Anda di halaman 1dari 74

Putri Raja Spanyol Hadir di Pengadilan

PALMA, JUMAT Putri Cristina (48), putri Raja Spanyol Juan Carlos, diperiksa
Pengadilan Spanyol atas tuduhan penggelapan pajak dan pencucian uang. Pemeriksaan
terhadap Cristina di pengadilan merupakan sejarah baru karena untuk pertama kalinya
anggota keluarga kerajaan diperiksa sebagai tersangka.
Cristina tiba di pengadilan di Palma, Mallorca, Spanyol, diantar menggunakan mobil
berwarna gelap serta hanya mengangguk kepada kru televisi, reporter, dan fotografer yang
sudah menantinya di depan pintu gedung pengadilan. Hakim penyidik, Jose Castro, pun
segera memeriksa Cristina di sebuah ruang sidang, beberapa menit setelah kedatangan sang
putri.
Ini merupakan kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saya berharap keadilan akan
terwujud, kata Virginia Lopez, seorang pengacara dari kelompok penekan sayap kanan
Manos Limpias, di Palma, Sabtu (8/2).
Cristina dituduh terlibat dalam penipuan yang dilakukan sang suami, Pangeran Inaki
Urdangarin. Urdangarin, yang merupakan mantan anggota skuad bola tangan Spanyol di
Olimpiade, juga sudah menjalani pemeriksaan.
Cristina adalah salah seorang anggota dewan yayasan organisasi amal. Bersama sang suami,
ia mempunyai sebuah perusahaan lain bernama Aizoon. Penyidik mencurigai perusahaan ini
digunakan hanya sebagai kedok untuk praktik pencucian uang. Namun, pasangan ini sudah
menyangkal tuduhan tersebut.
Kasus ini diungkap oleh Castro yang sebelumnya melakukan penyelidikan terhadap
Urdangarin yang dicurigai memanfaatkan jabatannya sebagai Duke of Palma de Mallorca
untuk memalsukan kontrak publik melalui Noos Institute.
Noos adalah organisasi nirlaba yang didirikan Urdangarin bersama seorang rekan bisnisnya
untuk menyalurkan uang ke perusahaan lain, termasuk Aizoon.
Melalui bukti di pengadilan, Castro ingin membuktikan kejelasan aliran dana sebesar 1,2 juta
euro yang telah ditransfer dari Noos ke Aizoon. Setelah menginvestigasi selama dua tahun,
Castro mencurigai Aizoon digunakan untuk mencuci uang yang dipalsukan oleh Urdangarin.
Kegiatan pencucian uang tersebut meliputi kelas tari salsa dan merengue di rumah keluarga
yang tidak jelas hubungannya dengan kegiatan di Aizoon.
Pada 2010, Castro mulai menyelidiki Noos. Pada 2011 kasus ini meledak setelah Urdangarin
diumumkan sebagai tersangka. Penetapan Urdangarin ini yang kemudian memunculkan
perdebatan mengenai keluarga kerajaan.
Publik gempar
Januari lalu, Castro membuat gempar publik Spanyol setelah mengumumkan Cristina, putri
bungsu Raja Juan Carlos, sebagai tersangka. Cristina sangat tenang, kata pengacaranya,
Jesus Maria Silva.
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap Cristina menandai pertama kalinya anggota keluarga
kerajaan diperiksa sebagai tersangka. Pemanggilan terhadap Cristina didasari tuntutan publik
selama dua tahun terakhir.
Sekelompok pro-Republik pun melakukan unjuk rasa di dekat pengadilan. Kelompok ini
mencoret bendera merah-kuning-ungu milik Republiken dengan tulisan berbunyi negara
dipimpin oleh demokrasi, bukan garis keturunan.
Mereka sudah mendapat banyak uang dan sepertinya masih terus menginginkan lebih, kata
Rafaela Garcia (70), seorang demonstran. Sementara, menurut perempuan yang bekerja
sebagai pekerja sosial ini, ia bertemu banyak warga Spanyol yang harus berjuang untuk
mencari uang hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Masa depan kerajaan
Di sisi lain, tuduhan terhadap Cristina dan Urdangarin ini membuat Spanyol semakin jatuh
dalam krisis serta menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan kerajaan tersebut. Citra
keluarga Raja Juan Carlos telah jatuh sejak tiga tahun lalu, ketika kasus yang menjerat
Urdangarin menyeruak ke publik.
Perjalanan berburu gajah yang dilakukan Juan Carlos pada 2012 ke Afrika juga tidak
membantu menaikkan popularitasnya karena perjalanan tersebut dilakukan ketika mayoritas
warga Spanyol sedang menderita akibat resesi.
Indikasi jatuhnya popularitas Juan Carlos terlihat dari survei yang dilakukan belum lama ini.
Sebanyak 62 persen warga Spanyol memilih Juan Carlos turun dari takhta. (AFP/A01/A10)








Mukernas PPP
Capres Ditentukan oleh Ketua Umum

BANDUNG, KOMPAS Musyawarah Kerja Nasional II Partai Persatuan Pembangunan
memberi mandat kepada ketua umum dan pengurus harian partai itu untuk menentukan waktu
yang tepat setelah Pemilu Legislatif 2014 guna menetapkan calon presiden dan calon wakil
presiden yang akan diusung dalam Pemilu Presiden 2014. Demikian salah satu butir
kesimpulan mukernas yang disepakati Sabtu (8/2) malam.
Dalam pandangan umum yang digelar kemarin siang hingga sore hari, mayoritas pengurus
wilayah PPP tak menginginkan adanya deklarasi capres sebelum pileg. Ketua DPW PPP
Sulawesi Selatan Amir Uskara mengatakan, ada 26 dari 33 DPW PPP yang berpendapat
seperti itu. Ini karena yang dideklarasikan bisa mentah jika perolehan suara PPP dalam pileg
mendatang tidak cukup untuk mengusung pasangan capres dan cawapres sendiri sehingga
harus berkoalisi dan tawar-menawar dengan parpol lain.
Undang-Undang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden menyatakan, pasangan capres dan
cawapres diusung parpol atau kumpulan parpol yang minimal punya 20 persen kursi DPR
atau 25 persen suara sah nasional di pileg.
Saat ini, PPP sebaiknya fokus dahulu pada pemenangan Pileg 2014, kata Amir.
Namun, menurut Amir, DPW merekomendasikan sembilan nama untuk diusung PPP sebagai
capres. Mereka adalah Ketua Umum PPP Suryadharma Ali, Gubernur DKI Jakarta Joko
Widodo, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Ketua
Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu Jimly Asshiddiqie, Bupati Kutai Timur Isran Noor, mantan Menteri Pemberdayaan
Perempuan Khofifah Indar Parawansa, dan putri Gus Dur, Yenny Wahid.
Ketua DPW PPP Jawa Barat Rachmat Yasin mengatakan, nama-nama capres dari eksternal
perlu dimunculkan selain calon dari internal.
Terhadap pandangan sebagian besar DPW ini, Sekretaris Jenderal PPP M Romahurmuziy
mengatakan, DPP menghormati dan menjadikannya sebagai masukan.
Selama ini, sebagian pengurus DPP PPP cenderung menginginkan deklarasi capres sebelum
pileg dengan kandidat kuatnya adalah Suryadharma Ali.
Menurut Suryadharma, penetapan capres sebelum pileg memiliki sejumlah keuntungan.
Langkah itu berpotensi mendongkrak elektabilitas partai di pileg dan dapat meningkatkan
soliditas kader PPP.
Namun, Suryadharma enggan berkomentar mengenai kesiapannya jika diusung mukernas kali
ini sebagai capres. Tunggu saja keputusan mukernas, ujarnya.
Ketua DPP PPP Aenur Rofiq mengatakan, PPP mementingkan kadernya sebagai capres.
Namun, PPP akan bersikap realistis jika perolehan suara dalam pileg tidak mendukung.
(FAJ)














Parpol Gunakan Celah
Definisi Kampanye di Media Jadi Persoalan

JAKARTA, KOMPAS Longgarnya definisi tentang pemberitaan, penyiaran, dan iklan kampanye
membuat sejumlah partai politik, capres, dan caleg terus aktif menyampaikan materi bernuansa
kampanye di media massa. Apalagi, kegiatan itu diyakini efektif menaikkan elektabilitas.
Pasal 1 Ayat 20 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kampanye Anggota DPR, DPD, dan DPRD menyebutkan, pemberitaan,
penyiaran, dan iklan kampanye adalah pesan kampanye dari peserta pemilu yang berisi
ajakan dan imbauan untuk memberi dukungan kepada peserta pemilu tersebut.
Atas pertimbangan itu, Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Patrice Rio Capella, Sabtu (8/2), di
Jakarta, mengatakan, bentuk sosialisasi seperti iklan ucapan hari raya yang sering
disampaikan partainya tidak perlu dilarang. Ini karena dalam iklan tidak ada ajakan langsung
kepada penonton untuk memilih Nasdem.
Ketua DPP Partai Hati Nurani Rakyat Yuddy Chrisnandi mengaku tidak mengetahui pasti ada
tidaknya pelanggaran dalam tayangan iklan partainya. Hanura siap menyesuaikan dengan
aturan yang ditetapkan selama ada payung hukum yang jelas ketimbang berdasarkan
keberatan pihak-pihak tertentu.
Menurut Yuddy, elektabilitas Hanura dan Wiranto sebagai calon presiden (capres) dari
partainya banyak terbantu oleh penayangan iklan di televisi. Setelah sempat merasakan tidak
punya stasiun televisi, lalu sekarang punya, kami akan manfaatkan semaksimal mungkin.
Saya rasa kalau parpol punya stasiun televisi pun mereka akan melakukan hal yang sama,
katanya.
Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia, Idy Muzayyad, mengatakan, iklan atau acara
termasuk kampanye jika sudah menyebut program kerja dan meyakinkan pemilih untuk
memilih dirinya.
Komisioner KPU, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, menegaskan, kampanye melalui media massa
hanya diperbolehkan pada 16 Maret-5 April 2014. Pelanggaran penayangan iklan di luar
jadwal merupakan tindak pidana.
Dalam UU No 8/2012 tentang Pemilu disebutkan, setiap peserta pemilu maksimal dapat
memasang iklan sebanyak 10 spot berdurasi paling lama 30 detik di setiap stasiun televisi
setiap hari dan 10 spot berdurasi paling lama 60 detik untuk setiap stasiun radio setiap hari.
Televisi dan radio mohon tetap menjaga netralitas dan tidak mengutamakan golongan
tertentu, ucap Ferry.
Ia juga mengingatkan, pejabat negara, pimpinan, dan anggota legislatif yang menjadi caleg
dilarang jadi pemeran iklan layanan masyarakat institusinya di media massa selama 6 bulan
sebelum pemungutan suara. (AMR/A01)























Obituari
Selamat Jalan Bapak Pariwisata
Oleh: Mari Pangestu

Bapak Joop Ave telah dipanggil Tuhan Yang Maha Esa tanggal 5 Februari 2014 pada usia 79
tahun. Indonesia kehilangan seorang tokoh yang telah menjadi panutan untuk bidang
protokoler negara, promosi Indonesia, dan pembangunan pariwisata.
Selama 20 tahun menangani protokol negara, baik sebagai Kepala Rumah Tangga Istana
Kepresidenan maupun Dirjen Protokol dan Konsuler Deplu, dia telah menciptakan standar
protokol negara. Hal tersebut termasuk didikan protokoler dan perilaku yang tepat bagi para
diplomat dan keluarganya yang ke luar negeri. Semua yang mengenalnya pasti mengenal Pak
Joop yang sangat teliti, memperhatikan detail, dan boleh dikatakan cerewet. Cerita yang
menarik dari anak buahnya adalah bahwa walaupun cerewet mengenai protokoler, untuk
dirinya sendiri dia tidak protokoler dan bahkan lebih sering informal agar dapat akrab dan
membaur.
Bapak Joop Ave juga sangat memahami dan piawai dalam mempromosikan Indonesia
sebagai negara dan bangsa yang besar, tidak saja terbatas pada pariwisata. Dia sangat
mencintai dan memahami keindahan alam, warisan budaya, dan orang kreatif Indonesia.
Bahkan, dia pendukung industri kreatif, termasuk batik, fashion, musik, film, fotografi, seni
rupa, interior, arsitektur, dan kuliner. Maka, tidak mengherankan, saat awal-awal kita
menyusun konsep ekonomi dan industri kreatif Indonesia tahun 2007, dia mendukung 100
persen dan kami sering berkonsultasi dengannya.
Lebih penting lagi, dia memberi tempat terhormat bagi orang kreatif Indonesia. Dia yang
mendorong Iwan Tirta menggunakan batik dalam fashion dan interior, termasuk di Istana.
Dia juga terlibat intensif dalam berbagai acara dan program di luar negeri, seperti restoran
Indonesia, Ramayana di New York, dan berbagai peragaan fashion, membawa rombongan
kultur dan budaya tradisional dan kontemporer ke New York dan AS sebagai wahana
promosi Indonesia.
Setiap hari ke kantor saya di Gedung Sapta Pesona, saya merasakan sentuhan Pak Joop mulai
dari patung Arjuna Wiwaha karya Nyoman Nuarta di depan hingga masuk ke ruangan.
Gedung Sapta Pesona adalah gedung yang dirancang almarhum dengan menggunakan
perusahaan arsitek Indonesia ternama, yaitu Artelier 6, dan interior yang sangat kreatif.
Sampai sekarang, gedung ini tetap menjadi rujukan standar pembangunan gedung kantor
pemerintah.
Tak berlebihan jika Joop Ave disebut sebagai Bapak Pariwisata karena selama 16 tahun
membangun pariwisata Indonesia sebagai Direktur Jenderal Pariwisata mulai 1982 dan
Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (1993-1998).
Dia yang menyempurnakan standar hospitality dan hotel berbintang. Menurut anak buahnya,
Pak Joop selalu menegaskan hospitality is detail serta bagaimana melayani tamu dengan
prima dan memahami keperluan mereka, apakah itu tamu negara atau bukan. Pada pertemuan
terakhir saya dengan Pak Joop beberapa bulan lalu di Bali, dalam keadaan tidak sehat, dia
meminta anak buahnya menelepon anggota staf saya untuk menanyakan kue kesukaan saya
agar dapat disuguhkan saat bertemu. Saat pamit pun, kami diantar sampai ke luar walaupun
dia sulit berjalan.
Di samping itu, agar industri pariwisata dapat dibangun, dia sadar bahwa perlu menarik
investasi dengan menggunakan insentif fiskal, dukungan prasarana dan perencanaan yang
baik. Salah satu gagasan dia adalah dibentuknya Bali Tourism Development Corporation
yang menjadi pengembang dan pengelola Nusa Dua. Perencanaan yang baik juga berarti
persiapan SDM pariwisata dari awal dengan dibentuknya balai pelatihan dan hotel untuk
praktik, yang sekarang menjadi Sekolah Tinggi Pariwisata Bali.
Dalam pengembangan Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, dia juga menaruh banyak
perhatian terhadap upaya menjaga kearifan lokal dan warisan budaya Bali. Salah satu inisiatif
briliannya adalah Garuda Wisnu Kencana. Tidak lupa pula bagaimana agar kunjungan
wisatawan mancanegara meningkat, mereka perlu difasilitasi, antara lain bebas visa
kunjungan singkat.
Kita perlu mengingat kembali visi perencanaan dan pengembangan pariwisata berkelanjutan
yang dimulai Pak Joop yang masih relevan, baik dalam implementasi program MP3EI
maupun pengembangan kawasan strategis pariwisata.
Dia juga mendorong pembangunan hotel berbintang dan gedung konvensi dalam rangka
Indonesia menjadi tuan rumah berbagai pertemuan internasional. Hal itu dimulai dengan
pembangunan Bali International Convention Center untuk menjadi tuan rumah Pacific Asia
Travel Association tahun 1991 dan World Tourism Organization General Assembly tahun
1993. Di Jakarta, Jakarta Convention Center dibangun dalam rangka Konferensi Tingkat
Tinggi Gerakan Nonblok 1992 yang dihadiri 62 kepala negara.
Dari dahulu, Pak Joop sudah melihat bagaimana ajang pertemuan internasional dapat
digunakan untuk promosi. Pada pertemuan APEC 1994 di Bogor, misalnya, kepala negara
APEC berfoto di depan Istana Bogor menggunakan batik yang didesain Iwan Tirta setelah
menyepakati fondasi APEC, The Bogor Goals. Tradisi penggunaan busana setempat oleh
kepala negara diikuti hampir semua tuan rumah APEC setelah itu.
Dia sangat fasih dalam pembicaraan, memberi sambutan, dan menyampaikan pidato dalam
bahasa Indonesia ataupun Inggris. Kita dapat dibuat terkesan dan tertawa terpingkal-pingkal
mendengarkannya. Di atas semua itu, dia mempunyai hati yang besar. Dan, saya sebagai
yuniornya sangat menghargai momen-momen di mana kami dapat berkonsultasi dan
mendapat masukan baik mengenai promosi Indonesia, industri kreatif, maupun pariwisata.
Selamat jalan, Pak Joop.






















RI-Papua Niugini
Kapal Cepat WNI Ditenggelamkan


JAKARTA, KOMPAS Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut Merauke
Brigjen Marinir Buyung Lalana, Sabtu (8/2), mengatakan, kapal cepat warga negara
Indonesia dikejar dan ditenggelamkan aparat keamanan Papua Niugini pada Kamis sekitar
pukul 10.00 waktu setempat. Akibatnya, lima penumpang kapal cepat hilang di laut.
Berdasarkan keterangan saksi korban, Antonius Basik Basik dan Yakobus Mahuse, warga
Merauke, peristiwa itu terjadi saat 10 WNI berangkat dari Merauke menuju Kadawa, Papua
Niugini (PNG), dengan menumpang kapal cepat (speedboat) bermesin ganda 2 x 40 PK
untuk membeli hasil laut teripang dan gelembung ikan di negara tetangga, kata Buyung.
Penumpang kapal cepat adalah Alexander Tjoa (38) dan Ferdi Tjoa (24), warga Jalan Ternate
Okaba Gang Satu, Seringgu, Merauke; Roby Rahel (39), warga Jalan Ahmad Yani, Merauke;
Jhon Kaize (41), warga Jalan Menara Lampu Satu, Merauke; Vikar (17), warga Jalan Ternate
Seringgu, Merauke; Maya Gebze (17), Andreas Mahuze (26), dan Yakobus Mahuze (28),
ketiganya warga Kampung Nasem; Antonius Basik Basik (26), warga Jalan Menara Lamou
Satu Merauke; serta Silvester Basik Basik (27), warga Kampung Nasem.
Menurut Buyung, rombongan WNI tersebut membawa bekal untuk hidup di PNG selama 30
hari hingga kembali ke Merauke. Perbekalan yang dibawa, antara lain, 3 drum dan 21 jeriken
bahan bakar minyak untuk perjalanan pergi-pulang Merauke-PNG, 10 karung beras, 10
kardus mi instan, 2 jeriken minyak goreng, tepung terigu, dan gula.
Uang diambil
Dalam perjalanan menuju Papua Niugini, terjadi insiden. Kapal cepat mereka dikejar tentara
PNG. Setelah berhasil dikejar, kapal cepat mereka ditenggelamkan dan uang untuk membeli
hasil bumi di PNG, sekitar Rp 700 juta (mereka membawa uang kina, mata uang Papua
Niugini), disita oknum tentara PNG.
Mereka ditinggalkan di pulau karang berjarak 10 kilometer dari daratan di wilayah Papua
Niugini. Sejumlah korban bisa berenang dan selamat. Namun, kami mendapat kabar ada lima
orang yang tenggelam. Kami sudah menghubungi keluarga para WNI di Merauke dan
menyiapkan langkah penanganan yang diperlukan, kata Buyung.
Lima warga negara Indonesia yang belum ditemukan adalah Alexander Tjoa, Ferdi Tjoa,
Roby Rahel, Jhon Kaize, dan Vikar.
Buyung menambahkan, selama ini lalu lintas batas tradisional dari Indonesia ke PNG dan
sebaliknya berjalan baik. Pihaknya akan berkoordinasi dengan instansi terkait sehubungan
dengan insiden yang membuat WNI hilang tersebut.
Dihubungi di Merauke, pemerhati masyarakat Marin (orang asli Merauke), Alloysius
Dumatubun, menyesalkan kejadian penenggelaman itu. Perbuatan yang sangat keji, kata
Alloysius Dumatubun yang juga praktisi hukum setempat.
Ia meminta agar peristiwa ini didalami aparat dan pemerintah. Menurut dia, masalah
pencegatan yang diikuti penembakan oleh oknum tentara PNG tidak muncul secara tiba-tiba.
Orang Marin di Merauke ini baku saudara dengan orang PNG. Kenapa ada kejadian ini,
pasti ada sesuatu, katanya. (ONG/ICH)


















Terpidana Narkotika
Corby Tak Dilepas jika SK Belum Diterima

BANDUNG, KOMPAS Hingga Sabtu (8/2), surat keputusan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia yang menyetujui usulan pembebasan bersyarat terpidana
narkotika asal Australia, Schapelle Leigh Corby, belum diterima pihak Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Denpasar, Kerobokan, Badung, Bali. Sebelum
mendapatkan surat keputusan tersebut, Corby tak akan dikeluarkan dari LP.
Kepala LP Kerobokan Farid Junaedi menyatakan, pihaknya masih menunggu surat keputusan
(SK) tersebut. Harus surat yang asli, dan sampai hari ini, surat itu belum kami terima,
katanya.
Corby diperkirakan segera keluar dari LP Kerobokan dalam waktu dekat ini setelah SK
pembebasan bersyaratnya diterima. Meskipun sudah memperoleh pembebasan bersyarat,
Corby belum boleh meninggalkan Indonesia hingga masa pidananya habis, yakni Juli 2017.
Dalam catatan, Corby adalah salah seorang terpidana yang mendapatkan pembebasan
bersyarat setelah Mohammad Hasnan, warga negara Malaysia, dan Michael Loic Blanc
(Perancis).
Dari siaran pers Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang diterima, dengan
pembebasan bersyarat itu, Corby diwajibkan melapor kepada Balai Pemasyarakatan (Bapas)
Denpasar sesuai jadwal yang ditentukan. Pembebasan bersyarat dapat dicabut apabila Corby
melakukan pelanggaran hukum, terindikasi melakukan pengulangan pidana, menimbulkan
keresahan di masyarakat, dan tidak lapor ke Bapas Denpasar tiga kali berturut-turut.
Selain itu, hak pembebasan bersyarat juga akan hilang jika Corby tidak melaporkan
perubahan alamat tempat tinggal dan tidak mengikuti atau mematuhi program pembimbingan
yang ditetapkan Bapas Denpasar.
Corby ditangkap di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Oktober 2004, setelah petugas
menemukan sekitar 4,2 kilogram mariyuana di tasnya. Corby kemudian dijatuhi hukuman 20
tahun penjara pada 2005 setelah dia dinyatakan bersalah dalam kasus narkotika tersebut.
Menunggu berhari-hari
Sepekan sejak akan disetujuinya usulan pembebasan bersyaratnya oleh Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia, LP tempat penahanan gadis asal Queensland, Australia, itu
mendapat perhatian luar biasa dari para awak media yang menunggu di depan pintu masuk
kompleks penjara terbesar di Bali itu.
Bukan hanya awak media lokal dan nasional, melainkan juga media luar negeri, terutama
berasal dari Australia. Keluarga dan kerabat Corby juga silih berganti berdatangan memasuki
LP Kerobokan. Mereka di antaranya kakak kandung Corby, Mercedes, yang didampingi
suaminya, Wayan Widyartha, pria asal Bali.
Hampir satu setengah tahun dia (Corby) menunggu pembebasan bersyarat. Kami menunggu
dia dibebaskan, ujar Mercedes saat ditanya pers.
Dia mengaku, keadaan Corby saat ditemui di LP Kerobokan dalam kondisi baik-baik saja.
Dia sehat dan bahagia, katanya.
Keluarga, lanjut Mercedes, mengaku hanya pasrah dan berdoa untuk kebebasan bersyarat
Corby. Kami hanya berdoa, berdoa, dan berdoa, ujar ipar Corby, Wayan.
Kepala LP Kerobokan Farid yang tercatat baru sekitar empat bulan menjabat di sana merasa
heran terhadap pers yang dinilainya istimewa memperlakukan Corby.
Pagi-pagi, saya ditelepon wartawan dan ditanya soal Corby. Siang-siang juga ditanya lagi
soal Corby. Malam-malam, eh, wartawan juga telepon-telepon saya lagi soal Corby. Saya
bingung dan bingung..., ujarnya seraya mengerutkan dahi.
Farid juga tak habis pikir bagaimana harus melayani pertanyaan wartawan, terutama asing.
Padahal, pertanyaan yang dilontarkan mirip dan sama.
Jujur saja, saya malas angkat telepon dan balas pesan singkat wartawan. Mengapa? Karena
saya merasa Corby itu tak perlu diistimewakan. Saya perlakukan sama dengan napi lain.
Kalau sakit, kami urus. Kalau berulah, kami tegur, ucapnya. (COK/AYS)










anak korban perang
Tak Pernah Menjadi Masa Lalu
Oleh: maria hartiningsih

Dalam perang, anak berada di baris terdepan sebagai korban. Mereka mengalami berbagai
tindak kekejian. Tak banyak yang bisa lolos dan menemukan kehidupan baru. Sebagian besar
bertahan dengan beban psikologis yang dipikul sampai mati. Laporan investigasi PBB
mencatat, anak-anak korban perang di Suriah mengalami kekerasan seksual di rumah tahanan
pemerintah dan dipaksa bertempur. Sebagian dari anak-anak itu juga disiksa dan digunakan
sebagai perisai hidup warga sipil.
Diperkirakan sedikitnya 10.000 anak tewas sejak konflik bersenjata pecah pada Maret 2011
di Suriah. Pelanggaran berat terhadap anak itu dilakukan oleh semua pihak yang terlibat
dalam konflik. Lebih dari 100.000 orang tewas dan jutaan orang lainnya telantar.
Menurut harian The New York Times (4/2), dampak perang selama hampir tiga tahun
terhadap anak-anak di Suriah itu dipaparkan diam-diam kepada Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pekan lalu, ketika wakil Pemerintah Suriah dan oposisi
bertemu di Geneva, Swiss, untuk perundingan damai yang difasilitasi PBB.
Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Isu Anak dalam Konflik Bersenjata Leila
Zerrougui dijadwalkan bertemu Dewan Keamanan PBB pekan depan.
Laporan itu menyatakan, anak-anak mulai usia 11 tahun disekap di rumah tahanan
pemerintah bersama orang dewasa. Menurut saksi mata, mereka disiksa agar anggota
keluarga yang dicurigai punya hubungan dengan pihak oposisi mengaku dan menyerah.
Mereka mengalami ancaman dan tindakan pemerkosaan dan berbagai bentuk siksaan seksual,
baik anak perempuan maupun laki-laki, serta siksaan fisik dan mental, termasuk dipaksa
melihat kerabatnya disiksa.
Serdadu anak
Laporan itu juga menyatakan, Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dari kelompok oposisi
utama merekrut anak sebagai combatant. Tuduhan itu ditolak oleh juru bicara dewan militer
tertinggi pihak oposisi, Omar Abu Leila (nama samaran). Namun, dikatakan, mungkin saja
hal itu dilakukan pemberontak lain.
Laporan itu membuktikan, kekejian terhadap anak dalam perang tak pernah menjadi masa
lalu. Data PBB mencatat, sedikitnya 300.000 anak di dunia saat ini dipaksa menjadi
combatant.
Menurut para aktivis hak anak, Konvensi Hak Anak ataupun optional protocol-nya tak tegas
dalam soal ini, terutama istilah combatant yang harus didefinisikan ulang. Anak-anak yang
terlibat di dalamnya harus diperlakukan sebagai korban.
Ishmael Beah mengalami cuci otak, dipaksa bertempur dan membunuh dalam perang saudara
tahun 1991-2002 di Sierra Leone. Dari anak yang takut suara tembakan, kami berubah
menjadi penembak kejam, ujar Beah, yang terpisah dari keluarganya pada usia 12 tahun
seperti dikutip CNN (9/10/2012)
Antara tahun 1991-2002, kelompok pemberontak, seperti Front Pemersatu Revolusioner
(RUF), mengindoktrinasi, memanipulasi semangat pejuang, dan memaksa anak bertempur
dalam perebutan kekuasaan di negara Afrika Barat yang kaya berlian itu. Kekejian perang itu
tergambar baik dalam film Blood Diamond (2006).
Beah, kini Goodwill Ambassador PBB untuk isu serdadu anak, ahli hukum, dan penulis buku
laris, A Long Way Gone: Memoirs of a Boy Soldier (2007). Setelah dua tahun dijadikan
combatant kelompok lawan RUF, ia diselamatkan tim Badan PBB untuk Anak-anak
(Unicef). Rehabilitasi yang sangat sulit berlangsung sembilan bulan. Ketika perang mencapai
puncak, tahun 1998, ia diadopsi pekerja Unicef, Laura Sims, dan dibawa ke Amerika Serikat.
Beah lolos dari lubang jarum, tetapi banyak anak tak lolos karena proses cuci otak yang masif
dan intensif atas nama ideologi (agama). Sejak bom bunuh diri digunakan dalam perang di
Afganistan tahun 2003, ratusan anak diculik dan dijual kepada Taliban untuk dilatih sebagai
pembawa bom bunuh diri di Pakistan dan Afganistan, dan di Irak oleh Al Qaeda.
Sekitar 90 persen pembawa bom bunuh diri di Pakistan berusia 12-18 tahun meski dalam
beberapa kasus termasuk anak usia enam sampai sembilan tahun. Qasim Yousafzai
melaporkan terjadinya kekerasan seksual terhadap anak laki-laki yang direkrut sebagai
pejuang oleh Taliban (Central Asia Online, 3/10/2013).
Penculikan bayi
Kejahatan terhadap anak dalam situasi perang atau konflik bisa mengambil bentuk lain,
seperti penculikan bayi oleh militer setelah orangtua mereka dihilangkan. Isu penculikan
500 bayi merupakan satu dari bagian paling traumatik selama pemerintahan otoriter di
Argentina, 1976-1983.
Mereka dikenal sebagai anak-anak Dirty War, yang terkuak setelah perjuangan keras The
Mothers and Grandmothers of the Plaza de Mayo atas hak kebenaran terkait anak dan cucu
mereka yang diculik.
The Mothers and Grandmothers of the Plaza de Mayo yang lahir tahun 1976 adalah gerakan
legendaris dalam sejarah pergerakan perempuan di dunia karena keberaniannya menentang
rezim militer yang berkuasa. Mereka juga memainkan peranan penting di dalam negeri dan di
forum internasional dalam kejatuhan rezim.
Mereka terdiri dari ibu, bibi, nenek dari berbagai kelas sosial yang anggota keluarganya
dihilangkan oleh junta militer. Selama tujuh tahun kekuasaan junta mengubah peran
tradisional para ibu itu menjadi aktivis politik dan HAM.
Sejak tanggal 30 April 1977 sampai saat ini, setiap Kamis siang mereka bergandengan tangan
mengitari Plaza de Mayo selama satu jam membawa foto anak-anak dan para cucu mereka.
Kasus ini diungkap dalam film dokumenter Becoming Victoria, tentang Victoria Montenegro
(35). Pada tahun 2000, sang ayah, Letkol Hernn Tetzlaff, mengakui semua perbuatannya,
termasuk bertanggung jawab atas kematian orangtua kandung Victoria.
Namun, baru saat bersaksi, musim semi tahun 2011setelah bukti tes DNA oleh kelompok
hak asasi manusiaia terhubung dengan masa lalunya dan membuang nama Maria Sol yang
tertera di surat kelahiran palsu.
Hukuman 50 tahun
Rencana sistematik penculikan bayi pihak yang dianggap musuh pemerintah di rumah-
rumah tahanan terungkap dalam kesaksian di pengadilan. Bayi-bayi itu diberikan kepada
pihak yang harus menyembunyikan identitas asli anak. Jenderal Rafael Videla diganjar
hukuman 50 tahun karena terbukti memimpin tindak kejahatan itu.
Warga Argentina yang menyetujui amnesti menolak memaafkan para pejabat tinggi militer
atas kasus ini, ujar Jose Miguel Vivanco, Direktur Human Rights Watch Amerika, seperti
dikutip The New York Times (8/10/2011).











Eksploitasi Sejarah
Rancukan Persoalan dengan Patriotisme
Oleh: Ren L Pattiradjawane


Sejarah adalah milik berbagai bangsa, merefleksikan kejayaan masa lalu untuk membangun
masa depan yang lebih baik bagi kesejahteraan rakyat negara bangsa. Anehnya, di abad
globalisasi dengan kemajuan pesat teknologi komunikasi informasi, sejarah digunakan dalam
politik penghinaan atas negara lain, dari persoalan kecil sampai persoalan besar,
menyebabkan banyak bangsa yang kehilangan muka.
Tiongkok sebagai negara adidaya baru yang sedang bangkit mengungkit persoalan sejarah
imperialisme Jepang terkait pendudukan dan invasi negara ini dalam Perang Dunia II. Jepang
menggunakan referensi sejarah sebagai tameng diplomasi dalam pertikaiannya dengan
Tiongkok atas klaim tumpang tindih di Kepulauan Senkaku yang disebut Beijing sebagai
Diaoyu.
Ketika PM Shinzo Abe merefleksikan pertikaian Jepang-Tiongkok dengan hubungan Jerman-
Inggris pra-Perang Dunia I, Beijing menggunakan para duta besarnya di Eropa menulis
artikel opini membandingkan PM Abe dengan tokoh jahat Voldemort, tokoh jahat dalam
kisah Harry Potter.
Sentakan juga muncul dari Pyongyang yang menuduh PM Abe sebagai Hitler Asia karena
gagasan militerisasi Pasukan Bela Diri Jepang dalam konsep kontribusi proaktif bagi
perdamaian. Upaya Abe untuk melakukan interpretasi ulang konstitusi pasifis yang sudah
berusia hampir 70 tahun, dilihat Korea Utara sebagai seorang maniak militer.
Bahkan, Singapura menggunakan sejarah yang dikubur bersama Indonesia, mempersoalkan
penamaan kapal perang terbaru KRI Usman Harun, pahlawan Dwikora anggota Korps
Komando Operasi (KKO, sekarang Marinir) Usman Ali dan Harun Said. Negara kota
tetangga ini tiba-tiba menjadi sensitif, padahal kedua pahlawan ini dihukum mati gantung
tahun 1968 di Singapura setelah diadili karena meledakkan McDonald House yang dianggap
sebagai simbol imperialis Inggris.
Di Manila, Presiden Filipina Benigno Aquino III juga menggunakan sejarah pendudukan
Nazi Jerman di wilayah Cekoslowakia pra-Perang Dunia II. Beijing berang dan menuduh
Aquino negarawan yang tidak bijak membandingkan sejarah Nazi dengan klaim tumpang
tindih di Laut Tiongkok Selatan.
Semua ragam eksploitasi sejarah dalam politik penghinaan ini merefleksikan persoalan
yang lebih besar dari sekadar pertikaian klaim tumpang tindih kedaulatan atau kehilangan
muka karena berbagai tuduhan. Menyulut patriotisme memang sering kali menjadi efektif
untuk mengalihkan pokok persoalan warga negara masing-masing, baik itu persoalan sosial
dan lingkungan hidup atau masalah Tiongkok mempertahankan eksistensi kekuasaan
komunisme.
Pertanyaannya adalah kenapa fakta-fakta internal ini disembunyikan berlindung atas nama
nasionalisme? Kejahatan Perang Jepang memang tidak sama dengan kekejaman Nazi Jerman.
Di Asia, kekejaman perang memang tidak mudah untuk segera diakui karena persoalan
kehilangan muka.
Hidup di tengah kebangkitan Tiongkok memang persoalan sendiri, ketika negara-negara kecil
sekitar merasa cemas terancamnya kepentingan nasional masing-masing. Inti rasional klaim
tumpang tindih wilayah kedaulatan di Asia bukan terletak pada hak sejarah, yang menjadi
pilar diplomasi Tiongkok.
Ketika Taipei dan Beijing sepakat hidup berdampingan secara damai dan membiarkan
persoalan saling klaim legitimasi mewakili Tiongkok dalam status quo, keduanya tumbuh
pesat mencapai kesejahteraan rakyat. Nuansa dan tradisi ini dimiliki oleh semua negara
bangsa di Asia, tanpa memaksakan isu-isu tertentu bekerja sama menjalin pertumbuhan bagi
kesejahteraan, perdamaian, dan stabilitas negara bangsa Asia semuanya.




perang suriah
Peta Jalur Pejuang Asing Menyusup ke
Wilayah Konflik
Oleh: Musthafa Abd Rahman


Bumi Suriah saat ini sudah serta-merta seperti bumi Afganistan pada tahun 1980-an. Doktrin
jihad yang populer pada masa perang Afganistan tiga dekade lalu kini berkumandang lagi di
Suriah.
Tak pelak lagi, bumi Suriah pun segera menjadi magnet bagi para pejuang dari mancanegara,
termasuk diisukan pejuang dari Indonesia, yang memimpikan melihat tegaknya negara Islam
atau mati di jalan jihad.
Akibat begitu masifnya gerakan pejuang asing yang menyusup ke Suriah, baik pro maupun
kontra rezim Presiden Bashar al-Assad, membuat alur arus pergerakan mereka dari negaranya
masing-masing kini praktis telah mencabik-cabik garis perbatasan peta geopolitik Timur
Tengah hasil perjanjian Sykes-Picot tahun 1916 antara Inggris dan Perancis.
Pada peta tersebut tercantum ada negara Turki, Suriah, Irak, Lebanon, Jordania, dan
Palestina. Para pejuang asing kini dengan mudah menerobos perbatasan antarnegara itu.
Setidaknya kini ada tiga jalur arus besar pergerakan pejuang asing dari mancanegara menuju
Suriah.
Jalur pertama, dari mancanegara (Eropa, AS, Kanada, Afrika Utara, Indonesia, Malaysia,
Afganistan) melalui Turki menuju Suriah.
Jalur kedua, melalui Lebanon (Hezbollah dan kaum Sunni Lebanon) menuju Suriah.
Jalur ketiga, melalui Jordania menuju Irak, kemudian ke Suriah, atau dari Jordania langsung
ke Suriah. Sebagian besar pejuang asing yang melalui Jordania dan Irak atau jalur ketiga ini
berasal dari Arab Saudi, Irak, Jordania, Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA), dan Yaman.
Masih sulit dicegah
Sampai saat ini, negara mana pun masih sulit mencegah warganya yang ingin berangkat
berjihad menuju Suriah. Mereka yang kesulitan, antara lain, Turki, Jordania, Irak, dan
Lebanon.
Di antara negara-negara transit utama tersebut memiliki alasan tersendiri. Turki, misalnya,
memiliki perbatasan dengan Suriah sepanjang sekitar 900 kilometer sehingga cukup sulit
mengontrolnya. Selain itu, sikap politik pemerintahan PM Tayyip Recep Erdogan yang
mendukung revolusi Suriah juga membuat Turki sering memberi kemudahan bagi pejuang
asing yang ingin berjuang melawan rezim Assad.
Di Turki, ada dua rute populer dilalui pejuang asing menuju Suriah. Rute pertama, dari
mancanegara menuju Istanbul, kemudian ke Antakia di Provinsi Hatay, lalu melintasi pintu
gerbang Cilvegozu/Bab al-Hawa, atau menerobos perbatasan secara ilegal menuju Suriah.
Rute kedua, dari mancanegara menuju Istanbul, kemudian ke kota Gaziantep, lalu ke pintu
gerbang Kilis untuk menuju kota Aleppo, Suriah.
Jordania juga sulit mengontrol pejuang asing yang masuk ke negeri itu karena mereka sering
menyamar dengan cara tidak langsung menuju Suriah, tetapi ke Irak terlebih dahulu.
Di Irak, para pejuang asing itu bekerja sama dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah
(ISIL) untuk bisa mudah masuk ke Suriah.
Sementara sebagian besar para pejuang asing yang menggunakan jalur Lebanon menuju
Suriah adalah dari Iran, kaum Syiah Irak dan Hezbollah yang membantu rezim Assad. Para
pejuang asing dari kaum Syiah itu biasanya melalui rute Beirut, kemudian ke Lembah Bekaa
yang merupakan basis Hezbollah, lalu melintas ke Suriah.
Ada juga kaum Sunni Lebanon sendiri yang pro-revolusi Suriah masuk ke Suriah melalui
kota Tripoli di Lebanon utara yang merupakan basis kaum Sunni Lebanon.
Angka fantastis
Amburadulnya perbatasan Suriah dengan negara-negara tetangganya itu membuka peluang
bagi jumlah pejuang asing yang kini bertempur di Suriah terus meningkat dan bahkan
mencapai angka yang cukup fantastis.
Menurut Pusat Internasional untuk Kajian Gerakan Radikal pada Kings College di London,
pejuang asing yang berjihad melawan rezim Assad saat ini mencapai 11.000 personel dari 74
negara. Bahkan, harian Al Hayat edisi hari Kamis (6/2) menyebut, pejuang asing di Suriah
mencapai 20.000 personel.
Dari jumlah itu, ada sekitar 2.000 pejuang dari negara-negara Barat, dengan rincian 412
pejuang dari Perancis, 366 dari Inggris, 296 dari Belgia, 240 dari Jerman, 100 dari Kanada,
205 dari Australia, 60 dari AS, 152 dari Belanda, serta sisanya dari Swiss, Luksemburg,
Kosovo, Bosnia-Herzegovina, dan negara Eropa lainnya.
Pejuang asing dari negara-negara Arab adalah 2.089 dari Jordania, 970 dari Tunisia, 890 dari
Muslim Sunni Lebanon, 556 dari Libya, ada juga dari Maroko, Aljazair, Mesir, dan Sudan.
Harian Arab Saudi, Al Watan, Kamis (6/2), mengungkapkan, kini, ada sekitar 1.400 pejuang
asal Arab Saudi di Suriah.
Sebuah data yang dilansir Institut Analisis Kebijakan Konflik (IPAC) pada akhir Januari lalu
menyebut, jumlah warga negara Indonesia yang kini berada di Suriah sekitar 50 orang. Data
ini diperoleh IPAC dari Kementerian Luar Negeri pada Desember 2013.
Harian Al Hayat, Kamis (6/2), melansir, jumlah pejuang Syiah mancanegara yang berjuang
membantu rezim Assad mencapai jumlah 40.000 personel. Pejuang Syiah itu datang dari Iran,
Irak, Yaman, Lebanon, Afganistan, dan Azerbaijan.
Ada dua kamp latihan tempur yang populer bagi pejuang asing sebelum berangkat ke Suriah.
Pertama, kamp latihan tempur dekat kota Tripoli, Libya, yang dikontrol mantan pejuang
Libya di Afganistan, Abdel Hakim Belhaj.
Kedua, kamp latihan tempur di Lembah Bekaa di Lebanon yang dikontrol Hezbollah. Kamp
latihan tempur di Lembah Bekaa ini digunakan pejuang Syiah yang akan membantu Presiden
Assad.
Tiga kelompok radikal
Sebagian besar pejuang asing yang melawan rezim Presiden Assad bergabung dengan tiga
kelompok radikal di Suriah, yaitu ISIL, Front al-Nusra, dan kelompok Ahrar al-Sham yang
disebut dekat dengan Tanzim Al Qaeda.
Hanya sebagian kecil dari pejuang asing itu yang bergabung dengan kelompok Islam
moderat, seperti Front al-Islam.
Adapun pejuang asing dari kaum Syiah biasanya langsung berkoordinasi dengan pasukan
loyalis rezim Presiden Assad setiba mereka di Suriah.
Permasalahan mendatang terkait pejuang asing di Suriah sama seperti kasus Afganistan dulu,
yaitu mereka bisa melakukan aksi teror di negara mereka masing-masing sekembalinya dari
Suriah nanti.




















transportasi Alternatif
Becak Motor BSA yang Menembus Zaman


Begitu mesin becak motor dihidupkan, fantasi seseorang bisa melayang pada era Perang
Dunia II saat peluru berdesing dan ledakan granat bertebaran. Ditambah dengan dentuman
mesinnya, fantasi itu seolah dikuatkan. Di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, fantasi
seperti itu bisa dirasakan.
Becak motor atau betor adalah kendaraan khas warga kota yang berjarak 133 kilometer dari
Medan, Sumatera Utara. Disebut betor karena moda kendaraan tersebut merupakan becak
yang ditempeli motor. Betor yang sekarang banyak lalu lalang di Kota Pematang Siantar
mesinnya berasal dari motor dengan merek Birmingham Small Arms (BSA). Oleh sebab itu,
betor di sana dikenal juga dengan betor BSA.
Betor milik M Nuh Pane (48), warga Kota Pematang Siantar, juga berasal dari mesin motor
bermerek BSA dengan volume 500 centimeter cubic (cc). Meskipun usia mesin motornya
sudah 72 tahun, betor masih tokcer. Betor-nya masih mampu ngebut dengan kecepatan 80
kilometer per jam.
Asal-usul betor sendiri unik. BSA merupakan sepeda motor yang digunakan saat masa
Perang Dunia II tahun 1945. Ketika Indonesia merdeka dan tentara Belanda serta Sekutu
meninggalkan Tanah Air, puluhan sepeda motor ditinggalkan tentara Belanda dan Sekutu di
mana-mana.
Ada yang teronggok di gudang, di tepi jalan, atau di halaman rumah warga. Waktu itu, selain
merek BSA, ada juga merek lainnya, seperti merek Norton, Harley Davidson, dan Triumph,
yang tidak diproduksi lagi di negara asalnya. Hingga tahun 1970-an, sepeda motor merek
BSA dan merek-merek lainnya terlihat masih berseliweran di jalan Kota Pematang Siantar.
Medan juga punya betor. Bedanya, mesin betor yang ditempelkan pada becak bukan BSA.
Sejarah betor
Sebelumnya, pada tahun 1958, Pahala Siahaan, warga Pematang Siantar, yang memiliki
sepeda motor peninggalan Belanda dan Sekutu mencoba mengutak-atiknya dengan
memodifikasi kendaraan lokal becak. Becak merupakan salah satu moda angkutan yang
waktu itu populer di sana. Becak yang ditempeli mesin sepeda motor olehnya kemudian
disebut betor. Setelah betor muncul di jalan raya, banyak orang tertarik. Mereka pun
berbondong-bondong mengikuti jejak Pahala.
Demikian pula animo warga yang kepincut ingin menumpang kendaraan itu meningkat luar
biasa. Mereka rela sampai harus antre, kata pendiri sekaligus Presiden BSA Owner
Motorcycles Siantar (BOMS) Kusma Erizal Ginting menceritakan sejarah terbentuknya
betor dan antusiasme warga pada saat itu.
Sejumlah merek memang dicoba digabung dengan becak. Namun, dari berbagai uji coba,
hanya sepeda motor merek BSA yang tangguh. Selain irit, suku cadangnya juga dapat
diakali dengan cara dibubut, dipindah-pindah, atau secara kanibal. Kalau merek di luar BSA,
selain boros bahan bakar, suku cadangnya juga susah karena harus orisinal, lanjutnya.
Untuk memenuhi permintaan pasar, warga lantas membeli motor BSA sampai ke Medan dan
Binjai. Bahkan, mereka juga ke Jawa, seperti Yogyakarta, Sukabumi, Jakarta, dan Surabaya.
Belinya sangat murah, setara beli besi rongsokan, lanjutnya mengenang masa itu.
Rongsokan itu kemudian dirakit lagi. Satu sepeda motor dapat terdiri dari berbagai suku
cadang dari dua atau tiga sepeda motor berbeda. Wajar jika saat ini terdapat betor berangka
tahun 1941, tetapi mesinnya tahun 1952. Juga tak sedikit rangka betor untuk sepeda motor
500 cc, tetapi mesinnya BSA 350 cc. Perakitan dan kanibalisme sepeda motor BSA ini
memunculkan bengkel-bengkel yang juga menyediakan jasa pembubutan suku cadang BSA.
Sebab, tak mungkin mendapatkan suku cadang asli dari pabrik BSA di Inggris yang telah
tutup.
Pemilik bengkel Leo Karya, Syafii R (60), menjelaskan, semua suku cadang BSA bisa ditiru.
Kualitasnya pun tidak jauh berbeda.
Pada tahun 1973-1980, betor BSA berjaya. Jumlahnya mencapai 3.000 unit. Ini rekor di
dunia. Tidak ada sepeda motor BSA sebanyak itu terkumpul di satu kota, kata Kusma.
Betor BSA lantas identik dengan Pematang Siantar selain penanda kota. Bahkan, warga
menilainya sebagai identitas masyarakat. Jika Jawa ada batik, di Batak Toba terdapat kain
ulos, di Pematang Siantar ada betor. Di era 1970-an, para pemilik betor BSA berjaya. Nuh
mendapat cerita, di tahun-tahun itu, penarik betor BSA yang bekerja sehari hasilnya dapat
menutupi kebutuhan empat sampai enam hari.
Masa senja betor
Memasuki era tahun 1990-an, kejayaan betor BSA meredup seiring munculnya angkutan
kota. Penyebabnya karena warga mudah mendapatkan sepeda motor. Akibatnya, mereka tak
perlu lagi betor. Penarik betor BSA, Andi Chandra (42), mengaku, sekarang dia harus
menunggu dua sampai tiga jam untuk mendapatkan penumpang. Saat itu, sebanyak sembilan
betor berjajar di Jalan Sutomo menunggu penumpang. Penghasilan mereka rata-rata hanya Rp
50.000 per hari.
Biaya perawatan betor pun tak sedikit. Dalam sebulan rata-rata Rp 200.000. Di luar
perawatan rutin, dua atau tiga tahun sekali, hampir semua pemilik betor harus mengeluarkan
uang Rp 500.000-Rp 800.000 untuk ganti suku cadang atau perawatan lainnya.
Di sisi lain, banyak kolektor atau pencinta sepeda motor klasik bersedia membeli mahal
sepeda motor BSA. Betor BSA di Pematang Siantar harganya Rp 25 juta-Rp 30 juta. Namun,
jika dijual ke Bali, harganya empat kali lipat.
Kusma mengungkapkan, Bali merupakan pintu keluar BSA untuk dikirim ke Jepang dan
Australia. Di dua negara itu, harga sepeda motor BSA berlipat ganda. Kondisi ini mendorong
pemilik betor BSA melego kendaraan khas Pematang Siantar itu.
Pemerintah Kota Pematang Siantar pun dikritik pencinta betor BSA karena tak ada
komitmennya melindungi betor BSA sebagai penanda kota. Tahun 2006, DPRD Pematang
Siantar berencana membuat peraturan daerah tentang larangan betor BSA beroperasi.
Pencinta dan penarik betor BSA pun melawan sehingga perda dibatalkan. Meski demikian,
jumlah betor BSA terus menyusut. Jumlahnya kini tidak lebih dari 300 unit.
Kusma berencana membeli tiga betor BSA per tahun. Suatu saat, jika kendaraan bekas perang
dunia itu langka, dia ingin di setiap pintu masuk Pematang Siantar masih terdapat penarik
betor BSA. (Mohammad Hilmi Faiq)








Hari Pers Nasional
Media Perlu Kuliti Calon Presiden

BENGKULU, KOMPAS Konvensi Media Massa, yang digelar Dewan Pers dalam
rangka Hari Pers Nasional 2014, di Bengkulu, Sabtu (8/2), menyimpulkan besarnya peranan
pers dalam demokratisasi. Media massa, terkait dengan Pemilihan Umum 2014, seharusnya
lebih mencerdaskan rakyat sebagai calon pemilih.
Dalam Konvensi Media Massa, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring
meminta media massa secara cerdas menguliti calon presiden yang akan tampil dalam
pemilu presiden pada Juli 2014. Calon presiden, misalnya, tidak cukup hanya bermodalkan
blusukan atau sering tampil di media massa karena dia menjadi pemilik perusahaan pers.
Saya pernah di-bully (diserang) karena menyatakan calon presiden tidak cukup bermodalkan
blusukan. Padahal, kutipan itu tidak lengkap, ujarnya.
Menurut Tifatul, rakyat berhak mengetahui calon presiden yang tampil di masyarakat saat ini,
terutama visi, misi, dan program kerja yang akan dilakukannya jika terpilih menjadi presiden.
Apalagi, negara ini mempunyai banyak persoalan.
Media massa, ujar Tifatul, berpotensi untuk mendidik masyarakat dalam menentukan siapa
calon pemimpinnya di masa datang. Tidak cukup hanya dengan banyak berkunjung atau
blusukan atau sering tampil di televisi karena dia kebetulan memiliki stasiun televisi,
ungkapnya.
Praktisi pertelevisian, Nurjaman Mochtar, mengingatkan, pemilik atau pimpinan media massa
yang sering tampil, terutama di televisi, sebenarnya justru akan menurunkan peringkat
program acaranya sendiri di stasiun televisi tersebut. Sebab, pemirsa justru akan lari
meninggalkannya. Jika rating turun, pendapatan iklan pun akan turun. Selanjutnya,
pendapatannya juga akan turun. Pemilik atau pimpinan media massa tentu mengetahui
persoalan-persoalan tersebut.
Pemimpin yang bersih
Berbicara pada forum yang sama, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD
menyatakan, Indonesia dengan perekonomian yang sedang tumbuh memerlukan pemimpin
bangsa yang berani dan bersih. Pemimpin yang seperti itu diharapkan bisa membawa bangsa
Indonesia lebih maju lagi.
Dalam konvensi dengan tema Media Massa: Melahirkan Pemimpin Bangsa yang Hebat,
Good to Great Leader itu, Mahfud mengatakan, Indonesia memiliki potensi ekonomi yang
luar biasa. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini hanya kalah dari China.
Namun, ada satu yang kurang, yakni kepastian hukum. Ini yang selalu dikeluhkan oleh para
investor. Investor yang sudah mau mengikuti aturan berinvestasi di Indonesia, saat di
Indonesia diajak untuk menyeleweng oleh birokrasi kita, ujarnya.
Selain itu, ketimpangan ekonomi antara orang kaya dan miskin juga masih tinggi. Sumber
daya ekonomi dikuasai segelintir orang. Orang kaya semakin kaya, sebaliknya orang miskin
kian menjadi miskin. Jika ini tidak dikendalikan, tidak menutup kemungkinan pemerintah
akan jatuh, kata Mahfud.
Dalam kondisi seperti ini, lanjut Mahfud, Indonesia memerlukan pemimpin yang berani.
Berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Sebab, selama ini penyelesaian
berbagai masalah cenderung mengambang dan tidak ada kepastian.
Di samping itu, sosok pemimpin yang diperlukan juga harus bersih. Rekam jejak pemimpin
juga harus bersih agar tidak menyanderanya di masa datang, harap Mahfud.
Sementara itu, terkait dengan puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Bengkulu,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sabtu pagi, mendarat di Bandar Udara Fatmawati
Soekarno, Bengkulu. Presiden Yudhoyono didampingi Ny Ani Yudhoyono, Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, serta Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan.
Setelah mendarat di Bandara Fatmawati Soekarno, Presiden Yudhoyono langsung
mengunjungi pelabuhan Pulau Baai untuk mengetahui perkembangan pelabuhan yang
dibangun pada tahun 1984 itu. Dari pelabuhan, Presiden Yudhoyono beserta rombongan
menuju Rumah Sakit Umum Daerah Dr M Yunus untuk mengetahui perkembangan
implementasi Jaminan Kesehatan Nasional.
Presiden Yudhoyono juga dijadwalkan akan meresmikan sejumlah proyek pembangunan.
Misalnya, rencana relokasi Bandara Fatmawati Soekarno dari Kota Bengkulu ke Kecamatan
Sukaraja, Kabupaten Seluma.
Puncak peringatan HPN, Minggu (9/2) ini, direncanakan dilakukan di Benteng Marlborough,
Kota Bengkulu. Benteng ini merupakan peninggalan pemerintah kolonial Inggris yang pernah
menguasai perdagangan lada di Bengkulu pada abad ke-18 hingga ke-19.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Provinsi Bengkulu Ako
Agus Rianto, bertepatan dengan peringatan HPN, Presiden Yudhoyono juga akan
meresmikan tugu pers yang dibangun dekat Benteng Marlborough.
Kompas raih emas
Terkait dengan puncak peringatan HPN 2014, harian Kompas, Jumat malam, meraih dua
penghargaan Indonesia Print Media Awards (IPMA) 2014, emas dan perak, untuk kategori
surat kabar nasional. Penghargaan diserahkan oleh Ketua Umum Serikat Penerbit Suratkabar
(SPS) Dahlan Iskan dalam acara malam penghargaan IPMA yang diselenggarakan di Hotel
Santika Bengkulu.
Penghargaan gold (emas) diberikan kepada harian Kompas edisi 10 Desember 2013 yang
mengangkat berita utama dengan judul Maut di Lintasan. Sementara penghargaan silver
(perak) diberikan kepada harian Kompas untuk edisi 7 Desember 2013 dari berita utama yang
berjudul Terima Kasih Mandela....
Selain itu, harian Kompas pada edisi 30 Agustus 2013 yang mengangkat berita utama dengan
judul Murah Bukan Berarti Murahan meraih penghargaan kategori Indonesia Young Media
Awards 2014. (ADH/TRA)

















Jalan Rusak
Warga Bisa Ajukan Gugatan Publik

JAKARTA, KOMPAS Kepala Bidang Penanganan Kasus pada Lembaga Bantuan
Hukum Jakarta M Isnur mengatakan, warga, baik pengguna jalan maupun yang tinggal di
sekitar jalan rusak, bisa mengajukan gugatan publik.
Gugatan melalui peradilan umum ini bertujuan menuntut pemerintah mengganti kerugian
warga secara perorangan, terutama yang celaka akibat terperosok di jalan berlubang sehingga
terluka, bahkan meninggal.
Silakan warga secara bersama-sama, bisa didampingi LBH, mengajukan gugatan publik ini.
Tujuannya tidak sekadar meminta ganti rugi, tetapi juga membuat pemerintah melaksanakan
kewajibannya menyediakan jalan yang memadai di Ibu Kota, kata Isnur, di Jakarta, Sabtu
(8/2).
Pemerintah, baik pusat maupun DKI, lanjut Isnur, seharusnya menyediakan jalan dengan
mutu dan standar tertentu sehingga tak mudah rusak kala air hujan menggenang. Pemerintah
juga perlu membentuk satuan tugas reaksi cepat penambal jalan. Tugas satgas ini
memperbaiki sementara jalan rusak agar aman dilalui sembari menunggu waktu yang tepat
dan anggaran yang lebih besar untuk perbaikan menyeluruh, kata Isnur.
Polisi mendesak
Kecelakaan lalu lintas akibat jalan rusak di Jakarta dan sekitarnya terus terjadi. Hal ini
terutama terjadi setelah banjir selama sebulan terakhir.
Polisi mendesak pemerintah atau penyelenggara jalan segera memperbaiki kerusakan
tersebut. Dimohon segera agar pemerintah atau instansi terkait memperbaiki jalan yang
rusak parah. Apalagi, kini sudah membahayakan keselamatan pengguna jalan, kata Kepala
Subdirektorat Pembinaan dan Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya
Ajun Komisaris Besar Hindarsono, Sabtu.
Berdasarkan data Polda Metro Jaya, di Jakarta Pusat ada 161 ruas jalan dengan kerusakan
badan jalan di 437 tempat. Di Jakarta Utara ada 136 ruas jalan dengan kerusakan di 2.590
tempat. Di Jakarta Timur ada di 115 ruas jalan dengan kerusakan di 484 tempat. Kerusakan di
Jakarta Barat ada di 87 ruas jalan dan di Jakarta Selatan ada di 153 ruas jalan.
Di Jakarta Selatan sampai sekarang nyaris belum ada upaya perbaikan jalan, bahkan sekadar
menambal lubang pun tidak. Hal ini terlihat di terowongan Arteri Pondok Indah di kawasan
Gandaria, Jalan M Saidi Raya di Kecamatan Pesanggrahan, Jalan Ciledug Raya mulai dari
Kebayoran Lama hingga perbatasan dengan Kota Tangerang, serta di sepanjang Jalan TB
Simatupang, baik jalan reguler maupun tol.
Saat hujan tak kelihatan lubangnya. Pas terang, kerusakannya terlihat lebih banyak lagi.
Aspal tambah lepas-lepas. Licin dan debu. Parah pokoknya, kata Nainggolan, pengendara
motor yang melintasi Jalan Fatmawati, kemarin. Polisi mengimbau warga berhati-hati karena
terdapat ribuan titik kerusakan jalan di seluruh wilayah Jakarta. Terutama malam hari dan
saat jalan tergenang, lanjut Hindarsono.
Selama Januari, Polda mencatat sedikitnya empat peristiwa kecelakaan akibat lubang di jalan.
Terakhir, pada Jumat, seorang anggota polisi, Inspektur Dua Edi Suprayitno, terluka setelah
motor yang ditumpanginya menghantam lubang di Jalan Warung Jati Barat, Pancoran,
Jakarta Selatan.
Menurut Hindarsono, korban kecelakaan bisa mengajukan tuntutan kepada penyelenggara
jalan. Bahkan, penyelenggara negara bisa dituntut secara pidana. Dia menjelaskan, Undang-
Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, antara
lain, berisi pasal-pasal yang memungkinkan setiap pengguna menuntut pemerintah.
(NEL/RAY)









Lima cerpen Sapardi Djoko Damono

Wartawan Itu Menunggu Pengadilan Terakhir
Seperti yang sudah seharusnya, pada hari baik itu saya mati. Kata seorang sahabat dalam
sebuah sajaknya yang mahaindah, kita semua ini turis yang dibekali karcis dua jurusan. Dan
tentunya, pikir saya, kita tidak boleh menyia-nyiakan tiket pulang itu. Saudara tahu, saya
wartawan sebuah majalah berita. Dididik untuk mengembangkan naluri mewawancarai
orang. Itu sebabnya ketika harus menunggu giliran maju ke Pengadilan Terakhir, yang entah
kapan dilaksanakan, naluri saya mendadak menyembul. Saya celingak-celinguk di antara
begitu banyak orang (mati) dan, alhamdulillah, ketemu seorang (sic!) Malaikat yang sedang
tugas keliling mengamati kami. Saya mendekatinya.
Kalau boleh tanya, apa saya bisa menemui Kakek kami?
Malaikat semua baik, ternyata. Ia memegang bahu saya, sorot matanya menimbulkan suasana
sejuk sehingga saya berpikir sudah berada di sorga. Tetapi kan belum ada keputusan saya
nanti dikirim ke mana. Supaya tidak kelihatan konyol sebagai wartawan saya lanjutkan
pertanyaan saya.
Boleh, ya, Mas? Aku kaget sendiri ketika menyebutnya mas, tapi Malaikat itu memang
baik. Saya tidak bisa menerka umurnya, dan lagi apa malaikat punya umur? Saudara pasti
tahu, saya meninggal ketabrak angkot ketika sedang naik motor melaju ke sebuah rumah sakit
untuk bezuk seorang rekan yang koma. Malaikat itu tahu siapa saya, ya itu jelas.
Boleh saja, kenapa tidak? Mau wawancara, kan? Mari saya antar ke sana.
Ia benar-benar Malaikat baik. Setelah sampai di tujuan, ia menuding ke arah seorang yang
lagi duduk di bawah sebuah pohon, lalu segera meninggalkan saya.
Saya mendadak jadi kikuk, kaget dan kikuk. Kenapa kesempatan serupa ini tidak pernah saya
dapatkan ketika masih jadi wartawan? Saya pun mendekati Kakek kita itu, siap-siap
pertanyaan apa yang akan saya ajukan. Dan ketika sudah dekat dengannya, saya berhenti.
Saya timbang-timbang lagi apa jadi mewawancarainya atau tidak. Terus-terang, saya takut
mengganggunya.
Soalnya, tampak Kakek kita itu sedang mengunyah-unyah buah khuldi. Saya tidak melihat
Nenek kita dan ular itu, entah di mana mereka. Tidak perlulah saya melakukan investigasi,
toh redpel tidak akan bisa lagi memarahi saya. Namun, bagaimanapun, saya harus melakukan
wawancara. Itu bagian hidup saya.


Dalam Tugas
Aku sedang bertugas meliput peperangan yang terjadi di negeri sahabat. Tak usah diberitakan
bahwa penyebabnya adalah kemauan yang punya kuasa untuk ikut campur urusan rumah
tangga orang lain. Tapi aku tidak mau memasalahkannya sekarang ini, tugasku jauh lebih
luhur dari pertanyaan filsafat atau politik yang susah menjawabnya.
Aku aman, berada di daerah pihak yang menang saat ini. Beberapa tahanan dibariskan siang
itu, disuruh (maksudnya disiksa) macam-macam, dan akhirnya salah seorang lelaki yang
pakaiannya kumal dan pakai capingmungkin ia petanidisuruh maju ke depan. Seorang
serdadu mendekatinya, mengacungkan pestol, menempelkan moncong senjata itu tepat di
pelipis si petani, dan dor!
Aku tidak bisa berbuat lain kecuali menekan tombol kamera yang sudah sejak tadi aku
siapkan, juga untuk menembak. Tidak ada yang mempersoalkan kenapa aku tidak menolong
petani itu, dan malah ambil gambarnya.
Si korban roboh. Semua sudah terekam dalam kameraku. Aku setengah tak percaya ketika
menyaksikan tubuh yang roboh itu pelahan-lahan naik seperti terangkat angin, ringan sekali,
semakin tinggi, semakin tinggi. Namun, aku saksikan nyawanya masih tegak bergeming di
tanah. Aku melihatnya jelas. Aku keheranan, tentu saja. Seorang serdadu mendekatiku dan
dengan tenang berkata, Bung kan wartawan, jangan suka heran begitu, dong. Setiap kali ada
pembangkang mati ya begitu. Tenang saja, lama-lama Bung juga terbiasa.
Aku tengok ke arah suara itu. Aku tak boleh kaget ketika melihat tampang serdadu itu persis
redpel majalahku.

Naik Ka-Er-El
:Bambu
Aku pernah kerja di sebuah majalah berita ketika masih berkantor di Senen. Setiap hari harus
naik angkot gonta-ganti tiga kali dan setiap masuk kendaraan kepalaku membentur
bendul pintu yang rendah, sedikitnya dua kali seminggu, begitu. Jadi, satu kali jalan tiga
angkot, pulang balik enam angkot; kalau dua kali seminggu berarti seminggu benjut dua kali
enam = 12 kali. Sebulan empat kali 12 = 48 kali benjut. Akhirnya tidak ada bagian yang bisa
benjut lagi karena seluruh permukaan kepalaku sudah benjut.
Lha mbok naik ka-er-el saja, Mas. Nyaman, kata seorang gadis cantik yang duduk dekat
ketua redaksi; ia wartawan baru.
Ya, kenapa tidak begitu saja dulu-dulu, pikirku. Begitulah, sore itu menjelang jam empat
beberapa pegawai mengajakku buru-buru kabur supaya tidak ketinggalan kereta jam empat.
Lumayan kosong, Mas, kalau yang jam empat, kata salah seorang ketika menuju ke Stasiun
Cikini.
Sampai di stasiun, saya tidak boleh menunjukkan tampang orang kaget meskipun
menyaksikan begitu banyak orang bergerombol menunggu kereta. Apa gerbong-gerbong itu
nanti muat? tanyaku dalam hati. Dalam gerbong tak tersisa lagi pegangan tangan, dan
memang tak perlu sebab tanpa berpegangan apa pun tak akan jatuh saking penuhnya. Sepatu
menginjak sendal, dengkul beradu dengkul, bokong menyenggol bokong.
Sampai di stasiun tujuan, tidak perlu berusaha apa pun aku terbawa turun tergencet orang-
orang yang berdesakan. Turun dari gerbong aku berjalan terpincang-pincang menuju angkot
D-04 yang sudah berbaris. Sampai di rumah, kalimat pertama yang diucapkan anakku ketika
membukakan pintu adalah, Lho, Pak, kok sepatunya kiri dan kanan gak sama?
Aku tak menjawab karena tak tahu harus bilang apa. Dan ketika dalam kamar berganti celana,
baru aku sadar bahwa kakiku yang kiri dan yang kanan tak sama panjangnya, yang kiri bukan
kakiku ternyata. Pantas tadi jalanku terpincang-pincang. Tanpa pikir terlalu panjang aku ganti
celana lagi langsung berlari keluar, menabrak istriku, mendorong anakku, membuka pintu
pagar.
Hei, Bapak mau ke mana? tanya mereka hampir serempak.
Apa ada yang perlu aku jawab? Berjalan terpincang-pincang aku ke jalan menunggu angkot.
Akan aku tanyai semua orang di stasiun apa ada yang melihat orang yang membawa kabur
sebelah kakiku.
Aku akan sabar menunggu.

Naik Garuda
Yang paling aku nikmati ketika naik Garuda adalah membayangkan diriku sebagai dewa
yang ke mana-mana berkendaraan burung perkasa itu. Tapi ada hal lain, yang paling aku
khawatirkan adalah kalau di ketinggian sekian puluh kilometer mendadak mesinnya mati dan
kami rame-rame nyangsang di hutan atau nyemplung di laut.
Jadi, supaya merasa tenang, begitu menginjak anak tangga paling bawah aku buru-buru
berdoa seingatku saja mengikhlaskan seluruhnya: tubuh, nyawa, dan kenangan yang ada
dalam benakku.
Yang paling aku benci ketika naik Garuda adalah kalau kebetulan di dekat jendela sebelahku
duduk seorang lelaki tua, sendirian saja, yang begitu duduk langsung ngorok. Tawaran
permen, minuman, dan roti oleh pramugari (yang susah-susah kerja melalui seleksi) sama
sekali tak dipedulikannya. Mungkin tak dirasakannya juga ketika Garudaku menembus cuaca
buruk atau disedot udara kosong. Mungkin ia juga tidak berdoa ketika penumpang lain
ndremimil setelah mengeluarkan kitab saku yang isinya doa.
Dan yang bikin aku kapok adalah ketika lelaki tua di sampingku itu tidak lagi terdengar
ngorok, dan ketika Garudaku sudah mendarat dan ketika kami berebut bangkit mengambil
barang bawaan ia tetap tak beranjak dari tempat duduknya. Tampaknya ia sudah bebas dari
ikatan dunia, tak mempedulikan kami lagi.
Sejak itu aku benar-benar kapok naik Garuda.
Tapi Bapak mau naik apa, hayo? tanya orang kantor yang suka membelikan tiket.

Meditasi Sunan Kalijaga
: Nano Riantiarno
Sahabatku, yang barusan lulus dari sebuah sekolah drama terkemuka di Jepang, mengajakku
nonton pertunjukan drama Meditasi Sunan Kalijaga yang, menurut kata-katanya, pasti
akan sangat istimewa. Aku sudah lama tidak pergi bersamanya; sekarang mumpung ada
kesempatan bisa ngobrol lagi dengannya. Depan Gedung Kesenian dipenuhi calon penonton
yang berpakaian rapi, ada yang pakai jas, ada yang pakai jaket. Aku jadi agak kikuk sebab
hanya pakai baju lengan pendek dan celana jeans yang sudah agak belel. Sahabatku hanya
pakai t-shirt.
Sampai di dalam gedung baru aku sadar bahwa memang perlu pakai pakaian lengkap karena
AC-nya dingin sekali. Setelah pengumuman basa-basi tentang larangan memotret dan
menyalakan telepon seluler, layar dibuka. Lampu gedung dimatikan. Panggung sepi dan
gelap. Ketika menjadi semakin terang tampak bayang-bayang seorang mengenakan sorban
yang duduk bersila. Tidak ada sosok lain. Tidak ada pula benda lain di panggung. Tidak ada
suara. Tidak ada musik. Tidak ada gamelan.
Kami, penonton, semua menunggu. Sepuluh menit. Lima belas menit, tiga puluh menit. Tidak
ada di antara kami yang tampak gelisah, semua tenang, setenang panggung. Dan kami dengan
tajam mengarahkan pandangan ke panggung, menanti apa yang akan terjadi. Bayang-bayang
sosok itu tetap tidak bergerak sama sekali.
Tetapi kami tidak pasrah, kami tetap menyimpan keingintahuan dan, tentu saja, kesabaran
menunggu apa yang akan terjadi di panggung. Pada satu titik ketenangan kami, di panggung
muncul seekor kucing dari arah kiri, menengok kiri-kanan seperti mencurigai sesuatu, lalu
menyeberang panggung. Semua pandangan diarahkan kepadanya, kepala kami pelahan
serempak bergerak dari kiri ke kanan sampai kucing itu hilang dari pandangan diikuti oleh
paduan suara desah kami, sangat panjang dan pelan, menandakan kekaguman. Setelah itu
panggung kembali lengang seperti semula.
Kami sangat lega, setidaknya ada sesuatu yang terjadi di panggung. Dan persis sejam setelah
dibuka, layar pun ditutup. Lampu ruangan menyala pertanda pertunjukan usai. Seorang
pembawa acara (tampaknya begitu) muncul dari arah kiri, membungkuk sopan.
Terima kasih atas kehadiran Anda semua malam ini. Kami mohon maaf sebesar-besarnya
bahwa selama pertunjukan yang seharusnya khusyuk tadi ada seekor kucing lewat. Itu di luar
rencana kami. Untung saja Sunan Kalijaga tidak terganggu meditasinya oleh si kucing. Sekali
lagi kami mohon maaf. Lain kali kami tidak akan membiarkan kucing berkeliaran di
panggung.
Gedung pun riuh-rendah oleh tepuk tangan kami.
















kritik
Mencari Setangkai Daun Surga di
Tengah Gurun
Oleh: Anton Kurnia

Kita selalu membutuhkan cerita untuk menyemangati hidup kita. Terkadang, kita
memerlukan sebuah kisah untuk meneguhkan diri kita bahwa pengorbanan akan berujung
pada kebahagiaan dan kebaikan benar-benar akan menang melawan kejahatan. Dan saya
percaya, cerita yang baik akan tetap melekat dalam ingatan dan hati kita walau itu dibaca
berpuluh tahun lampau. Itu senada dengan kata-kata Fyodor Dostoyevsky dalam novel
Karamazov Bersaudara, Pendidikan terbaik dalam hidup kita, bisa jadi, adalah satu
kenangan yang tertinggal dari masa kecil.
Saat membaca kumpulan puisi Goenawan Mohamad, Gandari (2013), saya tertambat pada
dua puisi yang mengingatkan saya pada sebuah cerita lama. Dalam bait pertama puisi Daun
(2012) yang ngungun, Goenawan menulis: Dengan konyol aku ceritakan/bagian penutup
Setangkai Daun Surga:/Syahdan, di malam ke-7 yang dingin/(itu yang kuingat dari buku Cor
Bruijn)/setelah derak gurun,/setelah badai bertahun-tahun/tangkai terakhir itu
dianugerahkan./Dan daun itu jadi hijau,/dan daun jadi/engkau. Sementara pada bait terakhir
puisi U (2012) yang bernuansa kelabu, ia menulis: Di antara asap mobil yang lewat, benda
itu berkilau./Seperti setangkai daun surga.
Saya lalu membuka lagi buku lawas pengarang Belanda Cor Bruijn (1883-1978) yang disadur
A Dt Madjoindo (1896-1970), Setangkai Daun Surga (1972) dan dicetak dalam ejaan lama.
Di bagian akhir cerita itu, Abdullah memaafkan saudara angkatnya, Umar, yang telah
menyebabkan istri dan pamannya dibunuh. Di gurun tandus itu ia bahkan memberikan bekal
minuman terakhirnya untuk menolong Umar yang tersiksa dahaga dan membiarkan kudanya
dibawa lari Umar demi menyelamatkan diri, sementara badai gurun yang ganas akhirnya
menjadi pengantar ajal Abdullah.
Namun, sebelum maut tiba, Abdullah melihat sesosok (di buku itu ditulis seorang) malaikat
yang menyodorkan kepadanya setangkai daun bercahaya. Meskipun daun itu kecil,
tjahajanja menerangi alam. Begitulah, malaikat menunggunya di pintu djannah dengan
setangkai daun surga yang gilang-gemilang. Itulah karunia Tuhan yang sebesar-besarnya,
yang hanya dapat diperoleh manusia dengan hati jang putih bersih. Itulah ganjaran dari
Tuhan pembalas kebajikan Abdullah yang dengan ikhlas telah menolong nyawa seorang
musuh, sehingga njawanja sendiri dikurbankannja.
Daun surga ini tak ada hubungannya dengan ganja yang belum lama ini dilegalkan
penggunaannya di Uruguay dan beberapa negara bagian Amerika Serikat. Namun, inilah
daun intan, yang terakhir dari keempat daun surga yang diperoleh Abdullah sepanjang hayat
melalui perbuatan-perbuatan baiknya: daun tembaga setelah ia menggali sumur di gurun
tandus untuk sumber kebutuhan orang-orang sekampungnya, daun perak setelah ia
menyelamatkan seorang budak perempuan buruk rupa dari sekapan penyamun yang mengira
budak itu majikannya yang jelita, daun emas setelah ia menolong dan memaafkan kepala
penyamun bernama Kara Chitan (dalam bahasa Turki berarti Setan Hitam) yang justru
hendak membunuhnya.
Cerita yang menyemai harapan
Sebenarnya, saya membaca cerita itu pertama kali bukan dari buku Bruijn yang baru saya beli
dua tahun silam di sebuah lapak buku bekas, melainkan lewat komik karya Taguan Hardjo,
juga berjudul Setangkai Daun Surga (edisi yang diperbarui, 1992), yang disadur dari Het
Klaverblad Van Vieren dalam buku De Wereld In, terjemahan bahasa Belanda oleh J van
Witzenburg atas karya pujangga Perancis, Edouard de Laboulaye, dan digubah berdasarkan
sebuah dongeng Arab. Di dalam sejarah, Laboulaye (1811-1883) ini lebih dikenal sebagai
penggagas dibangunnya patung Liberty di New York sebagai hadiah dari rakyat Perancis
pada 1865.
Taguan Hardjo (1935-2010), yang dilahirkan di Suriname dari pasangan Indonesia-Belanda,
dikenang sebagai salah satu komikus terpenting kita. Pada periode 1958-1964 yang dikenal
sebagai zamannya Komik Medan dalam sejarah komik Indonesia, Taguan menjadi salah
satu tokohnya bersama Zam Nuldyn (penggubah komik Luana, si Tarzan betina), Tino Sidin
(kelak dikenal sebagai pembawa acara Gemar Menggambar di TVRI), dan Iwan Gayo (yang
kemudian lebih dikenal sebagai penyusun Buku Pintar).
Taguan menonjol baik dalam produktivitas, teknik penggarapan, keseriusan melakukan riset,
ataupun pengolahan cerita. Seperti dinyatakan Arswendo Atmowiloto dalam Komik Itu
Baik: Koran Medan, serta Cinta Jakarta (Kompas, 1980), Taguan membuktikan bahwa
komik tak bisa dipandang enteng dan bukan sekadar sampah khayalan untuk
menyibukkan anak-anak dan para pemimpi. Penguasaan arsiran tipis-lembut dan
keterampilan menggambar anatomi serta plot-plot ceritanya yang tak mudah dilupakan
membuat karya-karyanya abadi dan menjadi klasik dalam jagat perkomikan nasional.
Dalam wawancara dengan Arswendo pula, yang kemudian diungkap dalam Taguan Hardjo,
Raja yang Menyongket Pesan (Kompas, 1979), Taguan yang pernah menerjemahkan novel
legendaris Multatuli, Max Havelaar, dari bahasa Belanda sebelum HB Jassin melakukannya
itu menegaskan konsep kreatifnya, Titik tolak dalam membuat komik adalah menyampaikan
pesan. Tanpa itu tak bisa. Pesan itu disongket sedemikian rupa supaya sampai.... Cerita saya
bertolak dari mendengarkan pengalaman, membaca, yang kemudian saya reka-reka sendiri.
Setangkai Daun Surga yang dipublikasikan pertama kali pada 1959 dalam bentuk komik strip
di harian Siong Po, Medan, misalnya, tak hanya ditampilkan dalam gambar-gambar indah,
penuh nuansa, dan tertata rapi, tapi juga menyiratkan pesan moral yang dalam. Dan layaknya
sebuah cerita yang baik, komik itu mengandung impian dan harapan.
Namun, pada zaman kiwari, apakah karya yang digarap dengan telaten itu sungguh-sungguh
ada gunanya?
Melalui Setangkai Daun Surga yang terus membekas di dalam kepala dan hati, sebagai
pembaca cerita saya diteguhkan untuk tetap percaya dan terus menyemai harapan bahwa di
tengah karut-marut yang merundung hidup kita dalam bermuamalat, berkesenian, dan
bernegara, di antara riuh pasar dan kecamuk politik di tengah gurun yang tandus akan
ketulusan ini, nun di sana masih ada orang-orang mulia seperti Abdullah yang rela berkorban
untuk kebaikan orang banyakbukan hanya demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Dan pada akhirnya, keikhlasan beramal itu akan membawa kita mendapatkan setangkai daun
surga sebagai tiket menuju masa depan bersama yang lebih baikkatakanlah itu sebuah
masyarakat beradab berasaskan kesetaraan tanpa penindasan, kemiskinan, kebodohan,
kejumudan, dan pertikaian konyol.
Seperti kata sebuah pepatah Jerman, Mann kan alles verlieren, nur die hoffnung nicht.
Orang boleh kehilangan segalanya, kecuali harapan. Sebab, Harapan adalah yang terindah
dalam hidup manusia. Namun, saya tak tahu entah kapan itu semua bakal terwujud.












jazz
Indra Lesmana Merayakan Chick Corea



Spain menjadi karya Chick Corea yang paling mendapat sambutan riuh penonton Indra
Lesmana Group dalam pentas Tribute to Chick Corea di Goethe Institut, Jakarta, Kamis (6/2)
malam. Seperti pada versi Chick Corea, Indra Lesmana Group membuka Spain dengan
Concierto de Aranjuez milik Joaquin Rodrigo. Baru sekelumit intro keluar dari piano
elektrik Indra, penonton sudah bertepuk riuh. Selanjutnya, pentas dalam rangka Serambi Jazz
itu menjadi la fiesta, pesta perayaan jazz Chick Corea yang menyenangkan.
Indra Lesmana Group mengajak penikmat musik bertamasya ke era 1970-an ketika jazz
menjadi sangat elektrik lewat Tribute to Chick Corea. Indra membawa seperangkat peralatan
elektronik yang memeriahkan era awal jazz elektrik, termasuk piano elektrik, moog
synthesyzer, dan strap keyboards alias keyboards tenteng yang dulu sering digunakan Chick
Corea. Grand piano lebih banyak berfungsi perkusif. Band didukung Tohpati (gitar), Ricad
Hutapea (saksofon), Shadu Shah Rasjidi (bas), dan Dion Subiakto (drum).
Mereka membawa penyuka jazz menyusuri lorong waktu, mampir di era awal 1970-an ketika
Chick Corea dengan band Return to Forever-nya menggelitik telinga dengan komposisi
seperti La Fiesta atau Spain. Dua karya Chick Corea yang dibawakan Indra Lesmana
Group malam itu merupakan bagian dari fenomena jazz elektrik 1970-an. Ketika itu, jazz
mulai menemukan cita rasa baru dengan penggunaan instrumen elektrik.
Salah satu album yang menandai era elektrifikasi jazz itu adalah In A Silent Way (1969)
dari Miles Davis. Seperti diketahui, Miles adalah jazzer yang terus mencari kemungkinan-
kemungkinan estetika baru dalam jazz. Ketika instrumen elektrik semakin mewabah, Miles
yang berangkat dari jazz akustik tidak terpojok, tetapi justru tertantang secara kreatif. Album
In A Silent Way (1969) dan kemudian Bitches Brew (1970) merupakan jawaban Miles atas
tantangan itu. Salah satu pendukung album tersebut adalah Chick Corea pada Fender Rhodes,
piano elektrik yang menjadi ciri khas sound-nya. Instrumen ini sangat disukai Indra.
Belakangan Chick Corea, seperti juga Miles, mencari wilayah kreatif baru jazz lewat band
Return to Forever bersama Stanley Clarke (bas), Joe Farrell (Flute/Saksofon), dan Airto
Moreira (drum/perkusi). Album pertama mereka Return to Forever (1972) memuat karya
seperti Crystal Silence dan La Fiesta. Album kedua mereka Light as a Feather (1973)
memuat antara lain 500 Miles High dan Spain. Karya-karya tersebut dimainkan Indra
Lesmana malam itu.
Bukan nostalgia
Di pentas, Indra mengakui sangat dipengaruhi Chick Corea. Khususnya pada masa-masa
pertumbuhannya sebagai musisi jazz di awal 1980-an. Namun, pentas Tribute to Chick Corea
tidak kemudian jatuh menjadi konser nostalgia, klangenan, atau sekadar romantisme masa
lalu. Bagaimana tidak, sebagian besar penonton yang menyesaki auditorium Goethe adalah
kaum muda yang lahir di era 1980-1990-an dan mereka sangat apresiatif.
Pentas tribute atau penghormatan pada malam itu juga bukan arena bagi para imitator atau
pengekor. Memang terasa sekali rasa Chick Corea dalam permainan Indra Lesmana Group.
Namun, hal itu lebih karena mereka sedang memainkan komposisi Chick. Selebihnya mereka
melakukan semacam reinterpretasi atas karya Chick. Improvisasi masing-masing awak adalah
milik mereka masing-masing, dengan segala cita suara (sound) dan colekan personal (lick)
masing-masing.
Mereka dengan terampil memperlihatkan gaya dan karakter penting musik Chick Corea yang
memberi kontribusi pada warna jazz, yaitu ramuan rasa rock, ritme Amerika Latin, dan
bentuk musik klasik. Dalam melodi, komposisi Chick Corea terasa sangat liris dan mudah
diingat pula. Ini yang menjadikan jazz Chick Corea cepat ramah telinga.
Melodi juga sering dimainkan secara bersamaan, serempak oleh beragam instrumen. Di
pentas, Indra, Tohpati, Ricad, dan Shadu menunjukkan karakter Chick Corea tersebut. Model
main serempak ini memang tidak gampang. Diperlukan keterampilan bermain dengan
artikulasi yang bersih dan jernih. Termasuk dalam kecepatan permainan yang dikatakan
cukup ekstrem.
Itu pun tidak cukup. Jika permainan tidak disertai dengan emosi, yang terukur, komposisi
hanya akan terkesan seru dan demonstratif. Indra dan kawan-kawan tampak sudah belajar
banyak untuk bermain dengan rasa Chick Corea yang bersih dan terkontrol. Apresiatif dan
menghibur.
Keluar dari lorong waktu, era 1970-an, Chick Corea terus mencari wilayah jelajah kreatif
baru. Kadang langkah eksploratifnya jauh lebih cepat dari kemampuan apresiasi konsumen
jazz. Chick Corea yang kini 72 tahun tentu bukan lagi Chick 40 tahun silam. Indra Lesmana
Group mengingatkan penikmat musik pada jejak-jejak kreatif Chick Corea itu. (XAR)

















Anak Batita Temper Tantrum
Normalkah?
Oleh: AGUSTINE DWIPUTRI


Berbeda dengan orang dewasa, perilaku temper tantrum (mengamuk) adalah normal terjadi
pada anak. Perilaku tersebut antara lain tampil dalam bentuk berguling-guling di lantai,
duduk di lantai sambil mengentak-entakkan kaki, menjerit, meraung, maupun tampilan
ledakan emosional lainnya.
Memang beberapa anak terlihat lebih rentan terhadap tantrums, artinya tidak semua anak
kecil sekitar usia 2 tahun sampai 3 tahun menunjukkan tantrum.
Perilaku ini dapat dipicu oleh hal yang berbeda-beda, tetapi akar penyebab selalu merupakan
beberapa bentuk frustrasi (rasa kecewa). Bisa karena anak menemukan bahwa dia tidak
mampu melakukan sesuatu yang dia ingin lakukan karena belum memiliki keterampilan yang
diperlukan, atau sesuatu yang ternyata berlangsung tidak sesuai dengan harapannya, atau
Anda telah menghentikan dia melakukan sesuatu yang sedang ingin dilakukannya, atau
mencoba untuk membuat dia melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukannya, atau hanya
sekadar dia sampai di batas kesabarannya. Apa pun alasannya, sumbu dalam dirinya tengah
menyala dan segala sesuatu jadi meledak .
Tantrum yang terjadi di lantai ruang tamu di rumah sudah menyusahkan orangtua atau
pengasuh anak. Terlebih jika hal itu terjadi di pasar swalayan, di perjalanan dalam mobil, di
rumah teman, di depan orangtua atau mertua Anda atau tempat ramai lainnya, pastinya akan
terasa sangat menyiksa Anda. Karena itu, perilaku ini tak bisa dibiarkan menetap pada anak.
Anda dapat meminimalkan frustrasi anak-anak pada usia ini, tetapi Anda tidak dapat
menghilangkan sepenuhnya. Kondisi ini terbentuk dari proses pembelajaran dan anak batita
tengah berada pada tahap belajar melalui lingkungan sekitar.
Jangan menyerah
Satu hal yang tak boleh Anda lakukan adalah menyerah. Menyerah kepada anak yang sedang
tantrum memberi bukti bahwa caranya menguasai Anda telah berhasil sehingga ia
cenderung akan mengulang kembali tantrumnya untuk memperoleh hal yang diinginkan.
Seorang anak yang menunjukkan ledakan tantrum benar-benar telah kehilangan kendali dan
dipenuhi rasa marah. Ada yang berteriak-teriak, menjatuhkan diri di lantai, meronta-ronta,
membenturkan diri ke kursi atau bahkan ke tubuh Anda.
Beberapa pedoman dari Dr Sanders (1997) untuk menghadapi anak yang tantrum adalah
sebagai berikut.
- Dapatkan perhatian anak sebisa mungkin. Hentikan apa yang sedang Anda kerjakan dan
mendekatlah kepadanya hingga jarak dalam jangkauan lengan.
- Perintahkan dengan tegas tanpa emosi negatif agar dia menghentikan perbuatannya.
Katakan kepada anak Anda bahwa tantrum harus dihentikan atau anak harus melakukan time
out sampai dia berhenti dengan tantrum-nya. (Time out adalah suatu teknik yang meminta
anak untuk pergi ke suatu tempat, misal kamar tidurnya, atau tempat yang telah ditentukan
sebelumnya agar anak menjauh dari orangtua dan ia dapat beristirahat sejenak dari perilaku
yang tengah ditampilkannya).
- Ketika anak tengah tantrum, jangan mencoba untuk memeluk, menunjukkan dukungan,
menghibur, atau cara-cara lain yang memberikan perhatian positif. Jangan menyerah kepada
tuntutan anak atau dia akan belajar untuk menggunakan ledakan emosi agar mendapatkan
sesuatu melalui caranya itu.
- Beberapa orangtua mencoba mengabaikan perilaku tantrum anak sebagai alternatif
melakukan time out. Hal ini hanya akan berhasil jika anak benar-benar dapat diabaikan, hal
yang mungkin menyulitkan adalah jika ada anak-anak lain di sekitarnya atau Anda sedang
punya tamu. Lebih baik untuk menghentikan anak dari tindakannya itu. Dia perlu belajar
pesan penting, yaitu: Apabila kamu sudah bisa menguasai atau mengendalikan dirimu, kamu
akan kami terima untuk bergabung lagi bersama kami.
- Bersiaplah untuk tahan dengan suara-suara gaduh di ruangan time out. Anda mungkin
merasa gelisah mendengar anak Anda dalam kesulitan seperti itu dan naluri alami Anda ingin
mencoba untuk menenangkan dan menghiburnya. Ini merupakan suatu kesalahan dan justru
membuat tantrum makin memburuk. Anak-anak yang tantrum sebanyak lima atau enam kali
sehari mungkin perlu diberi time out enam sampai sepuluh kali pada hari pertama. Biasanya,
pada akhir minggu pertama, frekuensi tantrum akan berkurang dan waktunya menjadi lebih
singkat pula.
Jo Frost (2005) dalam bukunya, Supernanny: How to Get the Best from Your Children,
menambahkan beberapa cara. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa
anak tidak dapat melukai dirinya sendiri, menyakiti orang lain, atau merusak barang-barang.
Berusahalah untuk tetap tenang. Kemarahan hanya akan mengobarkan situasi. Jika Anda
tidak dapat menjamin bahwa Anda bisa menahan marah, tinggalkan ruangan atau tempat
tersebut. Hal terburuk yang dapat Anda lakukan adalah jika Anda juga mengamuk.
Lupakan mencoba untuk membuat alasanalasan dengan anak. Saat ini dia tidak bisa
mendengar Anda (dan dia juga sedang tidak menginginkan).
Beberapa anak akan lepas dari kondisi tantrum secara lebih cepat jika mereka ditangani
secara aman.
Pergi dari ruangan atau tempat kejadian, jika Anda bisa, setelah Anda yakin dia tidak akan
melukai dirinya sendiri atau merusak sesuatu. Jika tantrumnya setengah disengaja, seperti
dapat terjadi pada anak yang lebih besar, mengabaikan perhatian secara sepenuhnya dapat
menjadi cara yang tepat.








Laporan dan Tangis Palsu


Mengaku menjadi korban penodongan perampok bersenjata api, Susi (kita samarkan begitu)
berurai air mata kala melapor ke polisi. Perempuan yang tengah hamil tua itu terkena
sangkaan membuat laporan palsu.
Karyawati lembaga keuangan mikro di Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap itu, Senin
(20/1), berderai air mata di kantor polisi. Di depan aparat keamanan, ia mengisahkan bahwa
dirinya baru saja menjadi korban perampokan. Dengan meyakinkan, ia bercerita, saat tengah
bertugas menunggu kantor, muncul dua pria bercadar berlagak mencurigakan.
Sekitar pukul 11.30, Susi (30) memang sedang sendirian di kantor karena dua rekannya
sedang ada urusan di luar kantor. Menurut Susi, pada awalnya, dua pria itu hendak membayar
tagihan listrik. Namun, saat ditanya kertas rekeningnya, pria yang menggunakan pakaian dan
jaket berwarna hitam itu justru mengeluarkan benda menyerupai pistol.
Dengan senjata mirip pistol itu, masih menurut Susi, dia mengaku ditodong dan dipaksa
menunjukkan tempat penyimpanan uang. Oleh karena kalut, Susi mengaku menyerahkan
uang senilai Rp 120 juta yang disimpan di laci dan brankas. Setelah mendapatkan uang,
masih versi Susi, kedua perampok langsung meninggalkan kantor tersebut dengan sepeda
motor Yamaha RX King menuju pusat kota Cilacap.
Sepintas, cerita Susi sungguh meyakinkan. Polisi setingkat perwira pertama pun sempat
merasa kasihan terhadapnya. Terutama membayangkan perempuan tersebut ditodong senjata
api saat tengah hamil tua. Akan tetapi, rupanya polisi cukup jeli. Setelah datang ke tempat
kejadian perkara (TKP), polisi mulai meragukan laporan Susi.
Dari keterangan Susi saja, sebenarnya sudah ada kejanggalan. Meski situasi kantor saat Susi
mengaku dirampok sedang sepi, tetapi tidak mungkin tidak ada satu pun warga yang
menyaksikan dua perampok saat melarikan diri. Warga yang selalu mangkal di sekitar lokasi
kantor sama sekali tidak melihat dua orang keluar dari kantor tersebut seperti kisah Susi.
Yang lebih fatal, Susi lupa akan beberapa kamera pemantau (CCTV) yang terpasang di sudut-
sudut kantornya. Rekaman CCTV menunjukkan, pada jam seperti disebut dalam pengakuan
Susi, tidak tampak dua orang melintas dari arah lokasi kantor Susi.
Berbekal bukti-bukti tersebut, polisi mendesak Susi berterus terang. Akhirnya perempuan itu
mengakui telah membuat laporan palsu. Ia diketahui telah menggelapkan uang Rp 120 juta.
Sebagian di antaranya sudah digunakan dan hanya tersisa Rp 37 juta.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Cilacap Ajun Komisaris Agus Puryadi, Senin (27/1),
mengatakan, Susi ditangkap karena sangkaan laporan palsu dan penggelapan uang dalam
jabatan. (GRE)













Investasi
Spiritualisme Investasi
Oleh: Elvyn G Masassya

Tanpa terasa, tahun 2014 sudah memasuki bulan ketiga. Bagi kalangan yang kesehariannya
berkecimpung dalam dunia bisnis, triwulan pertama merupakan titik awal untuk
memperkirakan langkah-langkah selanjutnya di sepanjang tahun 2014 ini. Lantas, bagaimana
dengan pelaku bisnis individu dan atau para investor ritel di pasar modal? Hakikatnya sama.
Setelah melakukan investasi selama tiga bulan, tidak ada kelirunya untuk melakukan
peninjauan kembali, apakah investasi yang telah dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana
atau ada penyimpangan-penyimpangan.
Boleh jadi, bagi sebagian kalangan, kurun waktu tiga bulan dianggap masih terlalu singkat
untuk melakukan evaluasi. Namun, itu keliru. Mirip seperti orang mengendarai kendaraan.
Tidak perlu menunggu masa service tiba, tetapi setiap hari malah si pemilik sebaiknya
melakukan pengecekan terhadap kendaraannya. Berinvestasi juga demikian. Tidak perlu
menunggu persoalan muncul. Misalnya, tiba-tiba Indeks Harga Saham Gabungan di pasar
modal anjlok. Atau terjadi crash harga properti dan lain-lain. Mari kita bahas.
Setiap investor di awal tahun lazimnya menyiapkan strategi asset allocation. Artinya, dari
jumlah uang yang dimiliki sudah ditentukan ke mana saja dana tersebut akan ditempatkan.
Umpamanya, 30 persen dalam bentuk saham, 30 persen di deposito, 30 persen lagi di reksa
dana, serta yang 10 persen dimasukkan dalam tabungan, untuk berjaga-jaga. Itu contoh yang
lazim dilakukan investor ritel di perkotaan. Tentu saja alokasi tersebut sudah didasarkan atas
tujuan investasi itu sendiri serta pengetahuan mengenai prospek dari investasi tersebut.
Di deposito berjangka, misalnya, pasti didasarkan atas beberapa alasan, contohnya mudah
dicairkan sewaktu-waktu dan juga tingkat bunga bank cukup menarik. Sementara di saham,
tentu harapannya adalah saham yang dibeli akan memberikan capital gain dan juga dividen
jika saham tersebut dipegang untuk jangka lebih dari setahun. Demikian juga dengan reksa
dana. Pastinya sudah dipilih benar jenis reksa dana yang disenangi dan juga menyeleksi
manajer investasi yang mengelola reksa dana tersebut. Namun, pernahkah disadari bahwa
semua keputusan tersebut sesungguhnya disebabkan oleh satu hal yang disebut dengan
keyakinan? Ya, keyakinan dari setiap investor bahwa pilihannya merupakan yang paling
tepat. Namun, apakah realitas hasil investasinya sesuai dengan pilihan yang berdasarkan
keyakinan tersebut? Belum tentu.
Keyakinan dalam berinvestasi sebenarnya merupakan bagian dari spiritualisme investasi.
Keyakinan tersebut, jika tidak dikelola dengan baik, bahkan bisa berwujud spekulasi.
Kenapa? Karena tidak ada formula untuk mengukur apakah keyakinan seseorang bisa
terealisasi atau tidak. Waktu saja yang bisa membuktikan. Karena itu, mengelola keyakinan
dalam berinvestasi alias memahami spiritualisme investasi menjadi hal penting jika ingin
investasi tersebut berhasil. Dan, waktu yang tepat untuk mendeteksi kebenaran keyakinan itu
adalah saat ini, yakni setelah waktu berjalan sekitar tiga bulan pada 2014, yang tentunya
dilakukan lagi pada tiga bulan mendatang dan seterusnya. Kenapa setelah tiga bulan? Karena,
tiga bulan yang lalu tidak mungkin kembali lagi. Namun, investor masih punya sembilan
bulan lagi di tahun berjalan sehingga berkesempatan untuk melakukan perbaikan.
Lalu, bagaimana konkretnya? Cek target hasil investasi Anda untuk tahun 2014 ini. Berapa
rata-rata imbal hasil yang diinginkan? Katakanlah 24 persen setahun. Kalau dibagi 12 bulan,
berarti per bulan rata-rata akan mendapatkan 2 persen. Lalu, untuk tiga bulan mestinya
mencapai 6 persen. Lantas, berapa realitas potential return investasi Anda selama triwulan
pertama? Bisa di atas 6 persen, bisa pula di bawah angka itu. Kalau di atas 6 persen, apa yang
akan Anda lakukan? Menambah jumlah dana untuk investasi? Tunggu dulu. Belum tentu
dalam sembilan bulan mendatang hasilnya tetap 2 persen per bulan. Bisa lebih rendah. Atau
bagaimana jika imbal hasil selama triwulan pertama jauh di bawah 6 persen? Apakah
kemudian Anda menarik diri dari kegiatan investasi? Sebaiknya jangan. Kenapa? Karena
Anda masih punya sembilan bulan lagi untuk mengejar return yang diinginkan, tetapi tentu
dengan strategi yang berbeda. Itulah tujuan dari evaluasi investasi secara berkala. Namun, di
balik hal itu, yang jauh lebih penting ialah menyiapkan diri untuk memiliki spiritualisme
yang benar dalam berinvestasi. Seperti apa?
Pertama, berinvestasi harus dilakukan dengan spirit ikhlas. Artinya, sejak awal sudah
mengetahui dan memahami bahwa tak ada jaminan jika investasi yang dilakukan akan
berbuah keuntungan. Karena itu, akan jauh lebih baik bagi seorang investor untuk tidak
mempertaruhkan uang dapur dalam investasi.
Kedua, investasi mesti dilakukan dengan sungguh-sungguh, sebagai suatu kegiatan yang
serius. Itu berarti, untuk melakukan investasi tidak bisa hanya sekadar ikut-ikutan,
terpengaruh ajakan teman ataupun saudara, karena investasi bersifat individual. Risikonya
pun ditanggung sendiri.
Ketiga, investasi disikapi dengan rasa syukur. Sering terjadi, ketika seseorang memperoleh
keuntungan dari investasinya, misalnya mendapat capital gain dari saham yang dimiliki,
yang terjadi bukanlah rasa syukur, melainkan nafsu serakah untuk mendapatkan untung lebih
besar lagi.
Kesimpulannya, investasi bukan semata-mata kegiatan kapitalis yang lepas dari aspek-aspek
personal seseorang, termasuk spiritualisme investasi. Karena itu, agar investasi menjadi
kegiatan yang menyenangkan dan bisa memberi ruang untuk meningkatkan aset, mestinya
dilakukan berdasar spirit yang tepat. Selamat berinvestasi.


Dari Oprah hingga Sarah
Oleh: Garin Nugroho

Bicara itu murah. Demikian olok-olok para pakar komunikasi. Tak heran acara bincang-
bincang menjadi primadona acara di televisi-televisi Indonesia, terlebih ketika kebebasan
bicara menjadi euforia terbesar hidup berbangsa.
Dengan kata lain, keberanian bicara menjadi primadona utama komunikasi berbangsa. Hal ini
didukung kenyataan bahwa masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat baca dan tulis,
melainkan kini masuk dalam alfabet televisi. Jangan heran, sebagian besar cara berpikir,
bertindak, dan bereaksi bangsa ini terhadap tokoh politik dan berbagai peristiwa dibentuk
oleh televisi. Inilah era masyarakat televisi.
Oleh karena itu, menjadi menarik menyimak bincang-bincang di televisi Indonesia.
Mengingat, bincang-bincang menjadi representasi baik-buruk dan kekacauan wajah
demokratisasi Indonesia. Bincang-bincang membawa jawaban atas pertanyaan: apakah
kebebasan bicara sudah disertai pengetahuan, keterampilan, dan etika yang menjadi prasyarat
dialog yang beradab?
Televisi adalah media yang kekuatan komunikasinya dibawa oleh karakterisasi seseorang,
baik itu pembawa berita, pemandu bincang-bincang, bintang sinetron, maupun pemandu
program musik atau bola. Berbeda dengan berita utama dari surat kabar yang nama dan sosok
seseorang yang menulis tidaklah terlalu penting.
Sosok yang paling fenomenal, yang telah dicatat majalah Forbes sebagai wanita paling
berpengaruh di dunia adalah Oprah Winfrey. Pemandu bincang-bincang ini telah memandu
lebih dari 4.500 episode, ditonton lebih dari 150 negara dengan penonton lebih dari 40 juta
setiap minggu. Dalam perayaan ke-25 tahun program bincang-bincangnya, begitu banyak
tokoh selebritas dunia hadir. Bintang film Tom Hanks memberi sambutan yang mampu
merepresentasikan kultur bincang-bincang yang dibangun Oprah: Kamu dikelilingi oleh
cinta... kamu dikelilingi oleh manusia dari 150 negara yang mampu mengatakan: kalian
semua punya kekuatan. Kamu membuka dan memperkuat kehidupan di luar batas batas
kebangsaan.
Dengan begitu, Oprah tidak hanya menghibur dan memberi informasi, tetapi juga membagi
kisah kehidupan, mentransformasi luka kehidupan dengan kebajikan, mendorong keberanian
menjalani hidup, melakukan transformasi lebih berkualitas sekaligus berbagi dan membuka
kehidupan.
Oleh karena itu, layaknya arti kata moderator, Oprah menjalankan dirinya sebagai medium
moderasi untuk tamu-tamunya. Oprah tidaklah memamerkan keintelektualan dirinya,
melakukan pameran kemampuan debat, ataupun intimidasi dan penyerangan kata. Oprah
menjadikan tamu-tamunya mampu berkisah dan berbagi kisah yang membuka kehidupan.
Oleh karena itu, sungguh menyedihkan, melihat bincang-bincang Indonesia yang lebih
sebagai pameran bicara dan intelektual pemandu acara daripada tamunya serta menjadikan
tamu bincang-bincang tidak mampu bicara serta disudutkan untuk dibodohkan. Lebih celaka
lagi, pembodohan para tamu yang lemah disebar ke Twitter, sementara tamu-tamu yang
memang memiliki kekuasaan seperti presiden cenderung tidak mendapat intimidasi.
Catatan terhadap Oprah menunjukkan suatu hal penting, yakni bahwa sebuah bincang-
bincang yang berhasil senantiasa memiliki kultur sendiri, gabungan antara konsep dan
personalitas pemandu.
Sekiranya saya harus memilih bincang-bincang favorit, maka saya memilih bincang-bincang
yang bertajuk dan dipandu Sarah Sechan. Ia tidak cenderung pameran kecerdasan dan
perdebatan untuk membodohkan tamunya, tetapi kecerdasan menjadi bagian karakternya
untuk menghidupkan tamu dan dialognya dengan penonton secara segar dan bersahaja.
Pada akhirnya, memang, bicara itu murah, maka program bincang-bincang akan selalu
menjadi alternatif program murah yang memungkinkan populer. Namun, televisi akan
menjadi murahan, sekiranya, kebebasan bicara tidak disertai keterampilan, pengetahuan serta
etika dan personalitas pembawa acara. Yang muncul hanya tontonan bincang yang ramai dan
sensasional karena memang masalahnya sensasional. Namun, sesungguhnya ia tidak
membuka kehidupan apa pun.







Alarm Gudang Peluru Menyala
Tottenham dan Everton Ramaikan Persaingan Posisi Keempat


LIVERPOOL, SABTU Permainan menggila Liverpool membuat alarm Gudang Peluru Arsenal
menyala. Kekalahan 1-5 (0-4) dari Liverpool di Stadion Anfield, Sabtu (8/2), menjadi tanda bagi
pelatih Arsene Wenger untuk berbenah agar Arsenal tidak benar-benar kolaps di periode Februari.
The Reds, julukan Liverpool, tampil menggila dengan motivasi dan dukungan kuat dari
suporter. Anfield seakan berguncang dan menjadi neraka bagi pemain-pemain Arsenal,
terutama pada 20 menit babak pertama.
Gol cepat pemain belakang Martin Skrtel pada detik ke-55 dan menit ke-10 langsung
menghancurkan kepercayaan diri dan mental pemain Arsenal. Belum sempat berbenah, The
Reds kembali memberi hukuman tambahan dua gol lewat aksi Raheem Sterling pada menit
ke-17 dan Daniel Sturridge di menit ke-20.
Dalam sejarah Liga Inggris, empat gol kilat Liverpool bukan yang tercepat. Rekor empat gol
cepat masih dipegang Leicester City yang melesakkan gol ke gawang Derby County dalam
tempo 15 menit, April 1998.
Arsenal juga menorehkan empat gol cepat ke gawang Manchester City dalam waktu 19 menit
pada Februari 2003. Demikian juga dengan Manchester United yang menjebol empat gol
dalam tempo 19 menit ke gawang Fulham, Agustus 2006.
Meski demikian, empat gol cepat Liverpool inilah yang mematikan perlawanan Arsenal.
Hebatnya, Liverpool memakai dua SAS sore itu. Selain duet Sturridge and Suarez, satu SAS
lagi adalah Skrtel and set-pieces. Dua gol Skrtel berawal dari bola mati tendangan bebas dan
tendangan penjuru yang diambil Steven Gerrard.
Absennya, Mathieu Flamini yang biasa berdiri di depan empat pemain bek menjadi titik
kelemahan lini tengah Arsenal. Pertahanan Arsenal bukanlah tembok, melainkan seperti
sebuah saringan yang meninggalkan banyak celah.
Sialnya, Arsenal juga tidak bisa bangkit di babak kedua. Mereka cuma bisa membuat satu gol
lewat penalti Mikel Arteta. Sementara Liverpool yang sudah nyaman dengan empat gol di
babak pertama bisa menambah satu gol lagi lewat Sterling.
Kekalahan besar 1-5 ini seperti mengulang aib Arsenal ketika takluk 3-6 dari Manchester
City, Desember 2013. Wenger harus berbenah karena pada periode Februari mereka akan
ditantang Manchester United dan kembali bertemu Liverpool di semifinal Piala FA, Minggu.
The Gunners juga akan bertemu Bayern Muenchen di Liga Champions.
Kemenangan Liverpool atas Arsenal mengokohkan posisi di peringkat keempat dengan nilai
50. Sementara koleksi poin Arsenal tetap 55 di puncak klasemen, sebelum Manchester City
dan Chelsea bermain pada Minggu dini hari WIB. Jika pada Rabu nanti kembali kalah dari
MU, Arsenal bisa ditinggalkan dua pesaingnya, Chelsea dan City.
Tottenham versus Everton
Laga menarik akan terjadi di Stadion White Hart Lane, Minggu (9/2) ini. Tuan rumah
Tottenham Hotspur akan kedatangan lawan tangguh Everton. Kedua tim masih bersaing ketat
untuk menjaga peluang memperebutkan posisi keempat (zona Liga Champions).
Gelandang Hotspur, Paulinho, berharap timnya bisa kembali ke jalur kemenangan. Hotspur
terakhir kali hanya bermain imbang 1-1 dengan Hull City. Akibatnya, mereka tertahan di
peringkat keenam dengan raihan 44 poin, tertinggal satu angka dari The Toffees di atasnya
dan lima angka dari Liverpool.
Kami memiliki pertandingan penting lawan Everton. Kami harus berusaha dan memenangi
pertandingan di kandang, ujar Paulinho di laman resmi klub.
Manajer Everton Roberto Martinez mendapat kabar gembira pulihnya pemain pinjaman asal
Barcelona, Gerard Deulofeu. Namun, Martinez mengingatkan timnya, laga melawan Hotspur
akan menjadi pertarungan yang sulit. Martinez menyebut skuad asuhan Tim Sherwood itu
sebagai tim yang berbahaya.
Di Old Trafford, tuan rumah MU akan menghadapi tim juru kunci Fulham. Bagi MU, ini
peluang terbaik untuk mengemas tiga poin sekaligus menjaga peluang mengejar posisi empat
besar di akhir musim. (BBC/OTW)






Menanti Penggila Basket seperti Pak
Lukminto


Kepergian Muhammad Lukminto, salah satu konglomerat Indonesia asal Solo yang usahanya
bergerak di bidang tekstil, Rabu (5/2), menjadi kabar duka bagi dunia basket Tanah Air.
Orang nomor satu di PT Sri Rejeki Isman atau lebih dikenal dengan sebutan Sritex itu tidak
hanya merupakan penggemar olahraga basket. Dia juga tidak pernah berpikir dua kali untuk
merogoh koceknya ketika para penggiat olahraga memerlukan bantuannya.
Salah satu klub yang kerap mendapat bantuan dari Lukminto, yang terlahir dengan nama Ie
Djie Sien di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, 1 Juni 1946, adalah klub basket Bhinneka
Solo. Almarhum tidak pernah menolak ketika kami datang dan meminta bantuannya. Tentu
itu bukan karena kebetulan ia kerap bermain dengan Pak Halim Sugiarto, sang pemilik klub,
dan kawan-kawannya. Namun, karena memang karakternya yang penolong, kata Eddy
Santoso, pelatih Pacific yang dulu pernah menangani Bhinneka.
Ketika Halim tidak lagi mau disibukkan dengan dunia bola basket pada 2009, almarhum yang
menurut rencana baru dimakamkan pada 16 Februari itu dengan senang hati meneruskan
kehidupan klub tersebut. Bhinneka kemudian berubah nama menjadi Sritex Solo. Pergantian
nama juga terjadi pada GOR Bhinneka di atas tanah seluas 6.000 meter persegi yang
kemudian menjadi Sritex Arena, terletak di kawasan Sriwedari, Solo.
Namun, lanjut Nova, Wakil Manajer Tim Putri Sritex Solo, ketika peralihan klub dari
Bhinneka ke Sritex, pihak manajemen hanya memilih pembinaan putri. Sementara klub putra
sudah lebih dulu dibeli Pasific Caesar Surabaya.
Lukminto, yang memiliki nama Mohammad Amir setelah Mei 1995 memilih memeluk Islam,
menurut salah satu rekannya, Danny Kosasaih, juga merupakan orang Solo yang dekat dan
peduli dengan masyarakat sekitar.
Iwan Setiwan Lukminto (38), putra pertama almarhum, yang hadir pada pertandingan Speedy
NBL Indonesia, Sabtu (8/2) malam, menegaskan, fungsi Sritex Arena tidak akan pernah
berubah meski Lukminto telah tiada.
Ini merupakan pesan dari ayah. Ayah juga pernah mengingatkan bahwa hobinya ini memang
mahal. Dengan adanya Sritex Arena, bukan hanya teman-teman saya yang bisa bermain.
Masyarakat Solo pun dapat menikmatinya, kata Iwan, yang juga gemar bermain basket.
Sebelum berlangsung pertandingan keempat, kemarin, Komisioner NBL Azrul Ananda
menyampaikan ucapan terima kasih masyarakat basket nasional kepada keluarga besar HM
Lukminto yang diterima Iwan dan istrinya. (nic)















Nyata-Virtual: Silang Budaya Kita


Tenda putih semacam dome didirikan di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta. Lengkap
dengan lingkungannya, berupa tenda-tenda lebih kecil berfungsi sebagai kios penjualan
produk, tempat ngopi, serta arena bagi sejumlah pemusik untuk unjuk gigi.
Di dome yang merupakan bagian sentral lingkungan tadi diselenggarakan pertunjukan
bertajuk 3030. Pertunjukan berupa adonan teater, tari, dengan pemanfaatan teknologi laser,
holografik tiga dimensi (3D holographic), serta video mapping. Pertunjukan berlangsung tak
lebih dari satu jam. Setiap hari digelar dua atau tiga kali pertunjukan pada petang hari, selama
18 Januari-3 Februari 2014. Acara ini, menurut rencana, akan dikelilingkan ke sejumlah kota
di Indonesia hingga September mendatang.
Apa, siapa, bagaimana, mengapa menyangkut acara tadi tersimpul dalam tujuan utama: ia
adalah promosi sebuah perusahaan penyedia jasa komunikasi GSM global. Teater, tari,
narasi, dan teknologi dilebur jadi satu.
Di panggung muncul pasangan muda-mudi, berpakaian luar angkasa. Keduanya adalah
utusan kapten pemimpin dari tahun 3030, yang memutuskan membagi teknologi masa depan
kepada manusia (baca penonton). Panggung ini mempromosikan produk, dibungkus dalam
narasi, termasuk kehadiran tokoh-tokoh wayang, yakni Dewi Drupadi dan para punawakan,
Semar, Gareng, Petruk, Bagong.
Drupadi yang bersuami lima ksatria Pandawa diceritakan resah karena tak bisa memenuhi
keinginan atau hobi lima suami yang berbeda-beda. Dia butuh teknologi yang kompak, yang
bisa untuk download film/musik, update media sosial, atau sekadar browsing, dan lain-lain.
Penguasa masa depan mengirimkan pasangan remaja tadi, bernama Satria dan Triana, untuk
menjawab kebutuhan Drupadi.
Para pemain di atas panggung, termasuk Drupadi, muncul tenggelam dalam manipulasi
teknologi holografik tiga dimensi. Kadang dia seperti melayang, disusul mencairnya seluruh
citra dirinya, lalu sirna dari panggung.
Ilusi-ilusi seperti inilah yang sejak lama diimpikan panggung pertunjukan. Orang bisa
terbang, menghilang, melebur, mencair, dan lain-lain. Tentu saja, bagi yang dekat dengan
dunia hiburan masa kini, permainan laser, video mapping, serta holografi bukanlah hal baru.
Cuma pemanfaatannyalah yang kemudian menimbulkan kekhususan.
Itulah dunia kita sekarang: meleburnya batas seni panggung, teknologi, fashion, hiburan,
promosi, konsumsi, dan lain-lain. Melebur pula batas antara yang disebut adiluhung dan
main-main.
Terjadi proses transformasi yang tak memerlukan rancang-bangun kebudayaan seperti
kebiasaan kuno mengenai rumusan-rumusan budaya. Teknologi telah mengantar kita pada
silang budaya masa kini: nyata dan virtual. Semua itu disertai konsekuensi perubahan sikap
dan gaya hidup.
Dengan santai dan main-main, acara yang digagas, dirancang, dan dieksekusi anak-anak
muda itu telah membuat tokoh-tokoh seperti Semar, Gareng, Petruk, Bagong, misalnya, tidak
lagi bersenda-gurau dengan vokabulari agraris.
Mereka bergurau dalam celoteh anak-anak muda urban, yang mungkin bisa membuat para
pemangku kebudayaan lama merasa risi. Di antara tokoh transjender, salah satu punakawan
menyebut yang lain sebagai play boy. Apa arti play boy? Laki-laki yang suka main laki-laki.
Idih.... (BRE)










47 Gitar: Satu Hati, Satu Cinta



Para gitaris yang petikan gitarnya meramaikan pentas hiburan negeri ini, berbelarasa
membantu korban bencana. Mereka akan menggelar pentas amal di Bentara Budaya Jakarta,
Jalan Palmerah Selatan, Rabu, 12 Februari 2014 malam. Pentas itu bertajuk Dari Gitaris
untuk Indonesia.
Gitar menyatukan para gitaris. Di pentas, seorang gitaris memanjakan ego individu. Namun,
di luar panggung ada keguyuban dari sesama gitaris.
Gitar mereka akui sebagai alat musik personal, individual. Gitaris Adrian Adioetomo
mengakui adanya hubungan emosional antara gitaris dan gitarnya. Gitar itu sangat nempel di
badan sesuai ergonomi pemain. Gitaris ingin gitarnya enak dimainkan sesuai dengan gaya
permainan dia. Dari situ timbul keterikatan dan kedekatan personal gitaris, kata Adrian.
Dengan kedekatan semacam itu, seorang gitaris belum tentu nyaman memainkan gitar milik
orang lain. Soalnya kalau dipegang orang lain, rasanya akan beda, tutur Adrian
menambahkan.
Jangankan memainkan gitar milik orang lain, gitaris Iwan Hassan bahkan merasa kurang
nyaman jika harus berfoto dengan gitar yang bukan miliknya.
Akan tetapi, meski gitar adalah alat musik yang sangat personal dan individual, tetapi gitaris
perlu kawan untuk saling bertanya dan berbagi. Mereka tak habis-habis mengulik teknik, atau
segala tetek bengek seputar aksesori gitar. Kami banyak bertemu di jalan. Kami ngomongin
tentang alat musik. Kalau ada kesulitan alat atau apa, kami sering sharing, cari alatnya di
mana, kata Baron, gitaris dari Baron Soulmate.
Para gitaris memang suka berkumpul. Atau paling tidak mereka saling terhubung lewat alat
komunikasi dan media sosial. Dari sana tercetuslah gagasan untuk menggalang dana bantuan
bagi para korban bencana yang terjadi di berbagai wilayah di negeri ini.
Kami sering ngumpul, jadi tercetus buat acara apa ya? kata Dewa Budjana yang pada
Selasa lalu bersama gitaris Baron, Ezra Simanjuntak, Bulux, dan Riry Silalahi, membahas
rencana pentas amal Dari Gitaris untuk Indonesia. Mereka bekerja sama dengan Bentara
Budaya Jakarta dan Kompas Gramedia untuk menggelar pentas amal yang hasilnya akan
disalurkan untuk korban bencana di berbagai daerah di negeri ini.
Bencana ada di mana-mana. Mungkin itu sudah bagian dari kehidupan. Cuma ada beberapa
hal yang menurut saya adalah bagian dari ulah manusia, kata Budjana.
Berbeda tapi guyub
Pada perhelatan Dari Gitaris untuk Indonesia nanti akan bergabung tak kurang dari 47
gitaris. Mereka adalah Adrian Adioetomo, Agam Hamzah, Arden Tiket, Arif Kerispatih,
Baron, Beng Beng, Bulux Superglad, Burgerkill, DD Crow, Denny Chasmala, Dewa
Budjana, Diat Yovie n Nuno, Donny Suhendra, Edo Widiz, Eet Sjahranie, Endah N
Rhesa, Erros Chandra, Ezra Simanjuntak, Gideon Tengker, Ginda Bestari, Gugun, Ian
Antono, Ireng Maulana, Irfan Aulia Samsons, Irvan Borneo, Iwan Hasan, Jikun /rif, John
Paul Ivan, Jopie Item, Jubing Kristianto, Kin Aulia The Fly, Marshal ADA Band, Mus
Mujiono, Oppie Andaresta, Ovy /rif, Piyu, QoQo, Rama DMasiv, Riry Silalahi, Stephen
Santoso Musikimia, Taraz Bistara The Rock/Triad, Tohpati, Toto Tewel, dan Yai Item.
Mereka datang dari genre musik yang berbeda. Ada yang datang dari pop, rock, jazz, dan
blues. Tapi perbedaan itu justru menyatukan para gitaris. Saya di-welcome, diajak gabung
dengan temen-temen gitaris justru karena saya berbeda. Saya main delta blues, kata Adrian
Adioetomo, salah seorang dari sedikit gitaris yang menekuni blues udik.
Selain beda genre, para gitaris itu juga bermain dengan cara main yang berlainan pula. Dari
petik, cabik, ketuk, sampai tapping. Dan macem-macem juga pun bunyinya, kata Dewa
Budjana. Keberagaman gaya itu akan menjadi satu di pentas nanti.
Bukan sekali ini para gitaris berpadu untuk membantu rakyat yang menjadi korban bencana.
Ketika terjadi erupsi Gunung Merapi pada November 2010, para gitaris juga menggelar
pentas musik Dari Gitaris untuk Indonesia di Bentara Budaya Jakarta. Di luar perhelatan
amal itu, para gitaris kompak untuk saling berempati.
Dengan grup di WhatsApp dan BBM, kami beberapa kali silaturahim ke sesama musisi.
Misalnya jika ada gitaris yang sakit atau perlu bantuan, kata Budjana.
Komunitas gitaris ini bersifat cair, bukan organisasi yang terstruktur dengan pengurus, atau
birokrasi yang rumit. Namun, begitu ada urusan seperti pentas amal, para gitaris itu sigap
bekerja, bahkan tanpa imbalan materi. Mereka sukarela tampil untuk menggalang dana bagi
korban bencana.
Solidaritas juga akan mereka tunjukan di pentas 12 Februari mendatang. Sekitar 40-an gitaris
akan membagi penampilan secara merata. Misalnya, tiga gitaris blues, Gugun, Ginda, dan
Adrian Adioetomo, akan muncul bersama membawakan Crossroads. Ini adalah blus klasik
milik legenda blues Robert Johnson era 1930-an, dan dipopulerkan kembali oleh Cream pada
pertengahan 1960-an.
Lantas, gitaris The Fly, Kin Aulia, akan tampil bersama Riry Silalahi, gitaris yang pernah
mendukung band cewek she. Kali ini Riry akan menyanyikan lagu One Love milik Bob
Marley. Lagu itu seperti menjadi jiwa pentas Dari Gitaris untuk Indonesia yang bersatu
cinta dan hati untuk membantu sesama. Simak lirik awalnya:
One Love! One Heart!
Let's get together and feel all right.
Hear the children cryin (One Love!);
Hear the children cryin (One Heart!)... (XAR)









Mengembangkan Indonesia Kecil
Oleh: Mochtar Pabottingi


Judul: 50 Tahun Kompas Gramedia: Mengembangkan Indonesia Kecil
Penyunting: St Sularto
Penerbit: Penerbit Buku Kompas, 2013
Tebal: cv + 446 halaman
ISBN: 978-979-709-739-4

Mengembangkan Indonesia Kecil adalah kesaksian setengah abad dari kebangkitan kelompok
bisnis media yang kemudian tampil dengan nama Kompas Gramedia. Bertutur perihal dunia
usaha yang digeluti, terutama Kompas, sebagai perjuangan kecil untuk mewujudkan
ideal-ideal keindonesiaan.
Kekuatan buku ini terletak pada kearifan pemilihan sub-sub tema penting yang semuanya
ditulis secara jujur, cerdas-lugas, dan saling melengkapi. Pertama-tama bertutur tentang jiwa,
visi, komitmen, dan kiprah kedua tokoh pendiri Kompas Gramedia (KG)Jakob Oetama dan
PK Ojongdalam suka-duka perjuangan mereka membangun landasan bisnis yang sehat dan
sebagai sarana bakti bagi bangsa dan Tanah Air.
Diawali dengan majalah Intisari, bahu-membahu dan secara bertahap Jakob-Ojong
menapakkan KG dengan fondasi prinsip-prinsip bisnis dan etika yang tangguh. Sembari
menyadari pentingnya kesejahteraan para karyawan, mereka tetap meneladankan hidup
sederhana, berpikir luhur, dan berkarya sebagai bagian dari ibadah. Kala memburu
keuntungan finansial dengan bekerja tulus dan tuntas, mereka pun menegakkan idealisme,
bijaksana dalam mengelola dana bisnis dengan ancang-ancang ekspansi usaha serta
penyebaran kesejahteraan. Prinsipnya hadir untuk melayani, bukan dilayani.
Berkarakter
Kisah sukses KG bukanlah modal materiil, melainkan karakter kepemimpinan, sikap santun
dan rendah hati, ketercerahan visi dan gagasan, serta kemampuan membaca tuntutan zaman.
Para pendiri KG menjadikan iman sebagai sumber motivasi dan inspirasi untuk mengangkat
dan menyublimasi kemanusiaan. Di atas semuanya, mereka sama-sama menekankan cinta
dan komitmen tulus kepada keindonesiaantermasuk terus memupuk keragaman budayanya
demi upaya bersama menjadikan bangsa kita sejahtera dan berkeadilan.
Terlepas dari luasnya subtema yang dirangkai menjadi suatu kesatuan dalam buku ini, intinya
ialah bagaimana KG berkiprah dengan sekaligus mengembangkan Indonesia Kecil bukan
sebagai by product, melainkan sebagai bagian inheren rencana awal bisnis. Dalam kehidupan
pribadi mereka pun, Ojong dan Jakob sama-sama bisa disebut relawan keindonesiaan.
Mengembangkan Indonesia Kecil khususnya bagi Kompas berarti terus ikut berusaha
melaksanakan amanat hati nurani rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dari judul yang diberikan perlu dibaca sebagai suatu upaya bakti riil, terutama dari Kompas,
untuk memberikan aktualisasi nyata dan komprehensif dari ideal-ideal pendirian negara-
bangsa kita. Sebab, memang ada kesejalanan cakrawala, yaitu antara para pendiri bangsa kita
dan duo pendiri KG.
Kesejalanan cakrawala terjadi karena pada para pendiri bangsa dan kedua tokoh pendiri KG
tadi berlaku ketercerahan pemikiran yang bertumpu pada jiwa serta kultur bangsa sendiri dan
pada bacaan buku-buku berkualitas yang menjangkau jauh ke masa depan dalam imajinasi
kebajikan. Keduanya sama-sama menginternalisasikan kebajikan gerakan-gerakan kerakyatan
yang mengangkat harkat bangsa. Maka pada kedua lingkup ketokohan lintas generasi ini juga
terbaca dan berlaku adagium finis coronat opuscita-cita memahkotai karya.
Namun, seperti tiap kali suatu organisme sosial mengalami transformasi besar dalam tempo
dan besaran kegiatan, muncul pulalah rasa gamang pada titik-titik tertentu di dalamnya. Ini
tampak pada wanti-wanti Agung Adiprasetyo (menyangkut pengontrasan melihat ke
belakang atau menatap ke masa depan), Sindhunata (menyangkut kemungkinan kerawanan
humanisme di dalam korpus bisnis sendiri), dan Hariadi Saptono (menyangkut betapa
besarnya PR keindonesiaan).
Modal karakter, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip bisnis yang membangun KG, menurut saya,
sudah suatu kompas yang sungguh memadai. KG tak perlu khawatir menatap masa depan.
Kegamangan memang tak pernah terpisahkan dari dinamika kehidupan. Kekurangan pasti
selamanya menyertai tiap tokoh dan tiap aktualisasi ideal-ideal. Toh, tetap perlu diakui bahwa
selain cakrawala dan ketercerahan tidak statis, fondasi bangunan Kompas cukup andal untuk
menjangkau jauh ke masa depan.
Jika kita sudah memutuskan hidup dengan telos, tatapan ke depan takkan pernah bisa
dipisahkan dari tengokan ke belakang, tentu tidak dalam pengertian back to the future.
Justru untuk berjalan lurus ke depan selalu esensial menghormati dan menyimak tapak-tapak
sejarah yang telah kita tempuh. Dalam hitungan ini, KG sangat beruntung. Sebab, via
Providentia Deiungkapan yang kerap diangkat Pak Jakob dengan penuh rasa syukur dan
sikap merundukbeliau sendiri telah setia mendampingi hingga KG melewati usia setengah
abad. Dari situ pasti tak terhitung teladan yang telah beliau berikan dalam rentang waktu
sepanjang itu. Dan lebih penting lagi, Providentia Dei takkan pernah berhenti.
Kreativitas laba-bakti
Bagi saya, kerawanan inheren terbesar yang dihadapi KG di masa depan bukanlah terutama
menyangkut nasib prinsip humanisme liberal di dalam tubuhnya, melainkan lebih bagaimana
laba terus dikelola secara tercerahkan. Dari waktu ke waktu, ada tantangan kreativitas-
orisinal terhadap para pimpinan KG untuk menemukan rumus win-win perihal proporsi atau
kesejalanan yang pas antara kerja terus memperbesar laba dan lingkup usaha dengan
kontinuitas serta perluasan bakti/teladan keindonesiaan yang memang sudah diniatkan sedari
awal dan yang selama ini sudah dilaksanakan KG.
Di Tanah Air, KG potensial menjadi pelopor perusahaan besar yang membuktikan bahwa
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun Indonesia dengan cinta-kasih adalah
sekaligus menguntungkan perusahaan. Dengan begitu, ia sekaligus membuktikan betapa
buruknya perilaku bisnis media di bawah pimpinan media Moghul Rupert Murdoch di
Inggris, betapa berbahayanya neoliberalisme sebagaimana digambarkan Noam Chomsky
dalam Profit Over People, dan betapa niscayanya apa yang dicanangkan Amartya Sen dalam
Development as Freedom. Dan, saya kira, setiap pembaca jujur yang sempat menyimak buku
Mengembangkan Indonesia Kecil tidaklah terlalu sulit membayangkan KG sebagai
monumentum aere perenniusmonumen yang lebih tahan daripada perunggu.





RAGAM PUSTAKA
Tata Nilai, Kunci Sukses Kinerja Korporasi



Lima puluh tahun perjalanan kelompok Kompas Gramedia (KG) membuktikan keberhasilan
dan kelanggengan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh kekuatan misi, gagasan, dan
nilai sebagai landasan perilaku bisnis (Mengembangkan Indonesia Kecil, 2013). Idealisme
yang dinyatakan dalam visi dan misi menjadi roh dalam menjalani transformasi
mengembangkan kiprahnya pada industri berbasis pengetahuan.
Dalam bahasan yang lebih komprehensif, Rhenald Kasali menunjukkan pentingnya
mengelola nilai korporasi (corporate values) sebagai rahasia umur panjang dan sehat dalam
arus globalisasi. Pembelajaran dari kisah sukses sejumlah perusahaan besar ternama di dunia
dan di Indonesia ini dituangkan dalam Cracking Values (PT Gramedia Pustaka Utama, 2012).
Nilai korporasi tidak hanya menjadi acuan perilaku internal, tetapi juga merupakan prinsip
dalam menjalin relasi dengan konsumen, mitra, ataupun pemangku kepentingan lainnya.
Terdapat dua model dalam membangun tata nilai dan budaya korporasi, yaitu top down,
bottom up, atau gabungan keduanya. Perusahaan Astra International menggunakan cara
pertama, hasil formulasi pendirinya. Semen Gresik memilih cara kedua, dengan menggali
unsur nilai budaya lingkungannya. Metode ini diyakini akan mempermudah proses
internalisasi.
Jika tata nilai melekat pada setiap proses bisnis, korporasi akan bergerak dalam siklus nilai.
Siklus dimulai ketika nilai yang dianut diterapkan pada setiap praktik manajemen. Jika
dikelola dengan benar, perusahaan akan mencapai target dan komunitas mendapatkan
keuntungan, dan ini kemudian akan memperkuat nilai yang diciptakan perusahaan. Demikian
seterusnya. Karena nilai bersifat tak berwujud (intangibles), banyak perusahaan belum dapat
menghubungkan nilai dengan pertumbuhan pendapatan dan laba.
Keberadaan nilai korporasi sebagai tuntunan bertindak dan mengambil keputusan
menghindarkan perusahaan berlaku reaktif. Sebaliknya, nilai ini wajib diimplementasikan
untuk menciptakan budaya kinerja unggul dan pada gilirannya mendorong inovasi,
produktivitas, dan kredibilitas. Cara Pertamina, BUMN terbesar di Indonesia, menangani
kilang-kilang tuanya menjadi contoh pentingnya nilai korporasi dalam menghadapi masa
depan (hal 150).
Seiring perubahan zaman, nilai korporasi dituntut beradaptasi. Inilah yang ditekankan
Rhenald melalui cracking value, istilah yang menggambarkan upaya penguatan dan
peremajaan nilai untuk mencapai tujuan lebih baik. Pembaruan nilai membutuhkan
keberanian dan hanya bisa dilakukan pemimpin visioner, yang tidak memiliki konflik
kepentingan.
Proses ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan transformasi. Pengalaman General Electric
(GE) menggambarkan perubahan nilai secara radikal membawa pengaruh positif pada kinerja
perusahaan. CEO GE legendaris, Jack Welch, mewariskan budaya efisiensi yang terbukti
efektif dalam dua dekade kepemimpinannya. Jeffrey Immelt, penggantinya, menekankan
kreativitas dan inovasi, yang tentunya membutuhkan biaya. Immelt pun sukses mencapai
target perusahaan dengan memodifikasi sistem kompensasi yang mendukung terciptanya ide-
ide orisinal untuk memenuhi kebutuhan konsumen (hal 185).
Perpaduan pemimpin visioner dan kekuatan nilai, diturunkan dari idealisme dan filosofi,
menuntun perusahaan menjadi visionary company, perusahaan yang memimpin di
industrinya, dikagumi, dan mempunyai rekam jejak panjang. (THA/Litbang Kompas)






PARODI
Bantuan Moril
Oleh: SAMUEL MULIA

Beberapa hari lalu, saya bertemu dengan seorang teman yang bisa dikatakan tak terlalu dekat
dan sungguh jarang kami saling bertemu. Selesai bercerita panjang lebar, kami berpisah. Pada
malam hari, di hari yang sama, ia mengirimkan pesan berbunyi begini. Malam, Mas. Kalau
kamu berdoa malam, aku akan doakan kamu juga. Kamu tenang saja, ya. Kita harus yakin.
Punya keyakinan terhadap Tuhan itu sungguh membantu.
Malas melangkah
Saya terharu menerima pesan seperti itu. Yang mengharukan itu bukan isi pesannya,
melainkan niat membantunya itu. Apalagi dari orang yang tidak terlalu dekat. Ia menyisihkan
sedikit waktunya untuk mendoakan saya.
Setelah terharu, nurani saya yang seperti silet mulai bernyanyi. Elo bisa kayak gitu, enggak?
Pernah enggak elo doain orang lain, apalagi yang enggak terlalu deket ma elo? Tentunya
saya diam. Diam karena malu dan karena saya tahu kalau saya tak pernah melakukan hal itu.
Boro-boro mau mendoakan orang lain. Isi doa untuk urusan saya pribadi saja sudah banyak,
mungkin panjangnya seperti ular tangga. Yaa..., tidak membayangkan kalau saya masih perlu
mendoakan orang lain. Apalagi yang baru saya kenal.
Lha wong yang sudah lama saya kenal saja tak pernah saya doakan. Kalaupun saya doakan
itu biasanya atas permintaan, dan bukan datang karena kesadaran sendiri. Kalaupun itu
datang dari kesadaran sendiri, biasanya kebanyakan karena saya sedang butuh sesuatu dengan
orang itu, atau sedang mengincar sebuah proyek bernilai jut-jut atau mil-mil.
Nah, kalau untuk urusan mengincar dan ada perlunya, aktivitas doanya bisa tak berhenti. Satu
hari saja bisa tujuh kali, dan itu belum termasuk kalau sedang di dalam taksi, sedang dalam
antrean pemeriksaan dokter.
Semuanya itu masih didukung dengan rengekan-rengekan lebay dan kemudian menggunakan
suara yang memohon-mohon dengan sangat. Kalau perlu air mata harus keluar, akan saya
keluarkan. Saya ini punya bakat bermain sandiwara.
Karena kemampuan itu, dulu saya ingin menjadi pemain sandiwara, tetapi gagal total.
Ternyata saya pandai bermain sandiwara kehidupan, tak mampu bermain sandiwara-
sandiwaraan.
Kalau perlu mesti ke rumah ibadah beberapa kali, untuk bisa terkabulnya permohonan itu,
akan saya lakukan. Bala bantuan pun akan saya datangi. Meminta bantuan doa dari beberapa
teman, pendeta, dan terakhir ibu saya. Karena doa ibu itu buat saya yang paling tokcer. Meski
sekali waktu teman saya mengingatkan kalau ibu saya bukanlah ibu kandung.
Saya hanya berpikir sederhana kalau dia berstatus ibu. Mau kandung atau mau tidak kandung,
itu tidak penting meski sesungguhnya saya juga tak tahu apakah doa yang dipanjatkan ibu
kandung dengan yang tidak kandung akan berbeda hasilnya.
Langkah kecil
Nurani saya bernyanyi lagi. Saya pikir ia hanya sekali bernyanyi dan setelah itu diam. Dari
pada elo berkeluh kesah dan nyindir di sosial media soal segala macam, mending elo coba
deh mulai sekarang doain yang elo keluh kesahin itu, yang elo sindir tanpa henti tiap hari,
tiap detik. Nyindir mulu mah bukan usaha ekstra. Ngedoain itu usaha ekstra. Doa tu gak
banyak tenaga yang dibutuhkan. Sederhana, tapi mujarab.
Di hari yang sama setelah bertemu teman di atas, saya menghadiri rapat dengan salah satu
bank. Dalam rapat itu tersebutlah sebuah nama seorang wanita, yang kehidupannya setiap
hari hanya dipenuhi untuk membantu sesama manusia. Seorang manusia yang mampu
menepiskan kepentingan pribadinya di atas segala-galanya.
Pulang dari rapat itu dan setelah dicaci-maki dengan suara nurani super bawel, saya jadi
bertanya bagaimana caranya mengurangi sedikit saja kadar keegoisan dalam diri saya.
Bagaimana, ya, caranya untuk bisa sedikit saja meluangkan waktu untuk memikirkan orang
lain tanpa ada alasan di baliknya?
Kalau saya katakan sedikit itu bukan karena saya tak mau banyak berubah, tak mau banyak
memberi, tetapi saya tahu diri saya sendiri. Yang sedikit saja belum tentu berhasil. Jadi,
daripada sok bercita-cita terlalu lebay, saya mau mencoba langkah kecil saja untuk memulai
yang sedikit itu.
Eh..., baru saja saya menulis keinginan itu, telepon berdering dari seorang teman yang butuh
pertolongan. Singkat cerita, ya, menangis dan terakhir ia meminta saya untuk mendoakannya.
Setelah percakapan di telepon itu berakhir, saya berbicara dengan diri sendiri, gila ya, baru
aja mau mulai yang sedikit, eh.. langsung mendapatkan latihannya.
Pagi itu, sebelum saya menyetor naskah ini, saya berdoa untuk teman dekat saya itu. Katanya
kesuksesan besar itu dimulai dari langkah yang kecil. Langkah kecil untuk menyisihkan
waktu untuk membantu, langkah kecil untuk membantu orang lain, langkah kecil untuk
membantu orang lain yang tak hanya dekat, tetapi yang mungkin tak saya kenal. Dan langkah
kecil untuk menggunakan doa sebagai senjata ampuh membantu, selain membantu secara
fisik.
Sehingga pada suatu hari, kalau saya bisa sejahtera sebagai manusia, itu karena sebuah
langkah awal yang kecil untuk memiliki waktu membantu orang lain, dan menggunakan doa
sebagai sarana utamanya.














































Menakar Pilkada Serentak

Selasa, 7 Januari 2014

Pembahasan RUU tentang pilkada masih berlangsung alot di DPR. Meski demikian, DPR dan
pemerintah telah sepakat agar pelaksanaan pilkada di Indonesia pada masa mendatang bisa
berlangsung murah, baik dari sisi penyelenggaraannya maupun biaya sosial sebagai dampak
dari pelaksanaan pilkada. Salah satu isu penting yang perlu dibahas serius antara DPR dan
pemerintah dalam rangka menyelenggarakan pilkada murah adalah menyerentakan pilkada.
Pilkada yang diselenggarakan serentak di satu provinsi bisa membuat biaya yang dikeluarkan
akan menjadi efisien.

Saat ini, Indonesia memiliki 33 provinsi dan 492 kabupaten/kota yang harus melaksanakan
pilkada untuk memilih kepala daerah masing-masing. Jika dihitung kasar dan tanpa Provinsi
DI Yogyakarta yang tidak melaksanakan pemilihan gubernur, maka setiap lima tahun ada 525
pelaksanaan pilkada. Artinya, setiap empat hari digelar pilkada di Tanah Air.

Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) mencatat, biaya peyelenggaraan satu
pilkada kabupaten atau kota bisa mencapai Rp 25 miliar. Sedangkan, biaya penyelenggaraan
pilkada provinsi, bisa mencapai Rp 100 miliar. Jadi, untuk keseluruhan biaya pilkada yang
dikeluarkan pemerintah, menurut Fitra, bisa mencapai Rp 17 triliun.

Itu baru dari sisi biaya. Jumlah pilkada yang banyak itu juga menimbulkan dampak sosial
masyarakat di daerah. Menurut catatan Kemdagri, sejak pilkada langsung digelar pada 2005
hingga Agustus 2013, 75 orang meninggal dan 256 lainnya cedera. Belum termasuk
kerusakan infrastruktur dan sarana umum akibat amuk massa yang menolak hasil pilkada.

Jika dipetakan, paling tidak ada lima faktor penyebab pilkada di Indonesia masih sarat
masalah. Pertama, profesionalitas dan independensi penyelenggara pilkada. Dalam setahun
terakhir, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) telah menyidangkan 113
perkara pilkada. Dari jumlah itu, 97 perkara telah diputus dengan bermacam konsekuensi
hukum, termasuk pemecatan 84 komisioner KPU di daerah.

Kedua, sistem peradilan sengketa pilkada. Sengketa pilkada yang dibawa ke MK ternyata
banyak menimbulkan ketidakpuasan. Waktu yang diberi UU untuk menyelesaikan sengketa
pilkada terlalu sempit, hanya 14 hari. Padahal, pilkada tidak hanya dilaksanakan di Jawa, tapi
juga di daerah yang jauh dari Ibu Kota. Perlu waktu yang panjang untuk mengumpulkan
bukti-bukti dan membawanya ke Jakarta.

Ketiga, fungsi panitia pengawas pemilu (Panwaslu) yang belum maksimal dalam mengawasi
pelaksanaan pilkada. Kewenangan Panwaslu masih lemah. Mereka tidak bisa
menindaklanjuti laporan-laporan yang masuk dari pihak-pihak yang dirugikan. Keempat,
moralitas aparat penegak hukum. Praktik suap yang dilakukan mantan Ketua MK Akil
Mochtar menunjukkan moralitas penegak hukum dalam menangani sengketa pilkada masih
buruk. Artinya, meski nantinya sengketa pilkada ditangani MA, tanpa ada perbaikan moral
aparat tentu peristiwa penangkapan Akil akan terus terjadi.

Kelima, kondisi kesejahteraan di daerah. Kesejahteraan masyarakat di daerah yang masih di
bawah rata-rata tentu membuat mereka mudah dimanfaatkan para politisi yang ikut pilkada
hanya untuk merebut kekuasaan dan sekadar memiliki kepentingan ekonomi, bukan untuk
menjadi pemimpin yang peduli terhadap kondisi rakyat di daerah. Mereka akan
mempengaruhi warga untuk memilih dengan iming-iming uang. Kondisi seperti ini
menyuburkan praktik politik uang dan membuat biaya pilkada semakin mahal. Bayangkan
jika lima faktor itu belum bisa diatasi, namun sistem pilkada masih seperti saat ini. Energi
bangsa kita habis hanya untuk menyelesaikan konflik yang terjadi sebagai dampak
pelaksanaan pilkada. Rakyat Indonesia pun akan terpecah-pecah hanya karena mendukung
salah satu calon kepala daerah.

Dengan fakta-fakta seperti itu, wajar jika banyak kalangan yang mendesak agar sistem
pilkada di Indonesia perlu dikaji ulang. Untuk mengurangi biaya pilkada yang tinggi dan bisa
menimbulkan dampak sosial yang besar itu pemerintah dan DPR patut mempertimbangkan
pelaksanaan pilkada serentak. Pilkada serentak yang dimaksud adalah penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah di satu provinsi. Jadi, dalam satu provinsi hanya digelar sekali
pilkada dalam lima tahun, yakni pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.

Cara seperti itu bisa menghemat penggunaan logistik pilkada. KPU di daerah bisa
menggunakan satu kertas suara saja yang memuat seluruh nama dan foto para kandidat
kepala daerah. Pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota juga bisa patungan untuk membiayai
pelaksanaan pilkada. Jika pilkada serentak dilakukan di setiap provinsi, berarti pelaksanaan
pilkada di Indonesia hanya 33 kali setiap lima tahun. Jika dihitung kasar, pilkada hanya
digelar setiap 2 bulan sekali. Dengan cara seperti itu, biaya yang dikeluarkan akan lebih kecil
dan pemerintah daerah bisa mengalokasikan dana pilkada untuk program-program
kesejahteraan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai