sesungguhnya.

Vehicles/Animals :

Pencatatan yang diperlukan apabila ada kendaraan yang


nantinya tampak dalam gambar (frame), catatan tersebut
meliputi segala informasi tentang kendaraan yang dupakai
termasuk tahun, warna, jumlah, dan posisi kendaraan.
Apabila dalam film itu membutuhkan hewan harus
dipastikan tentang dibutuhkan atau tidak seorang
pelatih/pawang hewan.

Props, Set Dressing, Greenery :

Ketiga hal tersebut merupakan bagian dari departemen


artistik. Props adalah benda-benda yang dipakai oleh cast
dan extras, set dressing merupakan tata lokasi (set) yang
diatur dan dihias oleh set dresser, dan greenery adalah
tanaman yang dipinjam, disewa, atau dibeli karena bukan
bagian dari lokasi.

Sound Effects/Music :

Pencatatan kebutuhan untuk efek suara tertentu serta musik


yang akan dipakai.

Security/Teachers :

- 24
Terkadang dibutuhkan tenaga keamanan untuk kelancaran
shooting pada adegan atau lokasi tertentu. Teachers perlu
dicatat juga pada bagian ini jika diperlukan pengajar untuk
para pemeran disela-sela waktu shooting. yang meliputi
melatih dialog (dialog coaches) atau melatih pemeran agar
dapat melakukan serangkaian gerakan bela diri (fighting
instructor)

Special Effects :

Pencantuman segala kebutuhan efek khusus seperti ledakan,


penghancuran, pembakaran, tata rias khusus, dan lain
sebagainya.

Estimated No. of Set Ups :

Pencatatan untuk memperkirakan sudut pengambilan


gambar suatu adegan serta menentukan set up yang
dibutuhkan.

Estimated Production Time :

Pencatatan tentang perkiraan waktu yang diperlukan untuk


menyiapkan set up dan perekaman gambar pada setiap set
up. Termasuk pencatatan total waktu untuk semua set up.

Special Equipment :

Pencatatan kebutuhan peralatan khusus untuk shooting,


misalnya steadycam, under water camera, car mounting,
atau lensa tele.

Production Notes :

Pencatatan yang memuat semua keperluan yang belum


disebutkan di bagian-bagian sebelumnya yang
membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya khusus.

- 25
Misalnya dalam hal mempersiapkan efek ledakan yang butuh
waktu sekitar 3 jam.

Jika dalam skenario film yang dibuat mempunyai 100 scene


maka akan memiliki 100 lembar script breakdown sheet.
Selanjutnya pindahkan informasi yang telah dicantumkan
pada lembaran-lembaran script breakdown sheet ke dalam
script breakdown.

Jumlah kolom informasi yang tertera pada script breakdown


tidak sebanyak yang terdapat pada script breakdown sheet,
karena itu untuk pencatatan informasi lainnya ada pada
kolom notes.

Script breakdown diperbanyak kemudian dibagikan ke


seluruh departemen agar semua tim bisa mengerti dengan
baik apa yang harus dipersiapkan serta dikerjakan dalam
produksi film tersebut. Pembagian kerja di setiap departemen

- 26
mengacu pada segala hal yang tertera dalam script
breakdown

sumber : http://misteridigital.wordpress.com/

PENYUTRADARAAN

Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di


lapangan seorang sutradara berperan sebagai manajer,
kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi
dan para pemeran. Peran yang sedemikian besar
mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita,
memahami situasi lingkungan maupun psikologis para
pelibat produksi, dan juga harus memahami bagaimana
menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat
produksi. Ibarat tubuh manusia, sutradara adalah otaknya,
dan yang lain adalah seluruh anggota badan.

1. Tugas Sutradara

Menurut sutradara berbakat, Harry Suharyadi, tugas seorang


sutradara adalah menerjemahkan atau menginterpretasikan
sebuah skenario dalam bentuk imaji/gambar hidup dan
suara.

Pada umumnya, apa pun bentuk produksi audio visual selalu


terbagi menjadi tiga tahap, yakni:

1. praproduksi,
2. produksi atau shooting,
3. pascaproduksi.

Tugas sutradara adalah pada tahap produksi. Namun bukan


berarti sutradara tidak perlu mengetahui aspek praproduksi
dan pasca produksi. Pemahaman praproduksi akan

- 27
mencegah sikap arogan dan tutuntutan yang berlebih atas
peralatan dan aspek-aspek penunjang produksi yang
notabene merupakan tugas tim praproduksi.

2. Rumus 5-C

Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain


dalam sebuah produksi, ada baiknya sutradara memiliki
kepekaan terhadap Rumus 5 –C, yakni close up
(pengambilan jarak dekat), camera angle (sudut pengambilan
kamera), composition (komposisi), cutting (pergantian
gambar), dan continuity (persambungan gambar-gambar)
(Hartoko 1997: 17). Kelima unsur ini harus diperhatikan oleh
sutradara berkaitan dengan tugasnya nanti di lapangan.

Close Up

Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat.


Sebelum produksi (shooting d I lapangan) harus mempelajari
dahulu skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting
script, yakni keterangan rinci mengenai shot-shot yang harus
dijalankan juru kamera. Terhadap unsur close up, dia harus
betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan
emosi tokohnya. Gejolak emosi, peradaban gundah sering
harus diwakili dalam shot-shot close up. Bagi seorang
kritikus film, sering unsur menjadi poin tersendiri ketika
menilai sebuah film. Untuk itu, unsur ini harus menjadi
perhatian sutradara.

Camera Angle

Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan efek apa


yang harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini
diabaikan bisa dipastikan film yang muncul cenderung
monoton dan membosankan sebab camera angle dan close
up sebagai unsur visualisasi yang menjadi bahan mentah

- 28
dan harus diolah secermat mungkin. Harry mencontohkan,
untuk film-film opera sabun sering ada pembagian kerja
antara pengambilan gambar yang long shot d a n close up
untuk kemudian diolah dalam proses editingnya.

Composition

Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang


gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan
dalam pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi
yang akan memberikan makna keindahan terhadap suatu
film. Pandangan mata penonton sering harus dituntun oleh
komposisi gambar yang menarik. Tidak jarang para peresensi
film memberikan penilaian terhadap unsur ini karena unsur
inilah yang akan menjadi pertaruhan mata penontonnya.
Jika aspek ini diabaikan, jangan harap penonton akan
menilai film ini indah dan enak ditonton.

Cutting

Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke


scene lainnya. Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi
yang berkaitan dengan unsur penceritaan dalam urutan
gambar-gambar. Sutradara harus mampu memainkan
imajinasinya ketika menangani proses shooting. Imajinasi
yang berjalan tentunya bagaimana nantinya jika potongan-
potongan scene ini diedit dan ditayangkan di monitor.

Continuity

Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalah


continuity, yakni unsure persambungan gambar-gambar.
Sejak awal, sutradara bisa memproyeksikan pengadegan dari
satu scene ke scene lainnya. Unsur ini tentunya sangat
berkaitan erat dengan materi cerita. Sering penonton merasa
film yang ditontonnya loncat ke sana atau ke mari tidak
karuan sehingga membuat bingung. Terhadap kasus ini
- 29
karena sutradara tidak mampu memperhatikan aspek
kontinuitas dari film yang digarapnya.

3. Unsur Visual (visual element)

Selanjutnya masih dalam tahap persiapan penyutradaraan,


seorang sutradara juga harus memahami unsur-unsur visual
(visual element) yang sangat penting dalam mengarahkan
seluruh krunya. Ada enam unsur visual yang harus
diperhatikan, sikap pose (posture), gerakan anggota badan
untuk memperjelas (gesture), perpindahan tempat
(movement), tindakan/perbuatan tertentu (purpose action),
ekspresi wajah (facial expression), dan hubungan pandang
(eye contact) (Hartoko, 1997:25).

Sikap/Pose

Jika anda mengarahkan para pemain dalam film yang anda


buat, hal pertama yang menjadi arahan adalah sikap/pose
(posture) pemainnya. Ini sangat erat kaitannya dengan
penampilan pemain di depan kamera. Dengan monitor yang
tersedia, sutradara harus mampu memperhatikan pose
pemainnya secara wajar dan memenuhi kaidah dramaturgi.
Sebelum pose sesuai dengan tuntutan skenario usahakan
sutradara jangan putus asa terus mencoba. Apalagi untuk
kalangan indie yang cenderung pemainnya masih baru atau
belum pernah main sama sekali (tetapi gratis).

Gerakan Anggota Badan

Sesuai dengan shooting script, tentunya seorang atau


beberapa pemain harus menggerakkan anggota tubuhnya.
Namun, gesture yang mereka mainkan harus betul-betul
kontekstual. Artinya, harus betul-betul nyambung dengan
gerakan anggota tubuh sebelumnya. Misalnya, setelah
seorang pemain minum air dari gelas tentunya gerakan

- 30
berikutnya mengembalikan gelas tersebut dengan baik.
Jangan sampai ada gerakan-gerakan tubuh yang secara
filmis dapat menimbulkan kejanggalan.

Perpindahan Tempat

Seorang Sutradara dengan jeli akan memperhatikan dan


mengarahkan setiap perpindahan

pemain pendukungnya. Perpindahan pemain ini tentunya


dalam rangka mengikuti shooting script yang dibuat sang
sutradara sendiri. Di sini, sutradara yang baik harus mampu
mengarahkan pemainnya melakukan perpindahan secara
wajar dan tidak dibuat-buat. Perpindahan pemain harus
alami sesuai dengan jalan cerita yang telah tersusun.
Improvisasi bagi pemain memang tidak jadi masalah, tetapi
tetap dalam perhatian sutradara.

Tindakan Tertentu

Aspek ini tentunya dikaitkan dengan casting yang diberikan


kepada seseorang. Casting disini diartikan peran yang
dijalankan pemain film dalam menokohkan karakter
seseorang yang terlibat dalam cerita film tersebut. Selain ada
casting ada juga yang disebut cameo, yakni penampilan
seseorang dalam sebuah film tetapi membawakan dirinya
sendiri (tidak menokohkan orang lain). Dalam hubungan
dengan casting, seorang pemain film harus diarahkan sang
sutradara agar melakukan tindakan sesuai dengan tuntunan
skenario. Terkadang dalam proses produksi ada pemain yang
mencoba menawar kepada sutradara sehubungan dengan
akting yang harus dijalankan. Tidak semua sutradara mau
meluluskan keinginan kemauan pemain, tetapi juga tidak
semua pemain mau meluluskan kemauan sutradara.

Ekspresi Wajah

- 31
Unsur ini sering berkaitan dengan penjiwaan terhadap
naskah. Wajah merupakan cermin bagi jiwa seseorang.
Konsep inilah yang mendasari aspek ini harus diperhatikan
betul oleh sutradara. Terutama untuk genre film drama,
unsur ekspresi wajah memegang peran penting. Banyak juga
film action semacam Gladiator menajamkan aspek ekspresi
wajah. Shot-shot close up yang indah dan pas dapat
mewakili perasaan sang tokoh dalam sebuah film. Contoh
kecil sering ditampilkan dalam perfilman India. Jika
seseorang sedang jatuh cinta ukuran gambar big close up
bergantian antara pria dan wanita. Namun sutradara juga
Harus memperhatikan penempatannya serta waktu yang
tepat. Jika tidak tepat, komunikasi dalam film tersebut gagal.
Di sini, ada pedoman time is key, waktu adalah kunci.

Hubungan Pandang

Hampir sama dengan ekspresi wajah, hubungan pandang di


sini diartikan adanya kaitan psikologis antara penonton dan
yang ditonton. Untuk membuat shot-shot-nya, biasanya
sutradara selalu memberikan arahan kepada pemain film
agar menganggap kamera sebagai mata penonton. Dengan
cara seperti ini, biasanya kaidah hubungan pandang ini akan
tercapai. Dengan mengibaratkan kamera sebagai mata
penonton, berarti pemain harus berlakon sebaik mungkin
untuk berkomunikasi dengan penonton lewat lensa kamera.

Dengan menguasai Rumus 5 C dan Visual Element secara


baik dan benar bisa dipastikan seorang sutradara akan
mampu membuat film menjadi tontonan menarik dan
munculnya situasi komunikatif antara tontonan dan
penonton. Di sinilah alasan mengapa sebuah film dianggap
sebagai produk komunikasi massa periodik.

Sumber: Kuliah Online

- 32
14 Langkah Membuat Film Sendiri

Akhir-akhir ini, banyak yang memprotes para produsen


sinetron Indonesia yang dianggap telah kehilangan daya
kreatif sehingga akhirnya menyadur film yang diproduksi
orang luar. Tapi, sebenarnya, bagaimana sih cara membuat
film itu? Posting ini bukan sebuah pembelaan, dan bukan
pula sebuah hujatan baru. Hanya ingin menunjukkan…
Begini lho, caranya membuat film. Hitung-hitung, sebagai
materi tambahan buat anak-anak saya di sekolah…

Ini juga sangat tepat anda baca jika anda hendak membuat
film indie. Dan pada dasarnya, membuat film bentuk apa
pun itu dapat dibagi ke dalam 14 tahapan. Apa saja?

1. IDE

Idealnya, IDE ini harus unik dan original. Tapi, memutuskan


untuk menyadur sebuah karya orang lain itu juga termasuk
sebuah IDE lho… Untuk mencari IDE, banyak cara yang bisa
dilakukan. Melakukan pengamatan terus-menerus, jalan-
jalan ke tempat yang aneh dan belum pernah didatangi
manusia, nangkring di pohon asem di pinggir jalan sambil
mengamati kendaraan yang lalu lalang, atau bahkan duduk
santai di sebuah food court di suatu plaza atau mall.
Melamun sendirian di dalam kamar juga bisa mendatangkan
ide, kok…

2. Sasaran

Setelah mendapatkan IDE, tentukan sasaran dari film yang


akan dibuat. Koleksi pribadi? Murid SMU? Komunitas S&M?
Para Otaku? Para Blogger? Siapa yang akan menonton film
itu nantinya? Itu juga harus ditentukan dengan jelas di awal.

- 33
Jangan sampai terjadi, film tersebut ditujukan untuk anak
SMU tapi karena tidak disosialisasikan dengan jelas,
akhirnya dipenuhi adegan berantem penuh darah ala 300

3. Tujuan

IDE dan Sasaran sudah ditetapkan. Yang harus dipastikan


selanjutnya adalah tujuan pembuatan film. Ingin menggugah
nasionalisme seperti Naga Bonar? Ingin menyampaikan
pesan terakhir sebelum nge-bom? Ingin mendapatkan
kepuasan pribadi seperti pembuatan film Passion of the
Christ? Apa?

4. Pokok Materi

Berikutnya adalah menyusun pokok materi. Apa sih pesan


yang ingin disampaikan? Ungkapan cinta? Sekedar pesan
mengingatkan bahaya merokok?

5. Sinopsis

Sinopsis adalah ringkasan yang menggambarkan cerita


secara garis besar. Semacam ide awal gitu loh. Dari sinopsis
ini, nantinya bisa dikembangkan menjadi cerita yang lebih
detil.

6. Treatment

Tahapan ini adalah penggambaran adegan-adegan yang


nantinya akan muncul dalam cerita. Tidak mendetil. Contoh
treatment itu seperti ini…

Ada seorang perokok yang sedang merokok dengan


santainya. Kemudian tiba-tiba dia batuk-batuk dengan hebat
dan agak lama. Sebelum beranjak pergi, orang itu membuang
rokoknya sembarangan. Tiba-tiba muncul api…

- 34
7. Naskah

Naskah adalah bentuk mendetil dari cerita. Dilengkapi


dengan berbagai penjelasan yang mendukung cerita (seting
environment, background music, ekspresi, semuanya…).
Contoh naskah itu, seperti ini…

FS. Ali mengayuh becak. Ais duduk merenung, tidak


mempedulikan Ali yang bolak-balik menatapnya.

Ali : Dak usah dipikir lah, Mbak…

Ais : (kaget) Heh? Apa, Bang?

8. Pengkajian

Pengkajian disini, adalah yang dilakukan oleh seorang ahli isi


(content) atau ahli media. Yang dikaji, adalah apakah
naskahnya sudah sesuai dengan tujuan semula? Dan hal-hal
yang mirip seperti itu…

9. Produksi Prototipe

Proses ini dibagi jadi 3 sub-tahap, yaitu pra-produksi


(penjabaran naskah, casting pemain, pengumpulan
perlengkapan, penentuan dan pembuatan set, penentuan
shot yang baik, pembuatan story board, pembuatan
rancangan anggaran, serta penyusunan kerabat kerja),
produksi (pengambilan gambar sesuai dengan naskah dan
improvisasi sutradara), purna-produksi (intinya adalah
editing).

10. Uji coba

Uji coba ini dilakukan dengan memutar prototipe di hadapan


sekelompok kecil orang. Kalau produsen film besar, biasanya

- 35
melakukan ini di hadapan para kritikus. Tujuannya adalah
untuk mengetahui respon dari calon audiens.

11. Revisi

Setelah ada respon, maka dilakukan perubahan jika


diperlukan. Karena itu lah, banyak film yang memiliki deleted
scenes. Itu diakibatkan proses uji coba dan revisi ini.

12. Preview

Preview itu adalah pemutaran perdana, di hadapan para ahli


isi, ahli media, sutradara, produser, penulis naskah, editor,
dan semua kru yang terlibat dalam produksi. Tujuan dari
preview ini adalah untuk memastikan apakah semuanya
berjalan lancar sesuai rencana atau ada penyimpangan. Bisa
dikatakan, bahwa preview ini adalah proses pemeriksaan
terakhir sebelum sebuah film diluncurkan secara resmi.

13. Pembuatan Bahan Penyerta

Bahan Penyerta itu adalah poster iklan, trailer, teaser, buku


manual (jika film yang dibuat adalah sebuah film tutorial),
dan lain sebagainya yang mungkin dibutuhkan untuk
mensukseskan film ini.

14. Penggandaan

Tahap terakhir adalah penggandaan untuk arsip dan untuk


didistribusikan oleh para Joni (ini terjadi pada jaman dulu
kala, waktu format film digital masih ada di angan-angan).

Nah, demikian lah proses produksi sebuah film. Dari awal


sampai akhir, siap untuk didistribusikan. Jadi, apa lagi yang
ditunggu? Mari kita produksi film-film berkualitas agar tidak
dikatakan bahwa sineas Indonesia telah kehilangan

- 36
kreatifitas dan tidak bisa memproduksi karya orisinil lagi.
SEMANGAT!!!

sumber : http://suandana.wordpress.com/

Proses produksi Film

Saat ini kita asumsikan kalau kita telah memiliki sebuah


judul cerita, misalnya ―Pernikahan Wishnu dan Ema‖, ―Profil
Perusahaan Jamu Cap Kapak Maut‖, atau ―Petualangan
Besar MatMitMut : Tentang Neraka Jahanam‖, iklan televisi,
feature film, atau hanya sebuah proyek pribadi, maka semua
proses yang dilakukan diatas sebenarnya memiliki
kesamaan. Gambar dibawah ini menggambarkan tahapan-
tahapan dalam proses produksi digital video secara umum.
Apabila kita melihat bagan alir proses produksi digital video
tersebut, maka suatu waktu terlihat bahwa ada tahapan
yang overlap, proses produksi digital video sebenarnya tidak
harus sama seperti bagan alir tersebut, tetapi kita dapat
mengadaptasikan rangkaian kerja tersebut sesuai dengan
kebiasaan, ataupun gaya kerja kita, karena setiap orang
pasti memiliki gaya kerja yang berbeda-beda.

Preproduction/Praproduksi

Preproduction atau Pra Produksi merupakan tahapan


perencanaan. Secara umum merupakan tahapan persiapan
sebelum memulai proses produksi (shooting film atau video).
Dengan lahirnya teknologi digital video dan metode nonlinear
editing maka proses produksi video menjadi lebih mudah.
Ketika kita akan memulai sebuah proyek, terkadang kita
telah memiliki stock-shoot/footage video yang kita butuhkan,
untuk itu kita harus melakukan peninjauan ulang segala
kebutuhan sesuai dengan cerita yang akan kita buat.

- 37
Artinya, kita harus mempersiapkan footage video yang telah
ada, fotografi, diagram dan grafik, gambar ilustrasi, atau
animasinya. Pada intinya tujuan pra produksi adalah
mempersiapkan segala sesuatunya agar proses produksi
dapat berjalan sesuai konsep dan menghasilkan suatu karya
digital video sesuai dengan harapan.

• Outline

Untuk mempermudah membuat proyek video, maka kita


harus membuat sebuah rencana kasar sebagai dasar
pelaksanaan. Outline dijabarkan dengan membuat point-
point pekerjaan yang berfungsi membantu kita
mengidentifikasi material apa saja yang harus dibuat,
didapatkan, atau disusun supaya pekerjaan kita dapat
berjalan. Outline dapat disusun dengan rekan kerja atau
dengan klien kita, supaya kita dapat menghasilkan sebuah
visi dan persepsi yang sama tentang langkah pelaksanaan
proyek yang akan dibuat.

• Script/Skenario

Dengan menggunakan outline saja sebenarnya sudah cukup


untuk memulai tahapan pelaksanaan produksi, tetapi dalam
berbagai model proyek video, seperti iklan televisi, company
profile, sinetron, drama televisi, film cerita dan film animasi
tetap membutuhkan skenario formal yang berisi dialog,
narasi, catatan tentang setting lokasi, action, lighting, sudut
dan pergerakan kamera, sound atmosfir, dan lain
sebagainya.

• Storyboard

- 38
Apabila kurang cukup dengan outline dan scenario, maka
kita dapat pula menyertakanstoryboard dalam rangkaian
perencanaan proses produksi kita. Storyboard
merupakancoretan gambar/sketsa seperti gambar komik
yang menggambarkan kejadian dalam film. Di dalam gambar
tersebut juga berisi catatan mengenai adegan, sound, sudut
dan pergerakan kamera, dan lain sebagainya. Penggunaan
storyboard jelas akan mempermudah pelaksanaan dalam
proses produksi nantinya

• Rencana Anggaran Biaya

Ketika kita sedang mengerjakan proyek professional ataupun


pribadi, maka sangat dianjurkan untuk merencanakan
anggaran biaya produksi. Dalam proyek professional,
rencana anggaran biaya berguna untuk mengamankan
keuangan perusahaan. Tanpa anggaran biaya yang
terencana, dan hanya mengandalkan spekulasi, maka
prosentase kerugian akan menjadi besar.

- 39
Production/Produksi

―Quiet on the set! Action! and Roll ‘em!‖, kata-kata tersebut


seringkali terdengar saat shooting berlangsung, pada intinya
merekam kejadian langsung, adegan animasi dan suara pada
film, videotape atau DV untuk menghasilkan footage/clip
disebut dengan ―production‖ atau proses produksi. Selama
proses produksi berlangsung, perhatian kita akan tertuju
pada lighting/pencahayaan, blocking (dimana dan
bagaimana aktor atau subyek kita bergerak), dan shooting
(bagaimana pergerakan kamera dan dari sudut mana scene
kita dilihat).

Post Production/Paska Produksi

Setelah proses produksi maka akan dihasilkan footage atau


koleksi klip video. Untuk membangun dan menyampaikan
cerita, maka harus mengedit dan menyusun klip-klip
tersebut dan tentu saja menambahkan visual effects,
gambar, title dan soundtrack. Proses diatas disebut dengan
postproduction atau pasca produksi. Berikut ini merupakan
aplikasi dari Adobe yang khusus dirancang untuk proses
pasca produksi :

• Adobe Premiere Pro, aplikasi editing yang real‐time untuk


para professional dalam bidang digital video production.

• Adobe After Effect, sebuah aplikasi khusus untuk Motion


Graphics dan Visual Effect.

• Adobe Audition, aplikasi professional untuk pengolahan


audio digital.

• Adobe Encore DVD, aplikasi professional untuk DVD


authoring.

- 40
Selain aplikasi-aplikasi diatas, dikenal pula dua aplikasi
grafis professional yang juga memainkan peranan penting
dalam menghasilkan elemen grafis berkualitas tinggi, aplikasi
tersebut adalah Adobe Photoshop dan Adobe Illustrator

sumber : http://film.banjarnegara.co.cc

SKENARIO FILM INDIE

Menulis skenario film independen tidak serumit film panjang.


Pasalnya, selain durasinya yang pendek (sekitar 5-30 menit),
juga tidak menganut struktur yang rumit seperti struktur
tiga babak yang sudah lazim digunakan kalangan Hollywood.
Jika dalam struktur ini selalu menampilkan tiga
pembabakan : pengenalan tokoh-tokoh, munculnya konflik,
dan penyelesaian masalah. Jadi, film independen tidak perlu
mengikuti pola ini.

Menurut Gotot Prakosa, sineas IKJ yang juga juri


internasional film pendek, setidaknya ada tiga gaya skenario
film independen yang betul-betul sangat berbeda dengan film
mainstream. Ketiganya adalah gaya surprise, circles, dan
linier. Gaya surprise bisa anda coba dengan membuat
sebuah skenario film independen. Misalnya, film yang
mengetengahkan seseorang yang berlari kencang menuju
hutan. Sesampai di hutan, dia lantas minum air di kendi
yang sudah disediakan di hutan (film peserta Pasar Seni ITB
2000).

Jadi, jika anda ingin membuat film, segeralah buat. Skenario


tidak perlu dipusingkan. Hal yang penting asal ada ide cerita
maka lahirlah cerita. Jika sudah ada cerita, pasti akan jadi
film. Itu pun tentunya kalau sudah melakukan kegiatan
shooting dan editing sebab dua hal inilah yang menjadi

- 41
jantungnya sebuah karya film. Nah, mengapa anda tidak
mulai saja membuat film independen, gampang kan?.

Anda bisa mencobanya seperti berikut ini

Pertama, mencari ide cerita dari mana saja. Misalnya ide


cerita tentang ‗joki‘, yakni seseorang yang berusaha
mengganti posisi orang lain dalam tes penerimaan
mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi negeri. Ada
seseorang yang tampaknya mampu menjadi joki dan
meluluskan seseorang untuk bisa lolos masuk perguruan
tinggi tersebut. Akan tetapi, ternyata sang joki ini
mempunyai adik yang sama-sama ingin masuk ke PT
tersebut dengan program studi yang sama juga. Akhirnya
sang joki pikir-pikir panjang, mau menerima menjadi joki
dengan imbalan besar atau mengundurkan diri karena kalau
dia jadi joki, sama artinya dengan menjadi pesaing bagi
adiknya yang ingin berkuliah.

Kedua, dari ide cerita ini selanjutnya anda harus membuat


sinopsisnya, yaitu ringkasan cerita secara singkat dengan
menampilkan inti dari cerita tadi.

Ketiga, anda selanjutnya menciptakan penokohan untuk


cerita tersebut. Misalnya, Andi yang akan menjadi joki,
orangnya mudah terpengaruh dan selalu bimbang. Kemudian
Anto, yang menyuruh Andi menjadi joki, mempunyai tipikal
culas, sombong, dan semuanya bisa diatur dengan uang.
Selain penokohan, anda juga mencari lokasi shooting kelak
dan propertinya (bisa meliputi pakaian, benda-benda yang
digunakan tokoh, rumah dengan perlengkapan, dan lainnya).

Keempat, kemudian anda tinggal menentukan casting


(pemeran) tokoh-tokoh tersebut. Karena umumnya film
independen kurang bermodal, pilihlah orang-orang yang
betul-betul mempunyai idealisme tinggi. Artinya tanpa

- 42
dibayar ‗mahal‘ pun tetap mau mendukung film anda. Kalau
anda mahasiswa atau pelajar, teman-teman bisa diajak
untuk casting. Menentukan casting ini juga jangan terlalu
ketat, tetapi juga jangan terlalu longgar karena akan
menyulitkan proses produksinya. Namun, tetap anda harus
mempertimbangkan kemampuan acting calon pemerannya.
Jadi, jangan mentang-mentang film independen, lantas
seenaknya tanpa casting yang baik dan benar.

Kelima, setelah semuanya oke, anda tinggal memperjelas


sinopsis tadi dalam bentuk skenario prematur. Dalam
pembuatan skenario ini, anda tidak perlu menggunakan
istilah teknis kamera. Jika anda akan menyutradarai film ini
sendiri, anda sudah punya cukup gambaran bagaimana
nantinya cerita ini terwujud dalam film. Sedikit rincian
teknik pengambilan gambar, ukuran gambar ataupun sudut
pengambilan, akan membantu kerja anda di lapangan.
Namun jika skenario ini akan diserahkan kepada orang lain
untuk menyutradarainya, anda tidak perlu detail membuat
shooting script-nya, sebab sutradara biasanya mempunyai
selera sendiri secara individual. Mungkin istilah teknisnya
akan dia rancang sendiri. Yang penting ceritanya tidak
menyimpang dari yang sudah anda tentukan, yakni tentang
kebimbangan seorang joki.

Terakhir, anda melakukan preparation (persiapan) terhadap


semua komponen pembuatan film, yakni dari skenario,
pemeran, lokasi, peralatan shooting, dan lainnya yang
mendukung proses produksi film tersebut. Jangan sampai
terlupa soal perizinan jika ingin menggunakan suatu tempat
tertentu.

Sumber: Kuliah OnLine

Format skenario atau penyusunan skenario, bisa berbeda-


beda tergantung gaya dan selera penulis skenario. Meski dari

- 43
isi tidak banyak yang berbeda, format skenario memuat
halhal sebagai berikut.

1 Judul Scene

Judul scena berisi: nomor scen;, keterangan luar/dalam


ruangan biasanya memakai istilah exterior/interior,
EXT/INT. ;keterangan yang menjelaskan tempat kejadian dan
ruangnya, RUMAH MARKUS: RUANG TAMU; keterangan
yang menjelaskan waktu kejadian, PAGI/ SIANG/ SORE/
MALAM (dalam penulisan internasional, keterangan waktu
ini hanya dipakai DAY/NIGHT saja). Format tulisan di
Indonesia biasanya memakai font Times New Roman, 12pt,
Capital, Bold, Underline.

2 Nama Pemeran

Pada format penulisan internasional, nama pemeran tidak


lazim dicantumkan. Tapi beberapa penulis di Indonesia
sering mencantumkannya karena dianggap penting. Hal ini
ada baiknya dan tidak ada salahnya memperlengkap tulisan
kita, selain juga membantu kru, pemain, dan sutradara
untuk mengetahui siapa saja pemain yang terlibat pada
scene tersebut. Format penulisannya di bawah judul scene.
Fon. Times New Roman, 12 pt, Capital.

3 Deskripsi Visual

Deskripsi ini berisi tentang keterangan suasana, tempat


kejadian, dan peristiwa yang terkandung dalam scene
tersebut. Contoh: Molam ini cuaca sangat buruk, hujan
turun deras disertai petir yang menyambar bersahut-
sahutan, tampak di kejauhan YANI berlari menembus
kegelapan..., dst.

- 44
Jika ingin menuliskan tentang tokoh lain dengan kegiatan
yang berbeda, buatlah di baris yang baru, tulislah dengan
format italic, untuk membedakan dari huruf yang lain.
Semua huruf kecil, kecuali nama tokoh di dalam deskripsi
tersebut buat dengan huruf besar. Font: Times New Roman,
12pt.

4 Tokoh Dialog

Bagian ini hanya menerangkan nama dari tokoh yang sedang


berdialog. Bagian ini perlu dituliskan agar orang tahu bahwa
dialog tertentu disampaikan oleh tokoh tertentu. Tuliskan
dengan posisi agak ke tengah, sejajar dengan kolom dialog.
Beberapa orang menulisnya pada posisi tepat di tengah.
Font: Times New Roman, 12 pt, Capital, Bold.

5 Beat

Beat dalam istilah musik berarti irama/tempo. Istilah tempo


dalam skenario tak jauh berbeda dengan musik, hanya
penitikberatan irama/ tempo tersebut ada pada emosi inner
action tokoh yang akhirnya tersirat dalam ekspresi. Wahyu
Sihombing, dosen penyutradaraan di IKJ mengemukakan
bahwa beat adalah kata kerja aktif yang berisi pikiran,
perasaan, dan emosi tokoh. Beat inilah yang menjadikan
dialog yang diucapkan dan laku yang digerakkan si tokoh
jadi memiliki arti dan motivasi. Contoh, (menyesali
perbuatannya), (menangisi ibunya), (memarahi adiknya), dll.

Beat biasanya dituliskan dalam kurung, huruf kecil, letaknya


di bawah posisi tokoh dialog, sejajar dengan dialog, bahkan
bisa menyelip di antara kalimat dalam dialog. Font Times
New Roman, 12 pt.

6 Dialog

- 45
Di bagian ini berisi kalimat dialog yang nantinya akan
diucapkan oleh pemain. Dialog dibutuhkan untuk
menyampaikan hal-hal yang tidak bisa dilakukan hanya
dengan gerak dan gambar. Dialog harus mendukung
karakter dan cerita. Dialog harus disesuaikan dengan hal-hal
sebagai berikut.

 Siapa yang berdialog?


 Dengan siapa dia berdialog?
 Apa latar belakangnya?
 Di mana berdialognya?
 Suasana hatinya bagaimana?
 Apa tujuan dialog tersebut?

7 Transisi

Seperti halnya dalam istilah umum, transisi dalam skenario


pun berarti peralihan, peralihan dari scenes satu ke scena
berikutnya. Biasanya digunakan istilah Cut To, Fade Out-
Fade In, atau Dissolve To. Tujuan transisi, selain menjadi
pengait antara ending scenen sebelumnya dengan scene
berikutnya, juga bisa mempunyai makna lain untuk adegan-
adegan tertentu.

Misalnya, dalam adegan mimpi, kita memakai Dissolve To.


Transisi ini ditulis dengan huruf kapital pada posisi di
pinggir kiri/ kanan. Font. Times New Roman, 12 pt.

Sumber: Kuliah OnLine

Di bawah ini contoh sebuah format skenario serial


Menggapai Bintang karya Elizabeth Lutter.

1. INT. HOTEL BERBINTANG: R. PESTA. MALAM.

EVA, VITA, STEVEN, NICOLAS, MARINE, ORANG TUA


MARINE, MC, FIGURAN.
- 46
Hiruk pikuk sebuah pesta yang sangat meriah.Ini adalah
pesta ulang tahun MARINE, seorang aktris sinetron
pendatang baru. MARINE seorang gadis manis yang
mencintai STEVEN, seorang aktor yang sudah top. Saat ini
MARINE gelisah, karena STEVEN yang dinantinya belum
kunjung tiba. Namun beberapa saat kemudian, tampak
STEVEN memasuki ruangan bersama seorang temannya
bernama NICOLAS. MARINE langsung berlari menyambut
STEVEN.

MARINE

(Bersikap manja) Steven sayang... kok telat sih... aku nggak


sabar nih nungguin kamu...

STEVEN

(Cool saja) Sorry. Selamat ulang tahun ya.

*WAKTU BERLALU....

Pesta berlangsung meriah, dan kini saat dansa tiba. STEVEN


yang terpesona pada keluguan EVA, mengajak EVA
berdansa. EVA menolak, tapi dipaksa VITA, teman EVA yang
mengajak ke pesta ini. EVA akhirnya mau asal VITA juga
berdansa. Lalu NICOLAS, teman STEVEN, mengajak VITA
berdansa. Mereka berempat akhirnya berjalan ke tengah
ruang untuk berdansa. EVA terlihat sangat kikuk
menggerakkan langkahnya. Saat lagu slow terdengar, mereka
merapatkan tubuhnya. MARINE yang kehilangan STEVEN
mencari-cari STEVEN, dan ia melihat STEVEN asyik
menikmati alunan musik sambil berdansa bersama EVA.
MARINE mendekati mereka dengan penuh emosi marah.

MARINE

Steven.

- 47
EVA merenggangkan tubuh dari STEVEN. MARINE menarik
dan melepaskan pegangan STEVEN pada EVA.

MARINE

(Marah) Heh, kamu sudah kuterima masuk tanpa undangan,


sekarang malah mau merebut pacar orang!! (Mendorong Eva)

(STEVEN bereaksi dan melindungi EVA.)

STEVEN

Marine, kamu jangan kasar begitu. Kalau yang kamu


maksud pacarmu adalah aku, kamu salah! Aku selama ini
tidak pemah menganggapmu melebihi seorang teman.

MARINE

Steven, teganya kamu bicara begin! padaku? Kamu sudah


mempermalukan aku!

STEVEN

Kamu yang mempermalukan dirimu sendiri.

MARINE malu karena pertengkaran mereka dilihat dan


didengar banyak orang, maka ia semakin marah, dan
kembali hendak menyerang EVA. STEVEN melindungi dan
segera membawa EVA lari keluar. VITA dan NICOLAS
mengikuti mereka. MARINE meneriaki STEVEN, lalu
menyuruh SATPAM mengejarSTEVEN.. CUT TO

- 48
Mozaik 3

TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR KAMERA VIDEO

Kamera video adalah perangkat kamera yang digunakan


untuk mengabil gambar bergerak dan menyimpannya pada
media tertentu, dimana kemudian akan dilakukan proses
pengolahan.

Jenis Kamera Video

Berdasarkan Format

 Analog
 Digital

Berdasarkan Media Rekam

 Betamax
 VHS
 8mm
- 49
 VHS-C
 DV(Digital Video)
 Mini DV
 Betacam
 Memori stick
 Mini Disc

Tahapan Memaksimalkan Penggunaan Kamera Video

Rekaman Video yang Layak Dilihat dan Disimpan

Rekaman video dikatakan layak untuk dilihat dan disimpan


jika memenuhi 4 syarat : cukup pencahayaan, fokus, stabil
dan cukup durasi.

Rekaman Video yang Layak Dinikmati

Rekaman video yang layak dinikmati harus memenuhi


kaidah – kaidah sebagai berikut:

Balance, Framing, Compositions : Horizontal Lines, Vertical


Lines, Thirds Ratio, Diagonal Lines, Triangle, Perspective,
Looking Room, Walking Room, Head Room, Golden Mean,
Background, Foreground.

Frame Cutting Points : Extreme Close Up, Big Close Up, Close
Up, Medium Close Up, Medium Shot, Medium Long Song,
Long Shot, Extreme Long Shot.

Other Types Of Shot : 2 Shot, 3 Shot, Group Shot, Over


Shoulder Shot, Establishing Shot.

Camera Movement : Panning ( Left, Right, Up, Down ),


Tracking ( In, Out, Follow, Revolve ), Truck ( Left, Right ),
Zooming ( In, Out )

Camera Angle # 1 : Normal Angle, Low Angle, High Angle

- 50
Camera Angle # 2 : Objective Camera, Subjective Camera

Shot By Camera Positions : Face Shot, ¾ Shot, Profile Shot,


Over Shoulder Shot

Shooting Rules : Jump Cut, Crossing The Line, Continuity

Rekaman Video yang Selesai dan Layak Tonton

Sebuah karya videografi yang selesai dan siap ditonton


umumnya melewati tahap-tahap berikut ini:

Pra Produksi : Proses perencanaan dan persiapan produksi


sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan khalayak sasaran
yang dituju. Meliputi persiapan fasilitas dan teknik produksi,
mekanisme operasional dan desain kreatif ( riset, penulisan
outline, skenario, storyboard, dsb.).

Produksi : Proses pengambilan gambar di lapangan


(shooting).

Pasca Produksi : Proses penyuntingan di ruang editing,


memadukan hasil rekaman video dengan berbagai elemen
audio visual lainnya.

Presentasi : Menyajikan hasil penyuntingan (editing) dalam


format siap tonton (kaset, VCD, DVD, dsb.)

Distribusi : Penyebarluasan karya videografi (screening,


penjualan, broadcasting, webcasting, dsb.).

JENIS-JENIS SHOT

Close Up Shot

Shot yang menampilkan objek pada gambar lebih dekat.


Misalnya dari batas bahu sampai atas kepala.

- 51
MCU (Medium Close Up Shot)

Shot yang menampilkan sebatas dada sampai atas kepala.

BCU (Big Close Up)

Shot yang menampilkan bagian tubuh atau benda tertentu


sehingga tampak besar. Misal : wajah manusia sebatas dagu
sampai dahi.

ECU (Extrime Close Up)

Shot yang menampilkan detail obyek. Misalnya mata, hidung,


atau telinga.

MS (Medium Shot)

Shot yang menampilkan sebatas pinggang sampai atas


kepala.

KNEE SHOT

Shot yang menampilkan sebatas lutut sampai dengan atas


kepala

TS (Total Shot)

Shot yang menampilkan keseluruhan obyek.

ES (Establish Shot)

Shot yang menampilkan keseluruhan objek ditambah dengan


ruang di sekitarnya sebagai pemandangan atau suatu tempat
untuk memberi orientasi di mana peristiwa atau bagaimana
kondisi adegan itu terjadi.

Two Shot

- 52
Shot yang menampilkan dua orang/objek terlepas dari jauh
atau dekatnya pengambilan gambar.

OSS (Over Shoulder Shot)

Pengambilan gambar di mana kamera berada di belakang


bahu salah satu pelaku atau dibelakang objek yang
membelakangi, dan tampak di dalam frame. Sementara
obyek utama tampak menghadap kamera dengan latar depan
bahu lawan main.

POV (Point Of View)

Kemera sebagai sudut pandang pelaku atau subjek gambar


(sudut pandang orang pertama).

SUDUT PENGAMBILAN KAMERA

1. High Angle

Posisi kamera lebih tinggi dari obyek yang diambil.

2. Normal Angle (Eye level)

Posisi kamera sejajar dengan ketinggian mata (titik pusat


perhatian) obyek yang diambil.

3. Low Angle

Posisi kamera lebih rendah dari obyek yang diambil.

GERAKAN KAMERA

Panning

Panning adalah gerakan kamera secara horizontal (posisi


kamera tetap di tempat) dari kiri ke kanan atau sebaliknya.

Pan right : gerak kamera mendatar dari kiri ke kanan.


- 53
Pan left : gerak kamera mendatar dari kanan ke kiri.

Tilting

Tilting adalah gerakan kamera secara vertikal (posisi kamera


tetap di tempat) dari atas ke bawah atau sebaliknya.

Tilt up : gerak kamera secara vertikal dari bawah ke atas.

Tilt down : gerak kamera secara vertikal dari atas ke bawah.

Tracking

Track adalah gerakan kamera mendekati atau menjauhi


obyek.

Track in : gerak kamera mendekati obyek

Track out : gerak kamera menjauhi obyek

Follow

Kamera mengikuti obyek bergerak searah

GARIS IMAGINER

Garis imaginer digunakan untuk memberi batas posisi


kamera dalam mengambil gambar agar tidak jumping dan
menjaga kontinuitas gambar. Gampangnya kita bayangkan
garis lurus yang memisahkan kiri dan kanan. Apabila kita
meletakan kamera posisi di sebelah kanan, maka untuk
pengambilan berikutnya (apalagi jika kamera tidak hanya
satu) juga harus mengambil dari posisi sebelah kanan.
Begitu juga sebaliknya.

ALAT PENDUKUNG KAMERA

Tripod, penyangga kamera yang terdiri dari tiga kaki.

- 54
Monopod, penyangga kamera yang hanya mempunyai satu
kaki.

Dolly, penopang kamera diatas roda yang bisa digerakkan


keberbagai arah, biasanya berjalan diatas rel dan mempunyai
4 roda.

Cam Crane, alat penopang kamera berbentuk pipa panjang


yang disalah satu ujungnya diletakkan kamera dan ujung
lainnya diberi pemberat.

Jimmy Jib, semacam Cam Crane yang diberi remote head


yang dikontrol oleh operator kamera.

Filter, plastic atau kaca yang diletakkan diatas lensa kamera


untuk memberikan suasana tertentu.

Tips Merekam Video Dengan Sempurna

Jika memungkinkan, selalu pergunakanlah manual focus.

Atur white balance pada setiap perpindahan lokasi atau


pergantian sumber pencahayaan.

Jika melakukan pengambilan gambar di luar ruangan


(outdoor shooting), posisikan matahari di belakang anda.
Begitu juga sumber pencahayaan lainnya.

Gunakan tripod atau alat bantu lainnya.

Dalam kondisi rekaman tanpa alat bantu (handhelds),


pegang dan kendalikan kamera video Anda sedemikian rupa
agar hasil rekaman tetap stabil (andaikan sebagai secangkir
kopi panas).

Gunakan zooming hanya untuk menata komposisi ambilan


gambar. Hindari penggunaannya pada saat merekam
(rolling), kecuali jika ada maksud untuk tujuan tertentu atau
- 55
memang disengaja karena hasil rekaman akan diproses lebih
lanjut (editing).

Shoot to edit. Pastikan untuk memproses lebih lanjut setiap


hasil rekaman Anda (editing). Untuk itu, rekaman video
harus diciptakan dan dipersiapkan sedemikian rupa agar
siap untuk diproses lebih lanjut (variasi dan kelengkapan
gambar, durasi setiap shot, menghindari fasilitas kamera
yang tidak diperlukan, dsb.)

Jaga durasi setiap shot. Jangan terlalu panjang dan monoton


(tanpa variasi), namun juga jangan terlalu pendek. Minimal
antara 8 hingga 10 detik. Tidak ada batas maksimal karena
tergantung action yang direkam. Namun sebaik sudah mulai
merekam 3 hingga 5 detik sebelum action berlangsung.
Berikan durasi yang sama setelah action berlangsung.

Jaga setiap shot dalam kondisi steady tanpa pergerakan


kamera, setidaknya selama 10 detik. Jika suatu shot akan
berisi pergerakan kamera, berikan awalan dan akhiran dalam
kondisi steady dengan durasi setidaknya 3 hingga 5 detik.

Sumber : Agus Yuniarso Blog & PPSW

Vidio editing

Panduan encoding umumnya bertujuan untuk


memaksimalkan kualitas video. Meskipun hal ini lebih hanya
sebagai sebuah presentasi, yang lebih penting lagi adalah
penggunaan camera yang canggih dan tehnik editing yang
tinggi, maka hasil tampilan video dari professional setidaknya
berbeda dengan rata-rata hasil home movie. System video
editing yang paling mahal belum tentu menjamin hasil
tampilan yang professional; system dengan budget rendah,
akan membuat hasil yang mengagumkan dengan tehnik yang
- 56
disukai saat meng-implementasikan pada saat shooting dan
editing.

1. Pastikan subject tidak terlalu berada di tengah dan


abaikan soal memotong kepala orang seperti yang sering
terjadi pada fotografi. Yang penting yakin saja kaki orang-
orang tidak terpotong dalam waktu yang lama. Meskipun
mereka tidak focus pada viewer anda, pastikan selalu
mengambil gambar orang secara komplit pada bidikan
camera yang jauh.
2. Untuk mengambil gambar bergerak, tempatkan subject
pada bagian pertama /awal shooting /saat pertama atau
ketiga terakhir dari viewvinder anda, membuat
pengambilan gambar lebih menarik. Untuk pengambilan
gambar diam/static. Pastikan mata dari subject berada
pada frame ketiga dari bagian bawah frame Jika subject
melihat ke arah lain, pastikan object yang mereka lihat
masuk ke dalam frame dan terlihat jelas.
3. Pastikan mengambil gambar dari angle yang berbeda
juga. Tidak usah khawatir jika hanya menggunakan satu
camera, audio juga dapat membuat ilusi sehingga
terkenan memakai lebih dari satu camera dengan
menjaga sound tetap konstan, meskipun memotong video
pada angle yang berbeda.
4. Tetap menjaga film terus berjalan dan memastikan bahwa
anda punya cukup ruang untuk meng-edit dan mungkin
juga mau mengambil suatu gambar diluar dari
storyboard,. Jika khawatir dengan batre camera anda,
jangan menggunakan zooming terlalu sering. Kalau ingin
melakukan zoom, pastikan untuk alasan yang tepat.
5. Anda ingin mengunakan zoom? Gunakan close up pada
moment dimana kepala seseorang memenuhi screen
(extreme close up) bisa lebih memperjelas lagi bagian dari
wajah. Medium close up (gambar satu frame sekitar
setengah badan) bisa anda peroleh saat post production

- 57
dengan medium level system, yang juga menyediakan
kesempatan untuk mendapatkan hasil zoom yang
diperlukan.
6. Salah satu problem saya adalah membuat percakapan
berjalan seiring – karena pandangan camera yang
terbatas juga tehnik panning yang kurang ahli, membuat
dialog kurang jelas meskipun debat terdengar jelas.
Membuat camera dalam posisi static tidak menghasilkan
hasil yang diinginkan dan tanpa tripod menyebabkan
tidak berjalan dengan baik (kadang anda tidak dapat
menggunakan tripod) dan membuat penglihatan
bergoyang. Untuk mengatasinya saya tetap membiarkan
camera terus berjalan selama percakapan
berlangsung..Video editing nantinya akan merapikan
tehnik camera yang gagal – saya memisahkan audio dari
video. Dengan cara ini, anda dapat memotong reaksi
seseorang saat seseorang sedang bicara, menghapus
tampilan buruk yang diambil camera dengan
menyelipkan audio. Pastikan anda selalu berada di
samping kedua subject.
7. Ambil potongan-potongan gambar untuk mengisi timeline
diantara tiap scene.
8. Menambah musik akan membuat pengaruh instant pada
video anda. Bagaimanapun, perhatikan musik apa yang
akan digunakan dan masukkan sebelum anda memulai
editing. Dengan cara ini anda dapat mengedit sesuai
dengan musiknya, mengeditnya pada ketukan yang tepat
atau mengikuti kecepatan dan irama dari tempo musik.
9. Cobalah untuk membuat bagian awal video anda menarik
perhatian penonton. Tidak harus selalu berasal dari shoot
pertama anda, jangan terlalu terpaku dengan kronologis
dari acara anda. Sebagai contoh, jika membuat sebuah
video liburan, cobalah untuk membuat seperti sebua
cerita. Tidak masalah untuk mengacak tiap pengambilan
gambar untuk membuat cerita mengalir. Anda mungkin

- 58
bisa menjelajah kota dulu beberapa hari, melihat
kegiatan yang ada. Mungkin dengan mengambil gambar
jalanan kota bisa membuat scene saling
berkesinambungan.

Sumber :

http://augesweb.com,

http://www.avimediacom.com

- 59
REFERENSI:

Mambor, Victor C. (2000). “Satu Abad “Gambar Idoep” di


Indonesia”. Jakarta: Kunci Cultural Studies Center.

Straubhaar, Joseph dan LaRose, Robert (2002). “Media


Now: Communication Media in the Information Age”.
Wadsworth.

Kuliah Online

Suara pembaruan online

Agus Yuniarso Blog

PPSW

Website : http://film.banjarnegara.co.cc

Website : http://gudangilmu.org

Website : http://deniborin.multiply.com/

Website: http://misteridigital.wordpress.com

Website: http://suandana.wordpress.com/

Website: http://augesweb.com/

Website: http://www.avimediacom.com

- 60

Anda mungkin juga menyukai