Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PANJANG PADA TN R DENGAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI DI RUANG PRABU KRESNA RSUD K.R.M.T


WONGSONEGORO

Di susun Oleh :
Shofiani Dwi Khasanah ( G0E018013 )
Pujiati Puja Lestari ( G0E018015)
Devi Rahma Nila Latifi ( G0E119001)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2020

1
LEMBAR PENGASAHAN

Telah Disahkan dan Disetujui Laporan Seminar Kasus :


Hari/Tanggal :
Jam :

Mengetahui,
Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi 1

(Erna Kusumawati,S.ST, M.Kes) Evi

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat


serta karunianya sehingga terselesaikannya seminar ini dengan baik. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada pembimbing lahan dan pembimbing
akademik. Ucapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada semua pihak
yang telah membantu dari segi materi, referensi ataupun media lain selama
penyususnan makalah ini.
Seminar ini dibuat dengan tujuan untuk mengkaji lebih dalam
kaitannya dengan kasus perawatan luka post operasi. Dengan adanya studi
analisis ini diharapkan dapat mempermudah pembelajaran mahasiswa dan
sebagai pemenuhan kompetensi mata kuliah Praktik Dirumah Sakit .
Dalam penyususnan makalah ini penyusun menyadari akan kekurangan
dalam penulisan baik berupa kesalahan teknis, kesalahan dalam analisa
maupun dalam redaksi.

Semarang, 02 Januari 2020

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Judul.................................................................................................... 1
Lembar Pengesahan…….…………………………………...…..............2
Kata Pengantar.................................................................................... 3
Daftar Isi............................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.................................................... ...............................5
1.2.Tujuan....................................................................................................7
1.3.Manfaat........................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1.Definisi Fraktur Femur.................................................................8
2.2.Etiologi........................................................................................8
2.3.Klarisifikasi...................................................................................11
2.4.Teori Perasat................................................................................14
BAB III
KASUS…………………………………………………………………..
BAB IV
PEMBAHASAN………………………………………………………15
BAB V
PENUTUP……………………………………………………………..16
3.1.Simpulan
3.2.Saran
Daftar Pustaka

4
LAPORAN PANJANG PADA TN R UMUR 62 TAHUN DIAGNOSA
FRAKTUR FEMUR DENGAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI
RUANG PRABU KRESNA RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan
manusia. Tidak makan atau tidak minum mungkin masih akan memberikan
toleransi yang cukup panjang hinga sampai pada keadaan fatal, tetapi
sebentar saja manusia tidak mendapatkan oksigen maka akan langsung fatal
akibatnya.Tidak hanya untuk bernafas dan mempertahankan kehidupan,
oksigen juga sangat dibutuhkan untuk mtabolisme tubuh. Oksigen juga bias
dijadikan sarana untuk mengatasi berbagai macam penyakit.Oksigen ialah
salah satu komponen gas yang unsure vital dalam proses metabolism tubuh,
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam
setiap kali bernafas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh
interaksi sistem respirasi,kardiovaskuler,dan keadaan
hematologis.Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen
secara kontinyu dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi
20-40%, dengan cara memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam
hidung dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang yang
dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm.
Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana,
murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok
untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu
klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan.Pemberian
oksigenasiEfektif diberikan pada klien yang mengalami :

5
 Gagal nafas Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan
tekanan parsial normal O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh
gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem pernapasan tidak
mampu memenuhi metabolisme tubuh.
 Gangguan jantung (gagal jantung) Ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
 Kelumpuhan alat pernafasan Suatu keadaan dimana terjadi
kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat
sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
 Perubahan pola napas.Hipoksia (kekurangan oksigen dalam
jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien
asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada
permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/
berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal
dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih
cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit
(Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
 Keadaan gawat (misalnya:koma)Pada keadaan gawat, misal pada
pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas yang
adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
 TraumaParu-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau
cedera akan mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan
ekspirasi.
 Metabolisme yang meningkat:luka bakarPada luka bakar, konsumsi
oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat
dari keadaan hipermetabolisme.
 PostoperasiSetelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan
pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh
tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang cukup.

6
 Keracunan karbon monoksida Keberadaan CO di dalam tubuh akan
sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan posisi O2
yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah. (Aryani, 2009:53)

B. TUJUAN
1. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada pasien .
2. Untuk mengetahui prosedur berdasarkan SOP pemasangan oksigen.

C. MANFAAT
1. Sebagai sumber pengetahuan dan referensi mengenai pemasangan
oksigen .

7
BAB II
TEORI

A. Teori Penyakit
A. Definisi
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang
bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa.
Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak, dan dapat mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.
B. Epidemiologi
Fraktur femur biasanya disebabkan oleh trauma akibat tekanan yang
berlebihan pada tulang melebihi kapasitas tulang tersebut. Secara
epidemiologi, fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan dengan perbandingan 3:1. Insiden fraktur femur di USA
diperkirakan 1 orang setiap 10.000 penduduk setiap tahunnya.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh unit pelaksana teknis terpadu
Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada
tahun 2006 di Indonesia dari 1690 kasus kecelakaan lalu lintas, 249
kasus atau 14,7%-nya mengalami fraktur femur.
C. Anatomi dan Fisiologi
Femur adalah tulang terpanjang dan terkuat pada tubuh.
Tulang femur menghubungkan antara tubuh bagian panggul dan
lutut. Kata “ femur” merupakan bahasa latin untuk paha. Femur pada
ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan minor.
Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga berbentuk seperti
bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari tulang coxae membentuk
articulation coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut
fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian
suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan
memasuki tulang pada fovea.

8
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang
femur, berjalan ke bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut
lebih kurang 125 derajat, pada wanita sedikit lebih kecil dengan
sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena
dapat berubah karena penyakit.
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada
batas leher dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah
linea intertrochantericadi depan dan crista intertrochantericayang mencolok
di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum.
Bagian batang femur umumnya berbentuk cembung ke arah
depan. Berbentuk licin dan bulat pada permukaan anteriornya, pada
bagian belakangnya terdapat linea aspera, tepian linea asperamelebar ke
atas dan ke bawah. Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista
supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus
medialis. Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista
supracondylaris lateralis. Pada permukaan postertior batang femur, di
bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis, yang ke bawah
berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar kearah ujung
distal dan membentuk daerah segitiga datar pada permnukaan posteriornya,
disebut fascia poplitea.

9
Ujung bawah femur memilki condylus medialis dan lateralis, yang di
bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan
anterior condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella.
Kedua condylus ikut membentuk articulation genu. condylus terdapat
epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan
langsung dengan epicondylus medialis.
Vaskularisasi femur berasal dari arteri iliaka komunis kanan
dan kiri. Saat arteri ini memasuki daerah femur maka disebut sebagai
arteri femoralis. Tiap-tiap arteri femoralis kanan dan kiri akan bercabang
menjadi arteri profunda femoris, ramiarteria sirkumfleksia femoris
lateralis asenden, rami arteria sirkumfleksia femoris lateralis
desenden, arteri sirkumfleksia femoris medialis dan arteria perforantes.
Perpanjangan dari arteri femoralis akan membentuk arteri yang
memperdarahi daerah genu dan ekstremitas inferior yang lebih distal.
Aliran balik darah menuju jantung dari bagian femur dibawa oleh vena
femoralis kanan dan kiri.

Gambar:Struktur Vaskularisasi Femur

10
D. Klasifikasi Fraktur Femur
Fraktur femur dapat dibagi dalam :
1.Fraktur Collum Femur :
Fraktur Collum femur dapat disebabkan oleh trauma
langsung yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana
daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras
ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena gerakan
eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam :
•Fraktur Intrakapsuler (Fraktur Collum femur)
•Fraktur Extrakapsuler (Fraktur Intertrochanter femur)

2.Fraktur Subtrochanter Femur


Adalah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari
trochanter minor, dibagi dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih
sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding dan
Magliato, yaitu:
Tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor
Tipe 2 : garis patah berada 1-2 inch di bawah dari batas atas trochanter
minor
Tipe 3 : garis patah berada 2-3 inch di distal dari batas atas trochanter.
Fraktur ini dapat terjadi pada setiap umur dan biasanya akibat
trauma yang hebat. Gambaran klinisnya berupa anggota gerak bawah
dalam keadaan rotasi eksterna, memendek, dan ditemukan pembengkakan
pada daerah proksimal femur disertai nyeri pada pergerakan. Pada
pemeriksaan radiologis dapat meninjukkan fraktur yang terjadi dibawah
trokhanter minor. Garis fraktur bisa bersifat transverse, oblik atau spiral,
dan sering bersifat kominutif. Fragmen proksimal dalam keadaan posisi
fleksi sedangkan distal dalam keadaan posisi abduksi dan bergeser ke
proksimal. Pengobatan dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna
dengan menggunakan plate dan screw. Komplikasi yang sering timbul

11
adalah nonunion dan malunion. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan
osteotomi atau bone grafting.

3.Fraktur Batang(midshaft)
Femur Fraktur batang femur merupakan fraktur yang sering
terjadi pada orang dewasa muda. Jika terjadi pada pasien manula, fraktur
ini harus dianggap patologik sebelum terbukti sebaliknya. Fraktur spiral
biasanya disebabkan oleh jatuh dengan mekanisme terpuntir/ twisting
injury. Fraktur transverse dan oblik biasanya akibat angulasi atau benturan
langsung, oleh karena itu sering ditemukan pada kecelakaan sepeda motor.
Pada benturan keras, fraktur mungkin bersifat kominutif atau tulang dapat
patah lebih dari satu tempat.
Femur diliputi oleh otot yang kuat dan merupakan proteksi untuk
tulang femur, tetapi juga dapat berakibat jelek karena dapat menarik
fragmen fraktur sehingga bergeser. Femur dapat pula mengalami
fraktur patologis akibat metastasis tumor ganas. Fraktur femur sering
disertai dengan perdarahan masif yang harus selalu dipikirkan sebagai
penyebab syok. Klasifikasi fraktur femur dapat bersifat tertutup atau
terbuka, simpel, komunitif, fraktur Z atau segmental.

4.Fraktur Distal Femur


Dibagi menjadi 2 :
a. Suprakondiler Femur Daerah suprakondiler adalah daerah antara
batas proksimal kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis
femur. Fraktur terjadi karena tekanan varus atau valgus disertai
kekuatan aksial dan putaran. Klasifikasi fraktur suprakondiler
femur terbagi atas : tidak bergeser, impaksi, bergeser, impaksi,
bergeser dan komunitif. Fragmen bagian distal selalu terjadi
dislokasi ke posterior, hasil ini biasanya disebabkan karena
adanya tarikan otot – otot gastrocnemius, biasanya fraktur
supracondylar ini disebabkan oleh trauma langsung karena

12
kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau
varus dan disertai gaya rotasi.
b. Interkondiler FemurFraktur intercondylar femur, adalah fraktur
dimana, garis fraktur diantara condylus medialis dan lateralis,
umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.
Mekanisme terjadinya fraktur femur dapat disebabkan oleh
trauma langsung atau tidak langsung. Menurut Swiontkowski dan
Stovitz, trauma langsung, gaya atau energi trauma akan mengenai
sepanjang shaft femur atau di regio trokhanter, sedangkan trauma tidak
langsung oleh karena tarikan otot illiopsoas di trochanter minor dan
otot adductor di trochanter mayor.20Universitas Sumatera Utara

E. Penatalaksanaan Fraktur Femur


Pengobatan dapat berupa terapi konservatif, yaitu :
1. Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan
terapi definitif untuk mengurangi spasme otot.
2. Traksi tulang pada bagian distal femur maupun proksimal tibia.
Indikasi traksi terutama fraktur yang bersifat komunitif dan
segmental.
3. Menggunakan cast bracingyang dipasang setelah terjadi
unionfraktur secara klinis.
Terapi operatif yang dilakukan :
1. Pemasangan plate dan screw terutama pada fraktur femur proksimal
dan distal.
2. Mempergunakan K-Nail atau jenis-jenis lain baik dengan operasi
tertutup ataupun terbuka. Indikasi K-Nail, terutama pada fraktur
diaphysis/mid shaft.
Komplikasi dini yang dapat terjadi adalah berupa : syok, emboli
lemak, trauma pembuluh darah besar,csindroma kompartemen trauma
saraf, thromboemboli, penurunan kadar hemoglobin/anemia dan
infeksi.19,1Komplikasi lanjut dapat berupa :

13
1. .Delayed union, fraktur femur pada pada orang dewasa
mengalami union dalam 4 bulan. Universitas Sumatera Utara
2. .Non union, apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan
sklerotik dicurigai adanyanon union dan diperlukan fiksasi interna
dan bone graft.
3. Malunion, adalah suatu keadaan tulang patah yang telah
mengalami penyatuan dengan fragmen fraktur berada dalam
posisi tidak normal (posisi buruk). Malunion terjadi karena
reduksi yang tidak akurat, atau imobilisasi yang tidak efektif
dalam masa penyembuhan.
4. Kaku sendi lutut, setelah operasi femur biasanya terjadi
kesulitan pergerakan pada sendi lutut. Hal ini disebabkan
oleh adanya adhesi periarticular atau adhesi intramuscular. Hal
ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis
dilakukan lebih awal.

B. Teori Perasat
A. Pengertian Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di
gunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel.

B. Proses Oksigenasi
a. Ventilasi.
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.Proses ventilasi di pengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian
sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.

14
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil.
Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan
recoil adalah kemampua CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan
kapiler paru dan co2 di kapiler dengan alveoli.Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa paktor, yaiti luasnya permukaan paru, tebal
membran respirasi / permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial( keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan).Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai
mana o2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis,
masuk dalam darah secara difusi).

15
c. Transfortasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke kaviler.Transfortasi gas dapat
dipengaruhi olehy beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output),
kondisi pembuluh darah,latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi


 Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini dapat
terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan, ujung
saraf dapat mengeluarkan neurotsransmiter (untuk simpatis dapat
mengeluarkan norodrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan
untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada
bronkhokonstriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor
adrenergenik dan reseptor kolinergik.
Semua hormon termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan
saluran pernapasan.
 Alergi pada Saluran Napas
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang
terdapat dalam hawa pernapasan , bulu binatang, serbuk benang sari bunga,
kapuk, makanan, dan lain-lain.
 Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia
perkembangan.
 Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi,
seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu.kondisi tersebut
memengaruhi kemampuan adaptasi.
 Perilaku

16
Factor perilaku yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi
adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi).

D. Jenis Pernapasan
 Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya
CO2dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa.Proses pernapasan
ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu
bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke
alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan diikat oleh Hb
sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah
dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru
dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
 Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar
seljaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses Semua
hormon termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran
pernapasan.

E. Masalah Kebutuhan Oksigen


 Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan
kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat difisiensi oksigen atau peningkatan
penggunaan oksigen dalam tingkat sel, di tandai dengan adanya warna
kebiruan pada kulit (sianosis).
Perubahan pola pernapasan
1. Tachipnea, merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24
kali per menit.
2. B radypne a, merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10
kali per menit.
3. H ipervent ilas i, merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan
jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam.

17
4. Kus maul, merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat
Nditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic.
5. H ipovont ilas i, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan
karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar
serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai dengan adanya
nyeri kepala, penurunan kesadaran disorientasi, atau ketidakseimbangan
elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis, lumpuhnya otot-otot
pernafasan, defresi pusat pernafasan, peningkatan tahanan jalan udara,
penurunan tahanan jaringan paru, dan toraks, sertta penurunan compliance
paru dan toraks.
6. Dis pne a, merupakan perasaan sesal dan berat saat pernafasan
7. Orthopne a, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami
kongestif paru.
8. Cheyne stokes, merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya mula-
mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
9. Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan yang ditandai dengan
pergerakan dinding paru yang berlawanan atah dari keadaan normal, seriong
ditemukan pada keadaan atelektasis.
10. Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne
stokes, tetapi amplitudonya tidak teratur.
11. Esteridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran pernapasan

18
BAB III
TINJAUAN KASUS
LAPORAN PANJANG PADA PASIEN TN R UMUR 62 TANUN
DIAGNOSA FRAKTUR FEMUR DENGAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI DI RUMAH SAKIT K.R.M.T WONGSONEGORO

I. Hari/ Tanggal: 23 Desember 2019


II. Pengkajian

A. biodata pasien

a. Nama : Tn. R
b. Umur :62 Tahun
c. Jenis kelamin :Laki-laki
d. Suku bangsa : Jawa, Indonesia
e. Agama :kristen
f. Status perkawinan :menikah
g. Pendidikan : SMP
h. Pekerjaan : swasta
i. Alamat : lempongsari gang barat 5 no. 53k
j. Tanggal masuk :5 desember 2019
k. No. Register : 490354
l. Diagnosa medis : fraktur femur

B. Penanggung jawab

a. Nama : Ny.N
b. Umur : 58 tahun
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : IRT
f. Hubungan dengan pasien : Istri

DATA SUBYEKTIF DAN OBYEKTIF

Data Subyektif

3. keluhan utama:

Klien mengatakan merasa sesak nafas, kaki nyeri sebelah kanan

4. riwayat penyakit sekarang

19
a. Alasan dirawat di rumah sakit:
Klien mengatakan badannya kejatuhan sepeda motor didepan
rumahnya, bagian pinggang terasa sakit
b. Faktor pencetus
Klien mengataan karena kejatuhan motor
c. Lamanya keluhan
Klien mengeluhkan sakitnya sudah 8 bulan
d. Tibulnya keluhan
Klien mengatkan sakitnya timbul secara bertahap
e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Diberikan amlodipin untuk menurunkan tekanan darah, dan obat
nyeri

5. riwayat perawatan dan kesehatan dahulu

Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit. Pernah


menjalani operasi batu ginjal

6. riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak memiliki penyakit menurun dikeluarganya

DATA OBYEKTIF

7. Pemeriksaan umum

KU: baik, composmentis

TD: 140/80 mmHg

RR: 20x/mnt

N : 90x/mnt

T : 36,5C

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Bentuk mesocepal, bersih dan tidak ada lesi


b. Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, fungsi
penglihatan baik
c. Hidung : Bentuk simetris tidak ada polip, dan tidak ada sekret
d. Leher : Tidak ada pembesaran tiroid

20
e. Mulut : Bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada perdarahan
gusi
f. Abdomen : Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan
g. Genetalia : Tidak ada pembengkakan
h. Anus : Tidak ada hemoroid
i. Ektremitas
Atas : gerak aktif, terpasang infus di tangan kiri
Bawah : gerak aktif, tidak ada odema

3. Pemeriksaan Penunjang :
a. pemeriksaan SGOT (4 Desember 2019)
SGPT :15 U/L
Natrium : 151,0 mmol/L
Kalium :3,20 mmol/ L
Kalsium : 1,23 mmol/L
Imunoloogi
HBsAg : negative
b. pemeriksaan radiologi ( 23 desember 2019)
1) struktur tulang tampak parotik
2) tampak terpasang prothesa kaput-kalum-shaft femur dextic,
kedudukan baik , tak tampak loosening
3) tak tampak dislokasi pada hip dan sacrollac dextra
4) tak tampak lusensi pada tulang maupun soft tissue
5) tak tampak tanda-tanda osteomielitis saat ini.

III. PERSIAPAN ALAT


1. Handscoon
2. Masker
3. Tabung oksigen
4. Kanul oksigen

21
IV. PELAKSAANAN TINDAKAN
1. Cuci tangan
2. Memberitahukan pasien
3. Atur posisi klien yang nyaman(semi fowler)
4. Isi tabung humidifier dengan water for irigation batas yang tertera
5. Menghubungkan flow meter pada tabung oksigen/ sentra oksigen
6. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar konsentrasi
O2 dan amati ada tidaknya gelembung udara dalam tabung flow
meter.
7. Menghubungkan kateter nasal dengan flow meter
8. Alirkan oksigen ke kateter nasal dengan aliran antara 1-6 lt/menit
dan nasal kanul 1-6 lt/menit
9. Cek aliran nasal kanul / kateter kanul dengan menggunakan
punggung tangan untuk mengetahui ada tidaknya aliran oksigen
10. Pasang alat kateter nasal/ kanul nasal pada klien
11. Fiksasi selang oksigen
12. Alirkan oksigen sesuai yang diingainkan
13. Cuci tangan
14. Rapikan perlatan kembali
15. Dokumentasikan pada status klien

22
BAB IV
PEMBAHASAN

Pemberian terapi oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan


gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam
paru yang melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat
khusus.Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru
melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada klien dapat melalui 3 cara, yaitu melalui kateter
nasal , kanula nasal, dan masker oksigen.

23
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang
bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa.
Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak, dan dapat mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di
gunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel.

B. Saran
Semoga dengan pembuatan laporan ini. Mahasiswa dapat lebih
memahami tentang kebutuhan pemenuhan oksigenasi. Agar sebagai
mahasiswa kebidanan kita harus dapat membuat ASKEB yang baik untuk
dijalankan kepada pasien kita nantinya.

24
DAFTAR PUSTAKA

-Ambarwati, eny retna dan tri sunarsih. KDPK Kebidanan Teori dan
Aplikasi. Jogjakarta. Nuha medika tahun 2009

- Eko, Nurul. Dan andriani sulistiani. KDPK (keterampilan dasar praktik


klinik) Kebidanan. Yogyakarta.pustaka rihama tahun 2010

- Syaifuddin. Anatomi Fisiologi.buku kedokteran EGC. Jakarta tahun 2006

- Uliyah, musrifatul dan aziz alimul hidayat. Keterampilan Dasar Praktik


Klinik untuk kebidanan. Jakarta. Salemba medika tahun 2008

- Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Edisi 3. Jakarta : Salemba Mardika tahun 2006

25

Anda mungkin juga menyukai