Anda di halaman 1dari 4

Tekankan Nilai Pancasila untuk Tangkal Penyebaran Berita Hoax

Tekankan Nilai Pancasila untuk Tangkal Penyebaran Berita Hoax

Oleh Yolanda Hasian Ambarita

Akhir-akhir ini Indonesia sedang dilanda maraknya pemberitaan palsu atau hoax. Hoax merupakan
informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Kini, hoax
menjadi trend dan perbincangan dalam kalangan masyarakat. Keadaannya dianggap sangat
meresahkan publik yang mana dapat menjadi suatu ancaman perpecahan bangsa. Seiring dengan
perkembangan teknologi, media online menjadi sangat berperan dalam penyebaran suatu informasi.
Melihat masyarakat yang mudah terpengaruh tanpa mencari tahu akan kebenarannya dapat
menjadi suatu permasalahan.

Menurut Suparman, sebelum terlalu jauh mempengaruhi pola kehidupan bangsa secara ke arah
negatif, maka kita harus kembali kepada pijakan awal berdirinya sebuah negara bangsa ini. Pijakan
awal tersebut adalah falsafah bangsa-bangsa yang mendasari berdirinya negara bangsa ini, yaitu
Pancasila.

Pancasila merupakan dasar yang dapat menyaring kemajuan global demi kemajuan dan
kemakmuran.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara mengandung nilai-nilai yang
dijadikan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Nilai-nilai tersebut terdapat dalam sila-sila yang ada dalam Pancasila.

Pada sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengajarkan setiap individu harus merasa takut
kepada sang pencipta saat hendak menyebarkan pemberitaan palsu atau hoax serta harus dapat
mengedepankan nilai kejujuran. Pada sila kedua yang berbunyi, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, mengajarkan kita sebagai manusia yang bermartabar agar tidak berlaku sewenang-wenang
terhadap orang lain. Salah satu contohnya ialah menyebarkan informasi hoax yang bersifat
menjatuhkan ataupun berisikan hujatan terhadap orang lain, sebab kita selaku makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa memiliki derajat yang sama.

Selain itu, pada sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia, mengajarkan kesadaran bagi masyarakat
bahwa informasi hoax dapat sangat berbahaya karena dapat memecah belah bangsa. Pada sila
keempat yang berbunyi, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan, megajarkan kita bahwa setiap pengambilan keputusan yang
menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu harus selalu mengedepankan musyawarah untuk
mencapai mufakat.

Penyebaran informasi hoax dan ujaran kebencian kini kian masif menjelang momentum Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) 2018 dan Pemilihan Presiden 2019. Penyebarannya dapat menyebabkan
konflik antarkelompok dan krisis kepercayaan yang mengancam kualitas demokrasi Indonesia di
masa depan.

Hal ini tentu menyelewengkan sila keempat yang mana lebih mementingkan kepentingan masing-
masing kelompok dan individu. Terakhir, pada sila kelima, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia, mengajarkan setiap Warga Negara Indonesia harus diperlakukan secara adil sesuai
dengan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Sila ini mengingatkan kita agar dapat lebih mengembangkan perbuatan-perbuatan terpuji, dalam
kasus ini ialah bersikap lebih teliti terhadap pemberitaan yang kurang jelas dan meninggalkan segala
penyebaran pemberitaan palsu. Hal tersebut akan senantiasa mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotong-royongan, serta mencintai kemajuan dan pembangunan bangsa. (*)

Penulis adalah mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

https://www.bantennews.co.id/tekankan-nilai-pancasila-untuk-tangkal-penyebaran-berita-hoax/
Andi Arief, tujuh kontainer berisi surat suara dan hoaks lain terkait pilpres
Komisi Pemilihan Umum memastikan isu terkait tujuh kontainer berisi surat suara yang sudah
tercoblos adalah kabar bohong atau hoaks. Isu ini menambah daftar 62 konten hoaks yang berkaitan
dengan pemilihan legislatif dan presiden.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) melaporkan kasus hoaks surat suara ke Bareskrim Mabes Polri pada
Kamis (03/01) siang untuk ditindaklanjuti oleh pihak berwenang.

"Kami ingin penyebar hoaks ini bisa ditangkap," ujar Arif Budiman pada Kamis (03/01).

Pada Rabu malam, KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) melakukan inspeksi mendadak di
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, untuk membuktikan kabar yang menyebut adanya tujuh
kontainer dari Cina yang dikabarkan di dalamnya terdapat 10 juta surat suara pemilihan presiden di
setiap kontainer, yang sudah tercoblos untuk nomor urut 1, yaitu pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf
Amin.

Tak lama kemudian, Ketua KPU Arief Budiman memastikan bahwa isu tersebut adalah kabar bohong.
Dia pula menampik kabar adanya anggota TNI AL yang pertama kali menemukan kontainer itu dan
KPU sudah menyita satu kontainer berisi surat suara yang tercoblos-yang mengimplikasikan
kebenaran kabar tersebut.

"Kali ini kami memastikan berdasarkan keterangan yang diberikan bea cukai, tidak ada berita
tentang tujuh container tersebut. Itu tidak benar dan tidak ada juga kabar bahwa ada TNI AL yang
menemukan dan tidak benar bahwa KPU dikatakan telah menyita satu container tersebut. Jadi
semua berita itu bohong," ujar Arief dalam konferensi pers usai melakukan pengecekan di
Pelabuhan Tanjung Priok, Kamis (03/01) dini hari.

Dia pula menghimbau pihak berwenang untuk melacak orang yang menyebarkan berita bohong yang
menurutnya, 'mendeligimitasi penyelenggaraaan pemilu'.

"Orang-orang jahat yang menganggu pemilu kita, yang mendeligitimasi penyelenggara pemilu harus
ditangkap. Kami akan lawan itu, " tegasnya.

"Jadi kami sangat berharap pelakunya segera bisa ditangkap," imbuh Arief.

Sebelumnya, melalui akun pribadinya di media sosial twitter @AndiArief_, Wakil Sekjen Partai
Demokrat Andi Arief turut berkomentar soal dugaan surat suara tercoblos.

Andi meminta KPU untuk mengecek langsung terkait kebenaran informasi tujuh kontainer berisi
surat suara tercoblos di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Andi pula menyebut adanya rekaman suara yang menyebut ada tujuh kontainer yang baru tiba dari
Cina, yang isinya adalah surat suara yang sudah tercoblos.

Menurutnya, informasi ini telah beredar di kalangan politisi.

Twit itu dihapus Andi Arief tak lama setelah KPU dan Bawaslu memeriksa langsung kebenaran
informasi tersebut.

Buntut dari kabar bohong soal surat suara tercoblos ini, Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo
- Ma'ruf Amin mempertimbangkan untuk membawa kasus penyebaran hoaks yang diduga dilakukan
Andi Arief ke ranah hukum.
Wakil Ketua TKN Joko Widodo - Ma'ruf Amin Abdul Kadir Karding mengungkapkan semestinya
sebelum menyebarkan kabar tersebut, Andi Arief perlu melakukan validasi terlebih dahulu. Apalagi,
hingga saat ini kertas suara bahkan belum dicet ak oleh KPU.

"Logikanya, mana mungkin bisa ada tujuh kontainer [surat suara] yang sudah tercoblos untuk
[nomor urut] 01, sementaranya kertas suaranya belum dicetak," ujar Abdul Kadir Karding.

"Oleh karena itu yang membuat hoaks mesti ditangkap, termasuk yang ikut menyebarkan juga mesti
diselidiki oleh hukum. Kalau betul menyebar dan punya bukti, perlu juga ditangkap," tegasnya.

Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ferdinand
Hutahaean yang membela Andi Arief, beralasan apa yang dilakukan oleh Andie Arief bukanlah
menyebar berita bohong, namun 'meminta klarifikasi dan meminta dilakukan pengecekan supaya
tidak menjadi fitnah'.

"Justru Andi Arief itu ingin membuka kebenaran dibalik beredarnya isu itu," tegas Ferdinand.

"Justru KPU dan Jokowi harus berterima kasih kepada Andi Arief karena dengan cuitannya itu lah
maka Jokowi diselamatkan dari fitnah, diselamatkan dari tuduhan dan praduga kecurangan,"
imbuhnya kemudian.

Hoaks tujuh kontainer berisi surat suara tercoblos ini menambah daftar panjang konten hoaks
terkait pemilu legislatif dan pemilihan presiden.

Berdasar data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, terdapat 62 konten hoaks yang
tersebar di internet dan media sosial berkaitan dengan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden
dan wakil presiden per Agustus hingga Desember 2018.

Penyebaran hoaks ini diperoleh Kominfo dari media sosial, seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan
aplikasi pesan WhatsApp.

"Ada 62 konten yang kami kategorikan sebagai hoaks setelah kami melakukan verifikasi, baik
verifikasi faktual maupun verifikasi melalui mesin pengais konten kami," ujar Pelaksana Tugas Kepala
Biro humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Ferdinandus Setu.

Dari jumlah tersebut, kebanyakan hoaks yang beredar kebanyakan menyerang pasangan Joko
Widodo - Ma'ruf Amin yang dimaksudkan untuk 'mendiskreditkan pemerintahan Jokowi'.

"Sekitar 60an persen memang lebih cenderung untuk mendiskreditkan pemerintahan Jokowi-JK hari
ini yang secara hitung-hitungan politik 2019, memang cenderung akan merugikan capres petahana,"
ungkapnya.

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46744492

Anda mungkin juga menyukai