Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN TEHNIK FRAMING PADA MEDIA SOSIAL

Valentino Samuel Laurentinus, Ananda Kemal Thoriq, Habil Gesang Permana, Muhammad Erik
Afriansyah, Yoga Aji Bismiargo, Allmer Faza Reyhan, Ananda Kemal Thoriq
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan, Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang, Jl. Veteran, Ketawanggede, Kec.
Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145
Alamat Email : vlaurensius18@student.ub.ac.id, kemalthoriq75@student.ub.ac.id,
habilgesangp@student.ub.ac.id, erikafriansyah@student.ub.ac.id, yogaaji05@student.ub.ac.id,
allmer@student.ub.ac.id.

Abstrak:
Framing mengacu pada cara media berita dan jurnalis memilih untuk menyajikan suatu peristiwa atau isu.
Masalahnya masyarakat sangat bergantung pada media massa untuk konsumsi berita, baik itu melalui sumber
online, dimana media sosial memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk sudut pandang seseorang. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui framing yang digunakan oleh media untuk menggambarkan realitas.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sumber data yang digunakan
difokuskan untuk menganalisis literatur digital yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Hasil dari penelitian ini
yaitu pentingnya kehati-hatian saat menerima informasi dari media sosial karena Framing media memengaruhi
persepsi tentang realitas, dan peristiwa yang sama dapat dilihat secara berbeda tergantung pada jurnalis dan media
tersebut. Pada akhirnya, berita tersebut sangat dipengaruhi oleh organisasi media yang terlibat.

Abstract:
Framing refers to the way news media and journalists choose to present an event or issue. The problem is that
people rely heavily on mass media for news consumption, either through online sources, where social media has a
significant impact in shaping one’s point of view. The aim of this study is to find out the framing used by the media
to describe reality. The research is carried out using a qualitative research approach. The data sources used are
focused on analyzing digital literature related to the topics discussed. The result of this study is the importance of
caution when receiving information from social media because framing media affects perceptions of reality, and the
same events can be seen differently depending on the journalist and the media. In the end, the news was heavily
influenced by the media organizations involved.

Kata Kunci: Framing, Media Sosial, Informasi

PENDAHULUAN

Penggunaan teknologi digital telah menyebabkan perubahan signifikan dalam cara kerja
budaya manusia. Hal ini terlihat dari maraknya interaksi digital melalui berbagai perangkat
teknologi. Perubahan ini terlihat dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk bidang
sosial, ekonomi, pendidikan, politik, dan agama. Teknologi digital telah menjadi komponen
penting dalam memfasilitasi komunikasi dan interaksi yang cepat dan efisien. Akibatnya,
hubungan sosial virtual telah muncul dalam konteks dunia maya, membentuk berbagai bidang
budaya manusia. (Fakhruroji, 2019)
Framing mengacu pada cara media berita dan jurnalis memilih untuk menyajikan suatu
peristiwa atau isu, dengan memilih aspek-aspek tertentu dan menonjolkannya agar membentuk
perspektif atau sudut pandang khalayak. Teknik ini memungkinkan distorsi halus dari kebenaran,
tanpa harus langsung menyangkalnya. Pemilihan aspek-aspek tertentu berhubungan langsung
dengan cara penyajian fakta. Dengan menekankan aspek-aspek tertentu, framing dapat
mempengaruhi bagaimana khalayak memaknai dan memahami peristiwa atau isu tersebut.
(Kartini,Hasibuan,Sinaga & Rahmadina, 2020).

Masalah yang dihadapi adalah individu sangat bergantung pada media massa untuk
konsumsi berita, baik itu melalui sumber online atau siaran televisi. Kepercayaan pada media ini
dapat sangat memengaruhi persepsi dan pemahaman individu atau kelompok secara keseluruhan
tentang topik tertentu. Pada akhirnya, media memiliki dampak yang signifikan dalam
membentuk sudut pandang seseorang.

Banyak literature review yang telah dilakukan mengenai topik framing dan salah satu
kajian yang layak disebut adalah karya Hermin Indah Wahyuni. Artikelnya yang berjudul
“Kecenderungan Framing Media Massa Indonesia Dalam Meliput Bencana Sebagai Media
Event” menyoroti fakta bahwa perusahaan media massa memiliki kecenderungan untuk
membingkai berita mereka berdasarkan perspektif dan kepentingan mereka sendiri. Fokus tulisan
ini adalah untuk mengeksplorasi framing peristiwa bencana dan isu-isu terkini di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembingkaian peristiwa bencana oleh media massa
mengarah pada berbagai temuan dan diskusi menarik tentang bagaimana mereka digambarkan
sebagai teman, musuh, agen permusuhan atau agen pemberdayaan. (Wahyuni,2008).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui framing yang digunakan oleh media
untuk menggambarkan realitas. Dengan menganalisis variasi dalam pembingkaian berita di
berbagai media, kita dapat memperoleh wawasan tentang dinamika kekuasaan, seperti siapa yang
mengendalikan siapa, siapa yang dianggap sebagai teman atau musuh, dan siapa yang dianggap
sebagai pelindung atau klien. Kebijakan redaksional memainkan peran penting dalam
membentuk jenis berita dan komentar yang disajikan kepada publik. Selain itu, minat dan agenda
juga dapat memengaruhi cara berita tertentu dilaporkan..

Pemanfaatan platform media online untuk membingkai pesan bagi khalayak bukanlah
perkembangan baru dengan munculnya media baru yang difasilitasi oleh internet. Jejaring media
sosial seperti Facebook, Twitter, dan YouTube banyak digunakan oleh individu untuk
berkomunikasi satu sama lain. Framing adalah proses konstruksi makna, dimana realitas
diinterpretasikan dan direkonstruksi dengan cara tertentu. Konsekuensinya, hanya bagian-bagian
tertentu yang dianggap lebih relevan, mendapat perhatian lebih, dan dianggap signifikan dan
relevan oleh publik. Dalam istilah praktis, analisis pembingkaian banyak digunakan untuk
memeriksa pembingkaian artikel berita atau platform media sosial, mengungkapkan bahwa
setiap outlet berita memiliki agenda politiknya sendiri.

METODE
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yang menekankan
gagasan bahwa realitas dikonstruksi oleh masyarakat, dan menekankan hubungan antara peneliti
dan subjek yang diteliti, serta tekanan-tekanan yang mempengaruhi penelitian. Sumber data yang
digunakan difokuskan untuk mengamati konteks realitas dan menganalisis literatur digital yang
berkaitan dengan topik yang dibahas. Pendekatan yang dipilih adalah deskriptif, artinya
melibatkan penyajian data tentang deskripsi dan interpretasi makna dari suatu realitas tertentu.
Secara khusus, pendekatan kualitatif deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang
akurat dan memberikan gambaran tentang peristiwa dengan menelaah secara cermat berita-berita
yang dipublikasikan melalui media sosial.

PEMBAHASAN DAN HASIL


Framing
Framing mengacu pada cara di mana berbagai elemen dalam sebuah artikel berita, seperti
kutipan, informasi latar belakang, dan pilihan kata, bekerja sama untuk membentuk keseluruhan
pesan dan interpretasi suatu peristiwa. Pembingkaian ini dapat dipahami dengan menganalisis
berbagai sinyal yang ada dalam teks. Ada empat struktur utama yang berkontribusi pada
pembingkaian: sintaks, skrip, tema, dan retorika. Konsep framing telah dieksplorasi dalam
berbagai bidang, termasuk sosiologi, politik, linguistik, psikologi, dan seni rupa. (Hapsari,2017).

Framing adalah cara yang digunakan wartawan untuk membentuk perspektif dan pesan yang
disampaikan kepada pembaca ketika meliput suatu isu atau peristiwa tertentu. Metode ini
melibatkan pemilihan aspek-aspek tertentu dari cerita untuk ditonjolkan atau dikecilkan untuk
menyampaikan sudut pandang tertentu. Ada tiga kategori utama pembingkaian: makrostruktural,
yang mengacu pada pembingkaian dalam wacana yang lebih besar; mikrostruktural, yang
berfokus pada aspek acara mana yang ditekankan atau diremehkan; dan retoris, yang mengkaji
bagaimana fakta disajikan kepada pembaca (sobur,2004).
Framing mengacu pada cara media menyajikan cerita tentang berbagai peristiwa. Presentasi ini
mencerminkan perspektif melalui mana realitas diinterpretasikan dan diubah menjadi berita.
Proses analisis framing digunakan untuk mengkaji bagaimana media membentuk persepsi
realitas. Ini juga digunakan untuk mengevaluasi bagaimana peristiwa dipahami dan digambarkan
oleh media. (Eriyanto,2009).

Social Media

Media sosial dan media online adalah arena di mana perspektif yang berbeda bersaing. Media
memainkan peran kunci dalam membentuk opini publik dan dapat memengaruhi cara orang
memandang fakta. Berita itu sendiri adalah bingkai pembatas yang membatasi pemahaman
pembaca, dan media menggunakan serangkaian paragraf untuk menyampaikan pesan tertentu
kepada audiensnya. (Sumarwan,2018).

Internet telah mempermudah akses informasi, dan media online adalah salah satu caranya.
Bentuk media ini sangat penting dalam membentuk pemahaman seseorang tentang Islam dan
pendidikan karakter. Sumber media online yang berbeda menawarkan berbagai perspektif
tentang topik ini. Selain itu, media memiliki kekuatan untuk membentuk dan menyajikan realitas
dengan cara yang berbeda. Hasilnya, artikel berita dapat membentuk cara pandang masyarakat
terhadap Islam dan pendidikan karakter. (Amri,2018)

Internet telah memudahkan orang untuk mengakses informasi tentang agama, dan media sosial
telah memainkan peran penting dalam hal ini. Menurut WeAreSocial, saat ini ada 3,8 miliar
pengguna media sosial di seluruh dunia per Januari 2020, dengan 160 juta pengguna aktif di
Indonesia saja. Mayoritas pengguna ini adalah kaum muda berusia antara 15 dan 30 tahun. Hal
ini menjadikan media sosial alat penting bagi para pemimpin agama dan organisasi untuk
menjangkau khalayak yang lebih muda dan menyebarkan pesan mereka. (Fakhruroji,Rustandi &
Busro, 2020)

Kemajuan teknologi telah membuat penyebaran informasi menjadi sangat mudah dan cepat.
Media sosial telah mengubah khalayak menjadi penerima dan penyalur informasi. Di Indonesia,
jumlah pengguna Facebook melampaui 42,5 juta pada tahun 2012, sedangkan pengguna Twitter
mencapai 19,5 juta. Hal ini menyebabkan Indonesia disebut sebagai negara Twitter dan
Facebook. Selain itu, Instagram menjadi semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia,
khususnya remaja, dan mengalami peningkatan penggunaan selama beberapa tahun terakhir.
Dengan 10% dari 79 juta pengguna media sosial di Indonesia menggunakan Instagram,
Instagram terbukti menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan informasi, berbagi berita, dan
menggerakkan individu, terutama di kalangan generasi muda (Aminuddin, 2017).

Media sosial tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan reputasi komunitas, tetapi juga
mempromosikan acara dan aktivitas sosial. Dengan memasukkan media sosial sebagai taktik, itu
juga dapat berfungsi sebagai platform untuk mendorong orang berkumpul dan berpartisipasi
dalam inisiatif amal. Potensinya untuk menyebarkan kesadaran dan melibatkan audiens yang
lebih luas dapat dimanfaatkan untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat
(Nurhalim,Avicenna,Rofiq & Rizal 2022).

Keterkaitan Framing dan Media Sosial

Dalam dunia kehidupan manusia artifisial, hubungan sosial virtual terjadi pada tiga tingkatan.
Tingkat pertama adalah individu, di mana hubungan virtual ini dapat memengaruhi perasaan diri
seseorang. Ini karena orang dapat dengan bebas mengekspresikan dan merepresentasikan diri
mereka secara online. Tingkat kedua adalah antar individu, di mana saluran komunikasi digital
menciptakan hubungan virtual termediasi. Contohnya termasuk belanja virtual, game,
konferensi, dan layanan keagamaan. Tingkat ketiga adalah komunitas, dimana hubungan sosial
virtual mengarah pada terciptanya jaringan masyarakat yang terhubung, terbuka, dan demokratis.
Masyarakat jaringan ini melakukan aktivitas virtual dalam lanskap kehidupan artifisial
menggunakan internet. (Fakhruroji,Rustandi & Busro, 2020).

Dampak teknologi digital terhadap budaya manusia dapat diamati melalui tiga indikator utama.
Yang pertama adalah kecepatan di mana individu dapat terhubung dengan orang lain melalui
berbagai teknologi terkini, yang mengarah ke interaksi sosial yang lebih dalam dan lebih
beragam. Indikator kedua adalah luasnya jangkauan alat teknologi yang tersedia yang dapat
mengubah berbagai aspek kehidupan manusia. Terakhir, yang ketiga adalah transformasi sistem
masyarakat, industri, dan pemerintahan, yang dapat menggeser otoritas dari institusi terpusat ke
individu dalam jaringan masyarakat. Indikator-indikator ini bekerja sama untuk secara mendasar
mengubah cara individu berinteraksi satu sama lain dan dengan sistem kekuasaan yang lebih
besar. (Schwab,2017).

Media sosial memiliki dampak signifikan dalam membentuk persepsi kita tentang realitas. Ini
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi bagaimana kita menafsirkan peristiwa dan
memahami tindakan individu dalam masyarakat. Media bertanggung jawab untuk
mengartikulasikan dan menjelaskan realitas dengan cara tertentu yang melayani audiensnya.
Perannya melampaui sekadar melaporkan peristiwa dan juga melibatkan pemeliharaan dan
pengaturan nilai-nilai sosial. Pada hakikatnya, framing adalah fondasi di mana perspektif media
dibangun. Beberapa perfektif yang ingin dibangun yaitu (Aminuddin,2017):

a. Persfektif Komunikasi
Framing adalah teknik yang melibatkan analisis strategi atau keyakinan media untuk
mendekonstruksi informasi faktual. Ini mengacu pada proses memeriksa bagaimana jurnalis
menggunakan perspektif atau sudut pandang mereka saat memilih topik dan menyusun
berita. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan berita tersebut dimanipulasi sedemikian rupa
sehingga berusaha memantapkan dirinya sebagai berita yang sah, objektif, natural, wajar,
dan tidak dipengaruhi oleh tekanan eksternal.
b. Persfektif Sosiologi
Dari perspektif sosiologis, framing mengacu pada cara kita mengkategorikan, menyusun,
dan menafsirkan pengalaman hidup kita untuk memahaminya. Kerangka interpretasi ini
dikenal sebagai bingkai, dan mereka membantu kita untuk mengontekstualisasikan, terlibat
secara emosional, mengenali, dan memberikan makna pada peristiwa dan pengetahuan.
c. Persfektif Psikologi
Framing melibatkan penyajian informasi dengan cara tertentu yang menyoroti aspek-aspek
tertentu dari masalah, yang kemudian mendapat perhatian lebih dari proses kognitif
individu. Perhatian yang meningkat pada elemen-elemen tertentu ini dapat berdampak
signifikan pada penilaian dan kesimpulan individu tentang masalah yang sedang dihadapi.

Media memainkan peran penting dalam membentuk bagaimana aspek-aspek tertentu dari suatu
acara disajikan kepada audiens yang dituju. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi
bagaimana realitas tertentu digambarkan, dan ini bisa sangat bervariasi tergantung pada masing-
masing jurnalis dan media tempat mereka bekerja. Penting untuk diketahui bahwa berita dapat
sangat dipengaruhi oleh kecenderungan ideologis organisasi media yang bersangkutan. Pada
dasarnya, cara sesuatu dilaporkan dapat secara drastis mengubah persepsi publik (muhaemin &
sanusi,2019).

Kredibilitas media sosial sangat penting dalam berinteraksi dengan berbagai bentuk media.
Tingkat interaktivitas terkait erat dengan kredibilitas. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal kredibilitas antara penulis blog dan pengguna.
Untuk menjaga kredibilitas, ada beberapa alat pembingkaian utama yang harus dipertimbangkan
dengan cermat. (Anshori,2018), yaitu :

1. Model tematik adalah teknik yang digunakan dalam penulisan berita untuk menyampaikan
informasi atau pendapat tentang suatu peristiwa. Ini melibatkan pembuatan teks
menggunakan berbagai proposisi, kalimat, dan hubungan kalimat yang bekerja sama untuk
menciptakan keseluruhan yang kohesif. Teknik ini dicapai melalui penggunaan perangkat
framing tertentu, seperti pencantuman detail, tujuan yang jelas, nominalisasi, koherensi,
struktur kalimat, dan hubungan antar kalimat. Dengan menganalisis bagaimana elemen-
elemen ini digunakan dalam sebuah artikel berita, seseorang dapat memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang bagaimana informasi disajikan, sumber digabungkan, dan fakta
disampaikan kepada pembaca.
2. Pendekatan model retoris adalah mengutamakan informasi faktual dalam artikel berita.
Untuk mencapai hal ini, teknik pembingkaian seperti penggunaan kosa kata tertentu, alat
bantu visual seperti grafik dan foto, metafora, dan analisis kata, idiom, dan gambar
individual digunakan. Alat-alat ini membantu menyajikan berita dengan cara yang
menyoroti informasi penting dan mendorong pembaca untuk terlibat dengan konten.

Kesalahan dan rubrik di media sosial bisa menjadi masalah ketika peristiwa salah dikategorikan
atau disajikan dengan cara yang menipu. Hal ini dapat mencegah audiens menerima informasi
yang akurat dan memahami sifat sebenarnya dari suatu peristiwa. Cara peristiwa dikategorikan
dapat secara signifikan memengaruhi persepsi publik dan dapat memengaruhi emosi orang.
Klasifikasi peristiwa merupakan aspek penting dari produksi berita dan berdampak signifikan
terhadap persepsi publik tentang realitas..

Dengan memanfaatkan teknik framing, adalah mungkin untuk mengubah sikap yang tidak
menyenangkan menjadi sikap yang menguntungkan. (prastya,2016). Pemilihan aspek-aspek
tertentu dari suatu isu seringkali dapat mengakibatkan penonjolan aspek-aspek tersebut, terutama
dalam hal penyajian informasi faktual. Proses seleksi ini terkait erat dengan penggunaan bahasa,
kalimat, dan alat peraga yang dipilih untuk dipresentasikan kepada publik. Framing mengacu
pada cara di mana definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi disajikan dalam wacana untuk
menekankan perspektif tertentu pada peristiwa yang sedang dibahas. Pada akhirnya, berbagai
model pembingkaian semuanya memeriksa bagaimana media membentuk, menyajikan, dan
menampilkan realitas kepada publik.

PENUTUP
Kesimpulan
Media sosial adalah platform di mana orang menerima informasi tentang kejadian politik dan
sosial di lingkungan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pembingkaian peristiwa ini oleh media
memiliki dampak yang signifikan terhadap cara individu memandangnya. Pada dasarnya, cara
media menyajikan dan menginterpretasikan realitas memiliki efek langsung pada bagaimana
khalayak menginterpretasikan dan memahami peristiwa. Sangat penting untuk berhati-hati saat
menganalisis pembingkaian media sosial, karena organisasi media memainkan peran penting
dalam memilih dan menekankan aspek spesifik dari acara ini kepada audiens target mereka.
Selain itu, berbagai faktor dapat memengaruhi persepsi tentang realitas, dan peristiwa yang sama
dapat dilihat secara berbeda tergantung pada jurnalis dan media yang melaporkannya. Pada
akhirnya, berita tersebut sangat dipengaruhi oleh ideologi organisasi media yang terlibat.

Saran

Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana
framing beroperasi di media sosial, akan sangat berharga untuk mempelajari lebih dalam faktor-
faktor mendasar yang berkontribusi terhadapnya. Dengan memasukkan ini ke dalam model
analisis framing, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang fenomena
dan menggunakan pengetahuan ini untuk menyusun dan menyampaikan pesan dengan lebih
efektif. Penelitian ini berpotensi memperkuat kemampuan kita untuk berkomunikasi secara
efektif di platform media sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Kartini, K., Hasibuan, R. M. B., Sinaga, N. S., & Rahmadina, A. (2022). Metode Analisis Framing
dalam Media Sosial. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 3(2), 141-145.

Fakhruroji, M. (2019). Digitalizing Islamic lectures: Islamic apps and religious engagement in
contemporary Indonesia. Contemporary Islam, 13(2), 201-215.

Fakhruroji, M., Rustandi, R., & Busro, B. (2020). Bahasa Agama di Media Sosial: Analisis
Framing pada Media Sosial Islam Populer. Jurnal Bimas Islam, 13(2), 203-234.

Prastya, N. M. (2016). Analisis Framing dalam Riset Public Relations. Jurnal Informasi, 46(2),
193-204.

Amri, M. (2018). Islam dan Pendidikan Karakter dalam Framing Media Online. Ta dib Jurnal
Pendidikan Islam, 7(1), 445-453.

Muhaemin, E., & Sanusi, I. (2019). Intoleransi Keagamaan dalam Framing Surat Kabar
Kompas. Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 17-34.

Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution (Crown Business Press, 2017). 40
Aminuddin, A. T. (2017). Instagram: Bingkai kasus agama di media sosial. Jurnal The
Messenger, 9(2), 163-175.

Sumarwan, A. (2018). Memahami Framing Gerakan Sosial. Jurnal Basis, (1-2).

Anshori, M. (2014). Media komunitas, kredibilitas dan relasi sosial: framing komunikator dalam citizen
journalism. Jurnal Komunikasi Massa, 7(2), 167-176.

Hapsari, T. B. (2017). Audiens Framing: Peluang Baru dalam Penelitian Audiens. Jurnal
Aspikom, 1(6), 485-502.

Wahyuni, H. I. (2008). Kecenderungan “framing” media massa indonesia dalam meliput bencana
sebagai media event. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 11(3), 307-330.

Rizal, D. A., Nurhalim, M., Avicenna, M. P. Y., & Rofiq, H. (2022). ANALISIS FRAMING
GERAKAN SOSIAL AKSI CEPAT TANGGAP (ACT) DI MEDIA SOSIAL. KOMUNIKASIA: Journal of
Islamic Communication and Broadcasting, 2(1), 18-36.

Alex Sobur. 2009. Analisis Teks Media, suatu pengantar Analisis wacana, Semiotik dan Analisis
Framing, Cet. Ke-5, Remaja Rosdakarya. Bandung. 162

Eriyanto. 2009. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Cet. Ke-6, LKiS,
Yogyakarta. 10

Anda mungkin juga menyukai