HIP JOINT
Disusun Oleh :
TIO NUGRAHA
NIM 4501.06.19.A.047
PROGRAM STUDI
DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga laporan
ini dapat tersusun sehingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Sehingga akhirnya tersusunlah materi laporan Praktikum yang sistematis,hal ini
saya lakukan untuk memenuhi tugas praktikum dilaboratorium I,kegiatan ini
menghasilkan sesuatu yang berharga dalam mengaplikasikan ilmu dari
perkuliahan yang sedang saya jalani memalui praktik dalam dunia kerja yang
nyata nanti.
Dengan selesainya laporan praktikum ini,maka tidak lupa saya ucapkan terimak
kasih kepada semua orang yang sudah membantu menyelesaikan laporan ini.dan
terimakasih juga untuk para pihak yang sudah terlibat langsung.
khusunya saya ucapkan kepada :
1. Mas Nanda Pratama,S.Tr.Kes (Rad) selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
2. Orang tua saya atas doa dan dukungannya sehingga tugas praktikum ini
berjalan dengan lancar.
Saya mohon saran dan kritikannya apabila terdapat banyak kekurangan pada hasil
laporan praktikum yang sudah saya buat.semoga laporan ini memberi banyak
kegunaan pada semua pihak termasuk saya.terimakasih
Tio Nugraha
HALAMAN PENGESAHAN
Halaman judul...................................................................................................
Kata pengantar .................................................................................................
Daftar isi ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
1.1 Latar Belakang ...................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................
1.4 Manfaat ..............................................................................................
BAB V PENUTUP........................................................................................
4.1 Kesimpulan.........................................................................................
4.2 Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang begitu pesat memicu
terjadinya perubahan dalam berbagai sistem kesehatan. Radiologi merupakan
bidang yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan teknologi, yang
dapat memberikan pengaruh terhadap pelayanan kesehatan. Bagian radiologi
merupakan salah satu unsur penting penunjang pelayanan kesehatan yang
bertujuan memberikan pelayanan diagnostik sebaik-baiknya kepada
masyarakat, untuk itu pelayanan radiologi perlu menjaga pelayanan dengan
standar mutu yang baik (Kartosuwiryo, 2012)
Ada 2 jenis pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Radiologi seperti
pemeriksaan kontras dan non kontras. Pemeriksaan kontras seperti tractus
urinarius (BNO-IVP, urethrography, cystography, urethrocystography,
antegrade pyelography, retrograde pyelography), tractus digestivus
(oesofagografi, OMD, follow through, colon in loop), HSG
(hysterosalpingography), lopography, appendicography, angiography, dan
venography, sedangkan pemeriksaan non kontras seperti skull, vertebrae,
thorax, BNO atau abdomen, pelvis, extremitas upper (manus,wrist joint,
antebrachi, elbow joint, humerus, shoulder joint, clavicula, scapula) dan
extremitas lower (ossa pedis, ankle joint, cruris, knee joint, femur, hip joint)
(Clark, 2011)
hip joint merupakan pertemuan pertemuan dua atau beberapa tulang dari
kerangka. Sendi panggul atau hip merupakan sendi yang menghubungkan pelvis
dengan tulang paha (femur). Sendi panggul memiliki 2 bagian yaitu caput femoris
dan acetabulum.
B. Rumusan Masalah
Agar dalam penyusunan tugas ini penulis dapat lebih terarah serta
karenaketerbatasan waktu dan terbatasnya kemampuan penulis, maka
penulis hanyamembahas masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah teknik pemeriksaan radiografi hip joint dengan proyeksi
AP dan Lateral dalam beberapa literature buku dan jurnal ?
2. Apakah pemeriksaan radiologi hip Joint dengan menggunakan proyeksi
AP atau Lateral saja , telah cukup efektif dalam menegakkan diagnosa?
C. Tujuan Penulisan
1. .Untuk mengetahui prosedur pelaksana dari Pemeriksaan Radiografi Hip
Joint AP dan Lateral
2. .Untuk mengetahui masalah yang harus dikaji dalam pemeriksaan
Radiografi AP dan Lateral
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teori
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta memberikan
informasi kepada pembaca mengenai pemeriksaan Hip joint dengan
Proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral.
2. Manfaat Institus
Sebagai bahan referensi dan pustaka di kampus STIKes Cirebon
terutama pada program studi D3 Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi.
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Anatomi
1. Anatomi Hip Joint
Hip Joint merupakan jenis persendian enarthrosis yang
dibentuk oleh caput ossis femoris dan acetabulum dari os coxae.
Acetabulum
Acetabulum (dari bahasa Latin, yang berarti “cangkir cuka”)
adalah socket/cekungan yang dalam dan berbentuk cangkir setengah
bulat. Sekitar 60°-70° dari tepi acetabulum, tidak melingkar lengkap
di dekat inferiornya, terbentuk incisura acetabuli. Caput ossis
femoris kontak dengan acetabulum hanya di sepanjang permukaan
yang berbentuk tapal kuda (facies lunata). Facies lunata ditutupi
dengan cartilago articularis, yang paling tebal di sepanjang daerah
superior anterior kubahnya (Gambar 2). Daerah dengan cartilago
yang paling tebal (sekitar 3,5 mm) sesuai dengan kira-kira daerah
berkekuatan sendi tertinggi selama berjalan. Selama berjalan,
kekuatan panggul berubah-ubah dari 13% berat badan (BB) selama
fase midswing sampai di atas 300% BB selama fase midstance.
Selama fase stance-- ketika kekuatan terbesar-- facies lunata sedikit
mendatar sebagaimana incisura acetabuli sedikit melebar sehingga
meningkatkan area kontak sebagai cara untuk mengurangi tekanan
tertinggi. Hal ini merupakan mekanisme peredam alami yang
menggambarkan desain lain yang berusaha untuk menjaga stres
pada tulang subchondral pada level fisiologis yang dapat ditoleransi.
Fossa acetabuli adalah suatu cekungan yang terletak dalam
pada dasar dari acetabulum (Gambar 2). Karena fossa acetabuli
biasanya tidak kontak dengan caput ossis femoris, fossa tersebut
tanpa cartilago. Sebaliknya, fossa acetabuli berisi ligamentum teres
femoris, lemak, membrana synovialis, dan pembuluh darah.
Labrum acetabulare
Labrum acetabulare adalah suatu fibrocartilago utama dan
berbentuk cincin yang tidak lengkap mengelilingi tepi luar
acetabulum. Di dekat incisura acetabuli, labrum acetabulare melebar
saat berubah menjadi ligamentum transversum acetabuli. Labrum
acetabular hampir tampak segitiga pada potongan melintang,
dengan apex mengarah ke luar sekitar 5 mm dari caput ossis femoris.
Basis dari labrum acetabulare melekat di sepanjang permukaan
dalam dan permukaan luar dari tepi acetabulum.
Bagian dari labrum acetabulare yang melekat pada permukaan
dalam berhubungan dengan cartilago articularis pada acetabulum.
Labrum acetabulare menyediakan stabilitas panggul yang bermakna
dengan “menggenggam” caput ossis femoris dan dengan
memperdalam volume socket kira-kira 30% untuk menambah
kedalaman cakupan dan mengurangi diskongruensi sendi. Labrum
acetabulare secara langsung melindungi cartilago articularis dengan
mengurangi stres kontak (kekuatan/area) dengan meningkatkan
area permukaan dari acetabulum. Labrum acetabulare terutama
mengandung fibrocartilago yang memiliki vaskularisasi buruk, yaitu
hanya menerima suplai darah yang rendah untuk 1/3 luarnya. Oleh
karenanya, suatu robekan pada labrum acetabulare memiliki
kemampuan untuk sembuh yang terbatas. Berbeda dengan
vaskularisasinya yang buruk, labrum acetabulare disuplai dengan
baik oleh nervi afferentes yang mampu memberikan umpan balik
proprioseptif dan, memberikan sensasi nyeri apabila labrum
acetabulare mengalami cedera akut.
2.2 Patofisiologi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial (Rasjad,
2007). Patah tulang pinggul adalah patahnya tulang pada kuartal atas dari
femur (tulang paha). Hip adalah gabungan bola dan sendi . Hal inilah
yang memungkinkan kaki bagian atas bisa menekuk dan memutar di
pinggul.
Cedera adalah penyebab yang jelas pada patah tulang pinggul.
Dalam populasi lanjut usia, cedera merupakan hasil dari hilangnya
keseimbangan dan insiden jatuh. Osteoporosis adalah suatu penyakit di
mana tulang menjadi rapuh dan memiliki kemungkinan untuk terjadinya
patah tulang, ini bisa melemahkan leher femur ke titik bahwa setiap
peningkatan tekanan dapat menyebabkan leher femur untuk mengalami
patah tulang secara tiba-tiba, yang juga dapat disebabkan oleh lutut dan
sendi pinggul yang menempatkan terlalu banyak tekanan di leher femur.
Beberapa penyebab osteoporosis mungkin berhubungan dengan
penuaan, nutrisi / lifestyle, obat atau penyakit lainnya (Baylor, 2009).
Penurunan kekuatan/densitas tulang dan koordinasi
neuromuskular meningkatkan risiko fraktur osteoporosis, dan fraktur
femur proksimal merupakan fraktur yang paling serius yang ditimbulkan
akibat osteoporosis. Fraktur hip osteoporosis berhubungan dengan
penurunan kekuatan tulang dan insiden jatuh. Jatuh (simple fall)
merupakan kejadian dan faktor risiko yang sangat berperan terhadap
terjadinya fraktur femur proksimal (fraktur hip) pada usia tua
(Setyonegoro, 2009). Fraktur collum femur terjadi paling sering pada
wanita usia lanjut (Canale dan Beaty, 2008). Arah terjadinya jatuh
merupakan determinan yang penting pada kejadian fraktur hip. Saat
mengalami jatuh, risiko fraktur akan meningkat 6 kali saat jatuh ke arah
samping (sideway fall) dibanding jatuh ke depan (forward fall) atau ke
belakang (backward fall). Studi lainnya menyebutkan bahwa impaksi
pada sisi lateral pelvis meningkatkan risiko fraktur sebesar 20-30 kali
lipat dibandingkan saat jatuh ke sisi lainnya, selain itu jatuh
berputar/berbelok berisiko menyebabkan fraktur lebih tinggi dibanding
saat berjalan lurus. Faktor lain yang berhubungan dengan risiko fraktur
potensial energi meliputi jatuh dari ketinggian, berat badan, ketebalan
jaringan lunak pada regio trokhanter, kekuatan otot, kontrol
neuromuskular dan kemampuan respon protektif seseorang
(Johannesdottir, 2012).
3. Faktor Risiko Fraktur Hip
Risiko terjadinya fraktur tulang pinggul yaitu diantaranya usia,
osteoporosis, wanita berkulit putih, riwayat kehamilan yang
menyebabkan fraktur tulang pinggul, konsumsi alkohol dan kafein yang
berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, berat badan rendah, tinggi badan
yang melebihi rata-rata normal, fraktur tulang pinggul sebelumnya,
penggunaan obat-obatan psikotropika, lingkungan tempat tinggal,
melemahnya penglihatan dan demensia (Zuckerman, dalam Filipov :
2014).
Ray Marks (2010) mengelompokkan faktor risiko fraktur hip
menjadi dua faktor, antara lain:
a. Faktor Biomekanik
1) Jatuh
Terdapat hubungan yang kuat antara mediator yang berkaitan
dengan insiden jatuh dan luka fraktur hip yaitu diantaranya
gangguan keseimbangan, gangguan neuromuskular dan
muskuloskletal, tipe jatuh, kecepatan dan berat ringannya insiden
jatuh, penurunan kekuatan yang berkaitan dengan usia, gangguan
kognitif serta penyakit serius pada lansia.
2) Kurangnya aktivitas fisik
Orang lanjut usia dengan aktivitas fisik yang kurang memiliki
risiko fraktur hip dua kali lebih besar. Karena aktivitas yang kurang
dapat berdampak negatif pada kesehatan tulang, fisiologi tulang,
massa otot, status kesehatan secara keseluruhan dan paparan
vitamin D.
3) Kelemahan otot
Beberapa peneliti menyebutkan bahwa kelemahan otot
berhubungan dengan respon refleks yang lebih lambat dan dapat
secara signifikan meningkatkan risiko jatuh. Kelemahan otot dapat
meningkatkan risiko menderita fraktur hip, dikarenakan dampak
negatif jangka panjang pada densitas tulangnya dan kapasitas
muscle shock absorbing.
4) Antropometri tubuh
Wanita yang berusia tua dengan tubuh yang lebih kecil lebih
berisiko mengalami fraktur hip, dikarenakan densitas mineral
tulangnya yang lebih rendah.
5) Struktur tulang
Densitas mineral tulang secara signifikan berhubungan dengan
mobilitas fungsional dan massa tubuh yang rendah. Densitas
mineral tulang dan massa tulang yang rendah berkontribusi dalam
risiko terjadinya fraktur hip.
FFD = 90 cm
Tampak Tulang Pubis dan Ischi superposisi diatas sacrum dan coxigis
2. LATERAL
FFD = 90 cm
Kriteria Evaluasi =
DEVELOPING
RINSING
Tahap ini tetap harus dilakukan dalam ruang gelap di bawah safelight
FIXING
Proses fixing dilakukan dg cara memasukkan film dlm lar fixer selama 10
menit, danmenggoncangkan film setiap 5-30 detik utk mencegah terbentuknya
gelembung udara,sampai terbentuk bayangan gigi dan jar sekitarnya
WASHING
Menggunakan air mengalir sampai bau asam dari lar fixer menghilang.
1. Proteksi pasien.
Kolimasi secukupnya dengan memperkecil luas lapangan
penyinaran.
Menggunakan factor eksposi yang tepat.
Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan.
Waktu penyinaran sesingkat mungkin.
Pasien menggunakan apron.
Pasien hamil pada triwulan pertama sebaiknya di tangguhkan.
2. Proteksi petugas
Tidak menggunakan berkas sinar – X yang mengarah ke petugas.
Berlindung pada tabir / tirai, saat melakukan eksposi.
3. Proteksi bagi masyarakat.
Pintu pemeriksaan tertutup rapat.
Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan umum.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Persiapan pasien
Pada pemeriksaan radiografi Hip Joint harus di jauhkan dari benda
logam sepeti cincin dan gelang.
2. Alat dan bahan
- Kaset dan film (24 x 30 cm)
- Marker R/L
- Meja pemeriksaan
- Gird
- Pesawat sinar-x
3.3 Proyeksi Pemeriksan
1. Proyeksi pemeriksaan Hip Joint AP
FFD = 90 cm
Kriteria Evaluasi =
Tampak Tulang Pubis dan Ischi superposisi diatas sacrum dan coxigis
FFD = 90 cm
Kriteria Evaluasi =
http://adityawarm.blogspot.com/2013/04/proyeksi-pemeriksaan-hip-
joint.html
https://repository.unimal.ac.id/4005/1/%5BAl%20Muqsith%5D
%20ANATOMI%20DAN%20BIOMEKANIKA%20SENDI
%20PANGGUL%20-%202017.pdf
file:///C:/Users/user/Downloads/[Al%20Muqsith]%20ANATOMI%20DAN
%20BIOMEKANIKA%20SENDI%20PANGGUL%20-%202017%20(1).pdf