Abstract
This research formulated a better model of direct local elections for Indonesia. Based on the depth findings
of three series of researches (2012, 2013, 2014) on direct local elections under Law No. 32/2004, this research
recommended the “asymmetrical” direct local elections model in which direct local elections shall be varied in level
depends on the quality of human development index and regional budget capacity. This research also suggested
regulative and technical interventions to achieve democratic, accountable and sustainable direct local elections.
Abstrak
Penelitian ini merumuskan model penataan ulang Pemilukada yang tepat bagi Indonesia. Atas dasar berbagai
temuan empiris evaluasi format Pemilukada dibawah UU No. 32/2004 selama tiga tahun berturut-turut (2012,
2013, 2014) penelitian ini merekomendasikan Pemilukada “asimetris” dimana Pemilukada dilaksanakan bervariasi
levelnya tergantung kemampuan sumber daya manusia dan kemampuan keuangan daerah. Selain itu, penelitian
ini merekomendasikan berbagai intervensi regulative dan teknis untuk menata ulang Pemilukada yang demokratis,
akuntabel, berkelanjutan.
Kata Kunci: pemilihan langsung kepala daerah (pemilukada), asimetris, pemerintahan daerah.
1
Tim Peneliti terdiri dari: Dr. Kurniawati Hastuti Dewi (koordinator), Prof. Dr. Indria Samego, Dra. Sri Nuryanti, MA., Drs. Afadlal,
MA., Pandu Yusina Adaba S.Ip., Nyimas Latifah Letty Aziz, SE, MSc.
Sumber: dibuat oleh tim peneliti dengan mengolah data dasar Peta Kemampuan Sumber Daya Manusia Provinsi
dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (2012), dan Grafik Rasio Ketergantungan Pemerintah Provinsi (2013),
yang sudah disajikan lebih dahulu.
24
Kalangan politisi yang menolak pemilukada dan
23
Terminologi berasal dari Mohammad Hatta, dan menggantikannya dengan pemilihan kepala daerah oleh DPRD
penggunaannya dikaitkan dengan pertumbuhan institusi politik menganggap ancaman kekerasan sosial dan politik masih
lokal otonom. manifest, paling tidak tetap laten.
Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Hasil Pemilukada ditinjau dari Aspek Demokrasi,
Akuntabilitas, dan Berkelanjutan
Aspek Kelebihan Kekurangan Saran
Demokrasi Masyarakat memiliki ruang Proses pemilihan memakan Adanya koreksi dari
demokrasi yang luas untuk biaya tidak sedikit sehingga masyarakat terhadap
memilih kepala daerahnya dikhawatirkan kepala birokrasi pemerintah
sehingga kepala daerah daerah terpilih akan terutama yang terkait
terpilih memiliki legitimasi menyalahgunakan dengan penggunaan
yang kuat dan bertanggung kewenangan anggaran anggaran (APBD), salah
jawab penuh kepada (APBD) untuk menutupi satunya melalui kemudahan
masyarakat. ongkos politik yang sudah dalam mengakses dokumen-
dikeluarkan selama masa dokumen publik.
kampanye.
Apabila konstituen tepat Apabila konstituen keliru Masyarakat harus
memilih kepala daerah memilih kepala daerah melakukan check and
maka program maka program balances dengan adanya
pembangunan akan berjalan pembangunan tidak akan transparansi dan partisipasi
sesuai dengan platform visi berjalan karena masyarakat dalam
dan misi kepala daerah yang kepala daerah terpilih tidak merencanakan dan terlibat
dituangkan dalam RPJMD memiliki kemampuan langsung dalam program-
manajerial yang baik. program pembangunan.
Akuntabilitas Kepala daerah terpilih Kualitas pelayanan publik, Perlunya kontrol atau
memiliki akuntabilitas kesehatan, pendidikan dan pengawasan publik yang
dalam pelayanan publik, perekonomian berkurang ketat dari masyarakat, LSM,
kesehatan, pendidikan dan karena kepala daerah media, dan DPRD baik
perekonomian. terpilih cenderung melalui akses keterbukaan
memenuhi target-target informasi publik maupun
politik tertentu dan melalui laporan
terbukanya peluang korupsi pertanggungjawaban
Menata Ulang Pemilukada ... | Kurniawati kepala| 113
Hastuti Dewi
melalui APBD. daerah.
Kepala daerah terpilih Kepala daerah terpilih tidak Memilih kepala daerah yang
mampu menciptakan proses mampu menciptakan proses memiliki kemampuan
kerja yang baik, seimbang, kerja yang baik, seimbang, manajerial dan memiliki
maka program maka program balances dengan adanya
pembangunan akan berjalan pembangunan tidak akan transparansi dan partisipasi
sesuai dengan platform visi berjalan karena masyarakat dalam
dan misi kepala daerah yang kepala daerah terpilih tidak merencanakan dan terlibat
dituangkan dalam RPJMD memiliki kemampuan langsung dalam program-
manajerial yang baik. program pembangunan.
Akuntabilitas Kepala daerah terpilih Kualitas pelayanan publik, Perlunya kontrol atau
memiliki akuntabilitas kesehatan, pendidikan dan pengawasan publik yang
dalam pelayanan publik, perekonomian berkurang ketat dari masyarakat, LSM,
kesehatan, pendidikan dan karena kepala daerah media, dan DPRD baik
perekonomian. terpilih cenderung melalui akses keterbukaan
memenuhi target-target informasi publik maupun
politik tertentu dan melalui laporan
terbukanya peluang korupsi pertanggungjawaban kepala
melalui APBD. daerah.
Kepala daerah terpilih Kepala daerah terpilih tidak Memilih kepala daerah yang
mampu menciptakan proses mampu menciptakan proses memiliki kemampuan
kerja yang baik, seimbang, kerja yang baik, seimbang, manajerial dan memiliki
dan profesional sehingga dan profesional sehingga platform visi dan misi yang
mampu memberikan pelayanan publik berkurang. selaras dengan RPJMD dan
pelayanan publik yang RPJPD
maksimal.
Berkelanjutan Kepala daerah terpilih Tidak ada jaminan aspirasi Perlu adanya perbaikan
memberikan ruang bagi dan partisipasi masyarakat mekanisme musrembang
aspirasi dan partisipasi akan menjadi dasar bagi (misalnya: e-musrembang).
masyarakat untuk turut program pemerintah.
serta dalam program
pembangunan.
Kepala daerah terpilih Terpilihnya kepala daerah Perlu dibuat sistem atau
mampu melakukan inovasi- menguntungkan kelompok regulasi investasi yang
inovasi dan membuka ruang pemodal tertentu untuk memihak kepada seluruh
investasi bagi masyarakat. menguasai perekonomian. lapisan masyarakat.
26
Muridan Widjojo dkk, Evaluasi Praktik Pemilukada di
Tingkat Kabupaten/Kota, Naskah Executive Summary P2P
LIPI, 2012.