Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Pemilu Sulawesi Selatan (Bawaslu Sulsel) mencatat
ada 228 kasus temuan pelanggaran Pilkada 2020.
"Dugaan pelanggaran yang terkumpul di Bawaslu Sulsel pada pemilihan bupati dan wali kota
sebanyak 260 kasus, dari jumlah itu laporan 86 kasus, 11 kasus yang terproses, pelanggaran 228
kasus, dan bukan pelanggaran 107," ujar Kepala Bagian Penanganan Pelanggaran dan Sengketa
Bawaslu Sulsel Muchlis Mas'ud, seperti dilansir Antara, Rabu (25/11/2020).
Dia memaparkan, semua kasus yang terdata tersebut, sudah ada rinciannya masing-masing dari
12 kabupaten kota yang akan melangsungkan Pilkada Serentak 2020.
Menurut Muchlis, dari temuan data pelanggaran pilkada itu, tercatat kasus terbanyak ada di
Kabupaten Barru dan temuan sedikit di Tana Toraja.
"Temuan pelanggaran di Kabupaten Barru ada 73 kasus, bukan pelanggaran 1 kasus, yang tengah
terproses 2 kasus, sehingga total temuan pelanggaran di Kabupaten Barru sebanyak 76 kasus,"
ucap dia.
Sedangkan temuan yang paling sedikit yakni ada di Kabupaten Toraja Utara hanya 2 kasus
pelanggaran dan 2 kasus bukan pelanggaran Pilkada 2020.
Muchlis mengatakan, kasus pelanggaran yang dominan terjadi pada Pilkada Serentak 2020 di
wilayah Sulsel adalah terkait netralitas aparatur sipil negara (ASN).
Menurut Muchlis, pelanggaran yang mengemuka saat ini di 12 kabupaten kota terkait netralitas
ASN. Sebagai gambaran, 13 kasus ASN melakukan pendekatan diri pada salah satu partai
politik.
"Di sini lah, peran pemda harus memberikan pemahaman pada ASN yang belum menerapkan
nilai-nilai netralitas yang harus dilakukan ASN itu sendiri," kata dia.
Berkaitan dengan hal tersebut, lanjut dia, saat ASN terjun ke politik praktis, maka Bawaslu hadir
sebagai penengah dalam penegakan aturan-aturan yang diduga dilanggar oleh ASN.
Adapun data dugaan pelanggaran netralitas ASN yang paling banyak terjadi di daerah
Bulukumba, salah satu daerah yang ikut dalam pesta demokrasi 9 Desember 2020.
Hasil Pemilu 2019 di Ibu Kota Jerman, Jokowi -
Ma'aruf Raih Suara Mayoritas
Liputan6.com, Berlin - Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) untuk wilayah Berlin, Jerman,
menyebut pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden nomor urut satu, Joko Widodo
dan KH Ma'aruf Amin, meraih dukungan mayoritas dari total 1.853 suara, pemilu presiden 2019.
Jokowi-Ma'aruf memperoleh 1.384 suara (76,34 persen), sedangkan paslon nomor urut dua,
Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, meraih 429 suara (23,66 persen). Adapun suara tidak sah
dalam pelaksanaan pemilu oleh PPLN Berlin mencapai 40 suara.
Siaran resmi PPLN Berlin yang diterima Liputan6.com pada Kamis (18/4/2019), juga menyebut
lima partai yang meraih surat suara terbanyak, yakni secara berurut: PSI, PDI Perjuangan, PKS,
Nasdem, dan Gerindra.
"Dari perhitungan surat suara yang dilakukan, jumlah penghitungan sahnya berkisar 99,98
persen. Ini patut disyukuri, karena berarti hampir semua pemilih paham aturan mainnya, ujar
Roni Soesman, ketua PPLN Berlin.
Penghitungan Suara Berjalan Lancar
Roni menambahkan, secara umum, proses penghitungan suara dalam agenda pemilu oleh PPLN
Berlin berjalan lancar. Menurutnya, hal tersebut berada di luar dugaan, karena sebelumnya
muncul kekhawatiran bahwa akan terjadi banyak perdebatan tentang sah atau tidaknya surat
suara.
"Dalam waktu kurang dari tiga jam, kami sudah bisa menghitung surat suara pemilihan presiden
dan wakil presiden, alhamdulilah," sambung Roni.
Komentar serupa dilontarkan oleh saksi dari Partai Gerindra, Hermin, yang menyebut agenda
pemilu oleh PPLN Berlin teroganisir dengan baik.
"Mulai dari pemilihan hingga penghtungan suara hari ini, semua petugasnya bekerja dengan baik
dan maksimal," ujar Hermin.
PPLN Berlin melakukan penghitungan suara setelah melakukan agenda pemilu presiden dan
legislatif pada 13 April lalu.
Penghitungan resmi dimulai pada Rabu 17 April, tepat pukul 08.15 waktu setempat, satu jam
setelah Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPLN) Berlin menutup
penerimaan surat suara dari TPSLN dan pos.
Seraya menunggu jadwal penghitungan resmi, seluruh surat suara disimpan dengan asuransi
penuh di ruang deposit salah satu perusahaan di Jerman.
"Jumlah masing-masing surat suara yang diterima oleh PPLN Berlin, adalah 1.257 melalui
TPSLN dan 596 via jasa pos," jelas Elizabeth, salah seorang panitia yang bertanggung jawab atas
pengawasan penghitungan suara terkait.
Menang Pileg, 10 Artis Ini Berhasil Lolos
Melenggang ke Senayan
Luwu Timur -
Anak Agung Made Ratmaja harus mendekam jeruji tahanan. Kepala Desa Mantadulu, Luwu
Timur, Sulawesi Selatan ini kedapatan memakai ijazah palsu saat maju Pilkades tahun lalu.
Selain Made, Polres Luwu Timur juga menahan oknum PNS guru di SMP Kecamatan Wotu, Eko
Rahardjo. Made dan Eko ditahan karena memalsukan surat ijazah paket C untuk digunakan
Made.
"Ditahan terkait ijazah palsu surat keterangan paket C. Awal mulanya digunakan pemilihan
kepala desa pada tahun 2019," ujar Kapolres Luwu Timur, AKBP Indratmoko, pada Jumat
(30/10/2020).
Awal mula kasus ini terendus bermula saat rival Made, Melda Bambang Ramli melaporkan soal
dugaan pemalsuan ijazah pada Pilkades Mantadulu 2019.
Mendapat laporan ini, polisi melakukan penyelidikan. Singkat cerita, polisi menaikkan status
hukum Made dan Eko sebagai tersangka usai serangkaian pemeriksaan.
Keduanya ditetapkan sebagai tersangka di bulan Maret 2020. Polisi lalu mengungkapkan kendala
dalam proses penyidikan. Seperti apa?
Dijelaskan Indratmoko, anggota sempat terkendala dalam penyidikan lantaran lamanya proses
pembanding yang dilakukan di Laboratorium Forensik (Labfor).
"Dibawa ke Labfor cari pembanding agak lama dan baru selesai jadi ditahan," ujarnya.
Polisi menjelaskan peran dari Made dan Eko. Eko merupakan pihak yang membuat ijazah paket
C palsu. Sedangkan, Made menggunakan ijazah palsu untuk maju Pilkades 2019.
"Tersangka satu kepala desa yang yang menggunakan (surat keterangan ijazah palsu), satu yang
PNS yang bikin surat paket C palsu," kata Indratmoko.
SMA di Gumas lakukan pemilihan
Ketua OSIS secara online
Jumat, 16 Oktober 2020 17:46 WIB
Suasana serah terima jabatan pengurus OSIS SMAN 1 Kurun, Jumat (15/10/2020). (ANTARA/HO – SMAN 1
Kurun)
Kuala Kurun (ANTARA) - Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kurun, Kabupaten Gunung Mas,
Kalimantan Tengah melakukan pemilihan Ketua OSIS periode 2020 - 2021 secara dalam
jaringan atau online.
Kepala SMAN 1 Kurun Batuah di Kuala Kurun, Jumat mengatakan bahwa pemilihan Ketua
OSIS secara online dilakukan mengingat saat ini sedang terjadi pandemi virus corona atau
COVID-19.
“Selama pandemi kegiatan dilakukan secara online, seperti kegiatan belajar mengajar termasuk
pemilihan Ketua OSIS,” ucap Batuah yang didampingi Panitia Pemilihan Ketua OSIS SMAN 1
Kurun periode 2020 – 2021 Daniella.
Dia menjelaskan, tahapan Pemilihan Ketua OSIS SMAN 1 Kurun periode 2020 – 2021 dimulai
dengan rapat internal antara pengurus OSIS 2019 – 2020. Rapat dilakukan secara online, dengan
menggunakan aplikasi zoom.
Kemudian dibuka pendaftaran anggota OSIS baru periode 2020 – 2021, pendaftaran calon ketua
dan wakil ketua OSIS, seleksi anggota OSIS, dimana seluruh kegiatan dilakukan secara online.
“Ada juga pencabutan nomor urut calon ketua dan wakil. Saat itu ada dua pasangan calon yang
mendaftar, dan pencabutan nomor urut dilakukan seperti biasa, namun hanya dibatasi paslon dan
seorang panitia,” bebernya.
Dia menyebut, paslon nomor urut 1 adalah Diki Wahyudi dan Yunisa Nasella Evansa.
Sedangkan paslon nomor urut 2 adalah Tryoanda Nazaret dan Elin Masya Arlin.
Setelah mendapat nomor urut, ujar dia, masing-masing paslon melakukan kampanye kepada
siswa dan siswi di SMAN 1 Kurun, untuk mendapat dukungan. Kampanye pun dilakukan secara
online.