JAKARTA, KOMPAS Berdasarkan hitung cepat, mayoritas lembaga survei memprediksi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla unggul dibandingkan dengan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dalam Pemilu Presiden 9 Juli 2014. Namun, kepastian kemenangan masih harus menunggu hasil resmi rekapitulasi suara Komisi Pemilihan Umum pada 22 Juli 2014. Hasil hitung cepat delapan lembaga survei menyebutkan Jokowi-JK unggul dengan selisih suara berkisar 1,9 persen hingga 6,74 persen. Kesemuanya ada di luar ambang batas kesalahan, margin error, yaitu 1 persen. Sementara itu, empat lembaga survei menyebutkan Prabowo-Hatta unggul dengan selisih suara berada di kisaran 0,28 persen hingga 4,1 persen. Merespons hasil hitung cepat ini, pasangan Jokowi-JK langsung menggelar jumpa pers kemenangan di rumah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri, di Kebagusan, Jakarta Selatan. Pasangan Prabowo- Hatta juga tetap yakin bisa memenangi Pemilu Presiden 2014. Namun, Prabowo juga meminta pendukungnya sabar menanti hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kemenangan rakyat Dalam jumpa pers, Jokowi mengucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, para relawan, dan semua partai koalisi yang menyokongnya, yaitu PDI-P, Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hanura, serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Saat berpidato di Tugu Proklamasi, di hadapan ribuan pendukungnya, Jokowi menegaskan, Kemenangan ini bukanlah kemenangan Jokowi-JK, bukan kemenangan partai, bukan kemenangan tim sukses. Ini adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Jokowi menyampaikan apresiasi kepada Prabowo dan Hatta yang juga telah berkontribusi membuat demokrasi menjadi lebih baik. Bapak berdua adalah patriot, pencinta, dan pejuang Indonesia. Saya akan terus menghormati Bapak berdua, dan percaya bahwa di peran apa pun, Bapak Prabowo dan Bapak Hatta akan terus mengabdi untuk Indonesia, ujarnya. Malam harinya, Jokowi menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di kediaman Presiden di Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Dalam pertemuan itu, Jokowi-JK menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada Presiden yang telah memimpin jalannya pilpres dengan baik, aman, dan lancar. Kami juga memohon agar Presiden berperan dalam memimpin (pengawasan penghitungan) hingga 22 Juli mendatang agar semuanya bisa berjalan sejuk, baik, dan tidak ada gesekan di bawah, selain semuanya berjalan kondusif, ujar Jokowi. Menurut Jokowi, Presiden mengatakan itu memang sudah menjadi tugas presiden yang juga kepala negara. Presiden akan terus mengawal sampai 22 Juli mendatang, tutur Jokowi, yang diterima SBY yang mengenakan batik merah. Kepada seluruh pendukungnya, Jokowi juga meminta agar tidak larut dalam euforia kemenangan, tetapi bersyukur dan mengawal rekapitulasi hasil pemungutan suara di KPU daerah dan KPU pusat. Sabar dan waspada Pasangan Prabowo-Hatta juga meminta pendukungnya sabar menanti hasil resmi dari KPU. Dari hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, ditambah laporan dari ketua-ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta di daerah yang menghitung suara secara real count, kita unggul, ujar Prabowo saat berpidato di Bidakara. Tampak hadir pula di acara tersebut Ketua Umum Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Bulan Bintang. Prabowo mencontohkan, penghitungan suara riil di Jawa Barat mengunggulkan Prabowo- Hatta 62 persen, di Sumatera Utara unggul 63 persen, dan di Sumatera Barat unggul 79 persen. Meski demikian, dia meminta seluruh pendukungnya menghormati aturan dengan sabar menanti proses rekapitulasi suara oleh KPU. Dia juga mengajak semua pendukungnya waspada dan merapatkan barisan guna mengawal suara. Malam harinya, seusai menerima Jokowi-JK, Presiden SBY pun menerima Prabowo- Hatta di Cikeas. Hormati kedaulatan rakyat Rabu pagi, Presiden SBY, seusai memberikan suara di tempat pemungutan suara (TPS), menyerukan kepada elite politik untuk menghormati kedaulatan rakyat dalam pemilihan presiden. Menurut dia, siapa pun yang nantinya dipilih rakyat untuk menjadi presiden dan wakil presiden dalam lima tahun mendatang harus diterima dan dihormati. Demokrasi kita berada pada tahapan yang makin matang. Rakyat, orang-seseorang, memiliki kebebasan memilih. Oleh karena itu, saya menyerukan kepada semua elite politik, hormati kedaulatan rakyat, hormati kebebasan rakyat untuk memilih pemimpinnya, kata SBY. Pada kesempatan itu, Presiden juga mengucapkan terima kasih kepada rakyat yang dengan kesadaran menggunakan hak pilihnya. Di sisi lain, ia juga berharap kedua pasangan, baik Prabowo-Hatta maupun Jokowi-Kalla, bisa menerima hasil pilpres dengan baik. Presiden juga menyoroti hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei. Presiden berharap, hasil hitung cepat itu disikapi dengan wajar dan tetap menunggu hasil resmi keputusan KPU. Persepi akan beri sanksi Terkait adanya perbedaan hasil hitung cepat ini, Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) akan memeriksa semua lembaga survei yang melakukan hitung cepat. Lembaga yang merilis hasil berbeda dengan mayoritas hasil hitung cepat serta terbukti melanggar kode etik dan ketentuan metodologi survei suara akan mendapatkan sanksi. Dari hasil hitung cepat, belasan lembaga survei menyatakan Jokowi-JK unggul, tetapi ada yang menyatakan berbeda. Apabila hitung cepat dilakukan dengan metodologi yang tepat, tentu hasilnya lebih kurang sama, kata anggota Dewan Etik Persepi, Hamdi Muluk. Menurut Hamdi, perbedaan hasil hitung cepat ini berpotensi menciptakan konflik di tengah masyarakat. Kami tidak ingin hasil hitung cepat dimanfaatkan pihak tertentu untuk merusak proses pilpres yang sebenarnya dapat diselenggarakan secara baik dan demokratis. Kami juga tidak ingin integritas lembaga survei rusak karena kasus ini, ujarnya. Kemarin, Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yudha melaporkan bahwa pihaknya batal memublikasikan hasil hitung cepat di TV One. Ini sudah direncanakan jauh hari, tiba-tiba dikabari pukul 09.00 ada tiga lembaga lain bersama Poltracking mengadakan quick count (hitung cepat). Dengan berbagai pertimbangan, kami putuskan tidak publikasi di stasiun TV tersebut, kata Hanta Yudha. Kawal surat suara Ketua KPU Husni Kamil Manik mengingatkan semua pihak, mulai Kamis ini ada jadwal arus balik logistik pilpres, terutama surat suara, dari TPS hingga nantinya menuju pusat. Menurut dia, semua pihak, masyarakat, pengawas, saksi, dan pemantau, diharapkan bisa mengawal proses rekapitulasi suara agar terjaga kemurniannya, seperti saat penghitungan di TPS. Menurut komisioner KPU, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, setelah suara dihitung di tingkat TPS kemarin, akan mulai direkap di tingkat desa/kelurahan oleh Panitia Pemungutan Suara. Selanjutnya, semua salinan formulir C1 setelah sampai ke kabupaten/kota dipindai. Formulir C1 tersebut akan disajikan ke situs web KPU. Dijadwalkan pemindaian dan pengunggahan berkas C1 selesai hingga tujuh hari ke depan. Jadwal rekapitulasi suara di tingkat PPS (desa/kelurahan) 10-12 Juli 2014, tingkat PPK (kecamatan) 13-15 Juli 2014, tingkat PPLN (luar negeri) 10-14 Juli 2014, tingkat KPU kabupaten/ kota 16-17 Juli 2014, tingkat KPU provinsi 18-19 Juli 2014, dan tingkat KPU pusat 20-22 Juli 2014. Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Daniel Zuchron, mengungkapkan, pelaksanaan pemungutan suara pada pilpres kemarin di seluruh TPS di Indonesia berjalan lancar, aman, dan damai. Bawaslu memang mencatat beberapa kejadian, tetapi jumlahnya tergolong tak signifikan. Hingga Rabu malam, Bawaslu telah menerima sejumlah laporan dari para pengawas di daerah. Ia mengakui ada beberapa peristiwa/pelanggaran, tetapi saat ini tengah ditangani oleh pengawas daerah. (amr/osa/why/ana/iam/ilo/ryo/ong/a06/a14)
Pemilu Presiden yang Dramatis Oleh: BAMBANG SETIAWAN
SELAIN soliditas pemilih partai, kemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, menurut hitung cepat Kompas, banyak didukung kalangan bawah dan perubahan di kelompok sosial atas. Kaum perempuan, ibu rumah tangga, dan petani/nelayan juga memberikan kontribusi yang besar kepada mereka. Keunggulan pasangan Jokowi-JK dalam Pemilu Presiden 9 Juli kemarin seolah menjawab keraguan publik. Teka-teki yang menghinggapi setiap orang tentang siapa presiden berikut kini kian menemukan kejelasan setelah hasil hitung cepat sebagian besar lembaga survei mengunggulkan pasangan nomor urut 2 ini. Pasangan Jokowi-JK sempat diduga akan kalah karena tren popularitas pasangan lawannya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, meroket berdasarkan hasil prediksi sejumlah lembaga survei. Dalam beberapa survei yang dilansir sejumlah lembaga dalam dua minggu terakhir, bahkan Jokowi-JK diperkirakan akan kalah. Ternyata, fenomena itu tak sampai membalikkan keadaan. Hasil hitung cepat Litbang Kompas menunjukkan, pasangan Jokowi-JK diprediksi akan memperoleh 52,34 persen suara dan Prabowo-Hatta 47,66 persen. Hasil ini tak berbeda jauh dengan prediksi yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia, Saiful Mujani Research & Consulting, Indikator Politik Indonesia, CSIS-Cyrus, Populi Center, Poltracking Institute, dan Radio Republik Indonesia. Berdasarkan hasil hitung cepat Litbang Kompas, kemenangan Jokowi-JK banyak ditentukan solidnya dukungan pemilih di wilayah Jawa Tengah. Di daerah dengan jumlah pemilih 27,5 juta ini mutlak dimenangi Jokowi-JK dengan 66,78 persen atau dua kali lipat dari suara untuk Prabowo-Hatta yang 33,22 persen. Dibandingkan dengan hasil survei pertengahan Juni lalu, tampak ada dinamika yang lebih positif ke pasangan Jokowi-JK. Terjadi pergeseran sekitar 8 persen dukungan ke arah pasangan ini. Pergerakan dinamis juga terjadi di wilayah DKI Jakarta. Pada survei tiga minggu lalu, jarak antarkedua kandidat tipis, hanya sekitar 4 persen, kini menjadi 7 persen. Konser Salam 2 Jari di Gelora Bung Karno diduga kian memperkukuh dukungan ke Jokowi-JK di Jakarta. Wilayah lain yang cukup besar memberikan dukungan terhadap Jokowi-JK adalah Sulawesi Selatan. Di tanah kelahiran JK ini, mereka memperoleh 69,19 persen suara. Selain itu, secara umum pasangan tersebut juga menang di gugus Pulau Sulawesi, Maluku-Papua, Bali-Nusa Tenggara, dan Kalimantan. Sementara pasangan Prabowo-Hatta mendapat kemenangan di wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Di Jabar, pasangan ini memperoleh 59,17 persen suara dan di wilayah Sumatera Selatan, tempat kelahiran Hatta, pasangan Prabowo-Hatta memperoleh 53,88 persen. Karakteristik pemilih Terjadi perubahan yang signifikan di kelas atas masyarakat yang menguntungkan pasangan Jokowi-JK. Jika sebulan sebelumnya dukungan kelas atas terbagi dua sama kuatnya kepada kedua pasang kandidat, pada pemilu kemarin tergambar terjadinya perubahan. Sebanyak 54,4 persen mendukung Jokowi-JK. Pasangan tersebut juga mendapat dukungan yang sangat solid dari para pemilih yang pada pemilu legislatif lalu memilih Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Nasional Demokrat (Nasdem). Dukungan para pemilih PDI-P kepada Jokowi-JK mencapai 86,7 persen. Kekuatan dukungan itu melebihi dukungan para pemilih Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) kepada Prabowo-Hatta yang 74,5 persen. Meski demikian, secara umum pasangan Prabowo-Hatta mendapat dukungan yang lebih solid dari partai koalisinya dibandingkan dengan dukungan yang diberikan koalisi Jokowi-JK. Prabowo-Hatta didukung Partai Gerindra, Golkar, PKS, PPP, PAN, PBB, dan Demokrat. Jokowi-JK didukung PDI-P, Nasdem, PKB, Hanura, dan PKPI. Dukungan yang cukup besar bagi pasangan nomor urut 2 juga datang dari masyarakat pedesaan, kelompok perempuan, ibu rumah tangga, serta kalangan petani dan nelayan. Pedagang juga cenderung lebih menyukai pasangan Jokowi-JK. (Litbang Kompas)
Hasil Pilpres Harus Dikawal Jokowi-JK Ucapkan Terima Kasih kepada Warga dan Relawan
JAKARTA, KOMPAS Meskipun diunggulkan delapan lembaga survei yang melakukan hitung cepat atas hasil pemilu presiden dan wakil presiden, Joko Widodo dan Jusuf Kalla meminta seluruh relawan dan warga untuk terus mengawal hasil pemilihan presiden dan wapres mulai dari tempat pemungutan suara hingga Komisi Pemilihan Umum. Tugas kita tidak berhenti di sini. Tugas kita semua sekarang adalah mengawal hasil hari ini hingga menjadi hasil resmi dari KPU, ujar Jokowi saat berpidato di hadapan ratusan pendukungnya di Tugu Proklamasi, Jakarta, Rabu (9/7). Turut hadir dalam pidato salam kemenangan itu Ketua MPR Sidarto Danusubroto, Ketua Tim Kampanye Nasional Tjahjo Kumolo, juru bicara Anies Baswedan, dan sejumlah anggota tim kampanye nasional lainnya, seperti Luhut Panjaitan, Akbar Faisal, Rieke Dyah Pitaloka, dan Andi Widjajanto. Sebelum berpidato, Jokowi menyebutkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei yang menyatakan pasangannya bersama Jusuf Kalla unggul. Mereka sudah terbiasa dengan survei dengan hasil yang sangat akurat dan diterima oleh semua pihak, kata Jokowi yang disambut tepuk tangan riuh. Menurut Jokowi, kemenangan dalam hasil hitung cepat tersebut bukanlah semata kemenangan pasangan Jokowi-JK, partai, ataupun tim sukses, tetapi kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Kemenangan yang sesungguhnya karena partisipasi, bukan mobilisasi. Rakyat yang sadar akan hak dan kewajiban bukan karena intimidasi, lanjut Jokowi. Jokowi mengungkapkan, hari ini arah bangsa Indonesia ditentukan oleh rakyat. Kita semua ingin Indonesia yang lebih baik, yang rakyatnya sehat, pintar, beradab, dan sejahtera. Berkaca-kaca Dalam kesempatan itu, selain mengapresiasi pasangan Prabowo-Hatta yang dinilainya negarawan dan ikut berkontribusi membuat demokrasi Indonesia lebih baik, Jokowi juga mengapresiasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang telah mengawal pilpres hingga selesai. Pidato Jokowi yang menggetarkan Tugu Proklamasi tersebut membuat sebagian pendukungnya terharu. Salah satunya, Yanti (45), warga Matraman, yang matanya berkaca- kaca saat mendengar pidato Jokowi. Saya senang karena Pak Jokowi mau menghormati lawannya. Itu bukti dia tidak sombong, kata Yanti. Sebelum berpidato di Tugu Proklamasi, Jokowi berkeliling ke sejumlah posko relawan, seperti Bara JP, Projo, dan Seknas Jokowi. Dia menyampaikan terima kasih atas kerja keras relawan. Di kediaman Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri, di Kebagusan, Pasar Minggu, Jokowi yang didampingi pimpinan Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hanura, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, juga menggelar konferensi pers bersama Jusuf Kalla. Di hadapan pers, Kalla menyampaikan rasa terima kasih kepada warga dan relawan yang mendukungnya. Jokowi ditemani istrinya, Iriana, sebelumnya mencoblos di TPS 18 di Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Adapun JK mencoblos di TPS 003 di Kelurahan Pulo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang tidak jauh dari rumahnya di Jalan Brawijaya. Dia datang bersama istrinya, Mufida, anak-anak, dan para cucunya sekitar pukul 09.45. (IAM/ILO/RYO)
Menebak Pilihan Tahanan KPK
DARI 18 tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi yang menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu Presiden 2014, Rabu (9/7), tujuh di antaranya adalah politikus. Sebagian malah merupakan bekas elite politik di partainya. Mereka antara lain mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, mantan Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng, mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq, mantan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Jawa Barat Rachmat Yasin, dan anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, Chairun Nisa. Selain itu, juga ada mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar yang bekas politikus Partai Golkar. KPK menyediakan tempat khusus untuk para tahanannya menggunakan hak pilih. Letaknya di samping gedung KPK, persisnya di ruang tempat tahanan KPK biasa menerima kunjungan. Tempat mencoblos merupakan bagian dari TPS Nomor 18 Kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Sejumlah ekspresi ditampilkan para tahanan itu saat memberikan suaranya. Dengan senyum lebar, Andi melambaikan tangan kepada wartawan yang menunggunya. Sementara itu, Akil sempat menunjukkan gerakan satu tangan seperti mencekik leher, lalu tangan satunya menunjukkan gerakan menyembelih leher. Sambil mengatakan, Kita salamnya begini. Akil lalu menunjukkan tangannya yang terkepal kepada wartawan. Rachmat Yasin yang mengenakan kemeja warna biru mengacungkan dua jari tangan kanannya membentuk huruf V. Namun, tangan kirinya mengacungkan jari telunjuk. Sementara Anas Urbaningrum, dengan senyum yang tersungging di ujung bibir, sempat memeriksa daftar pemilih di TPS khusus rutan KPK itu. Dia pun sedikit berujar, Biasanya yang saya pilih yang menang. Akhirnya tak ada yang tahu siapa yang dipilih para tahanan korupsi di KPK itu. Alasannya, tidak banyak kode atau isyarat yang mereka tampilkan saat memberikan suaranya. Selain itu, setelah semua tahanan mencoblos, kotak suaranya dibawa ke TPS induk untuk dihitung bersama surat suara yang dicoblos di TPS induk. Namun, hasil akhir penghitungan suara di TPS Nomor 18 Kelurahan Karet, dari total surat suara 575, yang memilih Prabowo Subianto-Hatta Rajasa 155, sementara pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dipilih 183 orang. Sebanyak 3 suara tidak sah dan 234 pemilih tidak menggunakan haknya. (BIL) Wapres: Masyarakat Semakin Dewasa TPS Dihiasi agar Menarik Minat Pemilih
SLEMAN, KOMPAS Wakil Presiden Boediono memuji kedewasaan masyarakat Indonesia yang semakin tinggi meskipun dalam proses Pemilu Presiden 2014 sempat terjadi ketegangan di antara para pendukung calon presiden dan wakil presiden. Kedewasaan sikap masyarakat itu dinilai menunjukkan demokrasi yang semakin kuat. Pujian Wapres Boediono diungkapkan kepada pers saat ditanya seusai menyalurkan hak pilihnya dalam Pemilu Presiden 2014 di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 102 dekat kediamannya di Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (9/7). Saya sangat senang karena pilpres kali ini bisa berlangsung lancar dan damai. Walaupun banyak ketegangan di antara pendukung, masyarakat tetap tenang. Situasi aman dan lancar ini menunjukkan rakyat kita makin mantap dalam berdemokrasi. Walaupun di media massa banyak ketegangan, masyarakat tetap tenang, tutur Boediono. Wapres datang beserta istrinya, Herawati Boediono, dengan berjalan kaki. Saat memasuki TPS, Boediono dan istri disambut sejumlah warga yang menunggu giliran mencoblos. Wapres lalu memeluk dan mencium pipi kiri dan kanan tetangganya itu. Saya berharap, setelah pilpres, situasinya tetap aman dan damai. Itu yang kita inginkan. Siapa pun yang terpilih, dia adalah presiden kita semua, ujar Boediono. Menarik minat Sementara itu, di Kota Yogyakarta, sejumlah TPS dihiasi dan memberikan kesan unik agar menaruh minat pemilih. Keunikan itu antara lain tecermin dalam kostum yang dipakai para petugas di TPS. Salah satunya adalah di TPS 15 di Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di TPS dengan daftar pemilih tetap (DPT) 489 orang itu, semua petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) memakai pakaian ala prajurit Keraton Yogyakarta. Kami memakai kostum adat prajurit agar pemilih tertarik untuk mencoblos, kata Ketua KPPS TPS 15 Kelurahan Terban Anwar Sanusi, yang pada Pemilu Legislatif 2014, petugas KPPS- nya juga memakai kostum prajurit Keraton Yogyakarta. Waktu itu sambutan warga sangat luar biasa. Mereka senang saat petugas memakai kostum ini. Makanya, kami kembali memakai kostum ini, ujar Anwar. Selain TPS 15 Kelurahan Terban, TPS unik lainnya adalah TPS 9 Kelurahan Panembahan dan TPS 13 Kelurahan Ngampilan. Di TPS 9, Kelurahan Panembahan, para petugas KPPS memakai pakaian kejawen. Sementara di TPS 13 Kelurahan Ngampilan, petugas KPPS memakai kostum tim sepak bola. Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, TPS 78 juga dihiasi pernak-pernik Piala Dunia agar bisa menarik minat. Di TPS yang diketuai A Zulkarnain itu, dekorasi Piala Dunia mewarnai setiap sudut TPS. Poster kesebelasan negara-negara yang berlaga di Piala Dunia 2014 pun terpasang di gapura masuk. Demikian juga 19 bola ikut digantung menghiasi langit-langit TPS 78, termasuk gambar Fuleco sebagai maskot Piala Dunia. Para petugasnya pun mengenakan kostum kesebelasan negara kebanggaan mereka masing- masing, antara lain Argentina dan Jerman, yang baru mengalahkan tuan rumah Brasil, 7-1. Momen Piala Dunia dan pilpres datang bersamaan. Oleh karena itu, kami ingin mengemasnya dalam sebuah pesta dengan menuangkannya pada TPS Piala Dunia ini, kata Zulkarnain. Bahkan, di TPS itu pun disediakan hiburan organ tunggal dan doorprize berupa dua kipas angin, 10 stoples, 2 jaket, dan 10 kaus dari beberapa warga yang menjadi donatur bagi TPS itu. Doorprize akan diundi saat penghitungan suara agar masyarakat juga ikut memantau hasilnya, kata Zulkarnain yang bersama enam anggota KPPS lainnya merelakan upahnya Rp 340.000 untuk menghias TPS. Tak bisa memilih Meskipun tak ada hiasan, antusiasme warga binaan mencoblos di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A dan Rumah Tahanan Negara Kelas II A Palangkaraya juga tinggi. Dari 563 warga binaan, ada 500 orang yang mengikuti pilpres. Ada 465 laki-laki dan 35 perempuan. Untuk 63 warga lainnya tak bisa memilih karena tak punya KTP dan tidak terdaftar dalam DPT, kata Kepala Lapas Kelas IIA Musnani. Adapun di Kota Bandung, Jawa Barat, animo warga mencoblos juga tinggi. Di TPS 24-23, RW 05, Kelurahan Cigending, Kecamatan Ujungberung, misalnya, lebih dari 95 persen pemilih hadir. Dari 239 suara, hanya 4 suara tak sah, ujar Ketua TPS Dadang Hendra. Demikian pula di Malang, Jawa Timur, antusiasme masyarakat cukup tinggi. Banyak pemilih yang berasal dari luar kota pindah memilih di Kota Malang. Meskipun sempat terjadi protes ke KPU karena banyak di antara mereka yang tak bisa memilih hanya karena berbekal KTP, tak ada gejolak. Di TPS 10 Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang, pasien rawat inap pun dengan semangat menyalurkan suaranya di TPS keliling. Namun, di RS Hosana, Bekasi, Jawa Barat, sejumlah pasien dan keluarga pasien mengeluh karena petugas TPS yang seharusnya keliling tak datang. (HRS/SEM/DMU/ISW/HRS/DIA/ZAL/DKA/ESA/JUM/REK/DEN/VDL/WSI) Prabowo: Hormati Aturan Hatta: Siap Menang, Siap Kalah
JAKARTA, KOMPAS Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, yakin memenangi Pemilu Presiden 2014. Mereka meminta kepada seluruh pendukungnya untuk menghormati aturan dan sabar menanti hasil resmi rekapitulasi suara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum. Seorang ksatria sejati tidak perlu pamer kekuatan, kata Prabowo saat berpidato di Bidakara, Jakarta, Rabu (9/7). Tampak hadir pada acara tersebut, antara lain, pimpinan partai dari Koalisi Merah Putih, koalisi pengusung Prabowo-Hatta. Partai-partai itu adalah Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Bulan Bintang. Seusai acara itu, baik Prabowo maupun Hatta menolak diwawancarai wartawan. Mereka langsung masuk ke mobil masing-masing. Kemarin, Prabowo menggunakan hak pilihnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 02 Desa Bojongkoneng, Kecamatan Babakan Madang, Bogor. Prabowo datang sekitar pukul 10.17 bersama anaknya, Didit Hediprasetyo, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, dan Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz. Kedekatan emosi Sementara itu, calon wakil presiden Hatta Rajasa mencoblos di TPS 01 Desa Jejawi, Kecamatan Jejawi, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Hatta mencoblos di desa kelahiran kakek dan ayahnya itu bersama istrinya, Okke Rajasa, dan anaknya, Rasyid Rajasa. Mereka tiba sekitar pukul 09.00 dan langsung memberikan suara. Sama seperti pada Pemilu Legislatif April lalu, Hatta dan istrinya yang berkediaman di Jakarta Selatan itu menggunakan formulir A5 untuk mencoblos di Desa Jejawi. Baru dua kali Hatta memberikan suara di Desa Jejawi, yaitu pada Pemilihan Legislatif April lalu dan pemilu presiden kali ini. Hatta mengatakan memilih mencoblos di kampung halamannya karena kedekatan emosi dengan desa itu. Pada kesempatan ini, Hatta mengatakan, semua pihak harus siap menang dan siap kalah. Pemenang harus merangkul semua pihak. Pihak yang kalah pun diminta tak ngamuk, tidak lantas mutung, katanya. Tim sukses Prabowo-Hatta, Letjen (purn) Suryo Prabowo, mengatakan, Prabowo-Hatta punya relawan di 270.000 TPS di 33 provinsi. (EDN/IRE/APA/NTA)
Hak Warga Yahukimo Dilanggar Lagi
IBARAT keledai jatuh di lubang yang sama, itulah yang terjadi pada komisioner Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Yahukimo di Papua. Pada Pemilu Legislatif 9 April lalu, akibat terlambat mengantisipasi cuaca buruk yang kerap terjadi di Pegunungan Jayawijaya, warga di 33 distrik di Kabupaten Yahukimo terlambat memilih. Hal itu disebabkan pesawat yang disewa KPU untuk mengangkut logistik pemilu legislatif tidak berani terbang, padahal waktu pencoblosan sudah mepet. Warga pun menjadi korban. Pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli kemarin, kesalahan yang sama terulang. KPU Yahukimo kembali terlambat mengantisipasi cuaca buruk dalam mempersiapkan Pemilu Presiden 2014. Akibatnya, ribuan warga di Yahukimo lagi-lagi gagal tepat waktu memberikan suara dalam pilpres. Menurut Kepala Polres Yahukimo Ajun Komisaris Besar Ade Jaja Subagja, Selasa (8/7), 43 distrik di Yahukimo memang harus ditempuh dengan transportasi udara. Jika cuaca buruk, mustahil pesawat bisa masuk. Sebab itu, kami hanya berani mendistribusikan logistik setelah kondisi cuaca baik, ujarnya. Meskipun demikian, selain faktor alam, kurang siapnya penyelenggara juga karena keterlambatan distribusi logistik. Saya sangat kecewa dengan kinerja komisioner KPU Yahukimo. Sebelumnya, saya ingatkan agar kejadian pileg lalu tidak terulang lagi. Akan tetapi, para komisioner itu baru tiba di Yahukimo pada Senin (7/7) lalu, kata Ade Kesimpulannya, semua komisioner kurang berkoordinasi dengan Sekretariat KPU Yahukimo. Inilah yang menyebabkan penyiapan dokumen administrasi dan tender dengan rekanan yang jadi distributor logistik terhambat. Lima komisioner melanggar kode etik karena tidak serius mengurusi agenda nasional. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu harus memecat mereka, ujar Ade. Nurcholis, salah satu Komisioner Komnas HAM, yang memantau pilpres di Yahukimo, mengatakan, terlambatnya warga Yahukimo mengikuti pilpres merupakan salah satu pelanggaran HAM. Di Jakarta, Ketua KPU Husni Kamil Manik mengatakan, hanya 15 distrik yang belum dipasok logistik. Rabu ini dicoba, tetapi gagal lagi. Kamis (10/7) dicoba. Kalau berhasil, pilpres dan penghitungan hari itu juga, ujar Husni, yang memberi batas pilpres selambat- lambatnya hari Sabtu (12/7). (Fabio M Lopes Costa/A06) Menjaga Keyakinan di Rumah Polonia
CALON presiden Prabowo Subianto baru saja usai berpidato mengklaim kemenangan pada Pemilu Presiden 2014 di kediaman mendiang ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo, di Jalan Kartanegara, Jakarta, Rabu (9/7). Sorak-sorai ratusan pendukung pun langsung bergelora di Rumah Polonia, markas tim pemenangan Prabowo-Hatta Rajasa, di Jakarta, yang menyaksikan deklarasi itu secara langsung dari layar lebar. Lagu Garuda di Dadaku yang sebagian liriknya telah diubah berulang kali dinyanyikan. Begitu pula sejumlah lagu lainnya. Kita gelar pesta kemenangan, ujar Amazon Dalimunthe, anggota tim kampanye nasional Prabowo-Hatta, kepada ratusan simpatisan Prabowo-Hatta yang sejak siang hari telah memadati Rumah Polonia. Keyakinan para pendukung Prabowo-Hatta terhadap pasangan yang mereka dukung makin diperkuat pengumuman hasil hitung cepat yang mengunggulkan pasangan itu. Hitung cepat itu dari lembaga survei Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), Lembaga Survei Nasional, dan Jaringan Suara Indonesia. Prabowo-Hatta unggul dari tiga hitung cepat ini, teriak Amazon. Ketika layar lebar di tempat itu menayangkan siaran televisi yang menyiarkan hasil hitung cepat yang mengunggulkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, seorang pendukung Prabowo-Hatta berteriak, Ganti. Ganti siarannya! Juru Bicara Tim Pemenangan Prabowo-Hatta Tantowi Yahya mengatakan, deklarasi kemenangan yang dilakukan Prabowo-Hatta dimaksudkan untuk mengimbangi deklarasi yang sudah dilakukan Jokowi-JK. Ini karena hasil resmi pilpres baru diumumkan KPU 22 Juli 2014. Jika pada 22 Juli Jokowi-JK yang menang, kami akan ikhlas mengakui, bahkan Prabowo akan menelepon Jokowi-JK, janji Tantowi. (NTA/APA)
Sepotong Suasana di Solo dan Jakarta
SUDJIATMI Notomihardjo (72) bersujud syukur setelah mengetahui anaknya, Joko Widodo, yang berpasangan dengan Jusuf Kalla, unggul berdasarkan hitung cepat sejumlah lembaga survei pada Pemilu Presiden 2014, Rabu (9/7). Haru sekaligus bahagia terpancar dari raut wajahnya meskipun ia tetap berdoa untuk pengumuman resmi hitung manual Komisi Pemilihan Umum. Sudjiatmi bersama keluarga besarnya terus memantau proses hitung cepat melalui layar televisi di rumahnya di RT 001 RW 007, Sumber, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah. Syukur kepada Allah yang memberi anugerah, inayah, kepada Jokowi. Terima kasih juga kepada rakyat Indonesia, ujar Sudjiatmi. Ia tidak lupa menyampaikan terima kasihnya kepada kader partai, tim pemenangan, dan para sukarelawan yang telah berjuang habis-habisan membela dan memilih Jokowi dengan segenap jiwa, bahkan sukarela mengeluarkan harta pribadi. Kemenangan yang diraih Jokowi- JK, berdasarkan hitung cepat itu, sungguh disyukuri, terlebih karena Jokowi terus-menerus diserang, dikuyo-kuyo berbagai bentuk kampanye hitam dan fitnah. Pesan saya untuk Jokowi, tetap lembah manah, rendah hati dengan siapa saja, ujarnya. Sudjiatmi menuturkan, sejak dulu selalu berpesan kepada Jokowi untuk selalu rendah hati, jujur, santun, dan sederhana. Nasihat yang sama akan terus disampaikannya ketika Jokowi mengemban tanggung jawab yang lebih tinggi. Semoga bisa mengayomi seluruh rakyat dengan baik dan bisa memberi kesejahteraan kepada rakyat lebih baik dari sekarang, katanya.Ia juga berpesan agar Jokowi selalu sabar dan adil, serta amanah. Sebelumnya, sekitar pukul 08.15, Sudjiatmi menggunakan hak pilihnya di TPS 22, Manahan, Banjarsari. Ia menuturkan, Jokowi sempat menelepon untuk meminta doa restu. Dalam sehari ini, setidaknya Jokowi telah menelepon tiga kali kepada ibunya. Sekarang Jokowi milik rakyat, kalau longgar pasti telepon ibu dan akan pulang ke Solo, katanya. Rumah orangtua Jokowi di Jalan Pleret Raya, kemarin siang hingga sore, terus didatangi warga dan para pendukung, tidak hanya dari Solo, tetapi juga dari Sukoharjo dan Klaten, Jawa Tengah. Rumah yang berada di pojok jalan kampung ini pun kian ramai. Puluhan wartawan surat kabar, online, radio, dan televisi berdatangan untuk wawancara. Dengan sabar, Sudjiatmi melayani setiap permintaan wawancara. Keunggulan Jokowi-JK pun dirayakan pendukungnya. Di depan rumah orangtua Jokowi, mereka bernyanyi dan bersorak. Seniman asal Solo, Agus Sunaryo Darmohusodo Kuncoro yang lebih dikenal Agus S Dhu Kun, menyanyikan lagu ciptaannya. Di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, ratusan pendukung Jokowi-JK berkumpul untuk merayakan hasil hitung cepat. Massa datang bergelombang. Mereka juga membentuk kelompok-kelompok di seputar Bundaran HI itu sesuai dengan komunitas masing-masing. Fadjroel Rachman, salah satu pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla, mengatakan, berkumpulnya pendukung ini merupakan bentuk syukur atas hasil pemilihan presiden meskipun masih dalam versi hitung cepat. Dia menganggap selisih 5 persen versi hitung cepat sudah cukup. Jumlah suara dari 5 persen itu cukup besar, yakni sekitar 5 juta pemilih. (ART/RWN)
Jokowi-JK Menang di Sejumlah Negara
JAKARTA, KOMPAS Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla memenangi Pemilu Presiden 2014 di sejumlah negara. Sementara pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menang di Libya. Duta Besar Indonesia untuk Libya Raudin Anwar, Rabu (9/7), mengatakan, dari 111 warga negara Indonesia yang memilih di negara itu, sebanyak 76 pemilih memberikan suara untuk Prabowo-Hatta dan 30 suara untuk Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK). Sebanyak 5 suara tidak sah. Sementara itu, pasangan Jokowi-JK, antara lain, menang di Thailand, Hongkong dan Makau, Australia, serta Belanda. Sekretaris Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Hongkong Sam Aryadi menyebutkan, Jokowi-JK mengantongi 19.166 suara (75,4 persen) dan Prabowo-Hatta meraih 6.169 suara (24,3 persen). Penghitungan suara berlangsung di kantor Konsulat Jenderal RI di Causeway Bay, Hongkong. Prosesnya berlangsung lancar. Kini kami tengah mempersiapkan penghitungan suara lewat pos pada 10-14 Juli, ujar Sam. Pemilih yang hadir 25.137 orang dari 114.662 orang yang terdaftar di daftar pemilih tetap (DPT) di seluruh Hongkong. Adapun yang memberikan suara melalui pos ada 18.126 orang. Sementara di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Bangkok, Thailand, seperti diumumkan lewat akun Twitter resmi mereka, Jokowi-JK menang dengan 604 suara. Adapun Prabowo-Hatta mendapat 312 suara. Suara tidak sah 11 lembar. Dari Australia, Sekretaris PPLN Sydney Akbar Makarti menyampaikan, dari 9.951 pemilih yang memberikan suara, 1.285 orang memilih Prabowo-Hatta dan 8.666 orang memilih Jokowi-JK. Adapun di KBRI Canberra, Sekretaris III KBRI Canberra Sezargerry Sumardi menginformasikan, dari 516 surat suara yang masuk, Prabowo-Hatta memperoleh 102 suara dan Jokowi-JK memperoleh 405 suara. Ada 9 surat suara tak sah. Dalam pilpres yang digelar di KBRI Den Haag, Prabowo-Hatta mendapat 401 suara, dan Jokowi-JK meraih 1.927 suara. Klaim sah Harian Sydney Morning Herald Australia melaporkan, akademisi dari Universitas Nasional Australia, Canberra, Ed Aspinall mengatakan, kemenangan yang diklaim Jokowi adalah sah- sah saja. Klaim serupa dilakukan Prabowo. Menanggapi hasil hitung cepat beberapa lembaga survei, seperti Lingkaran Survei Indonesia, Center for Strategic and International Studies, serta Saiful Mujani Research and Consulting, yang hasilnya menunjukkan kemenangan pasangan Jokowi-JK, menurut analis politik Kevin Evans seperti dilaporkan CNN, hasil perhitungan cepat di Indonesia biasanya akurat dengan margin error 1-2 persen. Menurut analis dari Bowers Asia Group, Douglas Ramage, seperti dikutip CNN, pemilih mencari kepemimpinan yang tangguh dan yang tidak didapatkan dari presiden sebelumnya. Kedua kandidat meyakini Indonesia layak memperoleh bagian yang lebih besar dari kekayaan nasional mereka, katanya. Ia menambahkan, kedua kandidat juga menyajikan visi yang lebih berwawasan Indonesia. Masalah pertama dan terutama, seperti pada semua pemilu, adalah terkait ekonomi. Ekonomi Indonesia melambat dengan pertumbuhan 5-6 persen. Bank Dunia menyatakan, pertumbuhan itu tak cukup untuk menyediakan lapangan kerja bagi 15 juta warga Indonesia yang masuk angkatan kerja. Indonesia punya sumber daya manusia, sumber daya alam, demografi yang menguntungkan, urbanisasi yang cepat, dan kelas menengah yang jumlahnya meningkat. Indonesia juga punya manajemen makro-ekonomi yang baik. Semua ini bisa mengangkat negara itu, kata Ndiame Diop, ekonom utama Bank Dunia untuk Indonesia. (JOS/LOK/DWA/SAM)
Menjaga Suara Oleh: TRI AGUNG KRISTANTO
Pemilihan Umum Presiden 2014, Rabu (9/7) lalu, berlangsung damai. Tidak ada laporan kejadian memilukan yang bisa mencoreng kegembiraan rakyat dalam pesta demokrasi itu. Memang ada laporan gangguan kecil, seperti temuan benda mirip bom di Aceh dan pengibaran bendera separatis di Papua. Namun, kejadian itu pun nyaris tak berpengaruh secara nasional. Pilpres 2014 berlangsung aman dan rakyat antusias menggunakan hak pilihnya. Berbagai lembaga survei mencatat, tak kurang dari 70 persen dari sekitar 190 juta warga yang terdaftar di data pemilih tetap (DPT) mendatangi tempat pemungutan suara (TPS). Bahkan, kegairahan rakyat untuk berpartisipasi itu kurang diimbangi dengan kesiapan penyelenggara pemilu sehingga masih ada laporan TPS yang kekurangan surat suara, termasuk TPS di luar negeri. Kegaduhan, yang sempat memunculkan ketegangan, terasa pada Rabu sore saat sejumlah lembaga survei mulai memastikan hasil hitung cepat (quick count) yang mereka gelar. Mayoritas lembaga, termasuk Litbang Kompas, yang sejak awal menyatakan diri tak berafiliasi dengan pasangan calon presiden/wapres mana pun, menempatkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)/M Jusuf Kalla (JK) unggul dibandingkan dengan pasangan Prabowo Subianto/M Hatta Rajasa. Namun, ada pula lembaga survei yang mengunggulkan pasangan Prabowo/Hatta. Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri dan partai politik pengusung pasangan Jokowi/JK sudah mengumumkan kemenangannya versi hitung cepat dari lembaga survei yang disebutnya kredibel. Prabowo/Hatta pun, melalui Ketua Tim Pemenangan Mahfud MD, juga mengklaim unggul sesuai hasil hitung cepat dari lembaga survei yang diyakininya. Adanya hasil hitung cepat dari sejumlah lembaga survei sebenarnya sudah dapat dibaca jauh- jauh hari sebelum pencoblosan pilpres yang lalu. Sejumlah lembaga survei selalu menampilkan hasil pemetaan yang memenangkan pasangan Prabowo/Hatta, yang berbeda dengan lembaga survei lain yang memenangkan pasangan Jokowi/JK. Sayangnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang semestinya dapat memandu lembaga survei itu cenderung membiarkan dan tak mengantisipasi kemungkinan beda hasil hitung cepat itu. Padahal, hitung cepat sebagai produk kerja ilmiah dan akademis, yang bersandar pada metodologi dan kejujuran intelektual, semestinya menghasilkan penghitungan yang tak jauh berbeda. Lembaga survei seharusnya segera menyampaikan penjelasan kepada publik, secara jujur dan terbuka, tentang hasil hitung cepat yang dilakukannya. Di sisi lain, rakyat harus menjaga arus penghitungan suara dari TPS hingga di tingkat nasional untuk memastikan tidak ada manipulasi atas kepercayaan rakyat. Hasil hitung cepat hanya memberikan gambaran dan bukan hasil sesungguhnya dari pemungutan suara. Hasil pemilu yang diakui dan sah adalah penghitungan manual oleh KPU yang akan berakhir 22 Juli mendatang. Vox populi, vox Dei. Suara rakyat sebagai suara Tuhan perlu dikawal sehingga pemimpin nasional yang terpilih adalah benar-benar sesuai dengan kehendak rakyat. Apalagi, Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pilpres mengingatkan, pemilu dijalankan secara demokratis dan beradab serta langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. tri.agung@kompas.com
35.000 Warga Yahukimo Baru Memilih Oleh: Fabio M Lopes Costa
JAYAPURA, KOMPAS Sebanyak 35.000 warga di tujuh distrik di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua, baru menggunakan hak pilih pada Kamis (10/7). Pemilu susulan digelar di tujuh distrik tersebut karena logistik pemilu terlambat tiba akibat cuaca buruk yang mengganggu penerbangan ke wilayah itu. Menurut Kepala Polres Yahukimo Ajun Komisaris Besar Ade Jaja Subagja, logistik untuk tujuh distrik, yakni Holuwon, Lolat, Soloikma, Kayo, Sela, Kwelamdua, dan Korupun, diterbangkan pukul 06.45 WIT. Tiga helikopter dan sebuah pesawat Cessna membawa logistik ke tujuh distrik itu. Warga telah datang ke tempat pemungutan suara (TPS) sejak pukul 07.30 WIT. Di tujuh distrik itu terdapat 40 TPS. Ade mengatakan, pihaknya telah mengetatkan keamanan di setiap TPS untuk mengawal surat suara dan formulir C1 atau berita acara rekapitulasi suara. Setiap TPS dikawal tiga personel polisi. Situasi di ketujuh distrik sangat kondusif. Mudah-mudahan tidak ada gangguan cuaca agar seluruh surat suara dan berita acara rekapitulasi suara dapat segera diantar ke Deikai seusai pencoblosan, katanya, Kamis (10/7). Komisioner Komisi Pemilihan Umum Papua Divisi Hukum dan Pengawasan, Tarwinto, mengharapkan agar anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Yahukimo benar-benar memantau pemungutan suara di tujuh distrik tersebut serta pendistribusian surat suara yang telah dicoblos di distrik-distrik yang sulit diakses. Kinerja anggota Panwaslu harus benar- benar maksimal untuk mencegah terjadinya penggelembungan suara di distrik-distrik yang melaksanakan pemungutan suara susulan, tutur Tarwinto. C1 plano Hari ini dan dua hari ke depan selama tiga hari adalah waktu yang diberikan kepada Panitia Pemungutan Suara (PPS) tingkat desa/kelurahan untuk merampungkan rekapitulasi tingkat desa/kelurahan. Semua pihak diharapkan bisa mengawasi proses ini sehingga penyelenggara di tingkat bawah bisa menjaga kualitas prosesnya. Komisioner KPU, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, Kamis, di Jakarta, mengingatkan, saat PPS melakukan rekapitulasi, C1 plano yang berisi hitungan suara di tingkat TPS harus dibuka. Ini berbeda dengan rekapitulasi pada pemilu periode sebelumnya yang tak mengharuskan PPS membuka C1 plano di tingkat PPS. C1 plano harus dibuka di PPS agar masyarakat juga bisa membandingkan apakah yang direkapitulasi PPS sesuai dengan hitungan di TPS atau tidak, tutur Ferry. Pada pemilu kali ini, masyarakat diperbolehkan mendokumentasikan C1 plano dalam bentuk video atau foto. Jika dirasa ada perubahan antara C1 plano dan yang ada di video atau foto, hal itu juga bisa menjadi indikasi ketidakmurnian suara. Rekapitulasi di PPS sampai tiga hari. Setelah itu, suara bergerak ke Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) tingkat kecamatan. Waktu rekapitulasi di kecamatan juga tiga hari, katanya. Selanjutnya, rekapitulasi akan masuk ke kabupaten/kota yang dijadwalkan bisa diselesaikan dua hari dan kemudian di provinsi selama dua hari. Akhirnya, rekapitulasi di tingkat nasional perlu waktu tiga hari dari 20 Juli hingga 22 Juli. Pada 22 Juli juga, KPU akan menetapkan dan mengumumkan hasil pemilu secara nasional. Komisioner KPU, Arief Budiman, berharap rekapitulasi setiap jenjang tidak molor karena jika ada yang molor di satu titik bisa mengakibatkan rekapitulasi selanjutnya juga molor. Kalau di kecamatan molor, di kabupaten juga molor yang berakibat molornya rekapitulasi di provinsi dan di pusat, kata Arief. Badan Pengawas Pemilu juga mengajak kedua kandidat dan tim untuk sama-sama mengawal dan mengontrol rekapitulasi di PPS yang sekarang sedang berjalan dengan berpedoman pada data yang diperoleh dari tingkat TPS masing-masing. Setiap ada perbedaan angka, seketika itu dilakukan pembetulan dengan merujuk pada C1 plano, kata anggota Bawaslu, Nasrullah. Jika masih terdapat simpang siur C1 plano, bisa saja dilakukan penghitungan suara ulang di TPS. Sekali lagi, kita harus cek silang satu sama lain, katanya. PPS juga diharapkan mampu menjaga pergerakan kotak suara dan mengamankannya. Kami imbau pengawas pemilu lapangan, pengawas kecamatan, pengawas pemilu kabupaten/kota untuk aktif di seluruh lini yang sekarang sudah dilakukan rekapitulasi, kata Nasrullah. Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilu untuk Rakyat M Afifudin menyerukan agar semua pihak tidak terbuai dengan hasil hitung cepat karena hasil sesungguhnya adalah rekapitulasi KPU 22 Juli. Jangan sampai masyarakat terbelah dan tersedot energinya hanya untuk memperdebatkan hasil hitung cepat yang berbeda-beda. Kita harus tetap konsentrasi memantau rekapitulasi suara yang sedang berlangsung di semua tingkatan. Harus kita pastikan agar semuanya bisa berjalan transparan tanpa ada kecurangan atau politik transaksional di pemilu presiden kali ini, katanya. (Amir Sodikin/Emanuel Edi Saputra)
DK PBB Sidang Darurat soal Gaza Oleh: MH SAMSUL HADI
GAZA, KAMIS Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kamis (10/7), akan menggelar sidang darurat terkait meningkatnya eskalasi kekerasan Israel dan Hamas. Hingga hari ini, Israel terus menggempur Jalur Gaza dengan serangan udara yang menewaskan 14 warga Palestina, termasuk tujuh perempuan dan anak-anak. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) di New York, Amerika Serikat, mengumumkan, sidang darurat dijadwalkan berlangsung mulai pukul 10.00 waktu setempat atau 20.00 WIB malam nanti. Sidang digelar atas permintaan perwakilan negara-negara Arab. Dalam sidang tersebut, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon akan memaparkan situasi terakhir di lapangan. Setelah itu dilanjutkan konsultasi dalam pertemuan tertutup di antara 15 negara anggota DK PBB. Ban Ki-moon mengatakan, Gaza berada dalam situasi yang sangat mengkhawatirkan. Situasi di wilayah itu menghadirkan tantangan paling serius bagi Timur Tengah beberapa tahun terakhir. Ia mengaku telah berbicara dengan sejumlah pemimpin dunia, termasuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Mesir Abdel Fattah, dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry. Saya khawatir, gelombang baru kekerasan melanda Gaza, Israel selatan, dan Tepi Barat, termasuk Jerusalem Timur. Ini salah satu ujian paling kritis yang dihadapi kawasan itu dalam beberapa tahun terakhir, katanya. Gaza dalam situasi sangat mengkhawatirkan. Situasi yang tengah memburuk tengah mengarah pada pusaran terendah yang dengan cepat bisa menuju di luar kontrol siapa pun, Ban Ki-moon melanjutkan. Risiko kekerasan yang terus meningkat masih terlihat nyata. Gaza dan kawasan itu secara keseluruhan tidak boleh jatuh ke dalam perang berikutnya. Ia mengecam serangan roket-roket yang diluncurkan dari Gaza ke Israel. Ki-moon juga mendesak Netanyahu menahan diri secara maksimal dan menghormati kewajiban internasional untuk melindungi warga sipil. Kamis ini merupakan hari ketiga gempuran udara Israel ke Gaza. Pada gempuran ketiga itu, 14 warga Palestina di Gaza tewas. Menurut petugas medis Palestina, di antara korban terdapat tujuh perempuan dan anak-anak. Juru bicara petugas gawat darurat medis mengatakan, serangan pertama menghantam sebuah kedai minum di kota Khan Yunis. Enam pria tewas dan sedikitnya 15 orang lain terluka. Serangan kedua menghajar kamp pengungsian Nusseirat di Gaza tengah, tepatnya di rumah Raed Shalat. Sang pemilik rumah tewas dan beberapa orang lain terluka. Serangan berikutnya menghancurkan dua rumah di Khan Yunis yang menewaskan tujuh warga, yakni tiga perempuan dan empat anak-anak. Hingga Kamis dini hari waktu setempat, puluhan serangan masih terdengar di wilayah otoritas Palestina itu. Hingga Kamis pagi, setelah memasuki hari ketiga serangan, total korban tewas di kalangan warga Palestina mencapai 64 orang, termasuk 10 perempuan dan 18 anak-anak. Serangan udara Israel kali ini merupakan serangan militer terbesar mereka ke Gaza setelah tahun 2012. Pembantaian massal Presiden Palestina Mahmoud Abbas menuding Israel tengah melakukan pembantaian massal di Gaza. Meski demikian, PM Netanyahu mengingatkan, pihaknya masih akan melancarkan serangan, bahkan bisa lebih keras lagi. Abbas sehari-hari berkantor di Tepi Barat, wilayah yang diduduki Israel. April lalu, pemerintahannya bersatu dengan Hamas setelah perselisihan dan perbedaan pandangan bertahun-tahun. Perang ini bukan melawan Hamas atau faksi mana pun, melainkan perang melawan rakyat Palestina, kata Abbas dalam pidato di Ramallah, Tepi Barat. Pemimpin politik Hamas, Khaled Meshaal, meminta agar dunia mendesak Israel untuk mengakhiri serangan. Jika ingin pertumpahan darah berhenti, dunia harus menekan Netanyahu dan geng kriminalnya menghentikan agresi ke Gaza, kata Meshaal dalam pidato dari kantornya di Doha, Qatar, yang disiarkan televisi. Sejauh ini, tidak ada korban di pihak Israel. Padahal, gelombang roket-roket yang diluncurkan pejuang Palestina kini mencapai sepanjang wilayah Israel. Sirene tanda jatuhnya roket-roket itu terdengar di kota bisnis Tel Aviv, kota suci Jerusalem, dan Haifa. Serangan darat Militer Israel tengah menyiagakan tank-tank mereka di perbatasan Gaza. Di Israel, Netanyahu mendapat tekanan dari kelompok garis keras untuk menyiapkan serangan darat di wilayah yang dulu ditinggalkan tentara Israel pada 2005. Kami telah memutuskan untuk lebih mengintensifkan serangan terhadap Hamas dan organisasi-organisasi teror di Gaza, kata Netanyahu melalui pernyataan yang dirilis kantornya. Dalam pernyataan yang dikutip dalam wawancara dengan televisi CNN, Presiden Shimon Peres menegaskan, Jika tembakan roket-roket terus diluncurkan, kami tidak menutup kemungkinan melancarkan serangan darat. Washington mendukung serangan Israel ke Gaza. Sementara Uni Eropa dan PBB meminta kedua pihak menahan diri. Presiden AS Barack Obama, dalam artikel koran Jerman yang akan dipublikasikan Kamis ini, mengatakan, Dalam waktu yang berbahaya ini, setiap orang yang terlibat harus melindungi mereka yang tidak berdosa dan berbuat dengan cara yang bijak dan terukur, bukan dengan niat balas dendam. Ketegangan dan konflik militer terbuka antara Israel dan faksi- faksi Palestina belakangan ini dipicu penculikan dan pembunuhan tiga remaja Yahudi, 12 Juni lalu. Sekelompok ekstremis Yahudi kemudian membalas menculik dan membunuh remaja Palestina, Mohammed Abu Khdeir. (AFP/REUTERS)
Perang Terbuka di Gaza Anak-anak dan Perempuan Ikut Jadi Korban Tewas
KAIRO, KOMPAS Israel dan faksi bersenjata Palestina di Jalur Gaza, khususnya Hamas, semakin terlibat perang terbuka. Hamas mengklaim, Rabu (9/7), menembakkan sedikitnya lima roket jarak jauh tipe M75 ke arah Tel Aviv dan sekitarnya. Palestina menyebutkan, 38 warga Palestina tewas dalam dua hari, termasuk 11 perempuan dan anak. Bunyi sirene peringatan tak henti-hentinya meraung di kota Tel Aviv sebagai peringatan agar penduduk segera berlindung di bungker. Israel mengklaim pula, sistem pertahanan anti serangan rudal (Iron Dome) mencegat lima roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza ke arah bandar udara internasional Ben Gurion di Tel Aviv. Hamas juga mengklaim telah menembakkan dua roket, Rabu pagi, ke arah pangkalan udara militer Israel Nevatim. Mereka mengungkapkan pula bahwa pada Selasa malam telah menembakkan roket tipe R60 ke kota Haifa serta roket tipe M75 ke kota Tel Aviv dan Jerusalem. Selain itu, mereka juga menembakkan roket tipe Grad38 ke arah kota Ashdood. Hamas dan faksi-faksi bersenjata lainnya, sejak Selasa malam hingga Rabu siang kemarin, telah menembakkan 100 roket ke berbagai kota di Israel Selatan, seperti Ashdood, Ashkelon, Askol, dan Negev. Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, yang memantau perkembangan Jalur Gaza dari Kairo. Sebaliknya, pesawat dan helikopter tempur Apache Israel sepanjang hari Rabu kemarin terus menggempur berbagai sasaran di Jalur Gaza, khususnya rumah-rumah yang diduga milik aktivis dan pimpinan Hamas. Menurut laporan harian Israel, The Jerusalem Post, Israel sejak hari Selasa hingga Rabu kemarin telah menggempur 160 sasaran di seantero Jalur Gaza, dan 440 sasaran sejak operasi militer dimulai pekan lalu. Sasaran utama gempuran Israel adalah 10 terowongan bawah tanah antara Jalur Gaza dan Mesir, serta lima kantor Pemerintah Hamas, termasuk gedung kementerian dalam negeri, kementerian keamanan nasional, dan kantor polisi laut. Israel juga mengklaim telah menghancurkan 118 peluncur roket yang tersebar di seantero Jalur Gaza. Selama ini Hamas dan faksi-faksi bersenjata Palestina lainnya sangat mengandalkan armada kekuatan roket untuk menghantam berbagai sasaran di Israel. Israel mengklaim pula telah menggagalkan serangan komando Hamas dari arah laut ke pangkalan militer Israel Zikim yang hanya berjarak sekitar 3 km dari perbatasan Jalur Gaza dan Israel. Israel mengungkapkan telah berhasil menembak mati satuan komando Hamas yang mencoba menyerang pangkalan militer Zikim dari arah laut. Gedung RI diroket Menurut laporan warga negara Indonesia di Gaza City, Abdillah Onim, yang disampaikan ke Kompas di Kairo melalui surat elektronik, gedung Graha Tahfidz Daarul Quran Indonesia cabang Gaza (DAQU) tak luput dari gempuran pesawat tempur Israel. Menurut Onim, pesawat tempur Israel F16 sekitar pukul 16.00 waktu setempat terbang rendah di atas gedung Graha Tahfidz Daarul Quran Indonesia cabang Gaza, dan menjatuhkan 1 roket seberat 1 ton dengan panjang lebih dari 2 meter. Roket Israel tersebut jatuh hanya 20 meter dari kediaman Abdillah Onim di Graha Tahfidz Daarul Quran Indonesia cabang Gaza. Tembok rumah hancur, genteng di bagian atas hancur, kaca-kaca pecah, dan bekas jatuhnya roket menimbulkan bongkahan sedalam 50 meter. Onim menambahkan, gedung Graha DAQU Gaza baru saja selesai dibangun, dan murid- murid pun baru satu hari masuk menghafal Quran di DAQU Gaza. Saat ini murid-murid belum bisa datang ke Graha DAQU karena daerah sekitar Graha masih hancur berantakan, tembok hancur, dan kaca-kaca pun pecah. Juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri, menegaskan, semua warga Israel kini menjadi sasaran yang sah serangan gerakan perlawanan Palestina. Situasi bakal semakin memasnas setelah Menteri Pertahanan Israel Moshe Yaalon juga menyatakan, operasi militer Israel terhadap Hamas akan diperluas dalam beberapa hari mendatang. Kami telah menghancurkan barak militer, infrastruktur teroris, jaringan komando, dan beberapa institusi, ujar Yaalon seperti dikutip The Jerusalem Post. (AFP/Reuters/SAM)
NIIS Rebut Senjata Kimia Irak 53 Korban Pembunuhan Ditemukan di Provinsi Babil
NEW YORK, SELASA Pemerintah Irak melapor kepada Perserikatan Bangsa- Bangsa, kelompok militan menguasai fasilitas senjata kimia era Saddam Hussein di barat laut Baghdad. Amerika Serikat tak menganggap berbahaya karena fasilitas itu tidak mungkin digunakan untuk memproduksi senjata. Dalam surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon yang dibuka untuk publik, Duta Besar Irak untuk PBB, Mohamed Ali Alhakim, mengatakan, fasilitas senjata kimia Muthanna direbut kelompok militan, 11 Juni lalu. Kelompok teroris bersenjata memasuki situs Muthanna, menahan petugas dan melucuti tentara yang menjaga fasilitas itu, tulis Alhakim dalam suratnya. Pagi berikutnya, manajer proyek mengetahui penjarahan beberapa peralatan dari kamera pemantau sebelum dimatikan para teroris, kata Alhakim dalam surat bertanggal 30 Juni itu. Akibat kejadian tersebut, Irak tidak mampu memenuhi kewajiban menghancurkan senjata kimia. Alhakim berjanji Irak akan menjalankan kewajiban itu setelah aparat keamanan menguasai kembali fasilitas tersebut. Kelompok Sunni militan pimpinan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) telah menguasai banyak wilayah Irak dan Suriah utara. Belum lama ini, mereka mendirikan kekhalifahan Islam, dengan menetapkan Abu Bakr al-Baghdadi sebagai khalifah. Alhakim mengerucutkan laporannya pada bungker 13 dan 41 di kompleks Segitiga Sunni, 56 kilometer barat laut Baghdad. Bahan-bahan berbahaya Laporan terakhir pengawas PBB soal program senjata pemusnah massal Irak dirilis sekitar satu tahun setelah para ahli meninggalkan negara itu, Maret 2003. Dalam laporan itu disebutkan, bungker 13 berisi 2.500 roket senjata kimia 122-mm yang mengandung gas sarin buatan sebelum tahun 1991. Ada pula 180 ton zat sodium sianida, bahan kimia sangat beracun, dan bahan dasar awal untuk memproduksi senjata. PBB mengatakan, bungker itu dibom pada Perang Teluk I dan sebagian roketnya telah dihancurkan, Setelah bertahun-tahun tersimpan dengan kondisi yang ada di kompleks bungker itu, mesiu sarin dalam kualitas buruk dan sangat menurun. Adapun bungker 41 berisi 2.000 granat artileri 155-mm yang bercampur senjata kimia, 605 kontainer berisi bahan residu satu ton. Bulan lalu, juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), Laksamana Muda John Kirby, mengatakan, AS memahami apa pun bahan yang tersimpan (di bungker-bungker itu) telah lama dan diperkirakan tak bisa diakses atau digunakan menghadapi siapa pun. Pada Rabu (9/7), polisi dan petugas medis Irak menemukan 53 jenazah pria yang dieksekusi di ibu kota Provinsi Babil, Hilla, selatan Baghdad. Jenazah mereka ditemukan dalam kondisi kepala dan dada terdapat luka bekas tembakan. Menurut petugas kamar jenazah, mereka diperkirakan dibunuh setidaknya sepekan lalu. Belum jelas apa penyebab mereka dibunuh. Saat kelompok militan NIIS menyerang utara Irak, serangan juga terjadi di Provinsi Babil. (AP/AFP/Reuters/SAM)
Momentum Tertahan Politik Mapan, Perbaikan Ekonomi Lebih Cepat
JAKARTA, KOMPAS Hasil hitung cepat Pemilu Presiden 2014 yang mengunggulkan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebenarnya bisa menjadi momentum perbaikan fundamental ekonomi Indonesia. Namun, karena Prabowo Subianto-Hatta Rajasa juga mengklaim menang, momentum jadi tertahan. Hal itu disampaikan beberapa ekonom dalam menanggapi hasil hitung cepat Pemilihan Umum Presiden-Wakil Presiden 2014, Rabu (9/7). Setidaknya, delapan lembaga survei menunjukkan kemenangan pasangan calon presiden Joko Widodo dan calon wakil presiden Jusuf Kalla. Misalnya, hasil hitung cepat litbang harian Kompas, Jokowi-JK memperoleh 52,34 persen suara. Sementara pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memperoleh 47,66 persen suara. Yang dipegang pasar saat ini adalah kemenangan sementara pasangan Jokowi-JK. Namun, tentu saat wait and see lebih lama, kata ekonom Faisal Basri. Kalau ada sikap kenegarawanan dari semua pihak, lanjut Faisal, sangat positif bagi pasar. Namun, dengan adanya klaim kemenangan dari kedua pihak, hal terbaik adalah menahan diri untuk tidak melakukan pesta. Berbesar hati dan rendah hati, tambah Faisal. Klaim dari kedua belah pihak akan membuat kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak terlalu tinggi. Kemungkinan adanya kelompok pasangan calon yang akan mempersoalkan hasil Pemilu 2014 ke Mahkamah Konstitusi, menurut Faisal, tidak akan menimbulkan situasi yang kontra produktif terhadap pasar. Pasalnya, prosedur demokrasi di Indonesia sudah terbukti berjalan lancar sejak reformasi. Jangan berkepanjangan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya, Jakarta, Agustinus Prasetyantoko, menyatakan, Indonesia agak kehilangan momentum jika klaim kemenangan kedua kandidat dilakukan berkepanjangan. Artinya, ketidakpastian soal pemenang pemilu presiden-wakil presiden memakan waktu terlalu lama. Kalau politik segera mapan, maka kesempatan memperbaiki fundamental ekonomi bisa lebih cepat. Misalnya, persoalan lonjakan anggaran subsidi bahan bakar minyak dan defisit transaksi berjalan. Kalau dua hal ini bisa segera diskenariokan oleh tim ekonomi presiden terpilih, maka kepercayaan pasar akan semakin menguat, kata Prasetyantoko. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang, Ahmad Erani Yustika, berpendapat, klaim kemenangan kedua pasangan calon menimbulkan situasi yang agak rumit. Dalam tanda kutip, tidak bisa ditentukan sekarang soal siapa pemenangnya. Pada akhirnya menunggu keputusan KPU (Komisi Pemilihan Umum), ujar Erani. Erani mengakui, keunggulan Jokowi dalam hitung cepat yang dilakukan oleh delapan lembaga survei hasilnya kredibel. Namun, yang memahami hal tersebut umumnya adalah orang-orang yang melek politik. Yang tahu informasi seperti itu adalah orang-orang yang melek politik. Pasar tidak melihat apakah lembaga survei kredibel atau tidak, tetapi melihat respons tiap-tiap kandidat itu sendiri. Ketika setiap kandidat mengklaim kemenangan, hal ini yang dianggap sebagai ketidakpastian, katanya. Sepanjang ketidakpastian masih ada, tambah Erani, pelaku pasar akan menunggu. Baru setelah ada kepastian, beberapa indikator ekonomi, seperti nilai tukar rupiah dan indeks saham, bisa menuju posisi stabil. Kegiatan bisnis Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, A Tony Prasetiantono menyatakan, keunggulan sementara Jokowi dalam hitung cepat akan memperkuat nilai tukar rupiah. Pertimbangannya, hasil sementara itu sesuai ekspektasi pasar. Pertimbangan lainnya, pemilu berlangsung aman dan damai. Menurut Tony, para pelaku pasar akan mengeksekusi kegiatan bisnisnya, yakni investasi. Selanjutnya, ekonomi akan tumbuh. Sejauh ini, Jokowi-JK dianggap pro pasar sehingga kebijakan-kebijakannya diyakini akan memberikan ruang lebar bagi investasi. Investor asing tentu berharap pemimpin baru ini akan menjalankan liberalisasi. Namun, dugaan saya, Jokowi-Jusuf Kalla tetap akan mendahulukan investor domestik. Nasionalisme ekonomi akan dikedepankan, kata Tony. Berkaitan dengan Prabowo-Hatta yang juga mengklaim kemenangan, Tony memperkirakan hal itu bersifat sementara. Hitung cepat sangat bisa dipercayai. Pasar tetap akan merespons positif, kata Tony. KPU akan mengumumkan hasil Pemilu Presiden-Wakil Presiden 2014 pada 22 Juli. Soal margin of error yang relatif tipis dalam hitung cepat sejumlah lembaga survei, Tony menambahkan, pasar tidak mempermasalahkannya. Pasalnya, mereka sudah menyadari bahwa margin suara bakal tipis. Tahun ini, Indonesia menghadapi sejumlah tantangan perekonomian. Di antaranya, menjaga pertumbuhan ekonomi sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN- P) 2014, yakni 5,5 persen. Asumsi nilai tukar rupiah Rp 11.600 per dollar AS. Penerimaan negara tahun ini sebesar Rp 1.635,37 triliun, sedangkan belanja negara sebesar Rp 1.876,87 triliun. Target inflasi tahun ini berkisar 3,5-5,5 persen. (LAS)
Komnas HAM: Bentuk Tim Investigasi
KUPANG, KOMPAS Tim Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Selasa (8/7), mengunjungi lokasi tambang mangan yang dikelola PT Nusa Lontar Resources di Dusun Ai Tameak, Desa Sikin, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Komnas HAM merekomendasikan agar segera diadakan pertemuan antara Pemerintah Kabupaten Belu, PT NLR, wakil masyarakat, dan tokoh agama setempat. Ketua Tim Investigator Senior Komnas HAM Endang Sri Melani, di Kupang, Rabu (9/7), mengatakan, pertemuan itu ditujukan untuk membentuk tim investigasi independen. Tim tersebut akan meneliti kualitas sejumlah sungai di wilayah itu, yang selama ini airnya dikonsumsi atau dimanfaatkan warga untuk mandi, mencuci, dan minum. Dengan demikian, akan diketahui apakah air sungai di wilayah itu tercemar akibat aktivitas tambang tersebut atau tidak. Penelitian itu juga dilakukan untuk mengetahui apakah air sungai tersebut yang selama ini menyebabkan penyakit gatal yang dialami warga. Pastor Paroki Nualain Kecamatan Lamaknen Selatan, Inosentius Nahak Pr, mengatakan, masyarakat menilai kehadiran perusahaan itu tidak membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat, kecuali penyakit gatal-gatal. Sudah 10 bulan masyarakat mengalami gatal-gatal, tetapi pemda setempat belum bertindak menangani korban. Kalau ada tindakan pun sifatnya sementara, padahal penyakit seperti itu butuh pengobatan secara berkelanjutan, sampai tuntas, ungkap Nahak. Berdasarkan pertemuan dengan pihak perusahaan, kata Endang, PT NLR telah memberikan dana jaminan reklamasi untuk kawasan tambang seluas 15 hektar senilai Rp 525 juta untuk 10 tahun. Dana itu masuk ke kas daerah Belu. (KOR)
Teror Mewarnai Aceh Benda Mencurigakan Mirip Bom Diletakkan di Jalanan
JAKARTA, KOMPAS Teror mewarnai Pemilu Presiden 2014 di Aceh. Benda mencurigakan, diduga bom, diletakkan oleh orang yang belum teridentifikasi di Jalan Banda Aceh-Medan Kilometer 84, Gampong Simpang Beutong, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh, Rabu (9/7) pagi. Temuan itu membuat warga resah. Lalu lintas di kawasan itu juga mengalami kemacetan. Kepala Polda Aceh Inspektur Jenderal Husein Hamidi, di Banda Aceh, Rabu, mengatakan, sekitar pukul 08.00, anggota Polres Pidie berpatroli terkait penyelenggaraan Pemilu Presiden (Pilpres) 2014. Saat itu, polisi melihat ada pohon tumbang di Jalan Banda Aceh-Medan Kilometer (Km) 84. Polisi pun berupaya membersihkan pohon tumbang itu. Saat pembersihan, polisi melihat ada benda mencurigakan yang diduga bom, yakni tiga pipa berlilit jam beker. Di atas benda itu tertancap bendera bulan-bintang, bendera Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di masa lalu. Jarak benda itu sekitar 50 meter dari pohon tumbang. Polisi segera menerjunkan tim penjinak bom untuk mengamankan benda itu. Lalu, tim penjinak bom meledakkan benda itu. Setelah diledakkan, ternyata benda itu bukan bom. Kuat dugaan pelaku penumbang pohon dan peletak benda itu sama. Ia kemungkinan ingin meneror masyarakat yang hendak melakukan pencoblosan, ujar dia. Menurut Husein, polisi tidak akan membiarkan peristiwa ini. Polisi akan mengusut dan menangkap pelaku teror itu. Di sisi lain, fokus kami untuk mengamankan pemilu hingga tuntas tak akan terganggu oleh peristiwa itu, ucap dia lagi. Peristiwa itu membuat warga resah. Pengendara sepeda motor dari Kota Bireuen ke Banda Aceh, Ratno Sugito (35), menuturkan, ia waswas ketika melihat banyak polisi dan mengetahui ada temuan benda yang diduga bom. Saya takut bom itu meledak dan ada teror lainnya di lokasi itu, ungkap dia. Selain itu, jelas Ratno, peristiwa itu menyebabkan kemacetan lalu lintas. Polisi menutup jalan karena akan mengamankan benda yang diduga bom. Saya menunggu di jalan hingga sekitar tiga jam lamanya, tutur dia. TPS dirusak Sementara seorang pria yang membawa senjata api laras panjang dan berpenutup kepala berupa kain sarung, Selasa, merusak tempat pemungutan suara (TPS) di Gampong Teupin Raya, Kecamatan Julok, Kabupaten Aceh Timur. Ia menendang sejumlah kursi, membalikkan meja, dan merusak bilik suara di TPS itu. Berdasarkan identifikasi Polres Aceh Timur, pelaku perusakan itu adalah warga setempat yang berinisial Jus alias Lem (35). Jus melakukan perusakan itu diduga karena kecewa. Menurut saksi, pelaku merusak TPS itu sembari mengungkapkan kekecewaannya mengenai petugas TPS yang tidak pernah diganti, ujar Kepala Polres Aceh Timur Ajun Komisaris Besar Muhajir. Ketika perusakan terjadi, kotak suara dan surat suara belum didistribusikan ke TPS itu. Pencoblosan di TPS itu tetap bisa berlangsung, Rabu. Pencoblosan di TPS itu berlangsung dengan aman dan lancar, ujar dia. Bendera OPM Pelaksanaan Pilpres 2014, Rabu, di Provinsi Papua berjalan aman dan lancar. Namun, di Kabupaten Nabire terjadi insiden pengibaran bendera bintang kejora milik Organisasi Papua Merdeka (OPM) di lima tempat. Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Sulistyo Pudjo, di Kota Jayapura, Papua, Rabu, membenarkan adanya pengibaran bendera bintang kejora itu. Anggota Polres Nabiere langsung menurunkan bendera itu. Pengibarannya terjadi pada dini hari. Kemungkinan oknum pengibar bendera itu melakukan aksinya saat warga menyaksikan siaran langsung pertandingan sepak bola Piala Dunia 2014 melalui televisi. Pelaku pengibaran belum ditemukan, ujar Sulistyo. Sulistyo menyesalkan pengibaran bendera itu, yang bertepatan dengan pilpres. Polres Nabire masih menyelidiki kasus itu untuk memastikan pelakunya. Santon Takege, warga Nabire, mengatakan, pengibaran bendera itu membuat sebagian warga tidak berani datang ke TPS. Mereka lebih memilih untuk golput (sengaja tak menggunakan hak pilihnya), kata dia. (dri/flo)
Pesan Kerukunan dalam Buka Bersama
PERBEDAAN bukanlah jurang yang memisahkan satu umat dengan umat yang lain. Perbedaan menjadi jembatan untuk saling memahami dan menghargai guna menciptakan kehidupan yang harmonis dan selaras menuju keluhuran budi bangsa. Bertolak dari keinginan mewujudkan keluhuran budi bangsa dalam kebersamaan, Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin) Tegal menyelenggarakan buka puasa bersama dengan anak-anak yatim dan kaum duafa serta anak-anak berkebutuhan khusus di Kong Miao Makin, Kota Tegal, Jawa Tengah, pekan lalu. Kegiatan itu digelar bekerja sama dengan Yayasan Puan Amal Hayati, yaitu lembaga nirlaba yang selama 14 tahun bergerak dalam multikulturalisme, pluralisme, dan pembelaan kepada kelompok marjinal yang terkesampingkan karena berbagai alasan, seperti jender, keterbatasan fisik, dan agama. Sedikitnya 320 anak yatim dan kaum duafa dari enam panti asuhan di wilayah Tegal serta anak-anak dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Tegal hadir dalam acara itu. Buka bersama itu menghadirkan Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, istri mantan Presiden Abdurrahman Wahid, dan sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Tegal. Ini adalah kerja sama yang manis, harmonis, dan rukun, kata Ketua Makin Tegal Gyiong Gyiong. Makin terbuka bagi siapa saja, terlebih terkait kegiatan sosial. Selama ini, Makin Tegal juga secara rutin menyelenggarakan donor darah, yang ditujukan untuk membantu sesama yang membutuhkan. Buka bersama anak-anak yatim dan kaum duafa itu bukan yang pertama dilaksanakan Makin Tegal. Pada 2007, juga dengan mengundang Shinta Nuriyah, Makin juga menyelenggarakan buka bersama. Kegiatan itu dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan sahur keliling yang dilakukan Shinta Nuriyah. Oleh karena padatnya jadwal sahur keliling, kegiatan yang dilaksanakan Makin Kota Tegal diwujudkan dalam bentuk buka bersama. Selain sebagai upaya membangun kebersamaan antar-umat beragama, kegiatan itu juga sebagai upaya membantu kaum duafa agar dapat melaksanakan ibadah puasa dengan baik. Harus rukun Dalam kegiatan itu, Shinta Nuriyah mengingatkan warga yang hadir dalam buka puasa bersama bahwa mereka hidup di Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika atau memiliki keberagaman. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai agama, suku, dan etnis tidak boleh gontok-gontokkan. Harus saling rukun, saling menyayangi. Itulah yang diajarkan oleh agama melalui puasa, ujar dia. Menurut Shinta Nuriyah, tak semua warga Indonesia memiliki nasib yang sama. Ada sebagian masyarakat yang duafa, yang harus berjuang mencari sesuap nasi dengan perut kosong. Mereka harus dibantu sehingga, sejak mendampingi mendiang Abdurrahman Wahid sebagai Presiden, Shinta mulai melaksanakan kegiatan sahur bersama kaum duafa. Kegiatan dengan sasaran antara lain tukang becak, pedagang pasar, buruh, dan pemulung itu rutin dilaksanakan setiap bulan Ramadhan. Shinta Nuriyah hadir di tengah-tengah kaum duafa untuk mengajak sahur bersama atau berbuka puasa. Buka bersama yang diselenggarakan Makin Tegal itu, lanjutnya, memberikan makna kerukunan antar-umat beragama yang terjaga. (WIE)
Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah dan Pengawas Lemah
JAKARTA, KOMPAS Kepala sekolah dan pengawas berperan penting untuk memastikan layanan pendidikan guru terhadap siswa berjalan baik. Namun, salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki kepala sekolah dan pengawas adalah kemampuan supervisi atau pengawasan justru rendah. Laporan Hasil Temuan Studi Dasar tentang Kompetensi Pengawas dan Kepala Sekolah oleh Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) menemukan fakta bahwa kepala sekolah dan pengawas sekolah/madrasah lemah dalam kemampuan supervisi. Kemampuan penting untuk perbaikan sekolah dan sistem agar layanan pendidikan sesuai standar nasional pendidikan. Hal ini terutama karena masih minimnya pendidikan dan pelatihan bermutu yang diperoleh kedua tenaga kependidikan tersebut dalam menjalankan kepemimpinan mereka. Kepala sekolah dan pengawas berperan penting untuk membantu guru dan sistem sekolah menjadi lebih efektif, kata Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistiyo, di Jakarta, Rabu (9/7). Kompetensi kepala sekolah/madrasah dinilai paling rendah untuk kompetensi supervisi dan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk manajemen dan tujuan pembelajaran. Hal ini terutama dihadapi kepala sekolah madrasah swasta ataupun kepala sekolah di pedalaman atau daerah tertinggal. Pengawas sekolah/madrasah kurang kompeten dalam bidang-bidang kunci yang berkaitan dengan mereka. Itje Chodidjah, praktisi pendidikan dan pelatih guru nasional, mengingatkan, pemerintah juga fokus meningkatkan mutu pengawasan guru. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dan pengawas yang dapat memotivasi guru mengembangkan profesionalismenya. (ELN)
Sastra Indonesia Butuh Penerjemah
JAKARTA, KOMPAS Kesusastraan yang maju dan dikenal di dunia internasional umumnya adalah karya-karya sastra yang berbahasa Inggris dan Perancis. Halangan terbesar sastra Indonesia adalah menemukan penerjemah yang cerdas dan bisa menerjemahkan dengan tepat serta cermat. Dengan penerjemah yang cerdas dan mumpuni, unsur keterbacaan karya dapat tersampaikan dengan benar bagi pembaca internasional. Demikian dikatakan novelis Ratih Kumala dalam sebuah obrolan dengan Kompas, Rabu (9/7), di Jakarta. Persoalan lain adalah bagaimana menembus pasar internasional itu sendiri sebab tidak ada agen sastra yang mumpuni di Indonesia. Untuk sastra non-bahasa Inggris dan non-bahasa Perancis, tantangannya jauh lebih besar. Padahal, mungkin hasil tulisannya itu bagus dan menawarkan gagasan yang baru. Itulah mengapa tampaknya sastra Indonesia tidak mendunia dan sepertinya terkucil, ujar penulis novel Tabula Rasa, Larutan Senja, Kronik Betawi, dan Gadis Kretek ini. Ratih tidak sepakat dengan pendapat Agus Noor mengenai sastra Indonesia yang terkucil dan tidak dilirik. Setidaknya muncul penulis-penulis baru meski kualitasnya masih dipertanyakan. Siapa bilang sastra kita enggak dilirik. Tahun depan di ajang Frankfurt Bookfair, itu tema besarnya Sastra Indonesia lho. Berarti mata dunia akan melihat sastra kita. Tinggal kitanya aja bagaimana, bisa atau tidak menyuguhkan sastra kelas dunia? ujar Ratih. Sastra media sosial Menurut cerpenis dan novelis Eka Kurniawan, ide bisa datang dari mana saja. Artinya, gagasan itu tidak pernah ada habisnya. Saya percaya ide takkan pernah habis. Yang harus dikhawatirkan, justru saya tidak punya waktu dan kekuatan yang cukup untuk menuliskan ide-ide tersebut. Maka, setiap penulis harus pandai memilah mana ide yang pantas dituang sebagai tulisan hingga titik selesai dan mana yang tidak, kata Eka, penulis novel antara lain Cantik Itu Luka dan Lelaki Harimau ini. Ratih dan Eka sama-sama optimistis, sastra Indonesia masih bergairah. Mengenai sastra di media sosial, Eka dan Ratih melihat kurang ada kedalaman. Setiap penulis, menurut saya, sangat penting punya proses pengendapan cerita sebelum akhirnya buah pikirannya benar-benar matang untuk dituang menjadi tulisan. Saya pribadi berhenti ngetwit (bersastra di Twitter) karena merasa media sosial itu membuat saya selalu ingin berkicau, ujar Ratih. (IVV)
Budi Minan D Sawung dan Naniek Yenita Pelestari Alat Musik Tradisional Dayak Oleh: MEGANDIKA WICAKSONO
KERINGAT Budi Minan D Sawung (50) terus mengucur dari sekujur tubuhnya yang bertelanjang dada. Terik matahari sore itu di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, terasa menyengat. Jemarinya kuat mencengkeram linggis dan melubangi batang pohon rangas dengan diameter 30 sentimeter dan tinggi 70 sentimeter. Di gang sempit di Jalan Kalimantan, Kecamatan Pahandut, Palangkaraya, itulah dia menyelesaikan pesanan sembilan beduk kulit sapi. Budi telah menekuni pekerjaan membuat aneka alat musik tradisional sejak tahun 1990. Berkat keterampilannya yang terus diasah secara otodidak, dia telah membuat lebih dari 1.000 peralatan musik tradisional suku Dayak. Beberapa di antaranya adalah gandang karempet atau kendang bermembran satu, gandang manca atau kendang dua membran pada bagian atas dan bawah, saron atau kenong dari kayu, suling balawung, kecapi, rabab atau rebab, serta beduk. Hasil keterampilan tangannya itu telah digunakan banyak sanggar tari dan pertunjukan, baik di Kota Palangkaraya maupun di sejumlah kabupaten di Kalimantan Tengah (Kalteng). Pesanan alat musik biasanya datang dari perorangan, sanggar, sekolah, dinas pemerintahan, juga perusahaan perkebunan, kata Budi, Minggu (6/7). Kecintaan pada kesenian tradisional Dayak dan keinginan untuk melestarikannya mendorong dia terus berkarya. Minat dan bakat Budi pada musik berawal sejak dia mendengar dan ikut memainkan kecapi saat sang nenek, Indu Umbuk, melakukan ritual penyembuhan Kaharingan bagi orang sakit di kampung. Nenek saya itu bidan kampung atau biasa disebut paranormal karena dia bisa menyembuhkan penyakit yang tak bisa diatasi dokter. Setiap ada ritual penyembuhan yang disebut sangiang atau badewa, pasti ada iringan musik dan saya ikut memainkan kecapi, cerita dia. Terampil Dari kebiasaan itu, Budi pun lihai memainkan semua alat musik tradisional Dayak dan terampil membuatnya. Hasil karya dia dijual dengan harga bervariasi, tergantung ukuran dan kerumitan hiasan atau ukirannya. Harga gandang berdiameter 25 sentimeter (cm) dan tinggi 50 cm, misalnya, berkisar Rp 250.000-Rp 300.000. Untuk gandang berukuran lebih besar, harganya mencapai Rp 600.000- Rp 2,5 juta. Beduk yang sedang dia kerjakan berharga sekitar Rp 1,3 juta. Adapun suling dari bambu tamiang dibanderol Rp 50.000 dan kecapi dari kayu jalutung dihargai Rp 300.000. Sebenarnya tak ada harga standar yang menjadi patokan. Kadang ada anak sekolah yang memesan dengan uang seadanya, ucap Budi yang pernah menjadi pandai besi dan membuat tombak serta mandau sebagai senjata khas suku Dayak. Bahan baku berupa batang kayu kelapa kadang dia peroleh secara cuma-cuma dari kenalannya di Desa Bukit Rawi dan Kecamatan Pahandut Sebrang. Jika harus membeli, satu batang kayu kelapa biasanya dibeli seharga Rp 250.000. Untuk bahan baku kayu rangas khas Kalteng, Budi harus mencarinya di hutan. Saya perlu waktu sehari untuk mencari kayu rangas di hutan. Risikonya, tubuh tergores, tertusuk duri hutan, atau ada hewan buas dan beracun seperti ular, ujar Budi yang sering menderita gatal pada kulit akibat getah kayu rangas. Sementara kulit kambing dan sapi sebagai membran dari alat musik diperoleh Budi dari pasar atau rumah pemotongan hewan. Harga satu lembar kulit sapi seberat lebih dari 20 kilogram sekitar Rp 200.000 dan kulit kambing berkisar Rp 30.000-Rp 50.000 per lembar. Proses pembuatan sebuah gandang memakan waktu 3-4 hari. Ini tergantung panas matahari untuk mengeringkan kayu dan kulitnya, kata Budi yang pada malam hari bekerja sebagai petugas keamanan di mes sebuah hotel di Palangkaraya. Memayet Jika Budi terampil membuat peralatan musik tradisional suku Dayak, sang istri, Naniek Yenita (45), terampil menghiasi pakaian dengan memasang manik-manik pada pakaian adat suku Dayak, pakaian pengantin, dan kostum tari. Dengan tekun dan sabar, Naniek memayet pakaian dengan berbagai motif, seperti bajakah kalalawit atau tanaman merambat, batang garing atau pohon kehidupan, dan dandang tingang atau ekor burung tingang. Satu setel pakaian adat biasanya butuh waktu tiga hari untuk memayetnya karena harus dikerjakan pelan-pelan, rapi, dan teliti, ucap Naniek yang kadang dibantu ibu mertuanya, Regarosita D Sawung (67). Untuk jasa memayet itu, dia tak memasang tarif khusus, umumnya berkisar Rp 100.000-Rp 200.000, bahkan bisa lebih mahal lagi jika motifnya rumit. Selain memayet, Naniek juga terampil membuat model pakaian adat dengan bahan baku kain dan kulit kayu atau upak nyamu. Beberapa model yang dia kerjakan adalah model teluk balanga, rompi, ewah atau kostum pelindung selangkangan lelaki saat menari, kebaya, dan kurung (pakaian adat yang cara mengenakannya dikurungkan). Naniek juga menguasai pembuatan kostum sangkarut, pakaian tari yang dibuat dari rotan atau kulit ular dan dihiasi aneka tulang tengkorak serta gigi taring hewan. Menurun Kalau Budi dan Naniek terampil memainkan serta membuat alat musik dan pakaian adat Dayak, kecintaan mereka pada budaya Dayak menurun kepada keempat anaknya. Aciliana, si putri sulung, Ananta Nurudi, dan Ardi Kenzo Anarta terampil menari. Sementara Ari Krisnanda, putra kedua mereka, pandai bermain alat musik dan bergabung dalam Sanggar Tari Marajaki. Sejak tahun 2013, Budi dan Naniek telah memiliki surat izin usaha pembuatan alat kesenian tradisional Dayak. Meskipun begitu, mereka masih membutuhkan dukungan modal dan bantuan peralatan. Untuk melubangi batang pohon kayu, misalnya, Budi hanya menggunakan gergaji mesin kecil dan linggis. Idealnya diperlukan mesin bubut. Namun, harga mesin itu terlalu mahal bagi mereka. Selain itu, untuk mengukir hiasan pada gandang, Budi hanya menggunakan sebilah pisau pahat model lurus. Padahal, ukiran akan lebih berkualitas dan mudah dibuat jika dia memiliki aneka jenis pisau pahat, baik model lengkung maupun lurus. Kami berharap setidaknya pemerintah daerah mau lebih memperhatikan kelestarian kebudayaan tradisional Dayak, juga para pekerja seninya, kata Budi, kakek dua cucu ini. Kini, Budi jarang tampil di panggung, tetapi dia tetap setia di balik panggung, menyediakan peralatan musik bagi para seniman muda.
Budi Minan D Sawung Lahir: Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 17 Mei 1964 Pendidikan: - SD Kristen Palangkaraya - SMP Nasional Palangkaraya - STM Negeri 1 Palangkaraya, tak selesai
Naniek Yenita Lahir: Palangkaraya, 8 Desember 1968 Pendidikan: - SD Negeri Asemrowo, Surabaya, Jawa Timur (Jatim) - SMP Maospati, Madiun, Jatim Anak: - Aciliana (29) - Ari Krisnanda (24) - Ananta Nurudi (21) - Ardi Kenzo Anarta (12)
Cermati Bola di Mulut Gawang Oleh: YUNI IKAWATI
Wasit kadang kala luput dan salah memantau pergerakan bola di mulut gawang. Padahal, keputusannya menetapkan skor mutlak. Dalam ajang Piala Dunia 2014, masalah itu diatasi dengan memasang sistem kamera dan komputer pemantau gawang. Hasilnya terbukti dapat membantu wasit mengambil keputusan tepat. Kejuaraan Piala Dunia Brasil 2014 akan berakhir 13 Juli 2014. Berbeda dengan kompetisi sebelumnya, Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) memastikan kali ini tak ada gol kontroversial yang tak terpecahkan, seperti kasus gol Frank Lampard saat Inggris melawan Jerman pada Piala Dunia 2010. Pasalnya, pada turnamen ke-20 Piala Dunia 2014 mulai diterapkan sistem pemantau bola di gawang yang disebut teknologi garis gawang atau goal-line technology (GLT). Keputusan resmi FIFA memakai GLT didasarkan pada 2.000 uji coba yang membuktikan keandalannya. Direktur pelaksana uji coba, Dirk Broichhausen, menyatakan, sistem itu amantak dapat di- hackkarena tak terkoneksi ke internet. Sinyalnya pun dienkripsi atau diacak sebelum dikirim sehingga sulit dimanipulasi. GLT telah diverifikasi dalam tes instalasi akhir dengan memperhitungkan kondisi dinamis di setiap wilayah, desain stadion, kelembaban, pencahayaan, dan variabel lain yang berpengaruh di lokasi pertandingan. Aplikasi di Brasil Dalam laga sesungguhnya, sistem itu pertama kali terbukti keampuhannya pada penyisihan Grup E Piala Dunia 2014 dalam membantu wasit Sandro Ricci dari Brasil untuk memastikan terciptanya gol kedua Perancis saat melawan Honduras di Stadion Beira-Rio di Porto Alegre, Brasil, Senin (16/6). Ketika itu, pada menit ke 48, bola tendangan Karim Benzema membentur tiang gawang, lalu mental mengenai tubuh penjaga gawang Honduras, Noel Valladares. Sebelum diraih dengan tangan kanannya, bola menggelinding melewati garis gawang. Semua kejadian dalam hitungan detik itu terekam kamera beresolusi dan berkecepatan tinggi yang dipasang di sekitar gawangtermasuk kamera mungil di pojok kanan-kiri gawang. Ada 7 kamera mengarah ke setiap mulut gawang. Jadi, 14 kamera dipasang di sekitar stadion. Dengan kamera sebanyak itu, tak ada satu posisi pun pergerakan bola yang tak terlacak ketika melewati garis gawang. Sebab, sistem bisa beroperasi jika beberapa kamera tak berfungsi. Pengoperasian sistem dilakukan di 11 stadion lain yang dipakai pada laga akbar di Brasil itu. Pantauan kamera dengan segera diketahui wasit. Caranya, saat bola melintasi garis gawang, sistem itu mengirimkan sinyal yang terenkripsi lewat transmisi gelombang radio ke jam tangan khusus yang dikenakan wasit. Kurang dari satu detik, kata GOAL muncul di layar LED (light emitting diode) pada jam digital itu. Setiap sorotan kamera direkam dengan kecepatan sekitar 2.000 frame (bingkai) per detik, lalu disimpan di basis data di komputer yang terhubung pada semua kamera itu. Pemroses citra pada komputer akan menyaring obyek yang bukan bola dan mengidentifikasi posisi bola dengan akurasi beberapa millimeter. Peranti lunak pada sistem itu akan mengidentifikasi piksel atau elemen gambar yang membentuk gambar bola. Hasil pemrosesan komputer itu berupa citra gambar grafik, lalu ditayangkan di layar televisi dan layar raksasa stadion sehingga bisa dilihat siapa pun. Berkat sistem GLT, keputusan wasit menjadi tak terbantahkan. Sistem kamera Sistem GLT yang dipakai pada Piala Dunia 2014 disebut kontrol sasaran (goal control), hasil rancangan tim peneliti dari Jerman. Sebelumnya, sistem itu dipakai dalam Piala Konfederasi 2013. Teknologi garis gawang berbasis kamera pertama kali dikembangkan Dr Paul Hawkins di Romsey-Hampshire, Inggris, pada 1999 dan dinamai Hawk-Eye (Mata Elang). Untuk mengembangkan si Mata Elang, Paul bekerja sama dengan para insinyur dari perusahaan Jerman, Siemens, didanai Roke Manor Research Limited. Hawk-Eye dipakai dalam pertandingan kriket pada 2001 dan 2008. Pada 2005, sistem itu dinyatakan layak oleh Federasi Tenis Internasional dan dipakai di AS Terbuka, Australia Terbuka, dan Wimbledon. Untuk sepak bola, Hawk-Eye disetujui Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (International Football Association Board/IFAB) pada 2012. Hal itu didasari, antara lain, tingkat kesalahan rendah, hanya 3,6 mm, lebih rendah dari 3 cm yang dipersyaratkan FIFA. Sistem itu dijajal pada Club World Cup 2012 di Stadion Toyota. Ketika diterapkan pada musim Premier League 2013-2014 di Inggris, Hawk Eye menunjukkan keandalannya pertama kali, yaitu dalam penentuan gol dari Edin Dzeko untuk Manchester City lawan Cardiff City, 18 Januari 2014. Sensor medan magnet Selain pengamatan dengan kamera digital yang dilengkapi sensor optik, FIFA dan IFAB juga menyetujui pemakaian sensor medan magnet yang disebut GoalRef rancangan Adidas untuk tujuan sama. Keputusan itu didasari terjadi gol kontroversial Pedro Mendes dari Tottenham Hotspur ke gawang Manchester United pada ajang 2005. Sistem GoalRef berupa chip mikro berisi rangkaian elektronik pasif diameter 2 cm dipasang di inti bola. Kumparan kawat dibentangkan di dalam tiang gawang demi menghasilkan efek tirai medan elektromagnet di mulut gawang. Kumparan itu terhubung ke komputer yang menunjukkan perubahan frekuensi medan magnet saat bola melintasi garis gawang. Mekanisme pemberitahuannya ke wasit sama dengan sistem Goal Control. Sistem GLT yang pakai induksi elektromagnetik itu dikembangkan Jerman dan Denmark. Pengujian di Superliga Denmark dan Club World Cup 2012. GoalRef pertama kali diuji pada Piala Dunia Klub FIFA 2012 di Stadion Internasional Yokohama. Sistem serupa dibuat Cairos Technologies AG bersama Adidas. Uji coba dilakukan pada Kejuaraan Dunia U-17 FIFA 2005 dan mendapat lisensi dari FIFA pada 2013. Meski sistem GLT andal, sistem kamera lebih mudah dipasang dibandingkan sistem sensor yang perlu bongkar gawang dan tanah di kotak penalti untuk pasang kabel. Sistem kamera lebih mahal. Itu jadi dasar keberatan klub-klub di Divisi German Bundesliga dalam penerapan GLT.
Sumber Zat Metana di Laut Terkuak
Permukaan laut yang kaya oksigen mengandung metana atau CH4. Namun, sumber metana belum diketahui pasti hingga Oregon State University, AS, menguaknya. Menurut studi terbaru, metana yang diproduksi pada kondisi anaerob atau miskin oksigen bisa dihasilkan dari strain virus SAR11. Pada jurnal Nature Communications, 7 Juli 2014, riset itu menunjukkan strain virus SAR11 menghasilkan metana sebagai sampingan pemecahan komponen atau unsur fosfor. Proses biogenesis metana pada kondisi anaerob itu satu- satunya proses yang diketahui memproduksi metana di laut. Itu butuh lingkungan amat minim oksigen, kata Angelicque White, peneliti Ilmu Bumi, Laut, dan Atmosfer OSU. Produksi sampingan metana dihasilkan saat strain SAR11 amat perlu fosfor, memanfaatkan asam methylphosphonic. (SCIENCEDAILY/ICH) Pikiran Manusia Selalu Terikat dengan Dunia Luar Berdiam seorang diri, hanya berpikir, bagi mayoritas orang adalah sesuatu tak menyenangkan. Mereka memilih melakukan sesuatu, seperti mendengarkan musik dan membaca. Kecenderungan itu berlaku pada semua kelompok usia dari latar belakang profesi apa pun. Bahkan, mayoritas pria cenderung berbuat hal tak menyenangkan, seperti mendapat kejutan listrik ringan daripada berdiam diri dan berpikir. Demikian hasil riset psikolog Universitas Virginia Charlottesville, AS, Timothy Wilson, dan rekan tentang bagaimana orang menghabiskan waktu saat sendiri. Temuan dipublikasikan di jurnal Science, Kamis (3/7). Dengan melakukan sesuatu saat sendiri, seseorang lebih menikmati kesendirian dan mudah konsentrasi. Pikiran manusia dirancang selalu terhubung dengan dunia di luar kita, bahkan saat sendiri, kata Wilson. (LIVESCIENCE/MZW)
Tambora Diusulkan Jadi Ekomuseum Kombinasi Museum, Konservasi SDA, dan Pemberdayaan Rakyat
JAKARTA, KOMPAS Menyongsong 200 tahun letusan Gunung Tambora, Pusat Arkeologi Nasional merekomendasikan Situs Tambora di Desa Oi Bura, Tambora, Bima, Nusa Tenggara Barat, sebagai ekomuseum. Di tempat ini, pengunjung bisa belajar sejarah dan peradaban. Ketua Tim Penelitian Situs Tambora Sony Wibisono dari Pusat Arkeologi Nasional (Pusarnas) mengatakan, penetapan Situs Tambora sebagai ekomuseum sangat penting untuk mengangkat kembali Tambora sebagai tempat wisata, tempat pembelajaran sejarah, tempat konservasi sumber daya alam (SDA), dan sarana pemberdayaan masyarakat. Kami memberikan rekomendasi bagaimana memanfaatkan situs ini sebagai sarana pembelajaran. Kita semua tahu bahwa sejarah letusan Tambora dahulu pernah memengaruhi dunia, ujar Sony, Rabu (9/7), di Jakarta. Bulan April 1815, Gunung Tambora meletus dan menewaskan sekitar 10.000 jiwa. Bahkan, efek lanjutan letusan gunung ini turut memengaruhi iklim dunia dan membawa korban jiwa lebih besar, 71.000-91.000 jiwa. Tepat 200 tahun peringatan letusan Tambora, Pusarnas pada tahun 2015 akan mempresentasikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan di Situs Tambora, Nusa Tenggara Barat. Dalam kesempatan ini, akan ditampilkan pula simulasi permukiman masyarakat Tambora sebelum letusan Tambora menghancurkannya. Temuan-temuan Situs Tambora sangat spesifik karena ditemukan dalam kondisi relatif utuh. Bersama Balai Arkeologi Denpasar, kami telah mengekskavasi sebuah kompleks permukiman yang terkubur material vulkanik Tambora dengan kondisi lengkap, mulai dari batu penopang, kayu, lumpang, tiang, bajak, pagar rumah, tanduk rusa, hingga tali yang rata- rata telah menjadi arang karena diterpa awan panas, ujar Sony. Untuk menjaga agar artefak-artefak temuan tidak hancur, Pusarnas menggandeng Balai Konservasi Borobudur. Dengan teknis khusus, barang-barang temuan itu diawetkan. Menurut Sony, temuan-temuan ini mampu menginterpretasikan cara-cara hidup masyarakat saat itu. Meski kondisinya telah rapuh, di situs ini terkuak bentuk awal rumah panggung rakyat Tambora berukuran 6,5 meter x 3,5 meter yang hancur tertimbun material vulkanik dengan ketebalan 2-4 meter. Situs ini berada di ketinggian 640 meter di atas permukaan laut sekitar 18 kilometer dari puncak Tambora. Agar ingatan sejarah terangkat lagi, kami merekomendasikan tempat ini sebagai ekomuseum yang berisi koleksi arkeologi juga sekaligus membawa pesan-pesan untuk menjaga ekologi, seperti bagaimana dahulu masyarakat Tambora belajar menghargai kearifan alam, ujarnya. Gunung Tambora yang masuk dalam kategori tujuan pariwisata berbasis petualangan selama ini kurang terperhatikan karena kondisi alamnya yang berupa padang pasir gersang dan sulit diakses. Karena itu, dengan pencanangan Situs Tambora sebagai ekomuseum diharapkan masyarakat semakin antusias berkunjung ke tempat bersejarah ini. Peradaban yang tertimbun Indonesia yang berada di deretan cincin api gunung api menyimpan sejarah panjang bencana erupsi. Tambora adalah salah satu contoh dari sebagian peradaban di Tanah Air yang pernah tertimbun letusan vulkanik. Di Temanggung, Jawa Tengah, tahun 971 Masehi, Gunung Sindoro juga menimbun peradaban Mataram Kuno Liyangan yang berada di lereng gunung itu. Menurut Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto, penemuan situs ini merupakan bukti riil kisah-kisah sejarah Mataram Kuno yang selama ini hanya terpahat di relief-relief candi. Kami akan terus menyingkap seluruh tata ruang Liyangan sampai ketemu batas terluarnya, kata Siswanto. (ABK)
Psikoedukasi untuk Pahami Diri Oleh: INGKI RINALDI
Sabtu (5/7) petang. Belasan orang duduk lesehan di salah satu ruangan di sebuah gedung di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Mereka tekun menyimak paparan dr Fransiska Irma SpKJ. Fransiska yang sehari-hari berpraktik di RSUD Kota Tangerang dan Klinik Jiwa Nur Asa Medika tengah menjelaskan soal kesehatan jiwa. Materi diskusi yang dipresentasikan diberinya judul Kesehatan Jiwa, Apa dan Bagaimana. Sejurus kemudian, Fransiska larut dalam penjelasannya tentang berbagai hal terkait isu tersebut. Ia lalu memaparkan betapa tengah sakit-nya sebagian masyarakat kini. Sejumlah data seperti beragam kasus bunuh diri pada pelajar, pembunuhan oleh orang-orang terdekat dengan cara keji, dan kasus pedofilia turut melengkapi presentasi tersebut. Dalam dua hingga tiga tahun terakhir kasus-kasus ini marak. Apa yang sedang terjadi? kata Fransiska. Salah seorang peserta diskusi tersebut, dr Johanis Sebastian Edwin, mengatakan, saat ini tengah terjadi semacam patologi sosial di tengah masyarakat. Masyarakat kita sedang sakit, kata Johanis. Standar kejujuran yang relatif berubah, setelah sebagian pengelola sekolah justru menganjurkan murid menyontek agar lulus ujian nasional dan praktik korupsi yang meluas, adalah sebagian contohnya. Gangguan jiwa seperti bipolar memang ada sebagai hal yang bersifat individual, tetapi secara universal memang sakit seperti itu, kata Johanis. Pertolongan Menurut Fransiska, hingga kini masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka sesungguhnya membutuhkan pertolongan. Ia menambahkan, gangguan jiwa masih cenderung dipersepsikan secara salah oleh sebagian besar masyarakat. Bahkan, hal itu kerap dianggap sebagai aib. Padahal, apa yang disebut sebagai gangguan jiwa terentang relatif luas. Bangun tidur dalam kondisi merasa cemas atau kurang bahagia sekalipun bisa dikategorikan dalam hal tersebut. Bipolar, skizofrenia, dan depresi merupakan beberapa contoh gangguan kesehatan jiwa yang memerlukan penanganan berbeda-beda. Namun, pada banyak kasus perlakuan terhadap beragam gangguan tersebut cenderung disamakan. Fransiska menyebutkan, terapi dengan mendatangi paranormal dan pemuka agama merupakan praktik yang cenderung lazim terjadi pada masyarakat. Ia menambahkan, keluarga pasien gangguan jiwa baru mendatangi psikiater saat semua upaya nonmedis tersebut tidak kunjung menemui hasil. Paparan Fransiska menjadi semacam pemantik rangkaian kegiatan psikoedukasi yang hari itu diadakan Komunitas Bipolar Care Indonesia. Igi Oktamiasih, salah seorang pendiri komunitas tersebut, mengatakan, stigma di masyarakat luas tentang gangguan jiwa memang cenderung masih sangat lekat. Ia bercerita, salah seorang rekan kerjanya di kantor bahkan menganggap berkonsultasi kepada psikolog dan psikiater hanya dibutuhkan oleh pasien gangguan jiwa berat. Atau untuk sekadar mengetahui tentang kesehatan jiwa sekalipun, sebagian di antara mereka relatif masih enggan. Namun, tidak begitu dengan Gustianto Prabowo. Seorang mahasiswa program D-3 Universitas Sahid, Jakarta, yang juga pegawai di salah satu perusahaan itu merasa perlu beroleh pengetahuan tentang kesehatan jiwa. Karena itulah, sudah sejak pukul 14.30 ia meninggalkan kediamannya di Cakung, Jakarta Timur, menuju Tebet. Sudah sekitar setahun terakhir ini saya tertarik mengetahui tentang kesehatan jiwa dan tentang ilmu psikologi, kata Gustianto. Menurut dia, pengetahuan tersebut relatif penting dimiliki, terutama untuk memahami hubungan dalam keluarga dan lingkungan kerja. Karena itu, tangannya pun tak lepas dari alat tulis yang digoreskan pada buku catatan untuk menuliskan segala paparan Fransiska. Salah seorang relawan kegiatan, Ariza Cilvia Nora, mengatakan, kecenderungan publik untuk mengikuti psikoedukasi mulai terlihat sekitar tahun 2000. Ariza yang studi jenjang S-2 di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, dengan bidang psikologi industri dan organisasi, mengatakan itu menyusul mulai dipublikasikannya isu tersebut oleh sejumlah media. Ia menambahkan, psikoedukasi yang relatif gencar dilakukan dengan mengangkat beragam isu diharapkan bisa menggerus stigma tentang kesehatan jiwa. Ini karena selama ini pemahaman masyarakat tentang konsep kesehatan ialah tentang kesehatan secara fisik dan relatif belum termasuk pada kesehatan jiwa ataupun mental. Padahal, imbuh Ariza yang juga aktif dalam Komunitas Penderita Skizofrenia Indonesia Yogyakarta, kesehatan mental menjadi prioritas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2020. Ini terangkum dalam rencana aksi komprehensif tentang kesehatan mental 2013-2020 seperti dikutip dari laman www.who.int yang disusun WHO. Itu masih ditambah dengan baru saja disahkannya Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa menjadi undang-undang, Selasa (8/7).
Bencana Sepak Bola Samba
KEKHAWATIRAN Brasil gagal menjadi juara tanpa Neymar akhirnya terbukti. Sepak bola Samba malah menuai bencana setelah dipermalukan Jerman, 1-7, di Stadion Mineirao, Belo Horizonte, Selasa (8/7) atau Rabu dini hari di Indonesia. Itu kekalahan terburuk Selecao dalam 84 tahun penyelenggaraan Piala Dunia. Hasil memalukan itu tak hanya disambut isak tangis, tetapi juga kemarahan. Di Sao Paulo, para suporter membakar sejumlah bus dan menjarah toko barang elektronik. Surat kabar setempat menyebutkan, sekitar 20 bus yang tengah diparkir di pul dibakar. Wartawan Kompas, Agung Setyahadi dan Adi Prinantyo, melaporkan dari Belo Horizonte, protes terhadap pelaksanaan Piala Dunia yang menelan biaya 11 miliar dollar AS (Rp 128 triliun) belum benar-benar reda di Brasil. Kemarahan bisa sewaktu-waktu muncul kembali, terutama ketika tim Samba gagal jadi kampiun. Brasil kehilangan mimpi meraih gelar juara dunia keenam kali di Mineirao. Peringkat ketiga tidak menghibur rakyat Brasil karena bagi mereka hanya ada satu mimpi, juara dunia. Mimpi itu pupus seiring lelehan air mata suporter tim Samba yang menguningkan Mineirao. Gelegar teriakan penuh semangat di awal laga berubah menjadi isak tangis. Tangan-tangan terkepal yang menantang langit terurai menutupi wajah-wajah kalut. Jerman datang membawa kematian. Gol pertama Die Mannschaft yang dicetak Thomas Mueller menit ke-11 seperti sengatan pembangun tidur. Suporter sejenak terdiam, tetapi kemudian kembali membakar semangat skuad Selecao dengan teriakan Brasil, Brasil, Brasil. Namun, 12 menit kemudian justru Brasil tertinggal 0-2 berkat gol Miroslav Klose. Gol yang mengantar Klose sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang Piala Dunia dengan 16 gol. Suporter Brasil terkejut, tetapi belum cukup untuk membuat tersadar apa yang sedang terjadi. Mereka baru terbangun dari mimpi semenit berselang, setelah Toni Kroos menundukkan kiper Julio Cesar. Gelandang Bayern Muenchen itu melancarkan sengatan kedua yang membawa Jerman unggul 4-0. Dua gol Kroos dalam rentang 69 detik itu bak lonceng kematian. Air mata meleleh Air mata meleleh di pipi suporter Brasil. Tangan membungkam mulut yang menganga. Mereka menolak percaya pada kenyataan. Namun, gol kelima Jerman sontekan Sami Khedira pada menit ke-29 membuat suporter Brasil tersadar bahwa mimpi mereka menjadi juara dunia pupus sudah. Babak pertama usai, kiper Julio Cesar tak kuasa menahan air matanya. Ia berjalan gontai menuju ruang ganti dengan air mata bercucuran. Stadion Mineirao tidak lagi memberi Brasil keberuntungan seperti saat mereka menyingkirkan Cile 3-2 lewat adu penalti di babak 16 besar. Saya akan dikenang sebagai pelatih yang kalah 1-7, tetapi itulah risiko dari pilihan saya, ujar pelatih Samba Luiz Felipe Scolari. Hujan cemoohan Expominas Arena, gedung pertemuan di Belo Horizonte yang dijadikan fan fest selama Piala Dunia, mendadak sarat gerutuan dan cemoohan setelah kekalahan memalukan Brasil. Padahal, ribuan penggemar yang memadati gedung sejak pukul 14.00 waktu setempat, atau tiga jam sebelum laga dimulai, datang dengan aura positif. Itu terpancar dari yel-yel penyemangat dan canda tawa. Namun, saat pertandingan berjalan, seiring makin telaknya kekalahan Brasil, suporter berbalik menggerutu dan mencemooh. Saat kamera televisi menyorot wajah striker Fred di bangku cadangan, Huuuu terdengar. Seruan serupa terdengar ketika wajah Felipao muncul di layar televisi. Gejan, yang datang dengan putranya, berkali-kali memeluk sang anak untuk membesarkan hati. Dia sedih sekali, katanya. Sorak-sorai ribuan suporter yang umumnya berkaus kuning itu lenyap saat pemain tim Panser tujuh kali membobol gawang Cesar. Brasil hanya mampu sekali membalas melalui gol Oscar. Kesedihan senada diungkapkan Elsione (40). Saya tidak membayangkan Brasil kalah begitu besar. Kalah 1-7 itu terlalu banyak. Siapa pun tidak membayangkan ini terjadi, ujarnya. Pelatih Jerman Joachim Loew memahami perasaan rakyat Brasil. Ia pernah mengalami itu saat Jerman disingkirkan Italia di Piala Dunia 2006. Sebagai tuan rumah, kami memiliki harapan besar pada 2006. Anda memiliki tekanan yang sangat besar untuk menjadi juara. Saya turut bersedih untuk Scolari, ujar Loew. (bbc/dailymail/riz)
Dari Maracanazo ke Mineirazo
BELO HORIZONTE, RABU Brasil selalu menderita karena kekalahan ketika menjadi tuan rumah Piala Dunia. Tahun 1950, Brasil mengalami tragedi Maracanazo. Kini Brasil sebagai tuan rumah Piala Dunia 2014 kembali mengalami tragedi yang dijuluki Mineirazo ketika Jerman menggilas Brasil 7-1 di semifinal. Tragedi Maracanazo yang terjadi dalam pertandingan terakhir grup final Piala Dunia 1950 antara Brasil dan Uruguay di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, adalah mimpi buruk yang tak pernah luntur. Brasil sebagai tim favorit menghadapi tim nonfavorit Uruguay. Hasil laga di luar dugaan. Uruguay menang 2-1 dan merebut takhta juara. Padahal, Brasil hanya membutuhkan hasil seri untuk menjadi juara dunia. Stadion Maracana pun membisu. Tragedi Maracanazo terulang menjadi tragedi Mineirazo di Stadion Mineirao, Belo Horizonte, Rabu (9/7) dini hari waktu di Indonesia, saat semifinal Brasil-Jerman. Gol Jerman ke gawang Brasil secara beruntun membuat Stadion Mineirao dipenuhi air mata. Tim Selecao mengalami kekalahan paling memalukan dalam 100 tahun. Menurut Michel Castellar, analis pada harian olahraga Brasil, Lance, Maracanazo berbeda dengan Mineirazo. Tahun 1950, Brasil merasa sebagai tim tak terkalahkan dan kekalahan di Maracana benar-benar di luar dugaan. Sekarang Brasil adalah tim dengan banyak kelemahan dan diprediksi tidak akan mencapai final. Tragedi ini bukan tragedi Maracanazo baru, kata Castellar. Namun, tragedi yang dialami Selecao pada 1950 dan 2014 memberikan pelajaran kepada Brasil bagaimana menerima kemenangan dan kekalahan. Banyak gelar juara yang direbut Brasil setelah 1950. Banyak pula kemenangan dan kekalahan yang dialami. Tragedi Maracanazo tidak akan pernah terulang, kata Lamartine da Costa, pakar manajemen olahraga Universitas Rio de Janeiro. Kejutan Piala Dunia Hasil mengejutkan seperti yang terjadi pada laga Brasil-Jerman bukan yang pertama. Pada babak penyisihan grup Piala Dunia 1950, Inggris takluk dari Amerika Serikat 0-1. Padahal, AS sama sekali bukan tim unggulan. Di final Piala Dunia 1954, Jerman Barat menjadi juara dunia setelah mengalahkan Hongaria 3-2. Sebelumnya, Hongaria mencukur Jerman Barat 8-3 yang membuat Hongaria menjadi favorit juara. Kejutan selanjutnya terjadi pada babak grup Piala Dunia 1966. Korea Utara mampu mengalahkan juara dunia dua kali, Italia, dengan skor 1-0. Pertemuan Jerman Barat melawan Jerman Timur pada babak grup Piala Dunia 1974 juga sebuah kejutan. Jerman Timur menang 1-0. Laga tersebut dianggap cerminan Perang Dingin antara kapitalisme dan komunisme. Akhirnya Jerman Barat keluar sebagai juara dunia. Laga-laga mengejutkan antara tim raksasa goliat melawan tim liliput terus terjadi pada babak grup, misalnya Aljazair-Jerman Barat 2-1 di Piala Dunia 1982. Kemudian, Kamerun- Argentina 1-0 (1990), Irlandia-Italia 1-0 (1994), Senegal-Perancis 1-0 (2002), dan terakhir kali adalah semifinal mengejutkan Jerman-Brasil 7-1 pada 2014. (AFP/REUTERS/WAD)
Wajah Memalukan Selecao di Mata Media Brasil
BERITA kekalahan Brasil 1-7 dari Jerman dalam semifinal Piala Dunia 2014 menghiasi halaman depan media cetak di negeri Samba. Sebagian besar menilai kekalahan terbesar dalam sejarah Brasil ini sangat memalukan. Edisi khusus Piala Dunia 2014 terbitan kelompok media Globo menurunkan judul sinis, Parabens, yang berarti Selamat. Judul besar itu dipasang bersamaan dengan foto hitam putih gol pemain serang Uruguay, Alcides Ghiggia, ke gawang Brasil di laga terakhir Piala Dunia 1950. Brasil gagal menjadi juara dunia 1950 setelah kalah 1-2 dari Uruguay. Harian Agora S Paulo juga menurunkan judul sinis, 7x1 Salsichaco!, yang mengacu pada satu renteng sosis. Judul ini dikuatkan oleh foto satu halaman penuh wajah gadis yang dicat bendera Brasil sedang meraung menangisi kekalahan 1-7 Brasil dari Jerman. Edisi nasional Diario de Sao Paulo menurunkan judul berita yang merangkum kegagalan pelatih dan kekalahan terburuk dalam sejarah Selecao: Feliphao Gagal dan Brasil Dipermalukan. Ini merupakan kekalahan terburuk Brasil dalam 100 tahun terakhir. Mereka pernah kalah 0-6 dari Uruguay di Kejuaraan Amerika Selatan 1920. Harian O Globo memilih judul yang menyejajarkan kekalahan di Stadion Mineirao ini dengan Maracanazo. Mineiratzen Vergonha vexame humilhacao. Judul ini sangat keras karena menekanan pada rasa malu yang sangat besar dari rakyat Brasil, Mineirazo Memalukan Memalukan Dipermalukan. Perasaan malu itulah yang selalu diekspresikan oleh suporter Brasil setelah timnya kalah 1-7 dari Jerman ini. Sebagian besar suporter yang memadati Mineirao memilih segera pulang. Kota Belo Horizonte pun amat lengang setelah pertandingan ini. Ini kontras dengan saat mereka menyingkirkan Cile pada babak 16 besar. Waktu itu, pesta di Belo Horizonte berlangsung sampai pagi. Anak-anak muda di kawasan hiburan malam Savassi, gadis-gadis berkostum kuning canarinho menari samba meliuk-liukkan tubuh indahnya. Sebaiknya jangan pernah ada lagi Piala Dunia di Brasil. Sangat memalukan. Peristiwa ini akan diingat sepanjang masa, ujar Joao Pereira, suporter Brasil di Belo Horizonte. (Agung Setyahadi, dari Brasil) Ini Hari Terburuk dalam Hidup Saya
Yang dialami Luiz Felipe Scolari di Piala Dunia 2014 ibarat sebuah komedi. Dia dielu-elukan saat membawa Brasil menjadi juara dunia, 12 tahun silam. Kini, sosoknya kembali jadi buah bibir setelah kekalahan 1-7 tim Samba dari Jerman dalam semifinal di Belo Horizonte, Rabu (9/7) dini hari waktu di Indonesia. Banyak penggemar fanatik Selecao mengutuk pria yang akrab disapa Felipao itu. Kebanyakan menyesalkan pemilihan pemain yang dilakukan pria berusia 65 tahun itu. Ketika Neymar dan Thiago Silva tak ada, Brasil seperti seonggok puing tak berguna. Andai Felipao membawa Kaka, Ronaldinho, dan Robinho, mungkin tim Samba tak kehilangan pemimpin di lapangan, ujar Tiago, warga Belo Horizonte. Rasanya wajar jika ia begitu marah. Ini kekalahan terburuk dan paling memalukan sepanjang sejarah tim yang sudah memenangi Piala Dunia lima kali. Kekalahan terbesar sebelumnya, yakni 0-6, saat melawan Uruguay di ajang Piala Amerika, terjadi pada 1920. Setelah hampir seabad, kedigdayaan Brasil sebagai tim terpandang di dunia luluh lantak di tangan Jerman. Untuk kedua kali, masyarakat Brasil gagal melihat tim kesayangan mereka menjadi juara di rumah sendiri. Sepanjang hidup menjadi pemain, pelatih, dan guru olahraga, inilah hari terburuk dalam hidup saya, ujar Felipao. Ia pun memilih menyalahkan dirinya ketimbang menunjuk pemain sebagai biang keladi kegagalan. Saya mohon kepada warga Brasil, maafkan kami atas hasil yang memalukan. Ini sepenuhnya tanggung jawab saya, kata pria yang sudah 32 tahun berkarier sebagai pelatih itu. Ia juga tak mau menjadikan absennya Neymar sebagai salah satu penyebab kekalahan tim Samba. Tak ada hubungannya dengan Neymar. Kami kalah karena Jerman tampil luar biasa, ujar Felipao. Terlalu percaya diri Brasil tak mampu mewujudkan mimpi menjadi juara di rumah sendiri. Menurut eks penyerang Brasil Romario, itu akibat kesalahan mereka sendiri. Felipao terlalu percaya diri. Dia terbuai dengan kesuksesan di Piala Konfederasi tahun lalu, ujarnya. Saat menjadi tuan rumah Piala Konfederasi 2013, Selecao berhasil menjadi kampiun dengan penampilan meyakinkan. Mereka menundukkan Italia 4-2, meredam Uruguay 2-1, dan puncaknya, mencukur tim terbaik dunia, Spanyol, tiga gol tanpa balas. Hasil itu dicapai oleh tim yang diperkuat Neymar, Fred, Oscar, Hulk, Thiago Silva, dan David Luiz. Mereka pula yang akhirnya dibawa Felipao ke Piala Dunia. Ia menyisihkan Kaka, Ronaldinho, dan Robinho yang dianggap sudah habis. Padahal, jiwa kepemimpinan dan kreativitas para pemain senior itu masih bisa berguna ketika Brasil kehilangan Neymar. Namun, nasi sudah menjadi bubur. (bbc/reuters/riz)
Kekalahan Brasil Lebih dari Sekadar Komedi
BELO HORIZONTE, RABU Kekalahan 1-7 Brasil dari Jerman menuai reaksi beragam. Sebagian besar mengaku masih tidak percaya. Namun, ada pula yang menganggap hasil memalukan ini hanyalah sebuah komedi. Bagi sepak bola Brasil, ini sejarah yang paling memalukan. Tim Samba boleh menyandang predikat tim yang paling sukses di Piala Dunia dengan lima gelar. Akan tetapi, kekalahan 1-7 dalam laga semifinal Piala Dunia yang digelar di rumah sendiri tersebut merupakan aib terburuk dalam 84 tahun penyelenggaraan Piala Dunia. Ini akan sulit diperbaiki. Beberapa pemain mungkin tidak akan sanggup memakai seragam Brasil lagi. Jerman memang tampil bagus. Brasil harus belajar dari kekalahan ini, kata mantan pemain tim nasional Brasil, Juninho. Menurut Juninho, Jerman bermain dengan gaya sepak bola yang biasa dimainkan Brasil. Jadi, Brasil harus introspeksi. Harus ada perubahan permainan, terutama soal cara mengajarkan pemain muda di akademi, ujarnya. Mantan pemain Liverpool dan timnas Skotlandia Alan Hansen mengatakan, ini pertandingan paling memalukan yang pernah dimainkan Brasil. Pemain bertahan mereka sangat buruk. Ini empat level lebih jeblok. Ini memalukan. David Luiz seharusnya menjadi kapten tim yang memimpin rekan-rekannya. Namun, pada laga itu, dia seperti seorang kapten yang meninggalkan kapalnya, tutur Hansen. Mantan penjaga gawang Jerman Oliver Kahn mengaku masih tidak percaya Jerman bisa menang telak atas Brasil. Saya tidak tahu seberapa besar beban yang ada di pundak para pemain Brasil. Mereka selalu menangis, baik sebelum pertandingan maupun sesudah laga. Tim ini seperti belum punya pengalaman yang cukup untuk menghadapi turnamen besar yang disaksikan di depan suporternya sendiri. Saat melawan Jerman, moral mereka benar-benar sudah runtuh, kata Kahn. Mantan pemain tim Jerman yang lain, Thomas Strunz, mengatakan, generasi emas Jerman akhirnya menunjukkan kekuatannya. Kita bisa melihat bagaimana Brasil seperti tidak punya rencana permainan menghadapi Jerman. Sementara Jerman bermain sangat sempurna pada 45 menit awal, ujarnya. Rivaldo yang membawa Brasil juara dunia 2002 mengaku belum mendapat jawaban yang masuk akal atas kekalahan Brasil. Sulit untuk menemukan penjelasan atas semua ini. Yang pasti, hasil ini sangat mengecewakan masyarakat Brasil dan sulit diterima, ujarnya. Mantan pemain Inggris Gary Lineker mengatakan, di usianya yang sudah setengah abad, dia sudah begitu sering menonton sepak bola. Namun, laga antara Brasil dan Jerman itulah yang paling luar biasa. Ini mengejutkan, permainan membingungkan yang pernah saya saksikan, ungkapnya. Banyak pengamat atau masyarakat Brasil menilai kekalahan ini lebih buruk dari tragedi Maracanazo di Piala Dunia 1950. Ketika itu, Brasil yang bertindak sebagai tuan rumah gagal menjadi juara dunia setelah dikalahkan Uruguay 1-2 di pertandingan terakhir dalam grup final. Sekitar 200.000 penonton yang hadir di Stadion Maracana larut dalam kesedihan. Momen tersebut kemudian dikenang dengan sebutan tragedi Maracanazo. Tahun 1950 memang sebuah tragedi. Namun, kali ini lebih dari sekadar komedi, kata kolumnis sepak bola di Brasil, Mauricio Savarese. (REUTERS/AFP/EUROSPORT.com/OTW)
Ejekan dan Hinaan untuk Brasil
DUNIA tersentak melihat Brasil kalah dengan skor telak 1-7 dari Jerman. Tidak ada yang menyangka negara dengan catatan tinta emas sepak bola tersebut dapat mengalami kekalahan tragis seperti itu. Setelah kekalahan itu, reaksi media dunia sangat beragam. Sebagian besar merasa kasihan terhadap Brasil, tetapi tidak sedikit yang terkesan menghina atau mengejek. Media olahraga Italia, La Gazzetta dello Sport, memuat tulisan besar di halaman depan, Toda Tristeza, yang berarti semua bersedih. Latar belakang tulisan itu seorang tua memakai kostum Brasil tengah menangis tersedu-sedu. Tabloid olahraga Milan, Corriere dello Sport, memuat judul dengan satu kata Umiliati yang ditulis di bidang horizontal angka 7. Artinya, dipermalukan. Dipermalukan merupakan kata yang paling banyak menjadi judul media olahraga dunia setelah kekalahan Brasil itu. Media olahraga Spanyol, Marca, membuat judul Humilhacao Mundial dan Mundo Deportivo dengan judul Humillacao. Sementara di Portugal, tabloid sepak bola, A Bola, memuat judul Adeus E Brasileiro, Selamat Jalan Brasil. Sebaliknya, koran El Colombiano, Kolombia, tampak menumpahkan kekecewaan timnya yang kalah dari Brasil di perempat final beberapa hari lalu. Media ini memuat judul Petaka Sejarah Sepak Bola. Isinya, Brasil dipermalukan di kandang sendiri dan kemenangan Jerman membuat kesegaran di Kolombia. Adapun Tabloid Morgen Post, Jerman, memuat judul Jerman Terlalu Kuat. Isi tulisan itu, Hari ini adalah hari kita. Kenangan ini akan tercatat dalam sejarah. Maaf Brasil, tanpa bermaksud menyakiti, tanpa Neymar dan Thiago Silva, Anda hanyalah tumpukan puing- puing. Sementara itu, media olahraga Jerman, Bild, memuat beberapa foto selfi yang diunggah beberapa pemain Jerman di Twitter. Lukas Podolski, misalnya, memuat foto bersama teman- temannya, antara lain, Sami Khedira, Thomas Mueller, dan Jerome Boateng di pesawat menuju kamp Jerman. Dia menulis, kami bangga, tetapi jalan masih belum berakhir. Mezut Oezil juga memasang foto yang tengah memakai handuk bersama Julian Draxler. Dia menulis, bangga menjadi bagian dari tim ini. Beberapa pesohor lain juga ikut mendukung tim Jerman. Petenis Jerman Sabine Lisicki menyatakan, Tidak dapat dipercaya yang dibuat DFB (tim Jerman). Final oh final. Kegembiraan juga diungkap supermodel Jerman, Heidi Klum. Di depan televisi yang masih menyala, Heidi difoto dengan menutup matanya dengan tangan. Katanya, Dapatkah kau percaya? Aku tidak bisa menghitung, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.... (SAH)
Jerman Menatap Gelar Juara
BELO HORIZONTE, SELASA Jerman mematahkan kutukan sering kalah di semifinal turnamen besar dengan menang telak 7-1 atas Brasil. Para pemain Jerman terkejut dengan raihan mereka. Kini, tim Panzer siap merebut gelar juara dunia. Kemenangan Jerman itu juga merupakan pembalasan dendam pada final Piala Dunia 2002. Saat itu, Jerman ditekuk Brasil 0-2. Pembalasan yang membuat Brasil trauma karena selisih golnya mencapai setengah lusin. Gelandang Thomas Mueller mengatakan bahwa dirinya tidak menyangka dapat menang sebesar itu atas Brasil. Jerman dinilai bermain luar biasa dan Brasil tidak bermain seperti biasanya. Saya tidak tahu harus berbicara apa. Saya tidak percaya. Ini sesuatu yang sangat gila, kata Mueller, seusai laga, Selasa (8/7), di Belo Horizonte. Hal yang sama diungkapkan gelandang Toni Kroos yang menjadi pemain terbaik pada laga ini sekaligus pencipta dua gol tercepat di Piala Dunia 2014. Ini adalah penampilan paling mengesankan tim Jerman yang melibatkan saya. Kami luar biasa, hanya itu yang dapat saya ucapkan, kata Kroos yang menciptakan dua gol berturut-turut kurang dari dua menit. Kini, para pemain Jerman menatap laga final untuk merebut gelar juara dunia keempat kalinya. Jerman sudah puasa gelar juara dunia selama 24 tahun. Terakhir kali Jerman menjadi juara dunia pada tahun 1990 di Italia. Jika mampu menjadi juara, Jerman akan mencetak rekor baru sebagai negara Eropa pertama yang menjadi juara di Benua Amerika. Kami di sini untuk menjadi juara dunia. Kami gembira dapat melaju ke final, tetapi ada satu laga lagi yang menunggu. Tidak ada yang merebut Piala Dunia di semifinal, kata Toni Kroos. Pelatih Joachim Loew juga terus mengingatkan para pemainnya untuk tetap fokus menghadapi laga terakhir. Para pemain juga diminta tidak mengejar penghargaan individu. Saat ini, penyerang Miroslav Klose menjadi pencetak gol terbanyak di Piala Dunia dengan 16 gol. Mueller yang mencetak lima gol juga dapat meraih sepatu emas jika menambah satu gol lagi dan menyamai raihan James Rodriguez dari Kolombia. Kami bertanding untuk merebut juara dunia, bukan penghargaan individu. Kami akan menghadapi Argentina atau Belanda yang memiliki kualitas tinggi, tutur Loew. Euforia Kemenangan itu membangkitkan kegairahan besar di Jerman. Bahkan, Kanselir Jerman Angela Merkel akan kembali ke Brasil untuk menonton final. Sebelumnya, ia menghadiri laga perdana Jerman melawan Portugal, yang dimenangi Jerman 4-0. Merkel akan datang bersama Presiden Jerman Joachim Gauck untuk memberikan semangat bagi "Die Mannschaft". Dua penguasa tertinggi Jerman itu jarang ke luar negeri bersama untuk mendukung timnas Jerman. Di Jerman, bendera hitam merah emas berkibar di mana-mana seolah Jerman sudah menjadi juara. Menteri Dalam Negeri Thomas de Maiziere mengatakan, peluang juara mereka besar, tetapi harus waspada. (Reuters/Fifa.com/AFP/AP/ECA)
Klose, Pencetak Gol Tersubur Piala Dunia Sepanjang Masa
CATATAN rekor Piala Dunia sepanjang masa akhir bergerak lagi. Rekor pencetak gol tersubur di ajang Piala Dunia, yang sejak 2006 lalu dipegang penyerang fenomenal Brasil, Ronaldo Luiz Nazario, akhirnya tumbang Rabu (9/7) dini hari. Penyerang Jerman Miroslav Klose-lah yang kini mengukuhkan namanya sebagai pencetak gol tersubur di ajang Piala Dunia, dengan gol ke-16-nya pada laga Jerman melawan Brasil di Belo Horizonte, Brasil Saya rasa saya belum bisa mengukur apa artinya ini. Sulit untuk memikirkan hal itu setelah sebuah pertandingan seperti ini, ujar Klose yang memang selalu merendah. Sebagai seorang penuntas serangan yang sangat mematikan, Klose tak diragukan lagi merupakan penyerang terbaik Jerman pada generasinya. Miro sungguh luar biasa. Ia mampu memecahkan rekor dengan mencetak gol melawan Brasil, dan di negara tuan rumah. Ini merupakan sebuah pencapaian luar biasa. Saya benar- benar sangat gembira, ungkap pelatih Jerman Joachim Loew. Klose yang lahir di Chrzastowice, Polandia, 9 Juni 1978, mulai memperkuat tim Jerman ketika laga melawan Albania tahun 2001. Dia kemudian memulai kiprah di Piala Dunia pada tahun 2002 dan mencetak gol perdananya saat pertandingan melawan Arab Saudi. Selama Piala Dunia 2002 tersebut, dia mencetak lima gol dan membawa Jerman ke babak final. Sayangnya, di final, Jerman kalah 0-2 dari Brasil, dengan Ronaldo mencetak kedua gol dan mengoleksi delapan gol dari Piala Dunia itu. Empat tahun kemudian, ketika Jerman menjadi tuan rumah, Klose memenangi Sepatu Emas ketika mencetak lima gol dan memimpin tim Jerman ke semifinal. Pada 2010, Klose kembali menambah koleksinya dengan empat gol di Afrika Selatan. Penyerang yang kini berlaga di klub Lazio itu masih berpeluang menambah koleksi golnya pada laga final akhir pekan ini. Meski lahir di Polandia, dari ayah yang seorang pesepak bola, Klose dibesarkan di Perancis hingga usia 8 tahun. Polandia pernah berusaha menariknya bergabung di tim nasional, yaitu ketika Polandia dilatih Jerzy Engel, dan Klose berkiprah di klub Kaiserslautern. Namun, Klose menolaknya dan memilih untuk bergabung dengan tim Jerman yang diasuh Rudi Voeller. Sebagai pesepak bola profesional, Klose dikenal sebagai sosok pemain yang menjunjung tinggi fair play. Kemampuannya sebagai penyerang spesialis sempat disaingi beberapa pemain muda, antara lain, Mario Gomez. Namun, terbukti, pada usianya yang tidak muda lagi, Klose masih bertaji. (AFP/Reuters/OKI)
Campur Tangan, FIFA Hukum Nigeria Oleh: Korano Nicolash LMS
Akibat campur tangan dari pemerintah setempat, FIFA menjatuhi hukuman pada Nigeria untuk tidak mengikuti pertandingan sepak bola internasional di kejuaraan apa pun. Dalam pengumuman yang disampaikan Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA), Rabu (9/7) siang waktu Brasil atau Kamis (10/7) dini hari WIB, disebutkan bahwa hukuman tersebut tidak hanya berlaku bagi tim nasional Nigeria, tetapi juga berlaku bagi semua klub negara itu. Sekadar untuk diketahui, Nigeria lima kali lolos ke babak final Piala Dunia, yakni pada 1994, 1998, 2002, 2010, dan 2014 ini. Sanksi diputuskan oleh FIFA setelah Pemerintah Nigeria, melalui Menteri Olahraga, memberhentikan pimpinan Federasi Sepak Bola Nigeria (NFF) dan pengurus lain. Aminu Maigari, Presiden NFF, telah diberhentikan Pemerintah Nigeria menyusul gagalnya Juara Piala Afrika 2013 tersebut lolos ke babak delapan besar Piala Dunia Brasil. Di ajang ini, Nigeria berada di Grup F bersama Argentina, Iran, dan Bosnia-Herzegovina. Sebagai runner-up Grup F, Nigeria lolos ke babak 16 besar. Akan tetapi, langkah Vincent Enyeama dan kawan-kawan harus tertahan di babak tersebut setelah menyerah kalah dari Perancis yang menjadi juara Grup E. Diperingati Sesuai keterangan yang diberikan FIFA kepada media, keputusan yang ditetapkan kepada Nigeria merupakan tindakan susulan. Sebelumnya, FIFA telah memberikan peringatan kepada Pemerintah Nigeria, dalam surat yang dikirim pada 4 Juli lalu. Saat itu Pemerintah Nigeria telah diingatkan agar tidak ikut campur untuk mengadili dan memberhentikan Presiden NFF berikut beberapa anggota Komisi Eksekutif NFF, akibat kegagalan mereka di Brasil. Selama menjalani proses hukum di pengadilan, demikian keterangan FIFA, posisi Presiden NFF dipercayakan kepada anggota senior layanan sipil. Pengesahan atas kepengurusan yang ditunjuk pihak Pemerintah Nigeria kemudian ditetapkan dalam Sidang Umum NFF yang berlangsung 5 Juli lalu. Cara-cara tersebut telah menyalahi statuta NFF. Apalagi, sebenarnya, kongres untuk pemilihan presiden NFF telah direncanakan untuk dilaksanakan pada 26 Agustus nanti. FIFA mengingatkan, hukuman tersebut akan dicabut apabila pengadilan tidak dilakukan, serta kepengurusan NFF baru terbentuk dan dapat bekerja tanpa ada intervensi pemerintahnya. Dengan kejadian ini, tim putri Nigeria yang dirugikan. Mereka terpaksa batal mengikuti Piala Dunia Putri U-20 yang bakal digelar pada bulan depan di Kanada. (AP/AFP)
Brasil, Doa dan Takhayul Oleh: Korano Nicolash LMS
Dunia olahraga tidak lepas dari kepercayaan pada masalah takhayul, yang sebenarnya tidak lebih dari upaya untuk meningkatkan percaya diri bagi sang atlet yang memercayai hal itu. Takhayul termasuk yang dipercayai para bintang sepak bola dunia. Lihat saja masalah takhayul yang dipercaya oleh salah satu legenda hidup sepak bola dunia, Edson Arantes do Nascimento (73), sang bintang Brasil yang akrab dengan panggilan Pele. Legenda sepak bola itu bersama timnya mampu mengantar Brasil menjadi juara Piala Dunia tiga kali, yakni pada 1958, 1962, dan 1970. Pele percaya penampilannya bakal tetap pada permainan terbaiknya apabila dia tampil dengan kaus tim yang telah diberikan kepada pendukungnya seusai main. Oleh karena itu, Pele akan meminta temannya untuk mencari pendukung yang telah diberikan kaus tim tersebut. Bahkan apabila perlu membeli kaus tim itu dengan harga mahal, begitu laporan Bleachers Report, seperti yang dikutip dari The Telegraph. Ini tentu bukan persoalan sepele. Memenuhi keinginan Pele itu akan menjadi persoalan yang sulit bagi rekan yang diminta untuk mencarinya. Guna memenuhi keyakinan Pele bahwa dia bakal tampil sempurna dengan kaus dari pendukung tersebut, teman-temannya sepakat untuk tidak mengungkap kaus tim yang diberikan bukanlah yang diberikan Pele kepada penggemarnya. Namun, yang pasti, keyakinan Pele setelah menggunakan kaus tim tersebut membuatnya mampu menjadi salah satu pemain yang menjuarai Piala Dunia hingga tiga kali. Rasional Kepercayaan akan takhayul seperti itu tentu masih tetap hidup hingga saat ini, di mana pun, termasuk di Brasil. Namun, harus diakui bahwa secara perlahan hal itu semakin berkurang. Masyarakat di era modern ini tentu lebih mengutamakan rasionalitas mereka ketimbang masalah takhayul. Apalagi ketika ilmu pengetahuan pun sudah mulai menyentuh ke dalam dunia olahraga, yang memercayai kelebihan bakat akan mengungguli yang kurang berbakat. Metode latihan, baik untuk meningkatkan kesiapan fisik maupun persiapan teknis, membuat semua insan olahraga percaya bahwa mereka yang memiliki kesiapan lebih baiklah yang akan menjadi pemenang. Jadi tidak lagi berdasarkan masalah takhayul tertentu, seperti yang dipercayai Pele. Motivasi Kalau Pele dan mungkin pemain Brasil di eranya, serta beberapa waktu setelahnya, masih memiliki kepercayaan terhadap masalah takhayul, maka David Luiz dan para pemain tim Brasil Piala Dunia 2014 saat ini sudah jauh lebih rasional. Itu sebabnya Luiz Felipe Scolari (65) tidak hanya menyatukan pemain asuhannya melalui motivasi semata, tetapi juga lewat doa. Begitu lapor Ben Smith dari Rio de Janeiro khusus untuk BBC. Seperti saat sebelum menghadapi Kolombia, di Fortaleza, pada babak delapan besar lalu. Brasil mampu meraih tiket ke babak semifinal setelah menang lewat perpanjangan waktu serta adu penalti. Saat itu, sebelum berangkat ke Stadion Castelao, Scolari pergi berdoa di kapel (gereja kecil di asrama atau biara tertentu) yang terletak di lantai bawah hotel tempat menginap tim Brasil. Hal itu bahkan dilakukan Scolari bersama anak asuhnya lagi di ruang ganti, sebelum mereka tampil di lapangan. David Luiz, salah satu pemain bertahan yang kemudian dipercaya Scolari menjadi kapten saat Brasil menghadapi Jerman di semifinal, pun menyempatkan diri untuk berlutut dan berdoa. Saya hanya ingin menginspirasi sesama bahwa apa yang saya lakukan merupakan pemberian Sang Pencipta kita, tutur Luiz. (AP/REUTERS/AFP)
TAJUK RENCANA Sabar Menunggu Hasil Akhir Pemilu
PROSES pemungutan suara Rabu, 9 Juli, kemarin untuk Pemilu Presiden 2014 berlangsung tenang, lancar, dan damai. Sungguh melegakan. Tidak terjadi ketegangan dan kekacauan seperti sempat dikhawatirkan. Hasil resmi atas pemungutan suara belum diketahui. Namun, penghitungan suara cepat sudah dilakukan sejumlah lembaga survei yang disiarkan langsung televisi, tetapi cenderung menimbulkan silang pendapat. Atas dasar itu, pengumuman hasil resmi yang akan disampaikan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli mendatang sangat ditunggu-tunggu, tidak hanya oleh para pendukung pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia. Perlu kesabaran menunggu pengumuman resmi KPU, yang diharapkan dapat bekerja optimal, tenang, dan lancar dalam finalisasi proses penghitungan suara. Konsentrasi KPU tidak boleh diganggu oleh intervensi pihak mana pun karena berpotensi mengacaukan penghitungan, yang dapat merusak demokrasi. Sejauh ini, seluruh tahapan pemilu sudah dilewati secara melegakan, tanpa benturan dan gesekan keras. Rakyat menyalurkan suara dengan tertib, tenang, dan damai. Optimisme pun berkembang tentang kemampuan bangsa dalam menjaga demokrasi dan juga memperlihatkan perilaku santun dan damai. Ekspresi sikap santun, damai, dan saling menghargai dalam proses pemungutan suara tentu memiliki akar kulturalnya sebagai bingkai utamanya. Orientasi nilai yang terlihat dalam sikap santun dan bersahabat merupakan refleksi kerangka budaya yang telah menuntun pelaksanaan pemilu. Bingkai nilai budaya sebagai nurani bangsa itu diharapkan tetap kukuh, yang diharapkan menjadi acuan yang menuntun sikap dan perilaku para elite, kelompok pendukung kedua pasangan capres-cawapres, dan masyarakat luas dalam menunggu hasil penghitungan resmi pemilihan presiden-wapres 2014. Perlu dikemukakan pula, dalam sistem masyarakat paternalistik, keteladanan para elite sangat menentukan serta memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat luas. Para elite diharapkan mampu meredam emosi masyarakat, tidak justru ikut menghasut. Sebaliknya, warga masyarakat tidak mudah terhasut untuk melakukan tindakan tidak terpuji. Lebih-lebih karena dampak tindakan tak terpuji hanya merugikan masyarakat sendiri. Atas dasar itu, upaya menciptakan situasi kondusif merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa, tidak hanya untuk kepentingan pemilihan presiden-wapres, tetapi juga untuk kehidupan masyarakat modern dan demokratis. Kemampuan Indonesia menyelesaikan proses pemilihan presiden-wapres 2014 secara damai dan tenang akan semakin memantapkan budaya demokrasi bangsa dan melambungkan citra Indonesia di mata dunia.
TAJUK RENCANA Afganistan Terancam Perang Saudara
AFGANISTAN dalam kondisi kritis. Ancaman perpecahan negeri yang tak pernah sepi dari konflik bersenjata itu kini membayangi begitu jelas. Pengumuman Komisi Pemilu Independen (IEC) Afganistan yang menyatakan Ashraf Ghani memenangi pemilu presiden telah mendorong negeri itu ke situasi yang sangat membahayakan. Kandidat presiden lainnya, Abdullah Abdullah, yang mantan menteri luar negeri, menolak pengumuman itu. Ia tidak hanya menolak hasil penghitungan suara itu, tetapi bahkan mengklaim bahwa dirinyalah yang memenangi pemilihan presiden 14 Juni lalu. Menurut IEC, mantan ekonom Bank Dunia, Ashraf Ghani, merebut 56,44 persen suara, sementara Abdullah Abdullah meraih 43,5 persen suara dari lebih dari 8 juta pemilih (jumlah pemilih yang terdaftar 13,5 juta). Padahal, pada pemilu putaran pertama, Abdullah Abdullah- lah yang menang. Ia meraih 44,4 persen suara, sementara Ashraf Ghani memperoleh 33 persen suara. Dalam Pemilu 2009, Abdullah Abdullah menempati urutan kedua, posisi pertama ditempati Hamid Karzai. Ia hanya meraih 30,5 persen suara. Namun, ia waktu itu secara tegas menyatakan bahwa telah terjadi kecurangan. Kali ini pun doktor politik itu mengatakan hal sama: pemilu penuh kecurangan karena ada aparat keamanan yang terlibat, demikian pula para petinggi pemerintahan seperti gubernur dan para pemimpin di bawahnya. Sebenarnya, hasil resmi pemilu belum diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum Afganistan. Itu berarti, belum ada pemenangnya. Ini karena jutaan suara masih diperiksa ulang sebab ada dugaan kecurangan. Akan tetapi, pengumuman hasil IEC telah memengaruhi kedua kubu beserta seluruh pendukungnya. Euforia kemenangan menguasai para pendukung kedua kubu, hal itu terlihat di jalan-jalan di sejumlah kota. Kondisi seperti inilah yang telah memunculkan kekhawatiran berbagai pihak, termasuk PBB dan AS. Mereka terus mengingatkan agar kedua belah pihak tenang, kalem, dan menahan diri. Sebenarnya, kondisi seperti ini sudah diduga sejak semula. Kondisi politik yang selalu panas dan tegang, dan hubungan antaretnik yang tidak begitu baik, memberikan sumbangan bagi kondisi sekarang. Apalagi, kedua kandidat didukung etnik yang berbeda. Ghani didukung Pashtun dan Abdullah didukung Tajik. Kalau kedua kandidat tetap pada posisi dan sikap mereka, sama-sama mengklaim menang, itu berarti Afganistan didorong ke dalam lembah yang kelam. Bukan tidak mustahil akan pecah perang saudara, seperti yang sudah-sudah. Hal itu akan sangat menguntungkan kelompok Taliban yang terus mencari peluang berkuasa. Kita hanya bisa berharap segera ada hasil resmi yang bisa diterima kedua belah pihak dengan lapang dada.
Implikasi Putusan MK tentang Pilpres Oleh: W RIAWAN TJANDRA
MELALUI putusan MK No 50/PUU-XII/2014, Mahkamah Konstitusi memberikan makna baru terhadap Pasal 159 Ayat (1) UU tentang Pemilu Presiden dan Wapres. Pasal 159 Ayat (1) UU Pilpres yang merupakan tindak lanjut dari Pasal 6A Ayat (3) UUD 1945 mengatur bahwa pasangan calon terpilih adalah pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 50 persen dari jumlah suara dalam pemilu presiden dan wakil presiden dengan sedikitnya 20 persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia. MK telah memberikan makna baru (judicial interpretation) atas ketentuan mengenai syarat keterpilihan pasangan capres melalui putusannya dengan model konstitusional bersyarat, yaitu bahwa syarat sebaran suara tersebut hanya berlaku jika pasangan capres terdiri atas lebih dari dua pasang capres yang berkontestasi dalam pilpres. Putusan MK berimplikasi terhadap beberapa hal. Pertama, putaran pilpres untuk jumlah kontestan hanya dua pasang capres akan diterapkan sistem pemilu bervarian mayoritas sederhana (first past the post) dengan varian model sistem satu putaran (one round system). Dalam varian mayoritas, pasangan capres dinyatakan terpilih cukup berdasarkan persyaratan perolehan suara 50 persen plus satu. Kedua, melalui putusan MK itu, kini sistem pilpres di Indonesia menggunakan dua model sistem pemilu yang dikaitkan dengan jumlah kontestan pilpres dalam pilpres. Jika kontestan pilpres terdiri atas lebih dari dua pasang capres, tetap digunakan sistem mayoritas mutlak. Dengan sistem mayoritas mutlak, pelaksanaan pemilu kembali mengikuti rumusan tekstual Pasal 159 Ayat (1) UU Pilpres dengan ketentuan pemenuhan persyaratan minimal bagi kontestan untuk bisa menang harus memenuhi tiga kriteria, yaitu (1) memperoleh 50 persen dari jumlah pemilih; (2) menang di 20 persen tiap provinsi; (3) tersebar di setengah jumlah provinsi di Indonesia. Jika kriteria ini tak terpenuhi, dilanjutkan pilpres putaran kedua. Sementara jika pilpres hanya diikuti oleh dua pasang capres, berdasarkan putusan MK tersebut digunakan varian mayoritas sederhana. Dengan menggunakan varian mayoritas sederhana yang berujung terhadap presiden terpilih berdasarkan persyaratan perolehan suara 50 persen plus satu, sering kali menghasilkan efek secara tidak langsung berupa presiden akan terpilih dengan mandat yang lemah dan disertai dukungan legislatif yang rendah. Hal inilah yang jadi latar belakang pembentuk UUD 1945 dan UU Pilpres memilih penggunaan sistem mayoritas mutlak dalam Pasal 6A Ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 159 Ayat (1) UU Pilpres. Jika menelusuri konsiderasi yuridis putusan MK No 50/PUU-XII/2014, terlihat semula MK berpijak pada tafsir historis atas perumusan Pasal 6A UUD 1945 dengan mengaitkan logika perumus UUD 1945 yang semula berpendirian sistem pilpres dengan varian mayoritas mutlak bersifat ekuivalen dengan banyaknya jumlah parpol yang mengusung pasangan capres. Luput dari pertimbangan Jika hanya berhenti pada logika hukum itu, putusan MK itu sudah sesuai dengan kebutuhan kontekstual saat ini. Sebab, realitasnya jumlah capres yang berkontestasi dalam pilpres kali ini ternyata tidak ekuivalen dengan jumlah partai politik yang ada. Hal itu disebabkan adanya syarat ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold). Namun, ada maksud (original intent) perumus UUD hasil amendemen yang sepertinya luput dipertimbangkan dalam putusan MK itu. Semangat yang sejatinya diusung perumus Pasal 6A UUD 1945 adalah untuk memastikan bahwa capres yang terpilih mendapat legitimasi yang kuat karena mendapat dukungan mayoritas rakyat yang tersebar di 34 provinsi dan sering kali jumlah penduduknya tak merata. Dengan ketentuan tersebut, pasangan capres akan memaksimalkan kampanye visi-misinya dan kunjungannya ke semua wilayah serta menyerap aspirasi dari mayoritas penduduk di negeri ini yang tinggal di berbagai wilayah. Dengan adanya dua model pilpres yang kini dianut sebagai implikasi putusan MK tersebut, jika (suatu saat) jumlah hasil pemilihan untuk pilpres yang hanya diikuti oleh dua pasang capres tak terlalu signifikan perbedaannya akan memunculkan isu legitimasi hasil pilpres. Hal ini sebagai konsekuensi dianutnya varian mayoritas sederhana, yang kiranya bukan merupakan maksud asli (original intent) dari perumus UUD 1945, sebagaimana tecermin dalam berbagai risalah pembahasan UUD 1945 sewaktu diamandemen. Namun, untuk kali ini putusan MK ini tetap sebuah terobosan hukum (legal breakthrough) yang cukup berani sebagai respons atas tuntutan publik dan kebutuhan sistem ketatanegaraan aktual.
W Riawan Tjandra Pengajar Hukum Kenegaraan pada Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Polarisasi pada Pilpres Oleh: Chris Panggabean
Pemilihan umum sudah berlangsung. Terima kasih kepada rakyat Indonesia yang sudah memilih pemimpin baru. Kini saatnya untuk kembali bersatu setelah satu bulan terakhir terjadi polarisasi dukungan yang ekstrem, ketika gambar diri terbagi pada angka satu dan dua. Ketika konflik terjadi antarkolega, keluarga, dan pertemanan. Ketika kisah unfriend dan unfollow pada akun media sosial atau delete contact mendadak jadi biasa. Mengapa individu cenderung merendahkan kelompok lain dan menganggap kelompoknya terbaik? Tajfel dan kawan-kawan menyebutnya in-group-favoritism yang merupakan bias perilaku individu dalam hubungan antarkelompok berkaitan dengan identitas sosialnya. Proses pembentukan identitas sosial melibatkan peleburan diri (depersonalisasi) dengan menanggalkan keunikan dirinya sambil menyerap norma dan perilaku kelompok. Adalah kebutuhan individu memiliki pandangan diri positif dan berharga (self-esteem). Ketika identitas sosial menjadi bagian dari diri (self), kebutuhan ini tetap menyertai.Saya melebur ke dalam kami. Maka, jika kami positif, saya juga ikut positif. In-group- favoritism muncul sebagai reaksi dari suatu kondisi sosial psikologis tertentu, yakni saat identitas sosial diinternalisasi pada konsep diri dan adanya konteks kompetisi yang luas. Pilpres dengan hanya dua pilihan pasangan menghadirkan ruang kompetisi antarmasing- masing pendukung. Setiap anggota kelompok pendukung menginternalisasi bahwa ia adalah bagian dari slogan atau cita-cita kampanye kelompoknya. Sumber polarisasi Saling berbagi informasi sesama anggota kelompok ternyata membentuk polarisasi antarkelompok. Beberapa eksperimen perilaku menunjukkan bahwa ketika yang mengusung isu sama saling bertemu, opini mereka cenderung bergerak ke titik ekstrem (Sunstein, 2009). Awalnya, individu dengan informasi terbatas suatu topik mengambil posisi moderat. Saat bertemu pengusung isu yang sama, terjadi tukar informasi.Kecenderungan yang muncul kemudian adalah penguatan informasi, mengarah pada pembenaran atas sebagian informasi yang sudah ada. Sikap anggota kelompok semakin terdorong ke titik yang semakin ekstrem. Muncul keyakinan: kabar baik tentang kubu kita benar adanya dan kabar buruk tentang kubu lawan pasti lebih lagi kebenarannya. Bias pengolahan informasi yang cenderung mendengar apa yang hendak didengar dapat terbentuk secara alamiah dalam proses interaksi antarkelompok. Akibatnya, kebohongan dan caci maki lebih cepat meluas ketimbang verifikasi. Misalnya, masalah teknis pemilihan Victoria Park, Hongkong, yang tidak dapat mengantisipasi lonjakan partisipasi warga, dimaknai sebagai kecurangan sistematis dari penyelenggara pemilu. Kondisi polarisasi menajamkan sikap kami dan mereka. Saat potensi kemenangan terancam, mereka yang mencoba berjarak, tenang, dan kritis terhadap dua kutub oposisional ini pun mendapat kecaman. Sebenarnya tidak ada pemilih yang benar-benar rasional. Setiap penilaian dan keputusan (judgement) individu melibatkan nilai etis dan tingkat utilitas subyektif. Sementara itu, jumlah informasi, kapasitas mengolahnya, dan pengalaman etis tiap-tiap individu sangat mungkin berbeda. Lantas atas dasar apakah menyatakan kami pemilih bermoral, mereka tidak? Tidak ada pasangan yang secara hitam putih lepas dari ikatan diri dengan pelanggar HAM, cengkeraman korupsi, dan lilitan gurita oligarki. Semestinya wajar jika ada ruang untuk bersikap skeptis. Partisipasi warga Pada satu sisi, intelektual publik dan pers yang skeptis dapat berperan kritis menyingkapkan bias-bias dalam diri kelompok pemilih. Kejernihan berpikir dari pendukung dan pemilih akan membuat kualitas partisipasi berdemokrasi menjadi lebih baik. Di sisi lain, mereka yang skeptis belum tentu abstain. Saat prediksi pemenang pemilu dapat ditentukan oleh mereka yang belum berpihak (undecided voters), sikap positif yang membangun solidaritas lebih diperlukan hari-hari ini. Mereka yang skeptis ada di kelompok tersebut. Kelompok yang didukung penguasa dan memiliki modal terbanyak tentu lebih punya peluang untuk melakukan kecurangan. Kelompok yang berada dalam kondisi sebaliknya hanya dapat mengandalkan solidaritas. Namun, solidaritas dapat meluas jika sikap kelompok memantik simpati. Dalam kondisi polarisasi yang semakin tajam, minggu tenang menjadi minggu yang tegang. Ada pihak yang takut dicurangi, ada pihak yang takut dikambinghitamkan, dan ada pihak ketiga yang menanti kesempatan. Jika ternyata hasil hitung cepat pada 9 Juli menunjukkan selisih suara yang tidak jauh berbeda, ketegangan ini akan berlanjut sampai KPU resmi mengumumkan hasil akhir. Konflik horizontal tentu bukan pilihan. Keutuhan sebagai suatu bangsa tetaplah yang utama. Maka, bagaimana kita mengonstruksi realitas tanpa terjebak pada prasangka menjadi penting pada masa-masa ini.
Chris Panggabean Asisten Peneliti di Universitas Indonesia; Aktif di Perhimpunan Pendidikan Demokrasi
Mengubur Sendiri Identitasnya Oleh: Sindhunata
SIAPA banyak bermain dengan rasa, hatinya akan lebih tersayat pedih jika kegagalan atau kekalahan datang menimpa. Brasil adalah negeri telenovela. Di sana, rasa berjaya melebihi segalanya. Bola pun dibelai dengan rasa. Bayangkan, betapa sedih hati rakyat Brasil ketika di rumahnya sendiri kesebelasannya dipermalukan oleh Jerman dengan begitu tragis, 1-7. Menjelang semifinal Piala Dunia 2014 melawan Jerman di Belo Horizonte, Rabu (9/7) dini hari waktu Indonesia, Brasil tetap optimistis kendati Neymar absen. Mereka yakin, Neymar, dengan segala cara, akan tetap membantu mereka. Karena itu, dalam latihan, para pemain Brasil terlihat memakai topi diselipi tulisan Forca Neymar. Maksudnya, walau tidak hadir secara fisik, Neymar akan membantu dengan spirit dan daya kekuatannya. Untuk menang, apa pun harus dilakukan, bahkan kalau perlu dengan sedikit takhayul. Kali ini, takhayul itu adalah memelihara kumis. Di lapangan, memang Luiz Gustavo dan Fred kelihatan berkumis. Gaya permainan Fred mirip Ademir, bintang Brasil yang merawat kumisnya dan mencetak 8 gol di Piala Dunia 1950. Fred berangan-angan bisa menyerupai Ademir. Karena itu, ia memelihara kumis. Dengan berkumis, kamu bisa membuat gol, kata Neymar setelah Brasil mengalahkan Kamerun, 4-1, di Grup A, 23 Juni waktu setempat. Eu sou Brasilianer com muito orgulho, com muito amor! Aku adalah orang Brasil yang penuh kebanggaan dan penuh cinta! Begitulah ribuan pendukung Brasil bernyanyi, penuh optimisme, mengiringi kesebelasan kesayangan mereka menghadapi Jerman. Namun, seiring dengan jatuhnya gol demi gol ke gawang Julio Cesar, nyanyian mereka melemah, makin melemah, sampai akhirnya mereka nyaris terdiam tanpa kata-kata. Begitu gol demi gol berjatuhan, pemain Brasil saling memandang kosong, seperti sedang menghadiri upacara penguburan, tulis Christian Eicher, koresponden Frankfurter Allgemeine Zeitung. Seperti setiap orang Brasil, saya amat sedih dengan kekalahan ini. Sungguh menyakitkan bagi kami semua, bagi fans, dan pemain Brasil, kata Presiden Brasil Dilma Rousseff. Hanya Tuhan yang tahu, kata kiper Julio Cesar yang berhasil membela gawangnya dengan menepis bola pemain Cile dalam adu penalti di perdelapan final. Bagi Cesar, sekarang pun rasanya hanya Tuhan yang tahu, mengapa gawangnya dapat diberondong dengan begitu mudah oleh para pemain Jerman. Beberapa pemain Brasil memang percaya, doa bisa membantu mereka di lapangan. Iman saya memberi kekuatan untuk bermain di lapangan dan memberikan yang terbaik. Tuhan tidak hanya memberi kita gigi untuk makan, tapi juga bibir untuk tersenyum, kata David Luiz. Di Belo Horizonte, malam itu segala doa serasa tidak membuahkan apa-apa. Luiz mungkin bertanya, mengapa kali ini Tuhan tidak memberinya bibir untuk tersenyum gembira, tapi malah memberinya bibir yang sedih menahan duka. Kekalahan ini rasanya lebih parah daripada kekalahan Brasil dari Uruguay 64 tahun lalu, di Maracana. Kalau orang Brasil tak dapat lupa akan tragedi Maracana, apalagi akan tragedi yang lebih tragis di Belo Horizonte. Maka, kata pelatih Brasil Luiz Felipe Scolari, seperti ditulis oleh Der Spiegel, Ini adalah hari terburuk dalam hidup saya. Ini adalah kekalahan paling parah dalam sejarah. Sejarah akan terus mencatat, saya yang bertanggung jawab atas kekalahan yang terparah ini. Orang Brasil menyukai musik, lebih-lebih musik yang penuh harmoni, melodi, dan puisi. Para pemusik Brasil pandai memadukan pelbagai genre musik, seperti samba, bossa nova, dan rock. Musik mereka kaya dengan improvisasi dalam menyuarakan keterpaduan yang lembut. Seni macam itu juga ada dalam sepak bola mereka. Itu sebabnya, betapapun terdengar klise, sepak bola mereka dikenal dengan sepak bola indah. Menurut sosiolog Brasil, Gilberto Freyre, sepak bola Brasil berbeda dari sepak bola Eropa. Sepak bola Eropa adalah apollinis, berkarakter Dewa Apollo yang lugas dan berdisiplin keras. Sepak bola Brasil adalah dionysiis, berkarakter Dewa Dinoysius, dewa karnaval, yang longgar, bebas, dan penuh improvisasi. Antropolog Roberto Damatta dari Rio de Janeiro menambahkan, sepak bola karnaval memberi peluang bagi setiap pemain untuk keluar dari sistem, tapi tetap menjaga keseimbangan. Ini sesuai dengan realitas sosial masyarakat Brasil. Dulu, mereka yang tidak berpendidikan, lebih-lebih yang berkulit hitam, berada di bawah kekuasaan yang kaya dan berpendidikan, yang umumnya berkulit putih. Bola hidup di kalangan bawah yang tertindas itu. Dengan bermain bola, mereka dapat memainkan kemerdekaan dan kebebasan. Karena itu, bola mereka juga diwarnai kebebasan. Pemain Brasil yang hebat pasti pandai membelai bola. Sebagai kata, a bola sendiri sudah berjenis perempuan. Maka, bola seolah perempuan yang harus dibelai. Sementara bola adalah permainan yang penuh improvisasi. Bola dimainkan dengan kaki, bukan tangan. Karena itu, bisa terjadi pelbagai ketidakpastian dan kejutan, kata Damatta. Sulit diterangkan, mengapa di rumahnya sendiri Brasil kalah mengenaskan. Namun, terlihat jelas, Brasil di bawah Scolari tidak lagi memainkan sepak bola indah dan bebas. Artinya, ditilik dari sejarah, mereka telah mengkhianati dan mengubur sendiri identitas dan karakter bola mereka. Mungkin itulah salah satu jawaban, mengapa di Piala Dunia 2014 ini Brasil tersingkir dengan tragis.
Harapan Baru, Tantangan Lama Oleh: Makmur Keliat
HASIL hitung cepat sampai pukul 15.00 WIB, Rabu (9/7), menunjukkan keunggulan bagi pasangan Joko Widodo-M Jusuf Kalla dalam Pilpres 2014. Kecuali terjadi sesuatu yang sangat spektakuler, selisih rata-rata sebesar 5 persen telah memberikan sinyal kepastian bahwa pasangan Joko Widodo-M Jusuf Kalla akan memimpin Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tulisan berikut bertujuan untuk menyatakan bahwa kemenangan Joko Widodo-M Jusuf Kalla (Jokowi-JK) ini menyampaikan tidak hanya harapan, tetapi juga tantangan. Harapan baru Harapan itu pertama-tama terkait dengan perjalanan demokrasi kita. Terlepas dari beragam kekisruhan politik dan hukum yang ada dalam 15 tahun terakhir, demokrasi kita tampak masih memberikan sebersit harapan. Bagaimanapun, Jokowi menyimbolkan pemimpin yang lahir dari rahim demokrasi. Jokowi tidak tercatat dalam pentas politik Indonesia sebelum munculnya era Reformasi. Jokowi bukan siapa-siapa dalam panggung politik Indonesia ketika Soeharto masih berkuasa. Jokowi adalah hasil dari proses seleksi demokrasi yang dihasilkan secara berjenjang mulai dari tingkat lokal, provinsi, hingga nasional. Jokowi adalah personifikasi dan simbolisasi dari harapan publik bahwa orang biasa dapat menghasilkan prestasi luar biasa. Dalam seluruh perjalanan karier politiknya ini, credit point tentu saja harus kita berikan kepada Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI-P. Tanpa keputusan yang dibuat Megawati pada bulan Maret lalu, seluruh proses seleksi demokratik untuk mengajukan Jokowi tentu saja tidak akan dapat berjalan. Pilihan pada Jokowi tampaknya dipengaruhi oleh pertimbangan khusus. Ada kesadaran kuat bahwa kunci untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia menghadapi abad ke-21 adalah kehadiran pemimpin nasional yang merakyat, memiliki kredibilitas, dan satunya perkataan dengan perbuatan. Harapan itu semakin menguat ketika kemunculan Jokowi tidak disertai dengan melakukan pengasingan secara total generasi kepemimpinan sebelumnya. Jusuf Kalla sebagai pasangan Jokowi adalah tokoh yang mewakili periode sebelumnya itu. Ada keinginan yang sangat kuat untuk meletakkan tradisi baru bahwa kepemimpinan nasional bukan ditentukan atas dasar kriteria tua dan muda, melainkan atas dasar kredibilitas, satunya kata dengan perbuatan dan keberpihakan kepada rakyat. Tantangan lama Kepemimpinan yang kredibel, berorientasi tindakan, dan merakyat tentu saja sangat penting. Ia merupakan prasyarat awal untuk memobilisasi dukungan. Suatu kebijakan tidak akan menjadi efektif jika pembuat kebijakan puncak, dalam hal ini presiden, dipandang oleh publik hanya pintar berkata-kata. Namun, harus pula kita pahami bahwa setiap kebijakan selalu berada dalam kerangka kelembagaan yang ada. Salah satunya yang paling penting adalah kerangka APBN kita. Kebijakan fiskal menjadi sangat penting pula karena kebijakan moneter pasca Orde Baru tidak lagi berada di bawah otoritas eksekutif. Karena itu, tantangan lama yang harus dihadapi oleh Jokowi dan JK adalah menyikapi struktur fiskal yang diwariskan oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk memajukan kesejahteraan rakyat dan program pembangunan infrastruktur. Alternatif kebijakan Jika kita merujuk pada struktur anggaran tiga tahun terakhir, berbagai program pembangunan infrastruktur dan bantuan kesejahteraan yang dicanangkan oleh pemerintah berikutnya tidaklah mudah. Ia hanya dapat direalisasikan dengan beberapa alternatif kebijakan berikut. Pertama, dengan mengubah struktur komposisi belanja negara tanpa mengubah struktur pendapatannya. Ini berarti pengurangan secara drastis subsidi (khususnya BBM dan listrik yang berada pada angka sekitar Rp 400 triliun) dan mengalihkannya ke berbagai program lain. Istilah yang kemudian harus disebarluaskan adalah pengalihan subsidi, bukan penghapusan subsidi. Namun, pilihan kebijakan ini tentu saja akan dengan mudah dimanfaatkan. Pasti akan memunculkan tekanan politik parlemen, baik formal maupun jalanan. Harus dicatat bahwa struktur kekuatan politik kepartaian di DPR tidak hanya menggambarkan fenomena hung parliament, yaitu tidak adanya partai politik yang dominan. Namun, jumlah kursi partai yang mendukung Jokowi dan JK secara numerik tertinggal dibandingkan dengan yang bukan pendukungnya. Kedua adalah dengan mengubah struktur pendapatan negara. Artinya, subsidi BBM dan listrik tetap dapat dilanjutkan bersamaan dengan menguatnya program bantuan kesejahteraan. Opsi seperti ini dimungkinkan jika terdapat peningkatan rasio pajak terhadap produk domestik bruto (PDB). Saat ini rasio pajak terhadap PDB hanya sekitar 12 persen. Peningkatan 2 persen rasio pajak terhadap PDB saja diperkirakan memberikan pendapatan negara sebesar Rp 200 triliun. Apakah peningkatan ini dimungkinkan tanpa mengubah UU Pajak? Beberapa pihak menyatakan dimungkinkan jika diterapkan kebijakan khusus menghadapi mafia pajak, perbaikan sistem perpajakan yang baik, misalnya dengan mengoptimalkan praktik e-government atau e-budgeting, serta penataan institusi penarikan pajak dengan menempatkannya langsung di bawah presiden dan bukan di bawah kementerian keuangan. Ketiga adalah dengan melakukan terobosan kebijakan pengelolaan utang. Terobosan kebijakan pengelolaan utang menawarkan dua alternatif. Pertama, menunda pembayaran utang dan mengalihkan dana pembayaran utang itu ke program penguatan bantuan kesejahteraan dan pembangunan infrastruktur. Kedua, memperbesar utang. Pilihan ini hanya dimungkinkan jika terdapat perubahan dalam kerangka hukum tentang defisit anggaran yang patokannya tidak boleh melebihi angka 3 persen terhadap PDB. Beberapa negara sebenarnya telah melakukan ini. Amerika Serikat kini hampir mencapai 8 persen dari PDB-nya. Namun, setiap pilihan pengelolaan utang di atas bukan tanpa masalah. Pilihan menunda pembayaran utang dapat memunculkan masalah credit-worthiness Indonesia bagi para pelaku investor keuangan. Pilihan memperbesar utang dapat mengakibatkan semakin tidak sehatnya struktur fiskal. Saat ini saja diperkirakan sekitar 1/7 belanja anggaran dalam APBN Indonesia dibiayai oleh utang. Intinya adalah masih akan terdapat jalan panjang untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa. Satu hal yang pasti adalah modal awalyaitu kredibilitas, merakyat, dan berorientasi tindakansudah dimiliki. Barangkali yang tertinggal, seperti yang kerap diungkapkan Jokowi, adalah kerja dan implementasi.
Makmur Keliat Pengajar FISIP Universitas Indonesia
Indonesia Memilih Oleh: Syamsuddin Haris
RAKYAT Indonesia akhirnya memutuskan masa depannya. Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei mengonfirmasi, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla unggul 4- 5 persen atas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Jika hitung cepat mencerminkan hasil akhir Pilpres 2014, Joko Widodo bakal menjadi presiden ketujuh negeri ini. Apa beda pilpres kali ini, mengapa Joko Widodo, apa pula tantangannya ke depan? Terlepas dari soal menang kalah, kita patut bersyukur bahwa perhelatan pilpres tidak hanya berlangsung relatif aman dan damai, tetapi juga ditandai tingkat antusiasme dan partisipasi pemilih yang cukup tinggi. Sejumlah lembaga survei memperkirakan, partisipasi masyarakat dalam Pilpres 2014 sangat mungkin lebih tinggi dibandingkan dengan pemilu legislatif 9 April 2014. Indikasi tingginya antusiasme rakyat berpartisipasi dalam pilpres kali ini sudah tampak di sejumlah negara ketika warga negara Indonesia yang berada di luar negeri menggunakan hak pilih mereka 4-5 hari yang lalu. Sebagian pemilih di Hongkong bahkan amat kecewa karena hak politik mereka tidak dapat digunakan akibat kecerobohan KPU yang tidak mengantisipasi membeludaknya jumlah pemilih. Salah satu faktor penting di balik semua ini adalah hadirnya sosok Joko Widodo (Jokowi). Sejak berhasil sebagai Wali Kota Solo (2005-2012), kemudian memenangi Pilkada DKI Jakarta hampir dua tahun lalu, Jokowi muncul sebagai sosok pemimpin fenomenal. Gaya kepemimpinan yang merakyat melalui cara blusukan, tampil tidak formal, dan tak berjarak benar-benar membuat Jokowi berbeda dengan yang lain. Melalui gaya kepemimpinan demikian, Jokowi tidak hanya memutus mata rantai birokrasi yang cenderung asal bapak senang, berbelit-belit, dan korup, tetapi juga mendengar langsung apa yang menjadi aspirasi dan keluhan rakyat pada tingkat yang paling bawah. Memang benar blusukan yang dianggap mirip dengan turba alias turun ke bawah itu tidak hanya dilakukan Jokowi. Namun, saya kira hanya Jokowi yang konsisten melakukannya. Mantan Wali Kota Solo ini bahkan menjadikan blusukan sebagai bagian dari model kepemimpinan baru, antitesis dari model kepemimpinan priayi-keraton yang cenderung (minta) dilayani ketimbang melayani. Melalui blusukan, Jokowi juga membongkar paradigma lama tentang kekuasaan, dari sesuatu yang eksklusif, terpusat, seragam, steril, dan berjarak dari rakyat menjadi sesuatu yang inklusif, menyebar, menyentuh, melayani, bahkan menyatu dalam keseharian rakyat. Pertarungan dua kutub Sulit dimungkiri, persaingan antara Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta dalam Pilpres 2014 bukan sekadar kompetisi antardua pasang capres, melainkan juga pertarungan dua kutub narasi politik yang bertolak belakang satu sama lain. Di satu pihak, Jokowi mewakili kehendak untuk melakukan perubahan atas dasar kejujuran, kesederhanaan, kesediaan untuk melayani, dan langkah-langkah konkret yang dibutuhkan rakyat kebanyakan. Bagi Jokowi yang wong ndeso, kekuasaan bukanlah sesuatu yang sakral, melainkan suatu tanggung jawab yang harus selalu hadir dalam keseharian bersama rakyat. Saya kira salah satu sumber kekuatan Jokowi terletak di sini. Di pihak lain, Prabowo mewakili keinginan publik akan perubahan melalui hadirnya sosok pemimpin yang kuat, tegas, dan macho dengan segala kemegahan kekuasaan yang melekat pada dirinya. Tidak mengherankan jika hampir semua simbol kemegahan Soekarno dan Soeharto dilekatkan pada penampilan publik Prabowomulai dari kuda, tongkat komando, peci, hingga baju kebesaran bersaku empat. Prabowo memanfaatkan kerinduan sebagian publik atas kenyamanan Orde Baru, seolah- olah kekuasaan koruptif dan tak terkontrol Soeharto selama tiga dekade itu layak didaur ulang sebagai rujukan perubahan ke depan. Prabowo dan elite pendukungnya lupa bahwa kerinduan atas Orde Baru itu sesungguhnya semu belaka. Singkatnya, Jokowi merepresentasikan narasi perubahan yang menarik garis batas dengan masa lalu, sedangkan Prabowo sebagai anak Menteng yang mapan, mewakili narasi perubahan yang mengalami disorientasi karena justru hendak memanfaatkan sentimen kejayaan masa lalu. Dua pola kecenderungan yang saling bertolak belakang ini adalah realitas politik sekaligus problem kontemporer Indonesia hari ini. Ambiguitas itu tidak hanya tampak di balik capaian reformasi, tetapi juga dalam pilpres kemarin. Di satu pihak, ada keinginan sebagian kalangan yang hendak merebut masa depan tanpa beban masa lalu. Di pihak lain, sebagian dari kita ingin perubahan, tetapi dengan membiarkan diri terpenjara dengan masa lalu. Sayang, kompetisi yang semestinya bisa dilakukan secara sportif, cerdas, dan beradab itu dinodai manipulasi amat berlebihan atas isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) sehingga perdebatan tentang kompetensi, rekam jejak, dan komitmen capres-cawapres terpinggirkan. Akibatnya, tim sukses dan pendukung capres pun lebih menonjolkan sikap dan perilaku emosional-konfrontatif mereka ketimbang sikap dan perilaku rasional-konstruktif. Pertarungan lebih keras berlangsung di media sosial, seperti Facebook dan Twitter. Berbagai isu SARA yang belum dikonfirmasi kebenarannya digoreng, dimanipulasi, dipelintir, dan diputarbalikkan sehingga seolah-olah benar adanya. Cara Jokowi mengenakan pakaian ihram ketika berumrah ke Tanah Suci pun dipelintir sedemikian rupa seolah-olah semua itu ada hubungannya dengan kebutuhan bangsa kita akan capres yang amanah dan kompeten. Belum waktunya pesta Apabila hasil penghitungan suara secara resmi oleh KPU sama atau mendekati sama dengan hasil hitung cepat sebagian besar lembaga survei yang diumumkan kemarin, belum waktunya bagi Jokowi-JK untuk berpesta. Kemenangan dalam pemilu hanyalah pintu pertama dari kerja besar, keras, dan panjang pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla yang membutuhkan dukungan berbagai elemen bangsa lainnya, termasuk berbagai unsur pendukung pasangan yang kalah, Prabowo-Hatta. Karena itu, salah satu agenda jangka pendek yang mendesak bagi Jokowi adalah merekatkan kembali tali persaudaraan sebangsa sekaligus sebagai upaya rekonsiliasi dan pemulihan keterbelahan politik dan luka sosial yang ditinggalkan pilpres. Luka itu bukan semata-mata disebabkan perbedaan pilihan politik antarwarga, tetangga, dan kerabat, melainkan juga akibat kampanye hitam yang melampaui batas. Sulit dibantah bahwa jenis kampanye yang berisi fitnah yang bersifat sektarian atas capres tertentu meninggalkan luka yang dalam bagi pendukungnya. Mereka yang terluka dan merasa telah melukai saudara sebangsanya perlu diajak turut mengubur prasangka, benci, dan dendam demi masa depan Indonesia baru yang lebih baik. Tantangan ke depan Terkait koalisi parpol pendukungnya, jika benar-benar terpilih, ke depan Jokowi-JK tampaknya sulit menghindari munculnya friksi, baik dalam konteks relasi internal koalisi maupun dalam konteks relasi Presiden Jokowi dengan DPR selaku partner utama pemerintah dalam pembentukan kebijakan. Friksi internal berpeluang muncul ketika Jokowi membentuk kabinet yang akan menjalankan program-program dan janji politiknya. Di satu pihak, Jokowi berani menjanjikan koalisi tanpa syarat. Namun, di lain pihak, parpol pendukung tentu berharap akan memperoleh bagian kekuasaan yang layak setelah turut berkeringat memenangkan Jokowi-JK dalam pilpres. Singkatnya, tarik-menarik kepentingan politik akan sangat kencang ketika tiba waktunya bagi Jokowi-JK menyusun kabinet tim impian yang profesional. Friksi politik dan tarik-menarik itu tidak hanya terjadi di antara parpol pendukung (Partai Nasdem, PKB, Hanura, dan PKPI), melainkan juga kemungkinan besar terjadi di internal PDI Perjuangan sebagai basis politik Jokowi. Sementara itu, secara eksternal, tantangan Jokowi adalah bagaimana meyakinkan parpol di DPR bahwa pilihan-pilihan kebijakan yang diambil pemerintahnya benar-benar berorientasi kepentingan rakyat dan bangsa kita. Persoalannya, peta kekuatan koalisi parpol pendukung hanya mencakup sekitar 37 persen dari kekuatan DPR, sedangkan total kekuatan parpol oposisi mencakup 73 persen. Apalagi, jika benar bahwa pimpinan DPR tidak lagi bersifat otomatis sesuai hasil pemilu legislatif, tetapi dipilih melalui pemungutan suara. Dengan demikian, Jokowi harus berjuang keras di DPR agar kebijakan-kebijakan yang direncanakannya tidak diganggu parpol oposisi di Senayan. Kemampuan Jokowi mengelola dan mengapitalisasi dukungan elektoral yang diperolehnya akan sangat menentukan, apakah relasi presiden-DPR mendatang cenderung konfliktual atau sebaliknya, bisa saling bekerja sama satu sama lain. Persoalannya kembali padameminjam ungkapan yang sering dikemukakan Jokowiada atau tidaknya kemauan dan niat kita, termasuk parpol di DPR, untuk bersama-sama menyingsingkan lengan baju menata bangsa menjadi lebih baik.
Syamsuddin Haris Profesor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Pesan Kemenangan Oleh: SUWIDI TONO
SAAT Jokowi diumumkan menjadi calon presiden pada 14 Maret 2014 oleh PDI-P, saya menulis di Facebook: pertandingan usai sudah, game over. Indikasinya, ia meroket sebagai figur paling menyedot perhatian publik setelah memenangi Pilkada DKI Jakarta, 20 September 2012. Kendati rivalitas sengit dua pasang kandidat presiden-wakil presiden sampai menjelang 9 Juli cukup ketat dan mendebarkan, laju Jokowi-JK tidak terbendung. Serangan kampanye hitam yang berlangsung masif memang menurunkan elektabilitas. Riset Politica Wave periode 1-30 Mei 2014 mencatat, kampanye hitam lebih banyak menyerang kubu Jokowi-JK, yakni 94,9 persen berbanding 13,5 persen untuk Prabowo-Hatta Rajasa. Akan tetapi, hasil hitung cepat beberapa lembaga survei kredibel mengunggulkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla dengan kisaran 51-53 persen. Ini menunjukkan kemenangan akal sehat rakyat melawan fitnah dan aneka prasangka primordial. Teruji dan otentik Kemenangan Jokowi dapat diterangkan lewat representasi sederhana: refleksi, asosiasi, simpati, dan empati. Kalangan profesional dan praktisi yang firm dengan karier dan habitatnya umumnya berpikir rasional dan menjatuhkan pilihan kepada sosok dengan rekam jejak teruji dan otentik. Mereka tidak terpukau jargon, slogan, janji-janji yang dibungkus dengan kata akan, kelak, atau ingin. Refleksi atas bukti kinerja menjadi kriteria utama. Kaum intelektual, cerdik-pandai, pengusaha, dan tokoh-tokoh kenyang pengalaman amat skeptis dengan visi-misi mentereng, ahistoris, mengentengkan road map, dan abai terhadap komplikasi realitas yang telanjur terbentuk. Program membumi dan paham skala prioritas menjadi dasar pijakan memutuskan pilihan. Harapan utopis dan program yang asimetris menuai asosiasi negatif dari kelompok ini. Di tataran akar rumput, perebutan pengaruh tidak terlampau rumit. Rakyat mencatat, mengapresiasi kerja-kerja nyata kandidat yang membela kepentingan hajat hidupnya. Kegelisahan setelah Reformasi 1998 dan kesenjangan sosial-ekonomi yang kian menganga membangkitkan simpati kepada sosok pemimpin yang mengerti dan telah bekerja mengatasinya. Di kalangan ibu-ibu, kaum perempuan pada umumnya, sentimen keharmonisan keluarga dan keteladanan masih jadi tolok ukur utama, mengalahkan maskulinitas: kegagahan, kebapakan, dan ketegasan verbal. Empati pemilih terbesar ini mampu menandingi fitnah suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang amat gencar dan terorganisasi. Merujuk pada hasil-hasil survei berbagai lembaga kredibel yang dirilis dalam beberapa rentang waktu sebelum pilpres, pada dua golongan pemilih terakhir inilah Jokowi-JK meraup dukungan signifikan. Realitas ini sekaligus petunjuk berharga tentang bekerjanya mata pikiran dan mata hati rakyat di tengah penggunaan ruang dan frekuensi publik secara tidak adil dan kasar. Bagaimana mereka yang akrab dengan media sosial dan kebanjiran informasi? Pilpres kali ini mengungkapkan banyak hal. Salah satunya, kebutaan akut masyarakat atas validitas informasi. Hukum besi komunikasi publik: akurat, jujur, independen, dan adil bertarung melawan fitnah, fanatisme, dan paranoia. Simplifikasi dan amplifikasi meruyak. Akibat informasi yang sengaja didistorsikan, pro-kontra di media bisa disimpulkan memberi pengaruh berimbang pada kedua pasang capres-cawapres. Kemenangan Jokowi-JK memberi perspektif baru dalam kontestasi kepemimpinan nasional dan daerah pada masa mendatang. Kepemimpinan yang mengakar, berangkat dari bawah, merampungkan tugas-tugas esensial secara persisten, beroleh sambutan kegairahan dan optimisme rakyat. Crowd leadership, pemimpin yang mampu menggerakkan warga dan komunitas serta menyumbangkan perannya dalam perubahan, jadi tren menyegarkan. Menyuburkan harapan Kemenangan Jokowi-JK kian meneguhkan hakikat bahwa representasi figur jauh lebih menentukan ketimbang partai. Jokowi telah membuktikannya di Solo, Jakarta, dan nasional. Kapabilitas dan integritas sosoknya melampaui kapasitas mesin partai pengusung dan pesaing. Yang mencengangkan, konsistensi media mainstream dan para relawan pendukungnya terus membesar. Peningkatan kapitalisasi modal sosial yang bersanding dengan otentisitas pribadi ini merupakan capaian sangat berharga bagi perjalanan demokrasi. Singkatnya, fenomena Jokowi menyuburkan harapan eskalasi meritokrasi berkualitas (Refleksi atas Kemenangan Jokowi, Kompas, 21/9/2012). Para calon pemimpin, kader partai, dan aktivis kemasyarakatan dapat menimba pelajaran dari persinggungan hasrat meluap rakyat untuk mengenyam perubahan dibarengi antusiasme menyokong tokoh yang dipilihnya melalui berbagai upaya. Berimpitnya keinginan dan inisiasi rakyat itu menandai babak baru, mengubah percaturan politik dan pertarungan kepemimpinan sarat transaksi dan oligarki. Yang perlu diwaspadai adalah para pembonceng dan penumpang gelap dengan daya rusak besar terhadap ekspektasi rakyat. Juga kemungkinan gangguan dari parlemen yang mayoritas (63 persen) dikuasai koalisi partai pesaing. Jokowi-JK telah memperlihatkan kapasitas manajerial dari praktik business as usual selama keduanya menjabat dan punya wewenang eksekusi di pemerintahan. Keduanya juga punya modal karakteristik kepemimpinan otak-hati-nyali (head-heart-gut) mencukupi untuk menangani berbagai sengkarut salah urus bernegara. Penularan corak kepemimpinan ini pertama kali akan diuji pada pemilihan anggota kabinet. Pembentukan tim kabinet mumpuni bakal mendongkrak kepercayaan dan optimisme bangsa. New frontier Mempertimbangkan harapan rakyat dan tantangan masa depan, kesepakatan tegas dan terukur perlu dicanangkan. Perbaikan kualitas manusia Indonesia lewat pendidikan-kesehatan- kesejahteraan, reformasi birokrasi, perang terhadap korupsi, penataan bangun ekonomi, membangun infrastruktur, serta merawat dan memperkuat kebinekaan adalah sebagian dari new deal yang mendesak dikerjakan dengan determinasi tinggi. Ini semua merefleksikan tekad mewujudkan Trisakti-nya Bung Karno: berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, berkepribadian di bidang kebudayaan (Tugas Sejarah Presiden Baru, Kompas, 3/2/2014). Pada tataran mondial, energi dan sukma bangsa perlu dilecut untuk menetapkan tapal batas kemajuan baru (new frontier). Ini bukan gagasan utopia yang dibangun di awang-awang, melainkan visi besar yang berangkat dari kemampuan mengonsolidasikan dan mengembangkan seluruh aset bangsa. Sebagaimana Mahathir Mohamad menelurkan Visi Malaysia 2020 pada 1991 untuk menggugah semangat rakyat Malaysia mewujudkan impian besar bersama. Visi melenting jauh ke depan itu untuk meneguhkan eksistensi bangsa di percaturan dunia. Ia membutuhkan bangkitnya inovasi kolektif, energi kreatif di lanskap keindonesiaan yang menggairahkan. Kemenangan Jokowi-JK akan monumental jika menjamin dan memastikan haluan bangsa bergerak ke jurusan besar meraih kejayaan.