PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
menentukan pilihan serta liberalisasi hak-hak sipil dan politik warga negara.1
dari pada hak-hak politik rakyat dan merupakan pendelegasian hak-hak tersebut
pemerintahan.2
mempergunakan haknya untuk memilih wakil rakyat maupun presiden dan wakil
rakyat. Begitu pula halnya pemilihan kepala daerah (PILKADA) secara langsung
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen
2
UUD 1945, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 331.
1
maupun Kabupaten/Kota. Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan
pertama kali tahun 2005 setelah adanya sistem otonomi daerah di Indonesia.3
pilkada serentak pertama tahun 2015 dimana Komisi Pemilihan Umum (KPU)
sebanyak 101 daerah di tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota. Pilkada tersebut
terdiri atas 7 Provinsi, 76 Kabupaten, dan 18 Kota. Ketujuh Provinsi tersebut yaitu
Aceh, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan
dengan Djarot Syaiful Hidayat sebagai pasangan petahana, namun kalah dalam
kontestasi.
tidak sedikit pula media asing yang ikut memberitakan Pilkada DKI Jakarta.
Thahjo Kumolo, Politik Hukum Pilkada Serentak, (Jakarta: PT Mizan Republika, 2015),
3
hlm.76.
http://pilkada.liputan6.com/read/2436435/ini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
4
2
Beberapa kelompok masyarakat di Jakarta menginginkan calon yang
sudah terlihat kinerjanya dan sudah dikenal lama oleh masyarakat jakarta. Namun,
dengan harapan lebih santun dan pro terhadap rakyat kecil. Dinamika yang
Pilkada menjadi semakin menarik. Hal ini dikarenakan calon yang akan terpilih
selanjutnya menjadi penentu nasib mereka dan kebijakan yang dikeluarkan akan
kontestasi tersebut. Figur dan dukungan partai serta kinerja selama memimpin
merupakan hal yang tidak dimiliki oleh pasangan lain yang mencalonkan diri,
diusung oleh empat parpol, yaitu PDIP (28 kursi DPRD DKI), Nasdem (5 kursi),
Hanura (10 kursi), Golkar (9 kursi). Total kekuatan kursi Ahok-Djarot di DPRD
DKI Jakarta berjumlah 52 kursi.7 Selain diusung empat parpol tersebut, Ahok-
Djarot juga didukung oleh Relawan Teman Ahok yang mengklaim telah berhasil
5
http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/16/10/22/offn854-dinamika-
pilkada-dki diakses pada tanggal 18 Oktober 2017 pukul 16.15 WIB
6
http://perludem.org/2015/12/23/siaran -pers-sepak-terjang-petahana-di-pilkada-serentak-
2015 diakses pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 19.14 WIB
7
http://pilkada.liputan6.com/read/2608896/koalisi-non-ahok-pecah-berapa-kekuatan-
penantang-ahok-djarot diakses pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 19.32
8
https://news.detik.com/berita/3305675/peta-kekuatan-ahok-agus-dan-anies diakses pada
tanggal 19 Oktober 2017 pukul 19.55 WIB
3
Berdasarkan survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI)
pasangan Agus-Sylvi dengan 30,9 % dan berada di atas Anies-Sandi dengan 29,9
tanggal 3-9 Februari 2017 oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC),
%.10
banyak isu, pasangan petahana ini berhasil meraih suara terbanyak pada Pilkada
Tabel I.A.1
Perolehan suara putaran pertama Pilkada DKI Jakarta tahun 2017
No Nama Pasangan Calon Perolehan Suara
9
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/13/14583181/survei.lsi.denny.ja.dukungan
.untuk.ahok-djarot.42.7.persen.anies-sandi.51.4.persen. diakses pada tanggal 19 Oktober 2017
pukul 21.36 WIB
10
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/02/10/20471111/survei.smrc.elektabilitas.aho
k-djarot.39.1.anies-sandi.33.5.agus-sylvi.19.9. diakses pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 22.06
WIB
4
1 Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni 937.955 (17,05 %)
2 Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat 2.364.577 (42,99 %)
3 Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Uno 2.197.333 (39,95 %)
Sumber: kpujakarta.go.id
khususnya pasangan Anies-Sandi terbilang tidak terlalu jauh. Ini mengejutkan jika
dililhat dari peta kekuatan politik anies-sandi yang hanya didukung oleh dua
Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia serta PKPU No. 6/2016 tentang
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, Bupati, dan/atau Walikota dan
Wakil Walikota di Wilayah Aceh, Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur pada
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua dan Papua Barat yang menyatakan bahwa
Cagub dan Cawagub DKI harus memperoleh suara lebih dari 50 persen untuk
menjadi pemenang.11
11
https://kpujakarta.go.id/view_berita/kpu_launching_pilkada_dki_putaran_kedua
diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 pukul 12.21 WIB
5
Menjelang dilakukannya putaran kedua, suasana pilkada semakin panas
media antara kedua pasang calon yang akan bertarung di putaran kedua.
Djarot, dengan menampilkan isu-isu seperti isu SARA ditambah Ahok ditetapkan
sebagai tersangka kasus penistaan agama atas pernyataannya terkait Surat Al-
Maidah ayat 51. Berikut ucapan Ahok yang dianggap telah merendahkan dan
"Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil Bapak-Ibu
nggak bisa pilih saya ya kan? Dibohongi pakai Surat Al-Maidah 51, macam-
macam itu. Itu hak Bapak-Ibu ya. Jadi kalau Bapak-Ibu perasaan nggak bisa
kepilih nih, karena saya takut masuk neraka karena dibodohin gitu ya, nggak
apa-apa,"12
banyak pihak, terutama kalangan umat Muslim di indonesia. Puncak dari isu
oleh umat Muslim dari berbagai daerah seperti aksi pada tanggal 4 November atau
yang dikenal dengan aksi 411 dan aksi pada tanggal 2 Desember atau yang
dikenal aksi 212. Demonstrasi ini menuntut agar Ahok di pidanakan karena telah
Berdasarkan survei yang dilakukan pada 12-14 April 2017 oleh lembaga
Djarot yang banyak diterpa isu ditambah ditetapkannya Ahok sebagai tersangka
12
https://news.detik.com/berita/d-3496149/hakim-ahok-merendahkan-surat-al-maidah-51
diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 pukul 13.24 WIB
6
kalah tipis dengan berada pada angka 47,4 %, dibanding pasangan Anies-Sandi
dengan angka 48,2 %.13 Dengan demikian, artinya ada perubahan perilaku warga
yang harus diterima oleh pasangan Ahok-Djarot. Berikut hasil perolehan suara
Tabel I.A.2
Perolehan suara putaran kedua Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017
No Nama Pasangan Calon Perolehan Suara
1 Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat 2.350.366 (42,04 %)
2 Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Uno 3.240.987 (57,96 %)
Sumber: kpujakarta.go.id
pendukung, namun diyakini figur calon menjadi faktor penentu calon Gubernur
itu isu-isu tentang pasangan ini juga mempengaruhi perilaku memilih warga
jakarta. Kekalahan Ahok juga tidak terlepas dari sosoknya yang dinilai publik
memiliki gaya komunikasi yang tidak ramah dan kurang santun, seperti survei
13
https://news.detik.com/berita/d-3475273/survei-indikator-elektabilitas-anies-sandi-482-
ahok-djarot-474 diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 pukul 14.03
14
https://news.okezone.com/read/2016/11/24/338/1550336/survei-indikator-politik-ahok-
dinilai-sosok-yang-kurang-santun diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 pukul 14.30 WIB
7
Berdasarkan penjelasan diatas dinamika politik Pilkada Jakarta
mengalami kekalahan dalam kontestasi di Pilkada. Atas dasar inilah penulis ingin
B. Pertanyaan Penelitian
kekalahan Ahok-Djarot pada pemilihan kepala daerah DKI Jakarta Tahun 2017.
Studi Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
membuat Ahok-Djarot kalah dalam pilkada DKI Jakarta serta penelitian ini
8
diharapkan dapat dijadikan masukan bagi kandidat petahana pada umumnya
D. Tinjauan Pustaka
diantaranya:
berbagai kalangan dan punya posisi strategis nyatanya belum mampu membuat
kekalahan presentase yang sangat jauh, hanya mendapat suara sebesar 11,34%
belum mampu dianggap sebagai figur yang ditokohkan oleh pemilih di Bandar
Lampung dan ditemukan fakta bahwa informasi mengenai visi misi dan sosok
15
Bakti Saputra, “Kekalahan Tobroni Harun-Komarunizar Dalam Pemilihan Kepala
Daerah Kota Bandar Lampung 2015”, Program Sarjana, Universitas Lampung(2016).
9
menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu menggambarkan secara
diantaranya subjek penelitian yang berbeda dan objek penelitian yang berbeda
pula yaitu Tobroni Harun dan Komarunizar dan kekalahannya di Kota Bandar
kinerja calon dari petahana sangat mempengaruhi perilaku seorang pemilih. Hal
ini terlihat dari kekalahan Arifin Junaidi dalam pilkada di Luwu Utara yang
Junaidi juga tidak terlepas dari sikap kepemimpinannya yang cenderung otoriter
Utara terhadap mantan wakilnya yang dinilai lebih baik darinya. Penelitian
penelitian yang berbeda pula yaitu sosok Arifin Junaidi dan kekalahannya di
16
Reza Muhammad, “Kekalahan Petahana Dalam Pilkada 2015 Di kabupaten Luwu
Utara”, Program Sarjana, Universitas Hasanuddin Makassar(2017).
10
Ketiga, Skripsi Monicha Angraini17 yang menggambarkan kekalahan
diantaranya subjek penelitian yang berbeda dan objek penelitian yang berbeda
pula yaitu Zainal Abidin dan Anshori Djausal dan kekalahannya di Kabupaten
pemberitaan Media Kompas dalam framing dugaan kasus penistaan agama yang
17
Monicha Angraini, “Faktor Penyebab Kekalahan Pasangan Zainal Abidin (Incumbent)
Dan Anshori Djausal Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013”,
Program Sarjana, Universitas Lampung Bandar Lampung(2015).
18
Muhamad Khafidhin, “Framing Kasus Ahok Tentang Penistaan Agama (Analisis
Terhadap Berita Kompas Edisi 5-17 November 2016)”, Program Sarjana, Uin Sunan Kalijaga
Yogyakarta(2017).
11
Walaupun terdapat persamaan antara penelitian penulis dengan penelitian
sebelumnya yaitu subjek yang sama, namun terdapat pula perbedaan penelitian
yang penulis buat dengan penelitian tersebut yaitu sudut pandang yang berbeda
Jakarta. Dari beberapa literatur yang diperoleh tentang tentang Ahok dan Djarot,
penulis belum menemukan studi kasus atau penelitian yang sama dengan penulis.
E. Metode Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
kualitatif yang berbentuk kata dan perilaku, kalimat dan skema. Creswell
19
J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif (Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya),
(Jakarta: GRASINDO, 2010), hal. 7
12
Sementara itu, tipe pendekatan kualitatif pada penelitian ini dengan
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat
diselidiki.20
data mentah. Secara khusus, wawancara adalah alat yang baik untuk
Hamidi ialah informasi yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga
atau organisasi maupun dari perorangan. Sumber datanya baik dari media
cetak maupun elektronik, seperti jurnal, buku, artikel, skripsi, tesis, disertasi
20
Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal. 63.
21
Lisa Harrison, Metode Penelitian Politik, (Jakarta: KENCANA, 2009), hal. 104.
22
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan proposan dan
Laporan penelitian, (Malang: UMM Press, 2004), hal. 72.
13
Adapun sumber data diperoleh peneliti dari hasil observasi dan
dahulu data dikelompokan sesuai jenis dan karakteristiknya. Dalam hal ini,
penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data
sekunder:
1. Data Primer
data yang riil dalam berbagai bentuk.23 Adapun data primer diambil dari
Tabel I.E.3
Selisih suara Ahok-Djarot dari putaran pertama sampai putaran kedua di
Kelurahan Ciracas
14
pasar rebo 43848 43685 -163
pulo gadung 67122 66536 -586
jumlah 618880 612630 -6250
perempuan.
2. Data Sekunder
data yang sudah ada, diantaranya informasi yang diambil secara langsung
dari dokumen, data, statistik yang dalam hal ini adalah hasil penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah data yang benar
dan valid yang bersumber dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait
hasil Pilkada DKI Jakarta 2017 yang didukung dengan buku-buku terkait,
24
Lisa Horison, Metode Penelitian Politik, Jakarta: Kencana, 2007, hal. 125.
15
d. Teknik Analisis Data
menggunakan model Miles dan Huberman yang terbagi menjadi tiga tahap,
yaitu:
analisis data dengan menelaah data dari berbagai sumber yang telah di
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta,2012), hlm 277.
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D,hal 71.
16
Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada
tujuan untuk memantapkan data agar dapat diperoleh benang merah dari
F. Sistematika Penulisan
Agar skripsi ini menjadi lebih sistematis, dalam penulisan skripsi ini
manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
kekalahan Ahok-Djarot pada pemilukada DKI Jakarta. Ada dua teori yang
diuganakan pada skripsi ini yaitu teori perilaku politik dan pemilu.
Purnama dan Djarot Syaiful Hidayat seperti perjalanan politik kedua pasangan ini
BAB IV, merupakan inti dari penelitian penulis dari skrispi ini. Pada bab
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, hal 28.
17
tentang fenomena kekalahan Ahok-Djarot pada pemilukada DKI Jakarta dengan
menggunakan teori perilaku politik dan pemilu sebagai pisau analisis dalam
menjelaskannya.
Pada bab ini penulis memaparkan garis besar dari inti penelitian yang penulis teliti
tentang faktor kekalahan Ahok-Djarot pada pemilukada DKI Jakarta tahun 2017.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai kajian teori yang
digunakan untuk melihat faktor kekalahan Ahok-Djarot pada Pilkada DKI Jakarta
dengan menggunakan teori perilaku politik sebagai teori utama dalam penelitian
18
ini. Disamping teori utama, akan dijelaskan juga teori pendukung penelitian ini
A. Kampanye Politik
Hasil pemilu tanpa didahului oleh kampanye akan berefek pada menang
dan kalah, karena kampanye politik sangat menentukan apakah calon pemimpin
akan menang atau justru kalah. Kampanye politik adalah suatu usaha yang
kembali dalam suatu jabatan resmi. Sedangkan kampanye politik modern menurut
Arnold Steinberg adalah cara yang digunakan warga negara dalam demokrasi
itu pada abad 19 pada hakikatnya sama yakni membujuk sejumlah pemberi suara
yang sudah terdaftar untuk mendukung calon. Kampanye yang berorientasi pada
Apapun ragam dan tujuannya, upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu
(behavioral).
tiga kategori:29
28
Toni Andrianus Pito, Efriza, dan Kemal Fasyah, Mengenal Teori-teori Politik: Dari
Sistem Politik sampai Korupsi, (Bandung: Nuansa Cendikia, 2013), hal. 186.
29
Toni, Mengenal Teori-teori Politik, hal. 187.
19
dilingkungan bisnis. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh
diharapakan.
perubahan sosial.
melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan diperdebatkan.
buruk atau jahat dengan cara menjatuhkan lawan politik untuk mendapat
30
Denis McQuali, Teori Komunikasi Masa: Suatu Pengantar. Diterjemahkan Aminuddin
Ram (Jakarta: Erlangga, 1983), hal. 242.
20
dengan nama-nama julukan (name calling) yang jelek, hal ini membuat citra diri
aslinya sirna dan digantikan citra baru negatif yang diberikan orang lain.31
B. Perilaku Politik
ilmu sosial tahun 1950-an dan 1960-an. Asal-usul filosofisnya adalah dalam
tulisan Auguste Comte di abad ke-19, dan berdasarkan positivisme logis `Vienna
Circle` tahun 1920-an.32 Perilaku politik dapat dianggap berkembang melalui tiga
memilih dan menentukan pilihannya adalah bentuk dari perilaku politik (political
faktor, seperti faktor internal dan faktor eksternal. Berbagai studi memperlihatkan
bahwa kelas sosial mempengaruhi perilaku politik orang. Studi yang dilakukan
Erbe (1964), Hansen (1975), Kim, Petrocik, dan Enokson (1975) menyimpulkan
bahwa semakin tinggi kelas sosial maka semakin cenderung sang individu
31
Hafied Canggara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi,(Jakarta: Rajawali
Pers, 2009), hal. 366.
32
David Marsh dan Gerry Stoker, Teori Dan Metode Dalam Ilmu Politik,(Bandung: Nusa
Media, 2010), hal. 54.
33
S.P. Varma, Teori Politik Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 88.
21
penting, secara politis, dan berusaha mempengaruhi pandangan politik orang
lain.34
dalam menghadapi situasi politik tertentu. Situasi politik yang dimaksud adalah
kegiatan yang berkaitan dengan proses dalam pembuatan dan pelaksanaan atas
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah selaku aktor politik dan bermanfaat bagi
dilakukan oleh satu pihak, hubungan pemerintah dan masyarakat harus saling
terjalin demi berjalannya pemerintahan yang baik dan tahu akan fungsi masing-
Oleh karena itu, perilaku politik pada dasarnya kegiatan yang dilakukan
kegiatan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat akan ada yang namanya
akivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan
34
J. Dwi Darwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan, (Jakarta:
PrenadaMedia Group, 2004), hal. 190.
35
Soedjatmoko, Dimensi Manusia Dalam Pembangunan,(Jakarta: LP3ES, 1995), hal 57.
36
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Poliik, (Jakarta: Gramedia Widya Sarana, 2010),
hal.167.
22
pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih (to vote or not to vote)
didalam suatu pemilihan umum. Bila voters memutuskan untuk memilih (to vote)
presiden (voter turnout). Kedua, berkaitan dengan pilihan warga terhadap partai
partai atau kandidat X ataukah partai Y atau kandidat Y? Lalu kemudian muncul
kontestan lain?39
1. Pendekatan Sosiologis
37
Suryana Aminudin, Jurnal Aspirasi, “Perilaku Politik di Indonesia”,
Vol.1/No.2/Februari 2011, FISIP UNWIR Indramayu, hal. 5. Di unduh dari
http://ejournal.unwir.ac.id/ pada17 november 2017.
38
Saiful Mujani, William Liddle, dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis
Tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Indonesia Pasca-Orde Baru, (Jakarta:
Mizan Publika, 2011), hal. 20.
39
Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 185-186.
23
Pendekatan Sosiologis (Mazhab Columbia) cenderung menempatkan
menyebutkan ada beberapa hal, yang pertama yaitu berkaitan dengan latar
belakang sosiologis seperti agama, jenis kelamin, umur, dan yang kedua
keluarga yang ada disekitarnya dan yang terakhir yaitu dipengaruhi oleh kelas
2. Pendekatan Psikologis
24
pemilih terhadap partai. Konkretnya, partai yang secara emosional dirasakan
terhadap isu, dan citra kandidat. Keyakinan inilah yang paling dekat pada
keputusan suara dan karena itu memiliki dampak langsung dan sangat kuat
memiliki pilihan tertentu yang dapat dijelaskan oleh tiga fungsi sikap. Fungsi
sikap pertama adalah fungsi kepentingan, dimana tiap pilihan yang dipilih
Fungsi sikap kedua adalah fungsi adaptasi, bahwa dalam setiap pilihan yang ia
berada dibawah tekanan preman atau yang selainnya maka mau tidak mau ia
mempertahankan diri dan externalisasi diri dimana setiap pilihan yang akan ia
25
3. Pendekatan Pilihan Rasional
lainnya seperti Public Choice dan Collective Choice45 yang dibawa oleh
yang hadir sebagai kritik atas dua model pendekatan yang sudah ada
dalam ilmu politik Amerika tahun 1950-an dan 1960-an yang sebenarnya
bahwa individu yang mempunyai kepentingan pribadi tidak akan selalu ambil
45
Miriam budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), hal. 92.
46
David Marsh dan Gerry Stoker, Teori Dan Metode Dalam Ilmu Politik, hal. 76.
47
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 94-95.
48
David Marsh dan Gerry Stoker, Teori Dan Metode Dalam Ilmu Politik, hal. 77.
26
Latar belakang teoritis untuk menjelaskan pendekatan ini berangkat
dari teori ekonomi. Model ini merupakan upaya untuk menjelaskan perilaku
rasional ini didasarkan bahwa semua keputusan yang telah dibuat oleh pemilih
rasional senantiasa berorientasi kepada hasil yang dicapai oleh partai atau
berpartisipasi dalam pemilu sedangkan orang lain tidak, ketiga model diatas
pilihannya.
49
Hariyanto, “Kebangkitan Party ID: Analisis Perilaku Memilih Dalam Politik Lokal Di
Indonesia”, Vol. 17/No. 3/Maret 2014, hal. 294.
27
sebagai wahana formal untuk membentuk tatanan negara dan masyarakat (state
kesepakatan (consent).50
di daerah, diatur dalam Pasal 18 ayat (1) UUD Tahun 1945. Dalam sejarahnya,
sesudah reformasi. Di masa Orde Baru, calon-calon kepala daerah, tingkat satu
dan dua, dipilih oleh anggota DPR kemudian diajukan untuk mendapatkan restu
(DPRD).51
50
Marulak Pardede, Jurnal Rechts Vinding BPHN, “Implikasi Sistem Pemilihan Umum
Indonesia”, Vol. 3/No. 1/April 2014, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sistem Hukum
Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, hal. 86. Di unduh dari
http://rechtsvinding.bphn.go.id/ pada 18 November 2017
51
Pheni Khalid, dkk, ed., Pilkada Langsung:Demokratisasi Daerah dan Mitos Good
Governance, (Jakarta: PT Mardi Mulyo, 2005), hal. 1.
28
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan UU hasil revisi
Undang Nomor 22 Tahun 2007 dan dapat dikatakan sebagai bagian dari rezim
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pemilihan Umum untuk memilih
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan
Tahun 2014, Gubernur, Bupati, dan Walikota dipilih oleh DPR. Setelah terjadi
Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
29
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang, maka
Lalu lahirlah UU No. 1 Tahun 2015 peraturan yang berasal dari Perppu No
UU No. 1 Tahun 2015 ini memuat tujuh substansi baru: (1) pencalonan tunggal,
(2) pencegahan politik dinasti, (3) uji publik, (4) pembatasan dana kampanye, (5)
Pemilihan kepala daerah yang dikenal saat ini yaitu pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil
kabupaten/kota untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota secara langsung dan demokratis. 55
Seperti yang telah dikemukakan bahwa tiap-tiap provinsi dibagi atas kabupaten
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
53
Cucu Sutrisno, Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, “Partisipasi Warga Negara
Dalam Pilkada”, Vol. 2/No. 2/Juli 2017, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, hal. 38. Di unduh
dari http://journal.umpo.ac.id pada 20 Desember 2017.
54
Tim Revisi Undang-Undang Pilkada, Menuju Pilkada Serentak Nasional 2021:
Substansi dan Strategi Perubahan UU No 1/2015, (Jakarta: Yayasan Perludem, 2015), hal. 1.
55
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang nomor 8 tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, Dan Walikota
30
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
BAB III
HIDAYAT
Indonesia, maka tak sedikit pula yang berhijrah dari luar berbagai daerah pergi ke
mengundang perhatian dari masyarakat dari berbagai daerah dan para tokoh-
56
Pasal 1 ayat (22) UU nomor 8 tahun 2015
31
tokoh yang ingin maju sebagai gubernur DKI Jakarta, seperti halnya Basuki
Tjhaja purnama dan Djarot Saiful Hidayat yang sudah pernah memimpin di DKI
Jakarta namun tergiur untuk memimpin kembali DKI Jakarta. Perjalanan politik
pasangan petahana yang maju pada pilkada DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja
Tabel III.A.457
Data Pribadi Basuki Tjahaja Purnama
NamaLengkap Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM
Tempat/TanggalLahir Manggar, 29 Juni 1966
NIK 3172012906660005
Usia 50 Tahun
Pantai Mutiara Blok J No. 39, RT/RW. 006/016,
AlamatTempatTinggal Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara
Email ahokbtp@gmail.com
JenisKelamin Laki-laki
Status Perkawinan Kawin
Agama Kristen
NPWP 06.520.857.1-305.000
Hobi Olahraga
Mati adalah keuntungan dan hidup untuk wujudkan
Moto Hidup
keadilan social
Tabel III.A.558
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/BB2%20BASUKI%20-
57
32
Riwayat Pendidikan Basuki Tjahaja Purnama
SD SDN No. 03, Gantung, Belitung Timur 1971-1977
SMP SMP Negeri 1, Gantung, Belitung Timur 1978-1981
SMA SMA Swasta III PSKD, Jakarta 1981-1984
Universitas Trisakti, Teknik Geologi,
S-1 1990
Jakarta
Sekolah Tinggi Prasetiya Mulya, Magister
S-2 1994
Manajamen, Jakarta
Tabel III.A.659
Pengalaman Pekerjaan Basuki Tjahaja Purnama
Center Of Democracy and
Direktur Eksekutif 2007-2009
Transparency (CDT 3.1)
Direktur PT. NurindraEkapersada 1992-2005
Staf Direksi
Bidang Analisa PT. Simaxsindo Primadaya 1994-1995
Biaya & Keuangan
Anggota DPRD
Partai Perhimpunan Indonesia Baru
Kab. Belitung 2004-2005
(PIB)
Timur
Bupati Kabupaten Belitung Timur 2005-2006
Anggota DPR RI Partai GolonganKarya (Golkar) 2009-2012
2012-19 Nov
WakilGubernur Provinsi DKI Jakarta
2014
19 Nov 2014-
Gubernur Provinsi DKI Jakarta
2017
pertama Alm. Indra Tjahaja Purnama (Tjoeng Kiem Nam) dan Buniarti
Ningsih (Boen Nen Tjauw). Anak kedua yaitu Basuri lahir pada tahun
berikutnya, diikuti oleh kelahiran Fifi, Harry, dan Frans yang meninggal
58
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/BB2%20BASUKI%20-%20DJAROT.pdf diakses
pada tanggal 05 Januari 2018 pukul 20.03 WIB
59
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/BB2%20BASUKI%20-%20DJAROT.pdf diakses
pada tanggal 05 Januari 2018 pukul 20.03 WIB
33
karena kecelakaan saat remaja. Ketika lahir nama Ahok sesungguhnya hanya
Basuki saja dan bahkan yang tercantum di rapor SMA-nya pun hanya Basuki.
Pria yang menikah dengan Veronica Tan ini lantas dikenal luas dengan nama
panggilan “Ahok”.60
sistem pemerintahan Belitung Timur yang korup dan feodal. Tahun 1995,
namun keinginan itu ditolak oleh Ayahnya. Sang Ayah pernah mengatakan
bahwa suatu hari nanti rakyat akan memilih Ahok untuk memperjuangkan
nasib mereka.
kaya dan orang kaya jangan melawan pejabat, berlandaskan keinginan untuk
dengan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) yang saat itu dipimpin
oleh Dr. Sjahrir. Pada pemilu 2004 Ahok mencalonkan diri sebagai anggota
legislatif. Dengan keungan sangat terbatas dan dengan model kampanye yang
lain dari yang lain, yaitu menolak memberikan uang kepada rakyat, Ahok
60
Meicky Shoreamanis Panggabean, AHOK, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2016), hal. 3.
34
2009.61 Selama di DPRD ia berhasil menunjukan integritasnya dengan
menolak ikut dalam praktik KKN, menolak mengambil uang SPPD fiktif, dan
“mangkir”.62
diminta untuk membayar sejumlah uang untuk sebuah jabatan, memberi jatah
proyek kepada para tim sukses, dan banyak lagi. Tapi semua itu ditolaknya
dengan alasan tidak sesuai dengan kebenaran yang dipegang dan diyakininya.
dukungan dari rakyat kepada Ahok untuk menjadi bupati. Maju sebagai calon
mengantongi suara 37,13 persen dan menjadi Bupati Belitung Timur periode
61
Panggabean, AHOK, hal. 4.
62
http://ahok.org/tentang-ahok/siapa-ahok/ diakses pada tanggal 06 Januari 2018 pukul
14.02
63
Piter Randan Bua, The Ahok Way, (Bandung: PT. Visi Anugerah Indonesia, 2014), hal.
31.
35
Bermodalkan pengalamannya sebagai pengusaha dan juga anggota
DPRD yang mengerti betul sistem keuangan dan budaya birokrasi yang ada
Prinsipnya sederhana: Jika kepala lurus, bawahannya tidak berani tidak lurus.
Selama menjadi bupati, Ahok dikenal sebagai sosok yang anti sogokan baik
dan jika diteruskan dengan melakukan “bantuan uang”, tentulah akan menuai
pastilah kelak konstituen itu akan terus meminta atau mereka akan
buruk lagi mereka bias merasa tidak ada harapan, memilih siapapun sama
saja.
64
Panggabean, AHOK, hal. 5.
36
Setelah melihat fenomena tersebut, Ahok mengambil satu keputusan
political voice artinya tidak peduli halal atau haram, yang menang dalam
pemilu, karena hanya ada prinsip menang dan kalah, tidak istilah halal dan
haram.65
Dalam pemilu legislatif 2009 dia maju sebagai caleg dari Golkar,
meski awalnya ditempatkan pada nomor urut keempat dalam daftar caleg, dia
perubahan sistem pembagian kursi dari nomor urut menjadi suara terbanyak.
Selama di DPR, dia duduk di komisi II. Dia dikenal oleh kawan dan lawan
sebagai figure yang apa adanya, vokal, dan mudah diakses oleh masyarakat
37
professional (BTP). Dia bisa dikatakan sebagai pionir dalam pelaporan
aktivitas kerja DPR dan semua laporan bisa diakses melalui website-nya.
Sementara itu, staf ahlinya bukan hanya sekedar bekerja menyediakan materi
salah satu dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia. Pada tahun 2007 dia
Nama Ahok kian mencuat pada tahun 2012 karena dipilih Joko
Widodo (Jokowi) sebagai calon Wakil Gubernur DKI Jakarta dari PDIP dan
karena Jokowi mencalonkan diri menjadi Presiden dan menang, Ahok pun
Pembela Islam (FPI), DPRD DKI Jakarta dalam sidang paripurna pada
66
Panggabean, AHOK, hal. 7.
38
tanggal 04 November 2015 memutuskan menetapkan Ahok sebagai
gubernur.67
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dikenal tegas 68 dan juga dikenal
memimpin DKI Jakarta juga mendapat respon yang positif dan negatif.
pilkada serentak tahun 2017, Ahok kembali mencalonkan diri lagi menjadi
Tabel III.A.769
Data Pribadi Djarot Saiful Hidayat
NamaLengkap Drs. Djarot Saiful Hidayat
Tempat/TanggalLahir Magelang, 06 Juli 1962
NIK 0357203060762002
Usia 54 Tahun
AlamatTempatTinggal Jl. Mega Kuningan Barat III / Blok E 35 No. 11,
RT/RW. 004/005, Kelurahan Kuningan Timur,
67
M. Husein Maruapey, Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi, “Penegakan Hukum dan
Perlindungan Negara (Analisis Kritis Terhadap Kasus Penistaan Agama Oleh Petahana Gubernur
DKI Jakarta), Vol. VII/No. 1/Juni 2017, Administrasi Publik S3 Unpad, hal. 22. Di unduh dari
http://jipsi.fisip.unikom.ac.id pada 06 Januari 2018
68
M. Husein Maruapey, “Penegakan Hukum dan Perlindungan Negara”, Vol. VII/No.
1/Juni 2017, hal. 26.
69
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/BB2%20BASUKI%20-%20DJAROT.pdf diakses
pada tanggal 07 Januari 2018 pukul 19.18 WIB
39
Kecamatan Setia Budi, Jakarta Selatan
Email wagubdjarot@gmail.com
JenisKelamin Laki-laki
Status Perkawinan Kawin
Agama Islam
NPWP 09.768.563.0-653.000
Hobi Membaca, Olahraga, Berorganisasi
Isi Hidupmu Dengan Mengabdi Kepada Semua,
Moto Hidup
Bangsa dan Negara
Tabel III.A.870
Riwayat Pendidikan Djarot Saiful Hidayat
SD Raden Saleh Surabaya 1971-1977
SMP SMPN Surabaya 1978-1981
SMA SMA TNH-Mojokerto 1981-1984
S-1 Universitas Brawijaya 1986
S-2 Universitas Gajah Mada 1991
Tabel III.A.971
Pengalaman Pekerjaan Djarot Saiful Hidayat
Universitas 17 Agutsus 1945
Dosen 1986
Surabaya
Universitas 17 Agutsus 1945
Pembantu Dekan I 1989-1991
Surabaya
Universitas 17 Agutsus 1945
Dekan FIA 1991-1997
Surabaya
Pembantu Rektor Universitas 17 Agutsus 1945
1997-1999
I Surabaya
Ketua Komisi DPRD Provinsi Jawa Timur 1999-2000
Wali Kota Kota Blitar 2000-2010
1 Oktober 2014
Anggota DPR RI DPR RI s/d 12
Desember 2014
17 Desember
Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta
2014 s/d
70
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/BB2%20BASUKI%20-%20DJAROT.pdf diakses
pada tanggal 07 Januari 2018 pukul 19.18 WIB
71
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/BB2%20BASUKI%20-%20DJAROT.pdf diakses
pada tanggal 07 Januari 2018 pukul 19.18 WIB
40
Djarot Saiful Hidayat, pria kelahiran Magelang 06 Juli 1962 ini adalah
tiga orang anak, yaitu Farida Prameswari, Karunia Dwi Haspa Paramasari, dan
Meisa Rizki. Pemilik nama lengkap Djarot Saiful Hidayat ini biasa dipamggil
Djarot, dan nama panggilan tersebut sebetulnya bukan nama aslinya, saat lahir
ia diberi nama Saiful Hidayat. Nama Djarot sendiri berawal dari panggilan
seorang tukang tempe langganan sang ibu, dan kebetulan ketika kecil dirinya
sering diasuh oleh penjual tempe langganan ibunya. Saat diasuh tukang tempe
langganan ibunya, dia suka dipanggil Djarot kemudian nama itu melekat pada
dirinya.
alasan kepada kelurahan karena ketika kecil dia sering sakit-sakitan, maka
dunia politik. Pada tahun 1999 dia bergabung dengan PDIP utnuk maju
sebagai calon legislatif daerah dan dia terpilih sebagai anggota DPRD Jawa
41
pilih haluan untuk berkarir ke dunia eksekutif. Pada tahun 2000, dia bertarung
maju untuk menjadi Walikota Blitar, dan dalam kontestasinya tersebut, Djarot
mencalonkan diri sebagai caleg DPR pusat, di mana dia terpilih untuk periode
PDIP pusat untuk menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta yang kosong. Dia
2017.72
Pada pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, pasangan Ahok-Djarot sendiri dalam
proses pencalonannya sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur diusung oleh
koalisi dari berbagai partai, yaitu koalisi partai PDI Perjuangan, partai Nasdem,
72
https://www.viva.co.id/siapa/read/124-djarot-saiful-hidayat diakses pada tanggal 07
januari 2018 pukul 21.01 WIB
42
Ahok-Djarot yang terdiri dari orang-orang yang berada dalam barisan koalisi
sebagai berikut:
Tabel III.B.1073
Struktur Tim Pemenangan
Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat
43
22 Bendahara PDP
Wakil Bendahara Anies Hasan Hanura DKI Jakarta
23 Joice Triatman Wiraswasta
24 Anggota Fraksi PDI
Manuhara Siahaan Perjuangan DPRD DKI
Jakarta
25 Bidang Sumber
Daya dan Kreatif Aria Bima Anggota DPR RI
26 Bidang Data dan
Informasi Eva Sundari Anggota DPRD Prov.
DKI Jakarta
27 Bidang
Perlengkapan dan Mahmudin Muslim Senior Peneliti
Rumah Tangga
28 Bidang Kampanye
dan Sosialisasi Merry Hotma Anggota DPRD Prov.
DKI Jakarta
29 Bidang
Penggalangan Arif Wibowo Anggota DPR RI
Massa
30 Bidang Media Martin Manurung Wiraswasta
31 Bidang Saksi Faiz Dwi Hazrian Karyawan Swasta
32 Bidang Hukum dan
Advokasi Pantas Nainggolan Pengacara
33 Bidang Khusus Masinton Pasaribu Anggota DPR RI
34 Juru Bicara Ahmad Basarah Anggota DPR RI
35 Bidang Keamanan Audi Tambunan Swasta
36 Bidang Koorda
Jakarta Timur Taufik Azhar Anggota DPRD
37 Bidang Koorda
Jakarta Pusat Farida Listuti Wakil Ketua DPD DKI
Jakarta Partai Hanura
38 Bidang Koorda
Jakarta Barat Darmadi Durianto Anggota DPR RI
39 Bidang Koorda
Jakarta Utara dan Jonny Simanjuntak Anggota DPRD Prov.
Kep. Seribu DKI Jakarta
40
Bidang Koorda Gembong Warsono Anggota DPRD Prov.
Jakarta Selatan DKI Jakarta
44
Selain daripada tim pemenangan yang ada dalam barisan pencalonan
Ahok-Djarot sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur, terdapat juga tim
relawan yang mengalawan pencalonannya. Sebut saja salah satunya Teman Ahok
Jakarta sebanyak 1 juta KTP sebagai syarat dan upaya pencalonan Ahok melalui
jalur independen, meskipun pada akhirnya Ahok berbelok arah dengan maju
melalui jalur partai politik. Selain Teman Ahok, masih banyak relawan lainnya
yang ikut serta aktif dalam mengawal pencalonan Ahok-Djarot di pilkada DKI
Teman Ahok.
Gubernur DKI Jakarta, kedua pasangan ini mempunyai visi dan misi sebagai
berikut:
Tabel III.C.1274
Visi dan Misi Ahok-Djarot
Visi
Jakarta sebagai etalase kota Indonesia yang modern, tertata rapi, manusiawi
dan fokus pada pembangunan manusia seutuhnya dengan kepemimpinan yang
bersih, transparan, dan professional
Misi
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/VISI%20MISI%20BASUKI%20-
74
45
1. Mewujudkan pemerintahan yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN), terbuka, dan melayani warga.
2. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar warga, jaminan kesehatan,
jaminan pendidikan, hunian yang layak, bahan pangan yang terjangkau,
transportasi public yang ekonomis, dan lapangan pekerjaan serta usaha agar
seluruh warga berkesempatan memperoleh kehidupan yang lebih baik
sehingga indeks kebahagiaan kota Jakarta menjadi salah satu yang tertinggi
diantara kota-kota di dunia.
3. Menciptakan menciptakan sumber daya manusia yang tangguh, lahir dan
batin, kompeten, dan berdaya saing global dengan indeks pembangunan
manusia yang setara dengan kota-kota maju di dunia.
4. Menata kota sesuai perubahan zaman untuk mendukung kemajuan ekonomi,
keberlangsungan lingkungan, dan kehidupan social budaya warga.
5. Membangun kehidupan kota yang berbasis teknologi dan berinfrastruktur
kelas dunia dengan warga yang berketuhanan, berbudaya, bergotong
royong, berwawasan, toleran, partisipatif, dan inovatif.
BAB IV
Ahok-Djarot yang notabene adalah pasangan petahana yang sudah lama dikenal
46
oleh masyarakat dan sudah terbukti kinerjanya namun justru kalah dalam
kontestasinya di Pilkada DKI Jakarta. Pada bab ini, penulis akan menganalisis
faktor apa yang menyebabkan Ahok-Djarot kalah pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
perilaku politik.75 Dari data yang dihimpun berdasarkan hasil real count KPU DKI
Jakarta melalui Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) KPU RI, tingkat
partisipasi pemilih mencapai 77.1 persen pada putaran pertama dan diputaran
Tabel IV.A.12
Data Jumlah Daftar Pemilih Tetap di Putaran Pertama
Jumlah Jumlah Pemilih
No. Kabupaten/Kota TPS L P Total
1 Jakarta Barat 2.934 834.448 817.603 1.652.051
2 Jakarta Pusat 1.237 374.307 372.845 747.152
3 Jakarta Selatan 2.973 796.540 797.160 1.593.700
4 Jakarta Timur 3.690 999.941 1.006.456 2.006.397
5 Jakarta Utara 2.150 547.668 544.206 1.091.874
6 Kepulauan Seribu 39 8.786 8.629 17.415
75
Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rumpai, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1998), hal. 8.
76
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/20/22240361/tingkat.partisipasi.pemilih.
pada.putaran.kedua.pilkada.dki.78.persen diakses pada tanggal 20 November 2018
47
Total 13.023 7.108.589
Sumber: KPUD DKI Jakarta
Tabel IV.A.13
Data Jumlah Daftar Pemilih Tetap di Putaran Kedua
Jumlah Jumlah Pemilih
No. Kota TPS L P Total
1 DKI Jakarta 13.034 3.610.079 3.608.201 7.218.280
Sumber: KPUD DKI Jakarta
Kekalahan Ahok-Djarot pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017
Bermodalkan kinerja yang sudah terbukti hasilnya dan sosoknya yang sudah
besar.
melakukan kampanye lebih lama bahkan saat masih menjabat dengan membuat
kerjanya.
Pada kasus kekalahan Ahok-Djarot pada Pilkada DKI, pasangan ini tidak
mampu meraih kemenangan pada putaran pertama saja, diputaran kedua justru
48
mengalami kekalahan akibat dari beberapa faktor yang menyebabkan citranya
yang semakin buruk menjelang masa pencoblosan. Dalam hal ini, penulis telah
kandidatnya. Timses dalam hal ini harus mampu membuat strategi kampanye
dilakukan timses seperti yang dikatakan oleh pengamat politik Veri Muhlis
mereka gagal, hal ini seperti yang sampaikan Rian Ernest selaku timses Ahok-
49
Djarot, “kemenangan diputaran pertama karena masyarakat mampu menerima
pesan yang kita sampaikan. Pola yang kita gunakan selama kampanye terbukti
efektif meskipun keinginan kita untuk menang satu putaran tidak tercapai.” 78
hanya gagal di putaran kedua tetapi juga telah gagal pada putaran pertama
karena hanya unggul tipis dari pesaing terdekatnya yaitu pasangan Anies-
Djarot memperoleh suara sebesar 42.99 persen, unggul atas Agus Sylvi yang
memperoleh suara sebesar 17.05 persen dan Anies Sandi dengan perolehan
suara sebesar 39.95 persen. Dengan hasil ini pasangan Ahok-Djarot belum
menghasilkan perolehan suara setidaknya lebih dari 50 persen. Jika tidak ada
maka akan dilanjutkan dengan putaran kedua yang diikuti oleh pasangan calon
Melihat kandidat yang maju adalah petahana, hal ini menjadi tantangan
Djarot tidak akan pindah ke lain hati, apalagi Ahok sendiri adalah seorang
78
Wawancara dengan Tim Sukses Ahok-Djarot Bidang Advokasi Rian Ernest via
Telepon, 27 Juli 2018
79
https://kpujakarta.go.id/viewberita/kpu_provinsi_dki_selesaikan_rekapitulasi_penghitun
gan_suara_hari_ini di akses pada tanggal 21 Oktober 2018
50
minoritas yang akan merebut suara mayoritas dan sudah barang tentu Ahok
semestinya punya persiapan dan strategi khusus karena sudah tahu apa yang
strategi tersendiri untuk menarik perhatian pemilih. Salah satu strategi yang
digunakan selama kampanye adalah kampanye rakyat. Hal ini juga dijelaskan
menyampaikan prestasi-presatsi apa saja yang sudah dicapai oleh pak Ahok-
Djarot. Selain itu kita juga fokus ke daerah-daerah yang punya problem sosial
yang tinggi, dan ini merupakan inisiatif dari pak Ahok sendiri.”81
80
Wawancara dengan Tim Sukses Ahok-Djarot Bidang Advokasi Rian Ernest via
Telepon, 27 Juli 2018
81
Wawancara dengan Tim Sukses Ahok-Djarot Bidang Advokasi Rian Ernest via
Telepon, 27 Juli 2018
51
Jakarta pada pemerintahan sebelumnya sekaligus menyampaikan program
kerjanya di mana hal ini hal ini relevan dengan status Ahok-Djarot sebagai
petahana, namun faktanya hal itu tidaklah cukup mengingat munculnya kasus
tidak bersalah, padahal isu penistaan agama tersebut semakin panas diputaran
kedua. Hal ini juga diakui oleh Rian Ernest yang mengatakan,
52
menang diputaran pertama namun pembuktian sesungguhnya ada diputaran
bersalah dan ini dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan oleh Lingkaran
Ketika Ahok sudah sulit diterima oleh masyarakat muslim dan di saat
masa tenang Pilkada yaitu pada 16-18 April 2017 Badan Pengawas Pemilu
ini jelas membuat warga semakin kecewa karena dianggap merusak demokrasi
dan juga tidak sesuai dengan apa yang selalu di galakkan oleh pasangan Ahok-
Djarot yaitu bersih dan transparan. Sebagai mana yang diungkapkan salah satu
warga ciracas Hendi Sunardi, “Terus juga ada berita kalo timses Ahok itu
84
https://metro.sindonews.com/read/1154556/170/73-warga-yakin-ahok-menistakan-
agama-1478838244 diakses pada tanggal 22 Oktober 2018
85
https://news.detik.com/berita/d-3477951/ini-lokasi-penemuan-sembako-hingga-sapi-
diduga-politik-uang diakses pada tanggal 22 Oktober 2018
53
bagi-bagi sembako itu kan gak boleh sebenarnya, menurut saya itu kan politik
bersalah.
pilihan politik seorang warga karena berkaitan dengan suka atau tidaknya
warga terhadap kandidat yang akan dipilih. Kandidat yang memiliki citra
positif dari pada negatif akan lebih disukai oleh warga. Citra positif dianggap
citra pasangan petahana ini mengalami penurunan yang sangat drastis, selain
ditambah kasus yang menimpa dirinya yaitu kasus penistaan agama. Efeknya
86
Pawito, Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye Pemilihan, (Yogyakarta &
Bandung: Jalasutra, 2009), hal. 263.
54
Ahok-Djarot, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Lembaga survei
Tabel IV.A.14
Survei Elektabilitas Pasangan Ahok-Djarot
Elektabilitas Ahok-Djarot
43.00%
40.50% 41.10%
37.80%
31.90%
27.10%
20.40%
Februari 2016 Juli 2016 Oktober 2016 Januari 2017 Februari 2017 15 Februari 2017 Maret 2017
Series 1
87
Source: Polmark Research Centre
memperoleh angka 37.80%, namun terhitung dari bulan Juli 2016 sampai
elektabilitas ini tidak terlepas dari pengaruh isu penistaan agama yang
87
Pertanyaan elektabilitas pada survei Februari dan Juli 2016 ditujukan untuk bakal calon
secara perseorangan, bukan sebagai pasangan. Sementara data survei Oktober 2016, Januari 2017,
Februari 2017 dan Maret 2017 ditujukan untuk pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur.
55
Sebagaimana yang disampaikan oleh Rian Ernest, “selama kampanye kami
sangat fokus pada program kerja dan mensosialisasikan prestasi pak Ahok-
Djarot secara masif.”88 Disisi lain penyebab naiknya elektabilitas Ahok karena
gaya komunikasinya yang berubah tidak sekasar dulu dan permintaan maafnya
Ernest penurunan itu disebabkan, “karena isu SARA tadi ya, isunya semakin
panas baik itu di media sosial ataupun beberapa tempat yang memang banyak
berimbas pada bertambahnya dukungan publik kepada kubu lawan. Hal ini
88
Wawancara dengan Tim Sukses Ahok-Djarot Bidang Advokasi Rian Ernest via
Telepon, 27 Juli 2018
89
https://pilkada.tempo.co/read/839320/elektabilitas-ahok-merangkak-naik-ini-
penyebabnya diakses pada tanggal 26 Oktober 2018
90
http://m.metrotvnews.com/read/2017/03/15/671921/timses-akui-elektabilitas-ahok-
djarot-turun-karena-isu- diakses pada tanggal 26 Oktober 2018
91
Wawancara dengan Tim Sukses Ahok-Djarot Bidang Advokasi Rian Ernest via
Telepon, 27 Juli 2018
56
yang diungkapkan oleh warga bernama Rusdi Diantoro, “Saya sempet
kemaren itu milih Ahok dan belum terlalu yakin ahok menistakan agama, tapi
nyatanya Ahok gak bisa buktikan kalo dia gak salah berarti kan Ahok bener
dong menistakan agama. Ya udah akhirnya saya ga jadi milih dia lagi.”
atau yang disebut dengan “Aksi Bela Islam” ini digelar menuntut hukuman
digelar pada tanggal 14 Oktober 2016 yang berlangsung di depan balai kota
DKI Jakarta, dikomandoi oleh Front Pembela Islam (FPI) aksi ini menuntut
Sebelum aksi ini dibubarkan, Habib Rizieq Shihab selaku pimpinan FPI
mengecam akan melakukan aksi lanjutan yang lebih besar jika dalam tempo
tiga minggu tidak ada perkembangan penyelidikan atas kasus yang dilakukan
oleh Ahok.92
Gambar IV.A.1
Ribuan Massa Aksi Bela Islam I
92
https://www.suara.com/news/2016/10/14/172957/demo-ormas-islam-bubar-sebelum-
pergi-rizieq-keluarkan-ancaman diakses pada tanggal 26 Oktober 2018
57
Karena dianggap lamban dalam proses penyelidikan kasus penistaan
agama, pada tanggal 4 November 2016 akhirnya digelar kembali aksi lanjutan
yang dihadiri massa dari luar daerah guna menuntut segera di tentukannya
status hukum Ahok. Aksi yang dikenal juga dengan aksi damai 411 ini
berpusat di depan Istana Negara dan disertai kericuhan. Buntut dari aksi ini
hadir pula aksi lanjutan yang berlangsung pada tanggal 2 Desember dan 11
Februari 2016. Aksi ini berlangsung damai yang disertai dengan zikir dan do`a
bersama. Terhitung diputaran pertama telah terjadi empat aksi belas Islam
yaitu karena isu penistaan agama yang terus bergejolak sampai digelarnya aksi
besar-besaran yang terjadi pada tanggal 21 Februari 2017 atau disebut juga
dengan Aksi Bela Islam 212 sebagai aksi lanjutan atas beberapa aksi yang
Perwakilan Rakyat (DPR) dan dihadiri oleh ribuan massa yang terdiri dari
simpatisan Forum Umat Islam (FUI) dan Mahasiswa yang menuntut agar
58
ke-11 kasus dugaan penistaan agama di auditorium gedung Kementrian
aksi lanjutan yang berlangsung pada tanggal 31 Maret 2017. Aksi ini
Ahok dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Awalnya aksi ini akan
hukuman pidana penjara paling lama 6 bulan atau denda maksimal Rp 6 juta,
tetapi tak menyurutkan aksi penolakan ini. Pada akhirnya Ahok-Djarot pun
93
https://www.merdeka.com/peristiwa/21-februari-fui-gelar-aksi-bela-islam-di-dpr-tuntut-
ahok-dicopot.html dikses pada tanggal 29 Oktober 2018
94
https://www.liputan6.com/news/read/2904995/massa-aksi-31-maret-longmarch-dari-
istiqlal-ke-istana-merdeka dikses pada tanggal 29 Oktober 2018
59
berjalan tidak kondusif.95 Hal ini yang kemudian menyebabkan tidak
DKI Jakarta seperti di kawasan Setiabudi dan Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
Spanduk yang banyak bertebaran ini salah satunya bertuliskan “masjid ini
tidak mensholatkan jenazah pendukung dan pembela penista agama, mari kita
Gambar IV.A.2
Spanduk Provokatif di Masjid Kawasan Pondok Pinang
citra Ahok di mata masyarakat khususnya umat muslim. Hal ini merupakan
95
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/01/03/09570671/kampanye.ahok.yang.berge
jolak.di.penghujung.dan.awal.tahun diakses pada tanggal 26 Oktober 2018
96
http://wartakota.tribunnews.com/2017/03/12/marak-penolakan-menyalatkan-jenazah-
pendukung-ahok-ini-sikap-dewan-masjid-indonesia diakses pada tanggal 26 Oktober 2018
60
faktor yang sangat berpengaruh terhadap kekalahan yang dialami oleh
Ernest, ia mengatakan:97
“putaran kedua sudah kami prediksi isunya akan semakin panas, seperti yang
saya jelaskan sebelumnya. Adanya aksi dan spanduk anti Ahok membuat
kami harus bekerja keras membendung isu penistaan agama ini baik di media
sosial maupun bertatap muka langsung dengan warga melalui kampanye
senyap yang kami lakukan di putaran kedua dan memang faktor ini sangat
mempengaruhi kekalahan Pak Ahok diputaran kedua.”
Ahok seperti yang diungkapkan oleh seorang warga perempuan bernama Siti
Mahfuzoh seperti yang disampaikannya, “ya kan orang udah terbukti jadi
tersangka ngelakuin penistaan agama kok mau dipilih, enggak lah. Warga
muslim mana yang ga marah kalo Ayat suci Al-Qur`an di lecehin apalagi
sama orang non-muslim. Makanya mending pilih calon lain aja yang lebih
santun.”98
yang ia sampaikan, ia mengatakan, “Saya sempet kemaren itu milih Ahok dan
belum terlalu yakin ahok menistakan agama, tapi nyatanya Ahok gak bisa
buktikan kalo dia gak salah berarti kan Ahok bener dong menistakan agama.
97
Wawancara dengan Tim Sukses Ahok-Djarot Bidang Advokasi Rian Ernest via
Telepon, 27 Juli 2018
98
Wawancara dengan warga Kecamatan Ciracas Siti Mahfuzoh di Ciracas Jakarta Timur,
05 Agustus 2018
99
Wawancara dengan warga Kecamatan Ciracas Rusdi Diantoro di Ciracas Jakarta Timur,
05 Agustus 2018
61
Menariknya, meskipun berubah pilihan, Rusdi punya penilaian lain
kerjanya bagus ya, saya senang juga waktu yang kalijodo di gusur, itu kan
tempat prostitusi, jadi saya setuju kalo tempat kaya gitu digusur..”100
Dari penuturan para warga DKI Jakarta yang tidak memilih Ahok-
Djarot, hal ini juga didukung dari hasil survei yang dilakukan oleh Lingkaran
Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang digelar pada tanggal 5-11 januari 2017
LSI Denny JA Ardian Sofa menyatakan hasil survei yang menunjukkan bahwa
agama, merupakan faktor utama penyebab warga tidak memilih Ahok di mana
belakang agama yang dianut oleh kandidat. Ahok mencalonkan diri kembali
harus mampu meraup suara dari kalangan mayoritas yaitu pemilih dari warga
muslim. Pada studi perilaku politik, keinginan warga dalam memilih kandidat
62
Pendekatan sosiologis dapat dilihat melalui beberapa indikator,
diantaranya umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, suku dan gender.102 Dalam
ketimbang Djarot. Ahok dinilai selain kepribadian dan kinerjannya juga dinilai
disampaikan oleh salah satu warga Kecamatan Ciracas Hendi Sunardi, “saya
kurang suka pasangan ini ya, apalagi ahok itu kan non-muslim, kalo saya
“saya sih kalo bisa seagama lah kalo buat pemimpin, kalo bukan seagama
jangan deh. Itu aja sih kalo saya.” Yang menarik adalah setelah Nur Jannah
dan Agus-Silvy berdasarkan debat kandidat. Dalam hal ini penulis melihat
seperti yang disampaikan Nur Jannah, ia mengatakan, “ya setelah tau Ahok
maju lagi dia kan non-muslim ya saya ga akan milih dia. Terus kan ada dua
calon lagi yang seagamalah gitu, jadi saya lihat dua calon yang lain, saya juga
sempat lihat pas debat kandidat kan ada berapa tahap tuh, ya mungkin saya
102
Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 186.
103
Wawancara dengan warga Kecamatan Ciracas Hendi Sunardi di Ciracas Jakarta Timur,
05 Agustus 2018
104
Wawancara dengan warga Kecamatan Ciracas Nur Jannah di Ciracas Jakarta Timur, 05
Agustus 2018
63
Dengan demikian, maka terlihat dengan jelas bahwa indikator yang
mempengaruhi perilaku pemilih warga DKI Jakarta dan terlebih sosok Ahok
memilih pasangan ini. Ahok masih menjadi magnet perhatian terbesar warga
mendapat perhatian sedikit dari warga. Hal ini juga diungkapkan oleh Veri
dan kenapa petahana ini bisa kalah juga karena Ahok, Ahok lebih banyak
Djarot”.
IV.A.3 dan disisi lain elektabilitas Anies-Sandi masih berada diatas Ahok-
Djarot. Isu penistaan agama membuat dilema bagi warga muslim yang ingin
umat muslim menuntut Ahok di hukum juga telah mengubah pilihan warga
64
Sebagai seorang petahana, Ahok dinilai memiliki karakter yang tegas
dan gaya komunikasinya yang kasar bahkan sampai memaki-maki. Hal ini
terlihat dari gaya kepemimpinannya pada saat dirinya masih menjabat sebagai
salah satu faktor kekalahannya ditambah isu penistaan agama yang memanas
melewati proses sosialisasi yang panjang, seperti adanya pengaruh orang tua
Namun bagi pemilih yang tidak mempunyai ikatan emosional dengan partai,
Muhlis melihat faktor kepribadian atau figur calon sebagai penyebab dari
ketidaksukaan warga pada pasangan calon. Dalam hal ini kepribadian Ahok
dinilai tidak dapat diterima oleh kultur masyarakat, seperti yang dia
sampaikan:106
65
“kalo ditanya penyebab kekalahan ahok itu banyak sebabnya, tapi dari sudut
pandang perilaku politik di Indonesia ini faktor kepribadian seorang kandidat
itu diperhatikan oleh pemilih. Siapapun orang kalo dia mau dipilih oleh
rakyat, apalagi kulturnya masih kultur tradisional modern tapi nusantara
begini, maka dia harus punya sikap yang baik, dia harus mampu menjaga
perkataannya dengan baik. Kalo kita bandingkan dari sisi para pemimpin
bangsa, seperti soekarno itu punya daya pikat yang luar biasa karena dia
selalu tampil di depan publik dalam keadaan berwibawa, lihat cara dia
berpakaian, lihat cara dia berbicara, nyaris tidak ada celah. Nah tokoh-tokoh
yang tidak bisa menjaga lisan, yang tidak bisa menjaga perilakunya atau
kredibilitasnya buruk itu akan mendapatkan akibatnya yaitu warga menjadi
tidak suka. Suka dan tidak suka itu kan sesuatu yang dinamis, tingkat
kesukaannya bisa naik turun makanya di ukur lewat survei kan tingkat
kesukaan, nah kondisi inilah yang terjadi pada pasangan ahok-djarot dimana
tingkat kesukaan warga Jakarta yang relatif naik turun.”
Pendapat ini juga didukung dari hasil survei yang diselenggarakan oleh
B. Pembahasan
Pilkada DKI Jakarta 2017 menjadi salah satu yang menunjukkan bahwa calon
107
https://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/21/09195611/survei.litbang.kompas.mes
ki.popularitas.paling.tinggi.tingkat.kesukaan.terhadap.ahok-djarot.paling.rendah diakses pada
tanggal 10 November 2018
66
potensinya masih besar. Sebagai seorang petahana, Ahok-Djarot semestinya
diwarnai dengan kasus penistaan agama yang menimpa Ahok. Sebagai calon
Gubernur hal ini sangat menyulitkan bagi kubu Ahok dalam mendulang suara
tetapi diputaran kedua isu penistaan agama semakin menguat ditambah timses
DKI Jakarta.
pukulan telak bagi pasangan petahana. Kekalahan itu tidak lain bermula dari
penurunan elektabilitas yang drastis. Faktor lain seperti yang telah disinggung
67
dalam memenangkan pasangan Ahok-Djarot. Oleh karena itu tanpa menafikan
penulis justru mencari sudut pandang berbeda yakni melihat faktor utama
petahana sendiri.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan analisis penilitian pada bab sebelumnya, pada bab ini penulis
akan menguraikan secara singkat hasil penelitian yang penulis peroleh tentang
faktor kekalahan Ahok-Djarot pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Selain berisi
uraian singkat dari hasil penelitian, pada bab ini penulis juga memberikan saran-
A. Kesimpulan
68
Dari hasil penilitian yang penulis peroleh, terdapat beberapa faktor yang
strategi timses meng counter isu tidak berjalan maksimal, hanya memberikan
timses di media sosial juga tidak maksimal karena semua mengklaim sebagai
jenderal sehingga isunya tidak terkomando. Disisi lain adanya isu pembagian
sembako menjadi blunder fatal yang dilakukan timses di masa tenang Pilkada
kalah berdasarkan penilaian warga atas gaya komunikasi Ahok yang kasar
B. Saran
69
Adapun penulis memberikan saran-saran yang relevan dengan hasil
yang berbau SARA. Hal ini juga berlaku bagi kandidat dari kalangan mana
saja sebab persoalan SARA sangat riskan untuk dikampanyekan karena dapat
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Bua, Piter Randan. The Ahok Way, Bandung: PT. Visi Anugerah Indonesia, 2014.
Budiardjo, Miriam. Partisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rumpai, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1998.
70
David Marsh dan Gerry Stoker. Teori Dan Metode Dalam Ilmu Politik, Bandung:
Nusa Media, 2010.
Ginting, Jani. dkk, ed,. Merubah Indonesia: The story Of Basuki Tjahaja
Purnama, Jakarta: Center For Democracy and transparency, 2008.
J. Dwi Darwoko dan Bagong Suyanto. Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan,
Jakarta: Prenada Media Group, 2004.
Ramlan Subakti. Memahami Ilmu Poliik, Jakarta: Gramedia Widya Sarana, 2010.
71
Sitepu, P. Antonius. Studi Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Toni Andrianus Pito, Efriza, dan Kemal Fasyah. Mengenal Teori-teori Politik:
Dari Sistem Politik sampai Korupsi, Bandung: Nuansa Cendikia, 2013.
Varma, S.P. Teori Politik Modern, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
PENELITIAN
72
Hanafi, Ridho Imawan. “Pemilihan langsung Kepala Daerah Di Indonesia:
Beberapa Catatan Kritis Untuk Partai Politk”, Jurnal Penilitan Politik,
Vol. 11/No. 2. (Desember 2014).
Hutomo, Radityo Rizki. “Perilaku Memilih Warga Surabaya Dalam Pemilu
Legislatif 2014 (Hubungan Kesesuaian Program Kandidat, Kampanye,
Identifikasi Partai dan Pemberian Imbalan Uang dalam Menentukan
Pilihan Partai Politik dalam Pemilu Legislatif 2014)”, Jurnal Politik
Muda, Vol.4/No.1. (Januari-Maret 2015).
DOKUMEN ELEKTRONIK
INTERNET
73
Detik.com. diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 dari
https://news.detik.com/berita/d-3475273/survei-indikator-elektabilitas-
anies-sandi-482-ahok-djarot-474
74
Kpujakarta.go.id. diakses pada tanggal 28 Februari 2018 dari
https://kpujakarta.go.id/file_data/16112510134725112016%20tim
%20kampanye%20ahok%20djarot%20lengkap.pdf
Kpujakarta.go.id. diakses pada tanggal 28 Juni 2018 dari
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/VISI%20MISI%20BASUKI%20-
%20DJAROT.pdf
Liputan6.com. diakses pada tanggal 02 Desember 2018 dari
https://www.liputan6.com/news/read/2904995/massa-aksi-31-maret-
longmarch-dari-istiqlal-ke-istana-merdeka
75
Perludem.org. diakses pada tanggal 19 Oktober 2017 dari
http://perludem.org/2015/12/23/siaran -pers-sepak-terjang-petahana-di-
pilkada-serentak-2015 i
Republika.com. diakses pada tanggal 18 Oktober 2017 dari
http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/16/10/22/offn854-
dinamika-pilkada-dki
Sindonews.com. diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 dari
https://metro.sindonews.com/read/1154556/170/73-warga-yakin-ahok-
menistakan-agama-1478838244
76
kalo saya lebih loyalitasnya kepada pak ahoknya karena saya sudah kenal
pak ahoknya dari tahun 2012 jadi sudah pernah bantu pak ahok di pilkada Jakarta
2012. Jadi sudah kenal lama meskipun dulu tidak deka, baru dekat ketika bekerja
bersama beliau di balaikota dari 2015 sampe 2017. Jadi soal karakter pak ahok
saya pikir sejauh ini tidak perlu diragukan untuk komitmen beliau memberantas
korupsi. Saya pikir sih itu magnet terbesar pak ahok menurut saya. Jadi itu yang
ditanggung KPU?
timses yang sifatnya professional, serta biaya untuk ajudan-ajudan, dan banyak
lagi.
dokumen, itu saya yang handle memang. Bicara soal kampanye saya dulu sangat
aktif sekali di tahap administrasinya dan akhirnya saya lebih banyak fokus kerja
bersama tim jubir. Soal strategi kampanye, salah satu yang kita gunakan adalah
kampanye rakyat. kampanye rakyat yang kami galakkan ini merupakan program
penggalangan dana kampanye yang berbasis partisipasi rakyat. Jadi kami ingin
77
transparan. Selama ini kampanye itu sarat akan politik uang makanya kami
menggunakan metode ini. Penggalangan dana ini juga bisa dilakukan secara
apa saja yang sudah dicapai oleh pak Ahok-Djarot. Selain itu kita juga fokus ke
daerah-daerah yang punya problem sosial yang tinggi, dan ini merupakan inisiatif
dari pak Ahok sendiri. dalam setiap kegiatan kampanye baik diputaran pertama
maupun kedua kami menghidari kampanye yang berbau SARA, kami fokus soal
kinerja, prestasi dan program kerja. Soal adanya isu SARA, kami kampanyekan
tablig akbar dan pengajian. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk fokus
Secara politik saya sebagai timses dan politikus muda, dalam perspektif
saya sentimen agamanya begitu kencang. Maksudnya banyak orang yang tidak
mau membahas yang lain, faktanya lebih banyak membahas persoalan agama.
kita sampaikan. Pola yang kita gunakan selama kampanye terbukti efektif
isu SARA tadi ya, isunya semakin panas baik itu di media sosial ataupun beberapa
78
tempat yang memang banyak bertebaran spanduk-spanduk anti Ahok dan itu
memang menyulitkan bagi kami sebagai timses, isunya semakin sulit untuk kami
bendung. Putaran kedua sudah kami prediksi isunya akan semakin panas, seperti
yang saya jelaskan sebelumnya. Adanya aksi besar-besaran dan spanduk anti
Ahok membuat kami harus bekerja keras memebendung isu penistaan agama ini
baik di media sosial maupun bertatap muka langsung dengan warga melalui
kampanye senyap yang kami lakukan di putaran kedua. Jadi memang isu SARA
ini menjadi faktor terbesar pak Ahok-Djarot kalah ya. Menurut saya ini faktor
utamanya karena itu terus yang diserang kepada kami. Tentu di luar faktor agama
ada faktor lainnya yang di share ke publik bahwa pak ahok bermasalah, banyak
berita-berita tidak baik yang di sebar baik dari warganya maupun lawan
politiknya.
5. Apa kelemahan yang anda lihat dan rasakan dari pasangan ahok-
djarot pada pilkada DKI Jakarta 2017 dan apa harapan anda ke
depan?
Secara pasangan kelemahan nya adalah publik terlalu fokus kepada sosok
ahok sehingga sosok djarot tidak terlalu terekspos. Sosok djraot memang sedikit
terangkat apalagi menjelang hari H, tapi selama kampanye sosok ahoklah yang
79
Menurut saya ini jelas black campaign ya. Pak ahok itu paling tidak suka
dengan cara-cara tidak sehat seperti ini, pak ahok bisa saja melakukan
penyogokan atau semacamnya, tapi pak ahok lebih memilih cara-cara yang sehat
saja.
Mayoritas orang Jakarta pasti kenal Ahok ya. Tahunya kan waktu dia
nyalon di Jakarta bareng Jokowi, dia kan dulu sempet mimpin di bangka Belitung
juga. Kalo Djarot gak terlalu kenal banget sebatas tahunya mulai dari dia jadi
wagub aja. Dibanding Ahok, Djarot lebih santun orangnya. Kalo Ahok kan
Ya gimana orang udah terbukti jadi tersangka ngelakuin penistaan agama kok
mau dipilih lagi, enggak lah. Orang islam mana yang ga marah kalo Ayat suci Al-
Qur`an di lecehin apalagi sama orang non-muslim. Makanya mending pilih calon lain
Ya pas Ahok resmi jadi tersangka, dari situ saya ga akan milih dia, paling
milih kandidatnya lewat debat yak an dari situ bisa kita liat mana yang bagus dan
gaknya
80
4. Bagaimana ibu/bapak menanggapi isu-isu yang menerpa ahok? Seperti
Sebagai orang muslim saya sepakat Ahok menistakan agama, menurut saya
gak boleh lah dia bawa-bawa ayat suci Al-Qur`an dengan cara seperti itu kan
melecehkan orang Islam kalo begitu. Ahok sebenarnya kan udah minta maaf juga ya,
Sebenarnya gak jadi masalah meskipun bukan seagama, buka se suku kalo
saya pribadi, yang penting dia mampu memimpin dan menyejahterakan rakyatnya, itu
aja. Kalo Pendidikan itu harus karena itu modal buat jadi pemimpin.
Kalo kinerjanya saya akui sebenarnya bagus ya, disiplin juga orangnya
contohnya Kawasan Tanah Abang yang dulunya kurang tertib kondisinya lebih tertib
Ya orang Jakarta pasti udah pada kenal Ahok-Djarot. Kalo saya memang
kenalnya dari waktu bareng sama Jokowi dulu. Kalo Djarot juga waktu jadi wakil
gubernur. Djarot jauh lah dari Ahok, maksudnya ga terlalu tegas, tapi ga ceplas-
81
2. Pada pilkada lalu, kenapa anda tidak memilih ahok-djarot?
Saya sempet kemaren itu milih Ahok dan belum terlalu yakin ahok
menistakan agama, tapi nyatanya Ahok gak bisa buktikan kalo dia gak salah
berarti kan Ahok bener dong menistakan agama. Ya udah akhirnya saya ga jadi
Setelah Ahok benar-benar mau dipenjara itu kan berarti Ahok beneran salah
akhirnya saya merubah pilihan saya ke dua calon yang lain. Saya lumayan lama
nentuin calon yang mau di pilih karena orangnya belum terlalu kenal, cuman pas
diputaran kedua kan tinggal Ahok sama Anies, nah disitu saya bakalan milih Anies.
Awalnya . Ya itu salah Ahok sendiri kenapa harus bawa-bawa ayat suci Al-
Jakarta, orangnya baik meskipun bukan seagama gak jadi masalah buat saya. Mau dari
suku mana aja juga gak masalah. Kalo Pendidikan itu harus lah karena seorang
82
6. Bagaimana kepemimpinan pak Ahok selama menjadi Gubernur?
` Sebenarnya Ahok itu bagus kinerjanya, zaman Ahok masalah banjir dia cepet
penangananya. Terus dia orangnya disiplin, ya contohnya aja waktu zaman dia
menjabat jarang ada yang telat itu orang-orang kaya di kelurahan, PNS-PNS juga. Kan
dia suka nindak langsung kalo ada yg bermasalah. Saya senang juga waktu yang
kalijodo di gusur, itu kan tempat prostitusi, jadi saya setuju kalo tempat kaya gitu
digusur.
Kalo Ahok dari lama taunya saya, ya pas dari dia jadi Wagub itu bareng
jokowi. Kalo Djarot baru tau pas gantiin Ahok jadi Wagub kan ahoknya naik jadi
gubernur. Kalo Djarot saya liat ga sekasar Ahok kalo lagi ngomong. Orangnya lebih
kalem gitu.
saya kurang suka pasangan ini ya, apalagi ahok itu kan non-muslim, kalo saya
saya waktu liat anies maju saya senang, orangnya kan pintar dan santun. Pas
masa kampanye liat ahok menistakan agama saya makin gak suka, pokoknya jangan
83
4. Bagaimana ibu/bapak menanggapi isu-isu yang menerpa ahok? Seperti
Menurut saya ya itu menistakan. saya heran dia kan non-muslim kenapa bawa-
bawa ayat suci Al-Qur`an terus ngomongnya begitu lagi di depan warga, saya kan liat
juga tuh videonya di tv. Gak pantes aja dia bawa-bawa ayat suci Al-Qur`an. Makanya
saya senang pas akhirnya dia jadi tersangka. Terus juga ada berita kalo timses Ahok
itu bagi-bagi sembako kan gak boleh sebenarnya, menurut saya itu kan politik kotor
Kalo diri saya pribadi ya, saya intinya milih calon yang seagama aja, yang lainnya gak
jadi masalah.
Kalo kinerja waktu memimpin Jakarta sih lumayan di bilang bagus banget sih
ga juga. Ahok itu dia main gusur-gusur aja ga ada kompromi. Dia juga kan
ngomongnya kasar, ga bisa di jaga. Tegas sih iya tapi tetap harus santun juga.
84
Kalo Ahok taunya udah lama lah yapaling dari dia jadi wakilnya Jokowi
dulu. Setau saya dulu Ahok kalo gak salah pernah di Bangka Belitung kan jadi
bupati. Kalo djarot kan taunya baru-baruaja waktu gantiin Ahok jadi Wagub. Saya
Saya sih kalo bisa seagama kalo buat pemimpin, kalo bukan seagama jangan
deh. Itu aja sih kalo saya. Ahok itu kan non-muslim meskipun kerjanya bisa dibilang
bagus tapi karena beda agama menurut saya lebih baik pilih yang seagama aja.
Ya setelah tau Ahok maju lagi dia kan non-muslim yasaya udah ga akan milih
dia. Terus kan ada dua calon lagi yang seagama lah begitu, jadi saya fokus ke dua
calon itu, terus saya liat pas debat kandidat kan ada beberapa tahap tuh, ya mungkin
Menurut saya ya menistakan itu. Jujur saya semakin ga suka denganAhok yang
udah jelas non-muslim terus dia pake ngomongin ayat suci Al-Qur'an lagi. Itu kan pas
kampanye kan,kalo ga salah dia bilang jangan mau di bohongi sama surat Al-Maidah,
di ngomong begitu kan ngundang kemarahan orang Islam kalo gitu. Pas ahok jadi
85
5. Apakah faktor umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku/etnis, gender
Kalo itu pasti ya karena agama sangat penting menurut saya. Pendidikan juga
menurut saya juga penting, ya pemimpin itu kan harus pinter lah orangnya, kalo yang
Kalo yang saya lihat Ahok kerjanya cukup bagus ya, contohnya aja
Ariefuzzaman
adalah karena isu sara dan dari hasil terjun ke lapangan yaitu
hal ini?
Kalo ditanya penyebab kekalahan ahok itu banyak sebabnya, tapi dari
kandidat itu diperhatikan oleh pemilih. Siapapun orang kalo dia mau dipilih oleh
86
rakyat, apalagi kulturnya masih kultur tradisional modern tapi nusantara begini,
maka dia harus punya sikap yang baik, dia harus mampu menjaga perkataannya
dengan baik. Kalo kita bandingkan dari sisi para pemimpin bangsa, seperti
soekarno itu punya daya pikat yang luar biasa karena dia selalu tampil di depan
publik dalam keadaan berwibawa, lihat cara dia berpakaian, lihat cara dia
berbicara, nyaris ga ada celah. Nah tokoh-tokoh yang tidak bisa menjaga lisan,
yang tidak bisa menjaga perilakunya atau kredibilitasnya buruk itu akan
mendapatkan akibatnya yaitu warga menjadi tidak suka. Suka dan tidak suka itu
kan sesuatu yang dinamis, tingkat kesukaannya bisa naik turun makanya di ukur
lewat survei kan tingkat kesukaan, nah kondisi inilah yang terjadi pada pasangan
Ahok-Djarot dimana tingkat kesukaan warga Jakarta yang relatif naik turun.
Mengapa tidak sinkron antara kinerja dengan kepribadian karena budaya kita
masih tradisional baru mau masuk budaya modern sehingga persoalan pribadi
menurunkan elektabilitas pasangan ini dan kenapa petahana ini bisa kalah juga
karena Ahok, Ahok lebih banyak masalahnya sehingga warga lebih banyak
itu tinggi tapi tidak tinggi sekali, survei pertama sekitar 56 persen dan survei
kedua sekitar 62 persen, itu pun karena faktor publikasi yang besar-besaran
sebenarnya atau karena faktor perubahan tradisi, contohnya zaman Ahok itu
87
sebetulnya, kemudian zaman Ahok duit yang banyak itu sama ahok dipakai buat
bersihin sebelumnya kan tidak nah jadi tingkat kepuasannya disitu tapi
pasti yang tidak akan berubah itu sekitar 22 persen. Untuk seorang petahana, 38
persen itu kecil wajar karena pertama Ahok itu limpahan dari Jokowi, lalu
yang sama gaya kepemimpinan Ahok itu out off the book tidak seperti pada
umumnya orang, dia ceplas-ceplos, dia kasar, dan Ahok kadang-kadang mencaci
maki yang akhirnya bikin sakit hati orang. Jadi ada kaitanya ya soal perilaku
pemilih Indonesia itu bergantung pada perilaku orang yang akan dipilih juga. Jadi
faktor terbesar kekalahan Ahok itu karena perilaku pribadi Ahok sendiri.
Seandainya Ahok perilakunya tidak kasar seperti itu mungkin isu sara tidak akan
muncul. Saya melihat persoalan sara dari pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu
hadir karena ketakutan, ketidakpercayaan diri atas perbedaan yang Ahok sadari
dari awal, bahwa dia minoritas, itu kemudian dijadikan senjata atau tameng dan
itu akhirnya diserang oleh lawan dan pernyataannya pun melanggar karena
terbukti dia di penjara karena kalo tidak ada pelanggaran ya tidak akan di penjara.
Di Indonesia ini semenarik apapun visi misi dan program kerja sepanjang
sistemnya dan dana masih seperti ini, legislatif dan eksekutif pola hubungannya
88
masih belum baik pada akhirnya akan larut pada sistem yang sudah mentradisi
seperti APBND. Salah satu program Ahok-Djarot yaitu ruang terbuka hijau itukan
bukan dari APBD itu, kerjasama dengan swasta dan ketika masuk kedalam sistem
di Indonesia itu tidak mudah. Kalo mencoba dikaji program kerja Ahok-Djarot itu
bagus dan menarik. Secara kinerja pelayanan birokrasi Ahok-Djarot lebih baik
dan tidak bisa dibantah, Ahok bisa menegur langsung dan itu fakta sehingga
masyarakat diyakinkan. Tapi diindonesia ini orang itu takut dipimpin sama orang
sara?
ya kampanye gagal. Jadi apakah kampanye Ahok-Djarot itu efektif menurut saya
tidak efektif karena semuanya jadi jenderal, disosial media itu jadi jenderal semua
mengklaim jadi panglima akhirnya isunya tidak terkomando karena semua orang
ingin terlibat dan banyak sekali orang yang mengeluarkan dana pribadi hanya
minoritas.
89