Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL

TEKNIK PEMERIKSAAN THORAX PA PADA PASIEN EFUSI


PLEURA

DI INSTALASI RADIOLOGI RS HELSA JATIRAHAYU

PERIODE 01 FEBRUARI - 06 MARET 2021

DISUSUN OLEH:

INEZ NABILA MULIANI

P21140219030

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN


RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode I
dan dapat menyusun laporan kasus yang berjudul “TEKNIK PEMERIKSAAN THORAX PA
PADA PASIEN EFUSI”. Penyusunan laporan kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
pada Praktek Kerja Lapangan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta II yang berlangsung dari tanggal 01 Februari – 06 Maret 2021.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan
laporan ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih atas segala dukungan dan bantuan
sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik.

Jakarta, 27 Februari 2021

Penulis

Page | i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Studi Kasus pada Praktek Kerja Lapangan dengan Judul:

TEKNIK PEMERIKSAAN THORAX PA

Disusun oleh:

Inez Nabila Muliani

P21140219030

Telah disetujui oleh Pembimbing dan Instruktur Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Instalasi
Radiologi RS Helsa Jatirahayu.

Pada Tanggal 1 Februari 2021

Instruktur dan Pembimbing PKL di Instalasi Radiologi RS Helsa Jatirahayu

Menyatakan, Menyutujui,

Mahasiswa Instruktur PKL

Page | ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR__________________________________________________________________i
LEMBAR PERSETUJUAN_____________________________________________________________ii
DAFTAR ISI_________________________________________________________________________iii

BAB I PENDAHULUAN_______________________________________________________________1
1.1 LATAR BELAKANG__________________________________________________________1
1.2 RUMUSAN MASALAH________________________________________________________2
1.3 TUJUAN PENULISAN________________________________________________________2
1.4 MANFAAT PENULISAN______________________________________________________2

BAB II DASAR TEORI________________________________________________________________3


2.1 ANATOMI___________________________________________________________________3
2.2 PATOLOGI__________________________________________________________________8
2.3 TEKNIK PEMERIKSAAN____________________________________________________12

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN__________________________________________________17


3.1 Hasil_______________________________________________________________________17
3.2 Pembahasan_________________________________________________________________18

BAB IV Kesimpulan dan Saran_________________________________________________________20


4.1 Kesimpulan_________________________________________________________________20
4.2 Saran______________________________________________________________________20

DAFTAR PUSTAKA_________________________________________________________________21

Page | iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sinar–X merupakan gelombang elektromagnetik yang mempunyai panjang
gelombang pendek. Sejarah ditemukannya Sinar–X adalah suatu perkembangan dari
bidang teknologi dunia fisika dimulai dari tahun 1895 saat Wilhelm Conrad roentgen
menemukan Sinar-X. Penggunaan sumber radiasi dalam berbagai jenis dan kegiatan,
seperti bidang industri, bidang kedokteran, penelitian dan pelatihan telah meningkat
dengan pesat.

Pada bidang radiologi manfaat Sinar-X sangat banyak salah satunya digunakan
untuk melakukan pencitraan terhadap tubuh manusia. Salah satu dari pemanfaatan sinar-x
pada pemeriksaan radiologi antara lain pada pemeriksaan Thorax. Pemeriksaan thorax
berfungsi untuk menilai keadaan, menampakkan struktur anatomi pada thorax, fisiologi
dan kelainan yang ada pada thorax. Salah satu kelainan yang ada pada thorax yaitu efusi
pleura.

Efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu rongga di antara
lapisan pleura yang membungkus paru-paru dengan lapisan pleura yang menempel pada
dinding dalam rongga dada. Kondisi ini umumnya merupakan komplikasi dari penyakit lain.

Penyakit paru dan saluran pernapasan seperti efusi pleura dikarenakan menghirup
udara kotor akibat polusi kendaraan bermotor sebanyak 20% penduduk di dunia. Kasus
efusi pleura menjadi salah satu masalah utama di Indonesia dan negara
berkembanglainnya. Jumlah prevalensi kasus efusi pleura pada perempuan 66,7% dan
laki-laki 33,3% di RS Dokter Kariadi Semarang (Tobing, 2013).

Page | 1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Efusi Pleura?
2. Apa saja Anatomi dari Paru – Paru?
3. Apa saja Klasifikasi dari Efusi Pleura?
4. Apa saja Etiologi dari Efusi Pleura?
5. Bagaimana cara pengobatan dari Efusi Pleura?
6. Bagaimana Teknik Radiografi pemeriksaan Thorax dengan kasus Efusi Pleura?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Menyelesaikan tugas laporan makalah tentang kasus pada pemeriksaan radiologi
bidang konvensional
2. Untuk mengetahui definisi dari Efusi Pleura
3. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Efusi Pleura
4. Untuk mengetahui Anatomi dari Paru - Paru
5. Untuk mengetahui Etiologi dari Efusi Pleura
6. Untuk mengetahui cara pengobatan dari Efusi Pleura

1.4 MANFAAT PENULISAN


1. Mengetahui Teknik Radiografi pemeriksaan Thorax pada pasien dengan kasus Efusi
Pleura
2. Agar mahasisawa lebih paham dan terbiasa dengan berbagai istilah-istilah, baik
istilah dalam pemosisian pasien, istilah-istilah bagian tubuh, proyeksi, posisi
radiografi, proteksi radiasi dan hal penting lainnya,  terutama pada kasus trauma.
3. Mahasiswa dapat dengan baik dan benar mempraktekan pemosisian radiografi pada
pemeriksaan thorax dengan kasus efusi pleura dan dapat menerapkannya nanti di
dalam dunia kerja sebagai seorang radiografer.

Page | 2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 ANATOMI
Paru-paru merupakan organ yang lunak, spongious dan elastis, berbentuk kerucut
ataukonus, terletak dalam rongga toraks dan di atas diafragma, diselubungi oleh membran
pleura. Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) yang tumpul di kranial dan basis
(dasar)yang melekuk mengikuti lengkung diphragma di kaudal. Pembuluh darah paru,
bronkus, saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian hilus.

Struktur atau bagian-bagian dari paru-paru. Paru-paru itu sendiri sangat penting


bagi tubuh manusia, sebab salah satu fungsi paru-paru adalah memasukkan oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida ketika tubuh menghirup udara.

Page | 3
Gambar 1. Anatomi Paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung-gelembung alveoli ini
terdiri dari sel-sel epitel dan dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih
kurang 90 m2 pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan
CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah yang terdapat pada paru-paru kiri dan kanan.

Page | 4
Gambar 2. Bagian Kanan dan Kiri Paru

Paru - Paru sendiri dibagi menjadi dua, yakni: Paru – Paru kanan terdiri dari 3
Lobus (Belah Paru) dan Paru – Paru kiri terdiri dari 2 lobus. Lobus pada paru
paru kanan adalah lobus superius, lobus medius, dan lobus inferius. Lobusmedius dan
lobus inferius dibatasi fissura horizontalis. Lobus inferius dan medius dipisahkan
fissura oblique. Lobus pada paru paru kiri adalah lobus superius dan lobus inferius yg
dipisahkan oleh fissura oblique. Tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih
kecil bernama segment.

Paru - paru kiri mempunyai 10 segment yaitu :

 5 buah segment pada lobus superior dan,


 5 buah segment pada inferior

Paru - paru kanan mempunyai 10 segment yakni :

 5 buah segment pada lobus inferior


 2 buah segment pada lobus medialis
 3 buah segment pada lobus inferior

Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus
terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak
sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir
pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm

Adapun Struktur paru-paru sebagi berikut:


1. Trakea (Tenggorokan)
Trakea adalah saluran pernapasan bawah lanjutan dari laring, yang
menghantarkan udara menuju ke pulmo untuk mengalami proses difusi.
2. Bronkus

Page | 5
Bronkus adalah cabang batang yang menghubungkan paru – paru kiri dan kanan
serta lanjutan dari trakea berupa saluran konduksi udara dan sebagai tempat difusi
oksigen-karbon dioksida di ujung terminal dibagian yang berkaitan langsung dengan
alveolus. Bronkus principalis (bronkus primer) terdiri atas bronkus principalis dekstra
(yang akan menuju ke pulmo dekstra) serta bronkus principalis sinistra (yang akan
menuju ke pulmo sinistra). 

3. Bronkiolus
Cabang bronkus yang bermuara di alveoli.
4. Alveolus
Pertukaran oksigen serta karbon dioksida difusi. Kantung udara kecil yang muncul
dari bronkiolus. Ada sekitar 300-400.000.000 alveoli dalam paru-paru orang dewasa.
Rata-rata diameter dari alveolus ialah sekitar 200 sampai 300 mikron.
5. Pleura
Selaput yang melapisi paru - paru
6. Diafragma
Serat otot yang membentuk perbatasan antara rongga dada dan ronga perut. Terdiri
dari otot dan pembuluh darah serta saraf yang disebut saraf frenikus

Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea,
dan paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian, yakni saluran pernafasan
atas dan saluran pernafasan bawah. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan
external, oksigen di pungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernafas, oksigen
masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli dan dapat erat hubungan dengan
darah didalam kapiler pulmunaris.

Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen dan darah
oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan
dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah
meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm hg dan tingkat ini hemoglobinnya
95%. Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan. Metabolisme

Page | 6
menembus membran alveoli, kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa
bronchial, trakea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis dan
parietalis. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial, jaringaan ikat,
dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis. Membran serosa
yang membungkus parekim paru disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa
yang melapisi dinding thorak, diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis.
Rongga pleura terletak antara paru dan dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan
cairan yang tipis ini berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan
pleura ini bersatu pada hillus paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura
viseralis dan parietalis, diantaranya:
1. Pleura Visceralis
Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm.
Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit. Di bawah sel-sel mesothelial ini
terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit, di bawahnya terdapat lapisan
tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik. Lapisan terbawah terdapat
jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari
a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe Menempel kuat pada jaringan
paru fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan pleura.

2. Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen
dan elastis). Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a.
Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf
sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan
berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada.
Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya Fungsinya untuk
memproduksi cairan pleura.

Page | 7
Gambar 3. Tampilan depan paru dan pleura

2.2 PATOLOGI
A. Definisi Efusi Pleura
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu rongga di antara
lapisan pleura yang membungkus paru-paru dengan lapisan pleura yang menempel pada
dinding dalam rongga dada. Kondisi ini umumnya merupakan komplikasi dari penyakit lain.
Dalam konteks ini perlu di ingat bahwa pada orang normal rongga pleura ini juga
selalu ada cairannya yang berfungsi untuk mencegah melekatnya pleura viseralis dengan
pleura parietalis, sehingga dengan demikian gerakan paru (mengembang dan mengecil)
dapat berjalan dengan mulus. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura
sekitar 10-20 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada
cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
Ada beberapa jenis cairan yang bisa berkumpul di dalam rongga pleura antara lain
darah, pus, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi. Adapun
jenis-jenis cairan yang terdapat pada rongga pleura antara lain:

a. Hidrotoraks

Page | 8
Pada keadaan hipoalbuminemia berat, bisa timbul transudat. Dalam hal ini
penyakitnya disebut hidrotorak dan biasanya ditemukan bilateral. Sebab-sebab lain
yang mungkin adalah kegagalan jantung kanan, sirosis hati dengan asites, serta
sebgai salah satu tias dari syndroma meig (fibroma ovarii, asites dan hidrotorak).
b. Hemotoraks
Hemotorak adalah adanya darah di dalam rongga pleura. Biasanya terjadi
karena trauma toraks. Trauma ini bisa karna ledakan dasyat di dekat penderita, atau
trauma tajam maupu trauma tumpul. Kadar Hb pada hemothoraks selalu lebih besar
25% kadar Hb dalam darah. Darah hemothorak yang baru diaspirasi tidak membeku
beberapa menit. Hal ini mungkin karena faktor koagulasi sudah terpakai sedangkan
fibrinnya diambil oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi segera membeku,
maka biasanya darah tersebut berasal dari trauma dinding dada. Penyebab lainnya
hemotoraks adalah:
 Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke
dalam rongga pleura.
 Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang
kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura.
 Gangguan pembekuan darah, akibatnya darah di dalam rongga pleura tidak
membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melelui
sebuah jarum atau selang.

c. Empiema
Bila karena suatu infeksi primer maupun sekunder cairan pleura patologis
iniakan berubah menjadi pus, maka keadaan ini disebut piotoraks atau empiema.
Pada setiap kasus pneumonia perlu diingat kemungkinan terjadinya empiema
sebagai salah satu komplikasinya. Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
 Pneumonia
 Infeksi pada cedera di dada
 Pembedahan dada

d. Chylotoraks

Page | 9
Kilotoraks adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan kil/getah
bening pada rongga pleura. Adapun sebab-sebab terjadinya kilotoraks antara lain:
 Kongenital, sejak lahir tidak terbentuk (atresia) duktus torasikus, tapi terdapat
fistula antara duktus torasikus rongga pleura.
 Trauma yang berasal dari luar seperti penetrasi pada leher dan dada, atau
pukulan pada dada (dengan/tanpa fratur). Yang berasal dari efek operasi daerah
torakolumbal, reseksi esophagus 1/3 tengah dan atas, operasi leher, operasi
kardiovaskular yang membutuhkan mobilisasi arkus aorta.
 Obstruksi Karena limfoma malignum, metastasis karsinima ke mediastinum,
granuloma mediastinum (tuberkulosis, histoplasmosis). Penyakit-penyakit ini
memberi efek obstruksi dan juga perforasi terhadap duktus torasikus secara
kombinasi. Disamping itu terdapat juga penyakit trombosis vena subklavia dan
nodul-nodul tiroid yang menekan duktus torasikus dan menyebabkan
kilotoraks.

B. Etiologi dan Klasifikasi Efusi Pleura


Efusi pleura merupakan hasil dari ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan
tekanan onkotik. Efusi pleura merupakan indikator dari suatu penyakit paru atau non
pulmonary, dapat bersifat akut atau kronis. Meskipun spektrum etiologi efusi pleura
sangat luas, efusi pleura sebagian disebabkan oleh gagal jantung kongestif, pneumonia,
keganasan, atau emboli paru.

Efusi pleura umumnya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme pembentukan


cairan dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu atas transudat atau eksudat. Transudat hasil
dari ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dengan tekanan hidrostatik, sedangkan
eksudat adalah hasil dari peradangan pleura atau drainase limfatik yang menurun. Dalam
beberapa kasus mungkin terjadi kombinasi antara karakteristk cairan transudat dan
eksudat.

Klasifikasi berdasarkan mekanisme pembentukan cairan:

a) Transudat

Page | 10
Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah
transudat. Transudat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara tekanan
kapiler hidrostatik dan koloid osmotic, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi
pleura melebihi reabsorpsinya oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada:
1. Meningkatnya tekanan kapiler sistemik
2. Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner
3. Menurunnya tekanan koloid osmotic dalam pleura
4. Menurunnya tekanan intra pleura
Penyakit - penyakit yang menyertai transudat adalah:
a. Gagal jantung kiri (terbanyak)
b. Atelektasis Paru
c. Sindrom nefrotik
d. Obstruksi vena cava superior
e. Penyakit Endokrin: hipoalbuminemia, myxedema
f. Uropati Obstruktif yang meyebabkan terjadinya urinothorax

b) Eksudat
Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membrane kapiler yang
permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan
protein transudat. Bila terjadi proses peradangan maka permeabilitas kapiler
pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat
atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab
pleuritis eksudatif yang paling sering adalah karena mikobakterium tuberkulosis
dan dikenal sebagai pleuritis eksudatif tuberkulosa. Protein yang terdapat dalam
cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran
protein getah bening ini (misalnya pada pleuritis tuberkulosis) akan menyebabkan
peningkatan konsentasi protein cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.

Penyakit yang menyertai eksudat, antara lain:


a. Infeksi (tuberkulosis, pneumonia)
b. Keganasan: Kanker Payudara, Leukimia, Melanoma

Page | 11
c. Tumor pada pleura
d. Penyakit Inflamasi: Rheumatoid, Lupus
e. Linfark paru
f. Karsinoma bronkogenik
g. Hemothorax
h. Radiasi
i. Penyakit dan jaringan ikat/ kolagen/ SLE (Sistemic Lupus Eritematosis).
j. Emboli Paru
C. Gejala Efusi Pleura
1. NyerI Dada
2. Batuk kering
3. Demam
4. Sering cegukan
5. Kesulitan bernapas saat berbaring
6. Sesak napas

D. Pengobatan Efusi Pleura

 Mengonsumsi antibiotic

Antibiotik biasanya akan diresepkan oleh dokter apabila efusi pleura disebabkan
oleh penyakit seperti pneumonia dan empiema.

 Kemoterapi atau Radioterapi

Jika penumpukan cairan pada pleura diakibatkan oleh adanya penyakit seperti
kanker paru dan limfoma, maka dokter akan menjalankan prosedur kemoterapi dan
radioterapi untuk mengurangi sel kanker.

 Obat diuretik

Pemberian obat diuretik biasanya dilakukan apabila pasien mengidap penyakit yang
berhubungan dengan jantung, seperti gagal jantung kongestif.

Page | 12
2.3 TEKNIK PEMERIKSAAN

1) Persiapan Pasien
Pada dasarnya pemeriksaan Thorax tidak membutuhkan persiapan khusus. Pasien
hanya melepaskan benda asing serta logam yang berada di sekitar leher dan dada
pasien agar tidak mengganggu gambaran radiografi. Sebaiknya jika pasien
perempuan yang mempunyai rambut panjang hendaknya diikat agar tidak
menutupi daerah punggung / dada.
2) Alat dan Bahan:
 Pesawat Sinar-X (GE)
 Computer Radiografi (CR)
 Personal Computer (PC)
 Imaging Plate 35 x 43 cm
 Grid

3) Teknik Radiografi
A. Proyeksi AP Supine
a) Posisi Pasien:
Pasien diposisikan Supine (Tidur Terlentang) di atas meja
pemeriksaan dengan keduaa tangan di samping tubuh.

Gambar 4. AP Supine

b) Posisi Objek:

Page | 13
 MSP tubuh sejajar pertengahan kaset
 Batas atas 1.5 inchi atau 3 jari dia atas bahu
 Sesuaikan kedua bahu pada bidang transversal yang sama
 Mintalah pasien untuk tahan nafas pada saat inspirasi penuh
c) CR : Horizontal tegak lurus pada kaset
d) CP : Pada T7 atau setinggi axilla
e) FFD : 150-180 cm
f) Faktor Eksposi : 68 kV 6,3 mAs
g) Ukura Kaset : 35 x 43 cm
h) Kriteria Gambar :
 Apex paru harus terlihat
 Foto mencakup keseluruhan thorax
 Bagian bawah sinus costhoprenicus tidak terpotong
 Gambaran diafragma mencapai iga ke – IX
 Columna vertebralis thoracalis tampak s/d ruas keempat
 Dinding Lateral tidak terpotong
 Clavicula lebih tinggi dan ribs terlihat lebih horizontal

Gambar 5. Hasil Gambar Thorax AP Supine

Page | 14
B. Proyeksi Postero Anterior (PA)
a) Posisi Pasien
Pasien diposisikan dalam keadaan Erect / berdiri menghadap bucky
stand.

Gambar 6. PA Erect

b) Posisi Objek  :    


 Tempatkan MSP tubuh berada pada pertengahan kaset
 Letakkan dagu pada tepi atas kaset (Posisi Mendongak)
 Sesuaikan kaset untuk memproyeksikan kira-kira 1,5 inch diatas
bahu agar terlihat bagian apex paru

Page | 15
 Letakkan kedua punggung tangan pasien di atas Crista Illiaca/hip
dan rotasikan kedua elbow ke anterior sehingga shulder
menyentuh bagian kaset dan scapula tertarik ke arah lateral (untuk
menghindari superposisi scapula dengan paru-paru)
 Sesuaikan kedua bahu pada bidang transversal yang sama
 Mintalah pasien untuk tahan nafas pada saat inspirasi penuh

c) CR : Horizontal tegak lurus kaset


d) CP : Pada T7 atau setinggi axilla
e) FFD : 150-180 cm
f) Faktor Eksposi : 68 kV 6,3 mAs
g) Ukuran Kaset : 35 x 43 cm

h) Kriteria Gambar :
 Apex paru harus terlihat
 Eksposi sebaiknya dilakukan pada saat inspirasi penuh:
costae ke-10 posterior dan costae ke-6 anterior harus
tampak diatas diafragma
 Pastikan bahwa bagian bawah diafragma terlihat pada dua
sisi, termasuk kedua sudut kostofrenikus
 Struktur paru-paru dan tulang belakang harus dapat terlihat
dibelakang jantung
 Kedua os scapula terlempar kearah lateral.

Page | 16
Gambar 7. Hasil Gambar Thorax PA Erect

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
1. Identitas Pasien
Pasien yang diangkat sebagai sumber dalam laporan ini memiliki identitas
sebagai berikut:
 Nama : R, Tn
 Umur : 27 tahun
 No. Foto : xxxxxx
 Jenis Kelamin : Laki-Laki (Male)
 Permintaan Foto : Thorax PA
 Ket. Klinis : Efusi Pleura
 Tanggal Pemeriksaan : 02-02-2021

2. Prosedur Pemeriksaan:
a) Menginput data pasien di computer
b) Membaca klinis yang ada di kertas formulir pasien dan memastikan
bagian tubuh mana yang akan dirontgen
c) Mempersiapkan kaset yang akan dimasukan ke dalam bucky stand

Page | 17
d) Memanggil nama pasien serta konfirmasi TTL sebelum masuk ke ruang
pemeriksaan
e) Mempersiapkan pasien untuk masuk ke dalam rungan pemeriksaan dan
melepas benda yang berlogam serta mengganti pakaian dengan baju
pasien yang sudah disediakan dari RS
f) Memposisikan pasien dengan tepat untuk pengambilan foto rontgen
g) Mengingatkan pasien setelah foto rontgen untuk berganti pakaiannya dan
hasil foto rontgen dibaca di image reader
h) Memberikan kertas untuk pengambilan hasil pemeriksaan sesuai dengan
tanggal yang ditentukan kepada pasien, lalu pasien meninggalkan
ruangan pemeriksaan

3.2 Pembahasan
1. Persiapan Pasien:
Pada dasarnya pemeriksaan Thorax tidak membutuhkan persiapan khusus. Pasien
hanya melepaskan benda asing serta logam yang berada di sekitar leher dan dada
pasien agar tidak mengganggu gambaran radiografi. Sebaiknya jika pasien
perempuan yang mempunyai rambut panjang hendaknya diikat agar tidak menutupi
daerah punggung / dada.

2. Persiapan Alat:
Alat yang disiapkan berupa Imaging Plate ukuran 35 x 43 cm dengan grid yang ada
di dalam buncky stand dan berukuran sama serta pesawat rontgen dengan
ketinggian tube dan faktor eksposi khusus Thorax PA: 68 kV 6,3 mAs.

3. Posisi Pasien
 Pasien diminta untuk berdiri menghadap bucky stand
 Imaging plate dimasukkan ke dalam bucky stand yang sudah ada grid, lalu
imaging plate diposisikan memanjang sejajar dengan dada pasien sehingga
hasil gambar mencakup sesuai kriteria gambar
 Pasien diminta untuk tidak bergerak agar posisi tepat pada MSL
 Central Point berada pada T7 atau setinggi axilla

Page | 18
 Central Ray horizontal tegak lurus pada imaging plate
 Pasien diberikan aba-aba untuk tahan nafas pada saat inspirasi penuh
 Eksposi

4. Hasil Pemeriksaan

Gambar 8. Hasil Pemeriksaan Thorax PA Erect pada pasien di RS Helsa Jatirahayu

Page | 19
Page | 20
BAB IV
Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
Pemeriksaan radiografi pasien pada kasus efusi pleura di RS Helsa Jatirahayu
dilakukan dengan proyeksi Thorax PA. Dari laporan diatas dapat diambil kesimpulan
yaitu Efusi pleura didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana terdapatnya cairan yang
berlebih jumlahnya di dalam cavum pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara pembentukan dan reabsorbsi (penyerapan) cairan pleura ataupun adanya cairan di
cavum pleura yang volumenya melebihi normal. Akumulasi cairan pleura melebihi
normal dapat disebabkan oleh beberapa kelainan, antara lain infeksi dan kasus keganasan
di paru atau organ luar paru. Proses pemosisian pasien tidak harus dilakukan sesuai teori,
namun tetap menghasilkan hasil gambaran yang sesuai dengan kriteria. Sebagai
radiografer, kita harus bisa dan berusaha se kreatif mungkin untuk tetap menghasilkan
gambaran sesuai dengan kriteria walaupun pasien tersebut tidak kooperatif.

4.2 Saran
Saran yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini adalah kita sebagai
mahasiswa calon radiografer harus mengetahui teknik pemeriksaan khusus yang akan
diterapkan untuk pemeriksaan radiografi pada penderita Efusi Pleura pada pemeriksaan
Thorax PA di RS Helsa Jatirahayu. Faktor eksposi diatur sedemikian mungkin agar tetap
menghasilkan gambaran yang bagus namun mengurangi dosis paparan pada pasien.

Page | 21
DAFTAR PUSTAKA
Merrill___Atlas_of_Radiographic_Positions__amp__Radiologic_Procedures__vol_1

http://eprints.ums.ac.id/74751/2/BAB%20I.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15031/e.%20Bab%20I.pdf?
sequence=5&isAllowed=y

https://www.alodokter.com/efusi-pleura

https://dokumen.tips/documents/laporan-kasus-efusi-pleura-57911e6e044d2.html

Page | 22

Anda mungkin juga menyukai