Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL


PEMERIKSAAN THORAX DENGAN KLINIS EFUSI PLEURA
DI INSTALASI RADIOLOGI MAYAPADA LEBAK BULUS
Periode 1 Februari – 6 Maret 2021

DISUSUN OLEH :
FIRMAN ALFIAN
P21140219025

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JAKARTA II
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karuna-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
yang telah dilaksanakan pada tanggal 1 Februari – 6 Maret 2021 di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Mayapada Lebak Bulus.

Dengan diadakanya praktik kerja lapangan (PKL), mahasiswa diharapkan mampu mencapai
tujuan yang diinginkan. Diantaranya mahasiswa mampu mengenal dunia kerja dan mampu
menerapkan materi yang telah dipelajari selama perkuliahan dapat langsung diterapkan
selama praktik kerja lapangan ini, serta dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dunia
kerja.

Dapat terlaksananya praktek kerja lapangan ini tidak lepas dari dukungan dan partisipasi dari
berbagai pihak sehingga saya dapat melaksanakan praktek kerja lapangan dengan baik dan
benar, oleh karena itu tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWTyang selalu memberikan kemudahan dan keselamatan


2. Orang tua serta saudara yang selalu memberikan motivasi dan semangat
3. DR. Nursama Heru Selaku ketua jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
4. Dosen dan instruktur jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
5. Seluruh instruktur dan karyawan di Instalasi Radiologi Mayapada Hospital Jakarta
Selatan

Selanjutnya saya sebagai penyusun, merasa bawha laporan kegiatan praktek kerja ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya mohon maaf jika dalam penyusunanya banyak
terdapat kekurangan. Semoga dengan diadakannya prektek kerja lapangan ini dapat memberi
manfaat khususnya bagi saya selaku mahasiswa dan umumnya bagi kita semua.

Jakarta, 3 Maret 2021

EFUSI PLEURA | i
Penyusun

LEMBAR PERSUTUJAN
LAPORAN KASUS PRAKTEK PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 RADIOLOGI

JUDUL Laporan : Penatalaksanaan pemeriksaan Thorax dengan Klinis Efusi Pleura di


instalasi radiologi Mayapada Hospital Jakata Selatan

Tanggal Praktik : 1 Februari – 6 Maret 2021

Nama Rumah Sakit : Mayapada Hospital Jakarta Selatan

Disusun Oleh :

Firman Alfian

NIM : P21140219025

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh Clinical Instruktur (CI) dan akan
dilaporkan dan atau diajukan, sebagai salah satu syarat dalam memenuhi mata kuliah Praktek
Kerja Lapangan (PKL) atau nyata (PKN) Program Studi Diploma 3 Radiologi Jurusan Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta II.

Jakarta,…………………

Menyatakan, Menyutujui,

Mahasiswa Clinical Instruktur (CI)

…Firman Alfian…… …Fransiskus Herianto….

NIM. P21140219025 NIP : ………….

EFUSI PLEURA | ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
LEMBAR PERSUTUJAN...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1. LATAR BELAKANG.................................................................................................................1
II. RUMUSAN MASALAH............................................................................................................2
III. TUJUAN PENULISAN............................................................................................................3
IV. Metode Penulisan......................................................................................................................3
1. Observasi...................................................................................................................................3
2. Studi Pustaka.............................................................................................................................3
V. Manfaat.......................................................................................................................................3
1. Bagi penulis...............................................................................................................................3
2. Bagi Pembaca............................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
A. Definisi.........................................................................................................................................4
1. Anatomi Pleura......................................................................................................................4
2. Fisiologi.................................................................................................................................5
3. Definisi Efusi Pleura..............................................................................................................8
4. Klasifikasi Efusi Pleura.........................................................................................................9
5. Patogenesis Efusi Pleura......................................................................................................10
6. Prosedur Pemeriksaan..........................................................................................................12
BAB III...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
A. Kesimpulan............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18

EFUSI PLEURA | iii


BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pleura merupakan membrane serosa intratoraks yang membatasi rongga pleura,
secara embrioigenik berasal dari jaringan selom intraembrionik, terdiri dari pleura visceral
dan pleura parietal. Pleura visceral dan parietal merupakan jaringan berbeda yang memiliki
inervasi dan vaskularisasi. Pleura secara mikroskopis tersusun atas selapis mesotel, lamina
basalis, lapisan elastic superfisial, lapisan jaringan ikat longgar, dan jaringan fibroelastic
dalam. Tekanan pleura bersama tekanan jalan nafas menimbulkan tekanan transpulmoner
yang mempengaruhi pengembangan paru dalam proses respirasi. Cairan pleura dalam
jumlah tertentu berfungsi untuk memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa hambatan
selama proses respirasi. Keseimbangan cairan pleura diatur melalui mekanisme hukum
starling dan sistem penyaliran limfatik pleura. Rongga pleura merupakan rongga potensial
yang dapat mengalami efusi akibat penyakit yang mengganggu keseimbangan cairan
pleura.

Efusi pleura berasal dari dua kata, yaitu effusion yang berarti ekstravasasi cairan kedalam
jaringan atau rongga tubuh, sedangkan pleura yang berarti membrane tipis yang tediri dari
dua lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis. Sehingga dapat disimpulkan efusi
pleura merupakan ekstravasasi cairan yang terjadi diantara lapisan viseralis dan parietalis.
Ada berbagai jenis efusi pleura, tergantung pada jenis cairan dan penyebabnya cairan
masuk kedala rongga pleura, diantaranya hidrotoraks (cairan serosa), hemotoraks (darah),
urinotoraks (urin), kilotoraks (cairan limfa), atau piotoraks (pus atau nanah, yang lebih
dikenal sebagai empyema).

Efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiiwa penderitanya.
Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, salah satunya
Indonesia. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh infeksi tuberculosis. Bila di Negara-negara
barat, efusi pleura disebabkan oleh gagal jantung kongestif, keganasan, dan pneumonia
bakteri. Di amerika efusi pleura menyerang 1,3 juta orang per tahunya ( WHO, 2008).

EFUSI PLEURA | 1
Di Indonesia TB paru adalah penyebab utama efusi pleura, yang kedua adalah keganasan,
2/3 efusi pleura maligna mengenai wanita. Efusi pleura yang disebabkan karena TB lebih
banyak mengenai pria. Mortalitas dan morbiditas efusi pleura ditentukan berdasarkan
penyebab, tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam cairan pleura.

Efusi pleura merupakan penumpukan cairan dalam ruang pleural, proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa
cairan jernih, yang mungkin merupakan transudate, eksudat, atau dapat berupa darah atau
pus (Baughman C Diane, 2000).

Efusi pleura; adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzane, 2002).

Paru-paru adalah organ dalam system pernafasan yang berperan penting dalam
pertukaran oksigen dan karbondioksida pada tubuh, serta dalam hal ini mempengaruhi kerja
system kadiovaskular. Oleh karena itu gangguan yang terjadi pada organ ini contohnya
efusi pleura dapat menyebabkan gangguan dari system pernafasan dan system
kardiovaskular yang dapat berujung pada kematian. Perbaikan kondisi pasien pada kasus
efusi pleura ini memerlukan penatalaksanaan yang tepat oleh petugas Kesehatan, terutama
dalam pemeriksaan untuk menegakan diagnosa yang dalam hal ini melibatkan radiographer.
Maka dalam makalah ini akan dibahas bagaimana penatalaksanaan pemeriksaan thorax
dengan kasus efusi pleura.

II. RUMUSAN MASALAH


Sejalan dengan latar belakang diatas, terumuskan rumusan masalah yaitu sebagai berikut.

1. Seperti apa anatomi dari rongga pleura?


2. Seperti apa fisiologi dari rongga pleura, cairan pleura, dan tekanan pleura?
3. Apa yang dimaksud dengan efusi pleura?
4. Seperti apa klasifikasi dari efusi pleura?
5. Bagaimana pathogenesis dari efusi pleura?
6. Bagaimana prosedur pemeriksaan radiografi dalam menegakan diagnosa efusi
pleura?

EFUSI PLEURA | 2
III. TUJUAN PENULISAN
Dari beberapa rumusan masalah diatas, didapatkan tujuan penulisan yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui anatomi dari rongga pleura


2. Untuk mengetahui fisiologi dari rongga pleura, carian pleura dan tekanan pleura
3. Untuk mengetahui definisi dari penyakit efusi pleura
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari efusi pleura
5. Untuk mengetahui etiologi yang menjadi latar belakang terjadinya efusi pleura
6. Untuk mengetahui pathogenesis dari efusi pleura
7. Untuk mengetahui tatalaksana dari prosedur pemeriksaan radiografi guna
menegakan diagnosa efusi pleura tersebut.

IV. Metode Penulisan


Metode penulisan yang dilakukan penulis adalah :

1. Observasi
Penulis melakukan pengamatan secara langsung di Instalasi Radiologi Mayapada
Hospital Lebak Bulus.

2. Studi Pustaka
Penulis membaca berbagai literatur yang berhubungan dengan kasus yang diambil.

V. Manfaat
Adapun manfaat penulisan laporan kasus ini adalah :

1. Bagi penulis.
Untuk memenuhi tugas laporan Kasus PKL Periode 1 di semester III, serta
menambah wawasan bagi penulis terutama tentang Teknik pemeriksaan Thorax.

2. Bagi Pembaca.
Memberikan gambaran yang jelas tentang Teknik pemeriksaan Thorax dengan
kasus Efus Pleura.

EFUSI PLEURA | 3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Pleura merupakan membran serosa yang melingkupi parenkim paru, mediastinum,
diafragma serta tulang iga, terdiri dari pleura visceral dan pleura parietal. Rongga pleura terisi
sejumlah tertentu cairan yang memisahkan kedua pleura tersebut sehingga memungkinkan
pergerakan kedua pleura tanpa hambatan selama proses respirasi. Cairan pleura berasal dari
pembuluh-pembuluh kapiler pleura, ruang intersitial paru, kelenjar getah bening intratoraks,
pembuluh darah intra toraks dan rongga peritoneum. Jumlah cairan pleura dipengaruhi oleh
perbedaan antara tekanan pembuluh-pembuluh kapiler pleura dengan rongga pleura sesuai
hukum starling serta kemampuan eliminasi cairan oleh sistem penyaliran limfatik pleura
parietal. Tekanan pleura merupakan cerminan tekanan di dalam rongga toraks. Perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh pleura berperan pentig dalam proses respirasi.

1. Anatomi Pleura
Rongga pleura dibentuk oleh membrane serosa yang kuat yang terbuat dari
mesoderm. Pleura parietalis yang paling luar dan membungkus rongga dada bagian
dalam, sedangkan pleura viseralis membungkus paru. Tebal rongga pleura sekitar 10-
20 mikron, berisi cairan 2-5 mL yang berfungsi sebagai pelicin atau pelumas agar
paru dapat bergerak leluasa saat mengembang atau bernapas. Pleura parietalis dan
viseralis terdiri atas selapis mesotel yang memproduksi cairan, membrane basalis,
jaringan elastic dan kolagen pembuluh darah dan limfe membrane pleura bersifat
semipermeabel. Sejumlah cairan terus merembes dari pembuluh darah ke pleura
parietalis, cairan ini kemudian diserap ke pleura viseralis lalu masuk ke pembuluh
limfe lalu kembali ke aliran darah. Cairan yang melebihi normal akan menimbulkan
gangguan jika tidak dapat diserap oleh pembuluh darah atau pembuluh limfe. Volume
cairan pleura selalu konstan, akibat dari tekanan hidrostatik : 9 mmHg yang produksi
oleh pleura parietalis, tekanan koloid osmotik : 10 mmHg, yang absorbsi oleh pleura
viseralis. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah daripada tekanan atmosfer
sehingga mencegah kolaps paru. Diantara lapisan ini terdapat rongga yang disebut
kavum pleura. Cavum ini lah tempat cairan hasil produksi lapisan pleura, yang
memudahkan terjadinya pergerakan atau pengembangan paru saat bernapas.

EFUSI PLEURA | 4
Keluar masuknya cairan dari dan ke pleura harus seimbang agar nilai cairan
pleura dapat dipertahankan. Cairan pleura dalam keadaan normal akan bergerak dari
kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang pleura kemudian diserap kembali melalui
pleura viseralis. Hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan antara tekanan
hidrostatik darah yang cenderung mendorong cairan keluar dan tekanan onkotik dari
protein plasma yang cenderung menahan cairan agar tetap di dalam. Selisih perbedaan
absorpsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih besar daripada selisih perbedaan
pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura viseralis lebih besar
dari pada pleura parietalis sehingga dalam keadaan normal hanya ada beberapa
mililiter cairan di dalam rongga pleura.

Gambar 1. Anatomi Pleura

2. Fisiologi

1. Fisiologi Pleura
Pleura berperan dalam sistem pernapasan melalui tekanan pleura yang
ditimbulkan oleh rongga pleura. Tekanan pleura bersama tekanan jalan napas akan
menimbulkan tekanan transpulmoner yang selanjutnya akan memengaruhi
pengembangan paru dalam proses respirasi. Pengembangan paru terjadi bila kerja
otot dan tekanan transpulmoner berhasil mengatasi rekoilelastik (elastic recoil)
paru dan dinding dada sehingga terjadi proses respirasi.

EFUSI PLEURA | 5
Jumlah cairan rongga pleura diatur keseimbangan Starling yang
ditimbulkan oleh tekanan pleura dan kapiler, kemampuan sistem penyaliran
limfatik pleura serta keseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan komponen-
komponen gaya ini menyebabkan penumpukan cairan sehingga terjadi efusi pleura.

2. Fisiologi Tekanan Pleura


Tekanan pleura secara fisiologis memiliki dua pengertian yaitu tekanan
cairan pleura dan tekanan permukaan pleura. Tekanan cairan pleura mencerminkan
dinamik aliran cairan melewati membran dan bernilai sekitar -10 cmH2 O.
Tekanan permukaan pleura mencerminkan keseimbangan elastik rekoil dinding
dada ke arah luar dengan elastik rekoil paru ke arah dalam. Nilai tekanan pleura
tidak serupa di seluruh permukaan rongga pleura; lebih negatif di apeks paru dan
lebih positif di basal paru. Perbedaan bentuk dinding dada dengan paru dan faktor
gravitasi menyebabkan perbedaan tekanan pleura secara vertikal; perbedaan
tekanan pleura antara bagian basal paru dengan apeks paru dapat mencapai 8 cmH2
O. Tekanan alveolus relatif rata di seluruh jaringan paru normal sehingga gradien
tekanan resultan di rongga pleura berbeda pada berbagai permukaan pleura.
Gradien tekanan di apeks lebih besar dibandingkan basal sehingga formasi bleb
pleura terutama terjadi di apeks paru dan merupakan penyebab pneumotoraks
spontan. Gradien ini juga menyebabkan variasi distribusi ventilasi. Pleura viseral
dan parietal saling tertolak oleh gaya potensial molekul fosfolipid yang diabsorpsi
permukaan masing-masing pleura oleh mikrovili mesotel sehingga terbentuk
lubrikasi untuk mengurangi friksi saat respirasi. Proses tersebut bersama tekanan
permukaan pleura, keseimbangan tekanan oleh gaya Starling dan tekanan elastik
rekoil paru mencegah kontak antara pleura viseral dan parietal walaupun jarak
antarpleura hanya 10 μm.

3. Fisiologi Cairan Pleura


Rongga pleura terisi cairan dari pembuluh kapiler pleura, ruang interstitial
paru, saluran limfatik intratoraks, pembuluh kapiler intratoraks dan rongga
peritoneum.4 Neergard mengemukakan hipotesis bahwa aliran cairan pleura
sepenuhnya bergantung perbedaan tekanan hidrostatik dan osmotik kapiler
sistemik dengan kapiler pulmoner.

EFUSI PLEURA | 6
Perpindahan cairan ini mengikuti hukum Starling berikut:

Jv = Kf × ([P kapiler – P pleura] - σ [π kapiler – π pleura])

Keterangan :

Jv : aliran cairan transpleura, Kf : koefi sien fi ltrasi yang merupakan perkalian


konduktivitas hidrolik membran dengan luas permukaan membran, P : tekanan
hidrostatik, σ : koefi sien kemampuan restriksi membran terhadap migrasi molekul
besar, π : tekanan onkotik.

Perkiraan besar perbedaan tekanan yang memengaruhi pergerakan cairan dari


kapiler menuju rongga pleura ditunjukkan pada Gambar . Tekanan hidrostatik
pleura parietal sebesar 30 cmH2 O dan tekanan rongga pleura sebesar -5 cmH2 O
sehingga tekanan hidrostatik resultan adalah 30 – (-5) = 35 cmH2 O. Tekanan
onkotik plasma 34 cmH2 O dan tekanan onkotik pleura 5 cmH2 O sehingga
tekanan onkotik resultan 34 – 5 = 29 cmH2 O. Gradien tekanan yang ditimbulkan
adalah 35 – 29 = 6 cmH2 O sehingga terjadi pergerakan cairan dari kapiler pleura
parietal menuju rongga pleura. Pleura viseral lebih tebal dibandingkan pleura
parietal sehingga koefi sien fi ltrasi pleura viseral lebih kecil dibandingkan pleura
parietal. Koefi sien fi ltrasi kecil pleura viseral menyebabkan resultan gradien
tekanan terhadap pleura viseral secara skematis bernilai 0 walaupun tekanan
kapiler pleura viseral identik dengan tekanan vena pulmoner yaitu 24 cmH2 O.
Perpindahan cairan dari jaringan interstitial paru ke rongga pleura dapat terjadi
seperti akibat peningkatan tekanan baji jaringan paru pada edema paru maupun
gagal jantung kongestif.

EFUSI PLEURA | 7
3. Definisi Efusi Pleura
Gambar 2. Skema tekanan dan pergerakan cairan pada rongga pleura manusia

Gambar 3. Paru-paru dengan efusi pleura

Efusi pleura adalah suatu keadaan di mana terdapat penumpukan cairan dalam
pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan
antara produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura viseral (Arif Muttaqin, 2012).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. (Price & Wilson, 2006 : 141).

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam
kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan
transudat atau cairan eksudat. Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung
cairan sebanyak 10-20 ml, cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma,
kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl
(Sudoyo, 2005).

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan perietal, proses penyakit primer terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleura
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanner
dalam Brunner & Suddart, 2001).

EFUSI PLEURA | 8
4. Klasifikasi Efusi Pleura

Efusi pleura dibedakan atas dua jenis yaitu transudat dan eksudat. Perbedaan
dua jenis ini didasarkan dengan konsentrasi protein dan laktat dehydrogenase.

A. TRANSUDAT

Pada efusi pleura jenis ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran


cairan dari pembuluh darah. Mekanisme terbentuknya transudat karena peningkatan
tekanan hidrostatik (CHF), penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negatif
intra pleura yang meningkat. Efusi pleura jenis ini biasanya terjadi pada penderita
gagal jantung, sindroma nefrotik, hipoalbuminemia, dan sirosis hepatis. Ciri-ciri
transudate ialah serosa jernih, berat jenis biasanya rendah <1.012, terdapat limfosit
dan mesotel tetapi tidak ada netrofil, dan terdapat protein <3%.

B. EKSUDAT

Eksudat ini terbentuk karena penyakit dari pleura sendiri yang berkaitan
dengan permeabilitas kapiler atau drainase limfatik yang kurang. Biasanya terjadi
pada penderita pneumonia bakterilis, karsinoma, infark paru, dan pleuritis. Empiema
merupakan eksudat yang teridir dari pus. Pada hemothorax cairan mengandung
hematocrit yang >50% hematocrit darah. Pada chylothorax mengandung trigliserid
atau kolesterol. Ciri-ciri eksudat ialah memiliki berat jenis >1.015, kadar protein >3%,
rasio protein pleura disbanding LDH serum 0,6, dan berwarna keruh.

Tabel 1. Perbedaan Efusi Pleura Transudat dan Eksudat

Sumber : http://www.biochemia-medica.com/2014/24/123

EFUSI PLEURA | 9
5. Patogenesis Efusi Pleura
Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 10-20 cc. Cairan di
rongga pleura jumlahnya tetap karena ada keseimbangan antara produksi oleh pleura
parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena
adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parientalis sebesar 9 cm H2O
dan tekanan koloid osmotic pleura viseralis. Namun dalam keadaan tertentu, sejumlah
cairan abnormal dapat terakumulasi di rongga pleura. Cairan pleura tersebut
terakumulasi ketika pembentukan cairan pleura lebih dari pada absorbsi cairan pleura,
misalnya reaksi radang yang meningkatkan permeabilitas vaskuler. Selain itu,
hipoprotonemia dapat menyebabkan efusi pleura karena rendahnya tekanan osmotic
di kapiler darah (Hood Alsagaff dan H. Abdul Mukty, 2002).
Menurut Hood Alsagaff dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Dalam,
keadaan normal pada cavum pleura dipertahankan oleh:

 Tekanan hidrostatik pleura parientalis 9 cm H2O


 Tekanan osmotik pleura viceralis 10 cm H2O
 Produksi cairan 0,1 ml/kgBB/hari

Secara garis besar akumulasi cairan pleura disebabkan karena dua hal yaitu:

1. Pembentukan cairan pleura berlebih.


Hal ini dapat terjadi karena peningkatan: permeabilitas kapiler (peradangan,
neoplasma), tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung/ vena pulmonalis
(kegagalan jantung kiri), tekanan negatif intrapleura (atelektasis).
Ada tiga faktor yang mempertahankan tekanan negatif paru yang normal
ini. Pertama, jaringan elastis paru memberikan kontinu yang cenderung menarik
paru-paru menjauh dari rangka thoraks. Tetapi, permukaan pleura viseralis dan
pleura parietalis yang saling menempel itu tidak dapat dipisahkan, sehingga tetap
ada kekuatan kontinyu yang cenderung memisahkannya. Kekuatan ini dikenal
sebagai kekuatan negatif dari ruang pleura.

EFUSI PLEURA | 10
Faktor utama kedua dalam mempertahankan tekanan negatif intra pleura
menurut Sylvia Anderson Price dalam bukunya Patofisiologi adalah kekuatan
osmotic yang terdapat di seluruh membran pleura.
Cairan dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura
parietalis ke ruang pleura dan kemudian di serap kembali melalui pleura viseralis.
Pergerakan cairan pleura dianggap mengikuti hukum Starling tentang pertukaran
trans kapiler yaitu, pergerakan cairan bergantung pada selisih perbedaan antara
tekanan hidrostatik darah yang cenderung mendorong cairan keluar dan tekanan
onkotik dari protein plasma yang cenderung menahan cairan agar tetap di dalam.
Selisih perbedaan absorbsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih besar
daripada selisih perbedaan pembentukan cairan parietalis dan permukaan pleura
viseralis lebih besar daripada plura parietalis sehingga pada ruang pleura dalam
keadaan normal hanya terdapat beberapa milliliter cairan.
Faktor ketiga yang mendukung tekanan negatif intrapleura adalah kekuatan
pompa limfatik. Sejumlah kecil protein secara normal memasuki ruang pleura
tetapi akan dikeluarkan oleh sistem limfatik dalam pleura parietalis. Ketiga faktor
ini kemudian, mengatur dan mempertahankan tekanan negatif intra pleura normal.

2. Penurunan kemampuan absorbsi sistem limfatik


Hal ini disebabkan karena beberapa hal antara lain: obstruksi stomata,
gangguan kontraksi saluran limfe, infiltrasi pada kelenjar getah bening,
peningkatan tekanan vena sentral tempat masuknya saluran limfe dan tekanan
osmotic koloid yang menurun dalam darah, misalnya pada hipoalbuminemia.
Sistem limfatik punya kemampuan absorbsi sampai dengan 20 kali jumlah cairan
yang terbentuk.
Pada orang sehat pleura terletak pada posisi yang sangat dekat satu sama
lain dan hanya dipisahkan oleh cairan serous yang sangat sedikit, yang
berfungsi untuk melicinkan dan membuat keduanya bergesekan dengan mudah
selama bernafas. Sedikitnya cairan serous menyebabkan keseimbangan diantara
transudat dari kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena dan jaringan limfatik di
selaput viseral dan parietal. Jumlah cairan yang abnormal dapat terkumpul jika
tekanan vena meningkat karena dekompensasi cordis atau tekanan vena cava oleh
tumor intrathorax. Selain itu, hypoprotonemia dapat menyebabkan efusi pleura
karena rendahnya tekanan osmotic di kapailer darah.

EFUSI PLEURA | 11
Eksudat pleura lebih pekat, tidak terlalu jernih dan agak menggumpal. Cairan
pleura jenis ini biasanya terjadi karena rusaknya dinding kapiler melalui proses
suatu penyakit, seperti pneumonia atau TBC, atau karena adanya percampuran
dengan drainase limfatik, atau dengan neoplasma.
Bila efusi cepat permulaanya, banyak leukosit terbentuk, dimana pada
umumnya limfatik akan mendominasi. Efusi yang disebabkan oleh inflamasi pleura
selalu sekunder terhadap proses inflamasi yang melibatkan paru, mediastinum,
esophagus atau ruang subdiafragmatik. Pada tahap awal, ada serabut pleura yang
kering tapi ada sedikit peningkatan cairan pleura. Selama lesi berkembang, selalu
ada peningkatan cairan pleura. Cairan eksudat ini sesuai dengan yang sudah di
jelaskan sebelumnya. Pada tahap awal, cairan pleura yang berupa eksudat ini
bening, memiliki banyak fibrinogen dan sering disebut serous atau serofibrinous.
Pada tahap selanjutnya akan menjadi kurang jernih, lebih gelap dan konsistensinya
kental karena meningkatkanya kandungan sel PMN.
Efusi pleura tanpa peradangan menghasilkan cairan serous yang jernih, pucat,
berwarna jerami, dan tidak menggumpal, cairan ini merupakan transudat, biasanya
terjadi pada penyakit yang dapat mengurangi tekanan osmotic darah atau retensi
Na. Bila cairan di ruang pleura terdiri dari darah, kondisi ini merujuk pada
hemothorax. Biasanya hal ini disebabkan oleh kecelakaan penetrasi traumatik dari
dinding dada dan menyobek arteri intercostalis, tapi bisa juga terjadi secara
spontan saat subpleural rupture atau sobeknya adhesi pleural (Sylvia Anderson
Price dan Lorraine, 2005: 739).

6. Prosedur Pemeriksaan

1. Identifikasi Pasien

Nama Pasien : Hendraka Setiawan

No. MR : 0000139089

Umur : 38 Tahun

Tanggal lahir : 21 Agustus 1981

Pemeriksaan : Konvensional Thorax PA

EFUSI PLEURA | 12
Klinis : Efusi Pleura

2. Persiapam Pasien
Pasien diminta untuk melepaskan beberapa benda yang dapat mengganggu
hasil gambaran, seperti :

 Perhiasan
 Baju yang terdapat kancing, logam / resleting diganti dengan
menggunakan baju khusus pemeriksaan.

3. Peralatan Yang Digunakan

 Pesawat Rontgen Stationary 500 mA

Gambar 4. Stationary X-Ray

 Bucky Stand

EFUSI PLEURA | 13
 Film / Detector DR 35 X 40 Cm

Gambar 5. Bucky Stand

Gambar 6. Film / Detector DR

 Control Panel dan Monitor

Gambar 7. Control Panel

Gambar
EFUSI 8. Monitor
PLEURA | 14
4. Metode Pemeriksaan

 Posisi Pasien

1. Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand, dengan dagu sedikit


diangkat.
2. Tangan di pinggang, telapak tangan keluar, dan siku ditekan ke depan
shoulder dirotasikan ke depan agar scapula menjauh dari bidang paru-paru.

Gambar 9. Posisi Pasien Proyeksi PA


 Posisi Objek

1. MSP Tubuh pasien sejajar dengan garis tengah kaset


2. Tinggi kedua bahu sejajar/simetris

 FFD : 150 Cm
 CR : Horizontal tegak lurus terhadap kaset
 CP : Pada pertengahan MSP setinggi thoracal ke-7 atau setinggi axilla.
 Kriteria Gambaran :
1. Foto mencakup keseluruhan thorax
2. Bagian atas apex paru tidak terpotong
3. Bagian bawah kedua sinus costophrenicus tidak terpotong
4. Kedua os scapula terlempar kearah lateral sehingga tidak menutupi
lapangan paru.
5. Foto simetris.

EFUSI PLEURA | 15
5. Hasil Gambaran Pemeriksaan

Gambar 10. Hasil gambaran pemeriksaan

Teknik radiografi yang dilakukan sudah baik, karena dapat


memvisualisasikan seluruh lapangan paru, kedual scapula terlempar ke sisi lateral,
dan gambaran terproyeksi simetris. Pada hasil gambaran foto rontgen thorax
proyeksi PA diatas terlihat sinus costophrenicus bagian sinistra tidak
tervisualisasikan dengan baik, ini menandakan adanya penumpukan cairan di
bagian tersebut yang mengindikasikan klinis berupa efusi pleura.

EFUSI PLEURA | 16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan perietal, proses penyakit primer terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleura
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi.
Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10-20 ml,
cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura
mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl. Gejala klinis di temukan Gejala
yang paling sering timbul adalah sesak, berupa rasa penuh dalam dada atau dispneu.
Penegakkan diagnosa didukung oleh pemeriksaan penunjang yang dapat dlakukan
berupa foto rontgen thorax. Untuk pengobatan pada efusi pleura tergantung penyebabnya
sehingga prognosis efusi pleura tersebut juga tergantung penyakit yang mendasari.

EFUSI PLEURA | 17
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Irandi, Faisal.2013.Anatomi dan Fisiologi Pleura.Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika

Rahmawati, Sayati. 2014. Kumpulan Asuhan Keperawatan : Askep Efusi Pleura, 4-7.

http://www.biochemia-medica.com/2014/24/123

diakses pada tanggal 10 Maret 2021 Pukul 15:21.

EFUSI PLEURA | 18

Anda mungkin juga menyukai