Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nabila Trisya Fathiyah

NIM : 07011282328114

Jokowi dituduh menyalahgunakan kekuasaan Intelijen untuk


mengawasi Partai Politik

Pernyataan Presiden Joko Widodo (jokowi) bahwa ia punya data intelijen lengkap soal
situasi dan arah dukungan partai politik memantik berbagai reaksi publik. Di hadapan para
relawan pendukungnya di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (16/9), dia mengaku mendapatkan data itu
dari Polri, TNI, hingga Badan Intelijen Negara (BIN). Wakil Direktur Imparsial Ardi Manto
Adiputra menjelaskan parpol tidak boleh menjadi target operasi intelijen dengan cara-cara yang
bertentangan dengan undang-undang. Ia mengatakan parpol merupakan elemen penting sebuah
negara demokrasi. Ardi menjelaskan intelijen dapat beroperasi jika partai politik terindikasi
terafiliasi atau terlibat dengan jaringan terorisme atau bersekongkol dengan kepentingan asing
untuk menjual kedaulatan negara. "Sulit diterima akal sehat apa alasan intelijen dikerahkan untuk
mencari informasi terkait data, arah perkembangan partai politik. Hal ini jelas-jelas merupakan
bentuk penyalahgunaan intelijen," kata Ardi. Dia menjelaskan prinsip intelijen merupakan aktor
keamanan yang berfungsi memberikan informasi kepada presiden yang terkait dengan ancaman
terhadap keamanan nasional. Hal ini disebutkan Pasal 1 angka 1 dan 2 UU Nomor 17 Tahun
2011 tentang Intelijen Negara. Berangkat dari itu, Ardi menegaskan pernyataan Jokowi tersebut
mengindikasikan adanya penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) terhadap alat-alat
keamanan negara untuk tujuan politik presiden. "Hal ini tidak bisa dibenarkan dan merupakan
ancaman bagi kehidupan demokrasi di Indonesia," ucap dia.

Banyak yang beranggapan bahwa alasan mengapa Jokowi memberitahukan bahwa saat
ini ia sedang memantau parpol adalah karena Jokowi ingin pamer kekuasaan karena ia
mengumumkan hal tersebut ke publik. Namun banyak juga yang beranggapan berbeda. Beberapa
kemungkinan alasan yang menyebabkan Jokowi mengumumkan bahwa dia mengetahui
pergerakan parpol ke publik, yaitu :

1. Berusaha untuk memberikan tekanan pada parpol untuk melakukan kerjasama dengan
partainya sendiri atau partai lain yang dia dukung.
2. Berusaha untuk memengaruhi public opinion dan memberikan citra positif tentang dia
atau partainya.
3. Berusaha untuk memfasilitasi komunikasi antara partai-partai yang telah dia kenal
sebelumnya dan parpol yang masih belum memiliki keputusan atau kebijakan yang jelas.

Ini adalah beberapa kemungkinan alasan yang mungkin terjadi. Namun, perlu diingat
bahwa ini hanya spekulasi dan bisa saja ada alasan lain yang lebih valid yang tidak kita ketahui.

Badan Intelijen Negara (BIN) bertugas untuk memberikan rekomendasi dan informasi
kepada Presiden maupun Wakil Presiden dalam mengambil keputusan strategis. Namun data
yang diperoleh BIN harus diambil dari sumber yang sah dan tidak boleh melanggar hak asasi
manusia. Pengawasan kegiatan intelijen di Indonesia dilakukan oleh Komisi Perlindungan Hak
Asasi Manusia (KOMNAS HAM) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Faktanya :

1. BIN dibentuk pada tahun 2001 dan berfungsi sebagai badan intelijen yang bertanggung
jawab langsung kepada Presiden.
2. Satuan tugas intelijen TNI dan Polri juga beroperasi secara independen.

Pengawasan partai politik oleh intelijen dapat melanggar hak asasi manusia. Pelanggaran
hukum yang terjadi bisa berkaitan dengan pengumpulan dan pengolahan data, serta
penyalahgunaan informasi intelijen untuk kepentingan tertentu. - Komnas HAM

Hal negatif yang muncul karena isu ini adalah :

1. Pengabaian aturan hukum dan prosedur politik: Jika isu ini tidak ditangani dengan baik,
dapat menyebabkan pengabaian aturan hukum dan prosedur politik yang berlaku, serta
memiliki dampak buruk bagi proses politik di Indonesia.
2. Pembatasan kebebasan berbadan dan berorganisasi: Jika isu ini dijadikan sebagai alasan
untuk membatasi kebebasan berbadan dan berorganisasi yang dijamin oleh konstitusi, itu
dapat memiliki dampak negatif bagi masyarakat yang ingin terlibat secara aktif dalam
proses politik.
3. Meningkatkan konflik politik: Jika isu ini tidak ditangani dengan baik, dapat
memperburuk konflik politik yang sudah ada dan memicu terjadinya permasalahan
politik baru. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas politik dan keamanan di Indonesia.
4. Menurunkan citra pemerintah: Jika isu ini disebarkan secara besar-besaran, dapat
menurunkan citra pemerintah dan memiliki dampak buruk bagi dukungan masyarakat
terhadap pemerintah.

Walaupun terdapat banyak hal negatif yang dihasilkan oleh isu ini, tetapi ada juga
beberapa hal postif yang didapat dari isu ini, seperti :

1. Penekanan pada demokrasi dan prinsip-prinsip hukum: Isu ini mengingatkan pemerintah
dan masyarakat untuk tetap mematuhi prinsip-prinsip demokrasi dan hukum yang
berlaku, serta menghargai hak-hak konstitusional para partai politik dan warga negara.
2. Meningkatkan keterbukaan dan transparansi: Isu ini juga memperkuat transparansi dan
keterbukaan dalam prosedur politik. Dengan demikian, masyarakat dapat memantau dan
mengawasi lebih memadai terhadap prosedur politik dan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya politik: Isu ini dapat membantu
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya politik dan peran mereka dalam
proses politik. Selain itu, isu ini dapat memotivasi lebih banyak orang untuk terlibat
secara aktif dalam proses politik dan memberikan hak suara mereka pada pemilu.

Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa pemimpin politik memiliki tanggung
jawab untuk bersikap transparan dan menghormati proses politik yang adil dan terbuka. Dengan
menggunakan kekuatannya untuk memata-matai partai politik, Jokowi mungkin telah melanggar
prinsip tersebut dan merusak kepercayaan publik pada proses politik. Tetapi hal ini juga
memiliki beberapa dampak positif. Oleh karena itu, penting bagi pemimpin politik untuk
memastikan bahwa mereka menghormati nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia dan
menjaga citra mereka sebagai pemimpin yang transparan dan dapat dipercaya. Dan selain itu,
penting bagi masyarakat untuk tetap kritis dan mengawasi proses politik secara aktif.

Anda mungkin juga menyukai