Anda di halaman 1dari 41

PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN
Demokrasi di Indonesia
Oleh:
Machmud Al Rasyid
Substansi Demokrasi

Check and
Balances

Kompetisi
Reguler
Indeks Demokrasi BPS & The Economist
Intelligence Unit (EIU)

2023 – 74, 92 – 6,53

2022 – 80,41 – 6,71

2021– 78,12 – 6,71


Indeks Demokrasi BPS & The Economist
Intelligence Unit (EIU)

2020 – 73,66 - 6,30

2019 – 74, 92 – 6,48

2018 – 72,39 – 6,39

2017 – 72,11 – 6,39


Indeks Demokrasi BPS & The Economist
Intelligence Unit (EIU)

2016 – 70,09 - 6,97

2015 – 74, 92 – 6,48

2014 – 72,39 – 6,95

2013 – 72,11 – 6,82


Indeks Demokrasi BPS & The Economist
Intelligence Unit (EIU)

2012 – 62,63 - 6,76

2011 – 65,48 – 6,53

2010 – 63,17 – 6,53

2009 – 67,30 – 6,82


https://data.tempo.co/data/1624/indeks-demokrasi-indonesia-2022-stagnan 23 Peb.2023

Berdasarkan riset yang dilakukan Economist Intelligence Unit


(EIU), Indonesia meraih skor 6,71 pada Indeks Demokrasi
2022. Skor tersebut sama dengan nilai yang diperoleh
Indonesia pada Indeks Demokrasi 2021, dan masih tergolong
sebagai demokrasi cacat (flawed democracy). Meski nilai
indeks tetap, ranking Indonesia di tingkat global menurun dari
52 menjadi 54.

Nilai yang stagnan tersebut juga tercermin pada semua


indikator, yakni pluralisme dan proses pemilu, efektivitas
pemerintah, partisipasi politik, budaya politik yang
demokratis, dan kebebasan sipil. Tidak ada perubahan nilai
sama sekali pada lima indikator tersebut.
Dalam 12 tahun terakhir, EIU mencatat bahwa indeks
demokrasi Indonesia mengalami tren naik turun. Sempat
mengalami kenaikan pada periode 2010 hingga 2015,
kemudian nilai Indonesia mengalami penurunan sepanjang
2016 hingga 2020. Penurunan terdalam terjadi pada tahun
2017, ketika nilai indeks Indonesia menurun 0,58 dibanding
capaian tahun sebelumnya.

Penurunan terlihat pada indikator budaya politik yang


demokratis dan kebebasan sipil. Di tahun 2010, angka budaya
politik adalah 5,63 dan angka kebebasan sipil 7,06. Namun di
tahun 2022, nilainya masing-masing menjadi 4,38 dan 6,18.
Di kawasan Asia Tenggara, kualitas demokrasi
Indonesia pada tahun lalu pun kalah dari Malaysia,
Timor Leste, dan Filipina. Meski sama-sama
memiliki tipe rezim demokrasi cacat, tiga negara itu
mencatatkan nilai yang lebih tinggi dibanding
Indonesia, masing-masing 7,30; 7,06; dan 6,73.
Indikator Indeks Demokrasi BPS
A. Kebebasan Sipil
1. Kebebasan Berkumpul & Berserikat (2)

2. Kebebasan Berpendapat (2)

3. Kebebasan Berkeyakinan (3)

4. Kebebasan dari Diskriminasi (3)


B.Hak-Hak Politik
5. Hak Memilih & Dipilih (5)

6. Partisipasi Politik dlm Pengambilan Keputusan &


Pengawasan (2)
C. Lembaga Demokrasi
7. Pemilu yang Bebas & Adil (2)

8. Peran DPRD (3)

9. Peran Partai Politik (2)

10. Peran Birokrasi Pemda (2)

11. Peran Pengadilan yg Independen (2)


B. Hak Hak Politik (Political Rights)
 V. Hak Memilih dan Dipilih
 11.Kejadian dimana hak memilih dan dipilih masyarakat terhambat
 12. Kejadian yang menunjukkan ketiadaan/kekurangan fasilitas
 sehingga kelompok penyandang cacat tidak dapat menggunakan hak
memilih
 13. Kualitas daftar pemilih tetap (DPT)
 14. Persentase penduduk yang menggunakan hak pilih dibandingkan
dengan yang memiliki hak untuk memilih dalam Pemilu (votersturnout)
 15. Persentase perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD provinsi.

 VI. Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan


Pengawasan
 16. Persentase demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan terhadap total
demonstrasi/mogok.
 17. Pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan.
C. Lembaga Demokrasi (Democratic Institutions)
 VII. Pemilu yang Bebas dan Adil
 18. Kejadian yang menunjukkan keberpihakam KPUD dalam
penyelenggaraan Pemilu
 19. Kejadian atau pelaporan tentang kecurangan dalam penghitungan
suara

 VIII. Peran DPRD


 20. Besaran alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan dalam APBD
 21. Persentase jumlah Perda yang berasal dari hak inisiatif DPRD
terhadap jumlah total Perda yang dihasilkan
 22. Jumlah rekomendasi DPRD kepada eksekutif
 IX. Peran Partai Politik
 23. Jumlah kegiatan kaderisasi yang dilakukan parpol peserta pemilu
 24. Persentase perempuan dalam kepengurusan parpol tingkat provinsi
C. Lembaga Demokrasi (Democratic
Institutions)
X. Peran Birokrasi
25. Penyalahgunaan wewenang oleh pejabat
pemerintah daerah yang merugikan masyarakat
26. Upaya penyediaan informasi APBD oleh
pemerintah daerah
XI. Peran Pengadilan yang Independen
27. Keputusan hakim yang kontroversial
28. Jumlah penghentian penyidikan yang
kontroversial oleh jaksa atau polisi
Metode Baru Indeks Demokrasi Indonesia
ASPEK KEBEBASAN :
1. Terjaminnya kebebasan berkumpul, berekspresi, berserikat,
dan berpendapat oleh aparat negara
2. Terjaminnya kebebasan berkumpul, berekspresi, berserikat,
dan berpendapat antar masyarakat
3. Terjaminnya kebebasan berkeyakinan
4. Terjaminnya kebebasan berkumpul, berekspresi, berserikat,
berpendapat, dan berkeyakinan dalam setiap kebijakan
5. Terjaminnya hak memilih dan dipilih dalam pemilu
6. Pemenuhan hak-hak pekerja
7. Pers yang bebas dalam menjalankan tugas dan fungsinya
Aspek Kesetaraan
1.Kesetaraan Gender
2.Partisipasi masyarakat dalam memengaruhi
kebijakan publik melalui lembaga perwakilan
3.Anti monopoli sumber daya ekonomi
4.Akses warga miskin pada perlindungan dan jaminan
sosial
5.Kesetaraan Kesempatan Kerja Antar Wilayah
6.Akses masyarakat terhadap informasi public
7. Kesetaraan dalam pelayanan dasar
Aspek Kapasitas Lembaga Demokrasi
1.Kinerja Lembaga Legislatif
2.Kinerja Lembaga Yudikatif
3.Netralitas Penyelenggara Pemilu
4.Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terkait
kebijakan pejabat pemerintah
5.Jaminan pemerintah/pemerintah daerah terhadap
pelestarian lingkungan dan ruang hidup masyarakat
6.Transparansi Anggaran dalam Bentuk Penyediaan
Informasi APBN/D oleh Pemerintah
7.Kinerja birokrasi dalam pelayanan publik
8.Pendidikan politik pada kader partai politik
KONTEKSNYA DENGAN DEMOKRASI
BACA & SIMAK :
https://
www.dw.com/id/ylbhi-indonesia-gagal-memahami-konsep-demokrasi/a-4
8741366
YLBHI : Indonesia Gagal Memahami Konsep Demokrasi
https://
www.dw.com/id/transparency-international-makin-lemah-demokrasi-mak
in-tinggi-korupsi/a-47273914
Transparency International: Makin Lemah Demokrasi, Makin
Tinggi Korupsi
https://www.dw.com/id/demokrasi-dunia-alami-kemunduran/a-52633327
Freedom House: Demokrasi dan Kebebasan di Dunia Mengalami
Kemunduran
https://
www.habibiecenter.or.id/img/publication/ac06aed73a921420af78a420d4f6f
50c.pdf
Fenomena Kemunduran Demokrasi Indonesia 2021
https://
populicenter.org/resources/PDF/Penurunan-Indeks-Demokrasi-dan-Perse
Kasus Kontemporer Demokrasi :

1. Presiden Threshold
Pasal 6A ayat 2 (Parpol/Gab.Parpol)

UU No.7 Tahun 2017 Pasal 222

Putusan MK
Penjelasan :
a.Pemilu 2004 dengan UU 23 Tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Pasal 5
Ayat (4) UU itu menyatakan, pasangan calon presiden
dan wakil presiden hanya dapat diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik yang memperoleh
sekurang-kurangnya 15 persen jumlah kursi DPR atau 20
persen dari perolehan suara sah nasional dalam pemilu
anggota DPR. Menjadi pertamakali Pemilu Presiden
secara langsung.
b.Pemilu 2009 dengan UU Nomor 42 Tahun 2008 yang
menyatakan 25 persen kursi di DPR atau 20 persen
suara sah nasional dalam Pemilu, dengan calon Mega –
Prabowo, SBY – Budiono, dan Jusuf Kalla – Wiranto.
c. Pemilu 2014 Ketentuan sama dengan Pemilu 2009
dengan Calon Jokowi – Jusuf Kalla dan Prabowo – Hatta
Rajasa.
d.Pemilu 2019 berlaku UU Pemilu No.7 Tahun 2017
dengan Pasal 222 yaitu 20 % kursi DPR atau 25 % suara
sah pemilu dengan Calon Jokowi – Ma’ruf Amin dan
Prabowo – Sandiaga Uno. Suara ini di dasarkan pada
Pemilu Sebelumnya, yaitu Hasil Pemilu 2014.
f.Pemilu serentak dimulai pada Pemilu 2024.
• PERTANYAAN YANG MUNCUL : Mengapa Persyaratan
Presiden Threshold menggunakan Pemilu Sebelum
nya ?
Ditolak Oleh MK :
 Mahkamah menilai para pemohon tidak
memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan
permohonan tersebut, sehingga mahkamah
tidak dapat menerima permohonan.
 Menurut mahkamah, yang bisa menguji aturan
tersebut adalah partai politik atau gabungan
partai politik.
 Selain itu juga individu yang dapat
membuktikan diri dicalonkan sebagai capres-
cawapres atau individu bersama dengan partai
politik pengusung capres-cawapres.
Ada Dissenting Opinion :

 Hakim Konstitusi Suhartoyo, Hakim


Konstitusi Manahan MP. Sitompul, Hakim
Konstitusi Saldi Isra, dan Hakim Konstitusi
Enny Nurbaningsih pada PUTUSAN Nomor
74/PUU-XVIII/2020
 Putusan MK No.66/PUU-XIX/2021 dengan
Hakim yang sama
Alasan MK soal Legal Standing :
Harusnya Parpol bukan Perorangan
 Putusan MK No.66/PUU-XIX/2021
 Putusan MK No. 68/PUU-XIX/2021
 Putusan MK No.70/PUU-XIX/2021
 Putusan MK No.5/PUU-XX/2022
 Putusan MK No.6/PUU-XX/2022
 Putusan MK No.7/PUU-XX/2022
 Catatan : MK telah menangani 22 putusan mengenai presidential
threshold. Dengan rincian, 13 pengujian konstitusionalitas
ketentuan Pasal 222 UU Pemilu. Sedangkan 9 diantaranya
pengujian Pasal 9 UU No.42 Tahun 2008 tentang Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden. Putusannya, 9 permohonan ditolak
dan 13 permohonan dinyatakan tidak dapat diterima.
Putusan MK lain : Tidak Diterima
 Perkara 44/PUU-XV/2017
 Perkara Nomor 70/PUU-XV/2017
 Perkara 71/PUU-XV/2017
 Perkara 72/PUU-XV/2017
 Perkara 50/PUU-XVI/2018
 Perkara Nomor 58/PUU-XVI/2018
 Perkara Nomor 61/PUU-XVI/2018
 Perkara Nomor 74/PUUXVIII/2020
 Perkara Nomor 92/PUU-XVI/2018
Putusan MK : PermohonanTidak
Diterima

 Tidak memenuhi syarat Pasal 51 ayat (1) UU


MK juncto Pasal 3 PMK 6/2005 sebagai
salah satu persyaratan formal untuk menguji
konstitusionalitas norma undang-undang.
Dissenting Opinion 4 Hakim MK (Suhartoyo,
Manahan MP. Sitompul, Saldi Isra, dan Enny
Nurbaningsih )

 Pertama, bahwa Pemohon II adalah warga negara yang terdaftar


sebagai pemilih dalam pemilihan umum memiliki hak untuk memilih (right
to vote) dan mendapatkan sebanyak mungkin pilihan pemimpin (presiden
dan wakil presiden) yang akan menyelenggarakan pemerintahan.
Kedua, bahwa bagi Pemohon II, ambang batas pencalonan presiden
(presidential threshold) berpotensi mengabaikan hak konstitusional
Pemohon II yang menjadi terbatas memilih pasangan calon presiden dan
wakil presiden. Fakta empirik yang dikemukakan, akibat ambang batas
pencalonan presiden, penyelenggaraan pemilihan presiden Tahun 2014
dan 2019 hanya memunculkan dua pasangan calon dengan calon
presiden yang sama Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Ketiga, bahwa
selain kedua alasan di atas, ditambahkan Pemohon II, penerapan
ambang batas pencalonan presiden dapat menjadi alat yang ampuh
untuk menyingkirkan pesaing atau calon penantang di pemilihan
presiden.
Dasar Permohonan adalah :

 Hak untuk Memilih (right to vote)


 Bukan sekedar Hak Untuk Dipilih (right to
candidate). Memang Hak untuk dipilih
merupakan hak nya Partai Politik, sedangkan
Hak Memilih adalah hak setiap warganegara.
 Pasal 6A ayat (2) tidak sekedar mengandung
hak untuk dipilih tetapi juga hak untuk
memilih.
Putusan MK : Ditolak – Open Legal
Policy

• Perkara Nomor 53/PUU-XV/2017


• Perkara 59/PUU-XV/2017
• Perkara Nomor 49/PUU-XVI/2018
• Perkara 54/PUU-XVI/2018
• Perkara 60/PUU-XV/2017
Perkara Yang sama dalam Proses:

 Perkara nomor 52/PUU-XX/2022 : PBB dan


DPD – Belum ada Putusan
 Silahkan di cari lagi yang lain
KASUS TERBARU – CAPRES/CAWAPRES 2024

https://ugm.ac.id/id/berita/pandangan-pakar-ugm-terkait-putusan-
mk-soal-batas-usia-capres-cawapres/

https://www.hukumonline.com/berita/a/membedah-di-balik-
putusan-mk-soal-batas-usia-capres-cawapres-lt652f38c498a9e/

https://hukum.ub.ac.id/guru-besar-hukum-tata-negara-fh-ub-
jelaskan-kejanggalan-putusan-mahkamah-konstitusi-soal-batas-usia-
capres-cawapres/
PERMOHONAN PASANGAN 03
• 1. Membatalkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 360 Tahun 2024 tentang Hasil Penetapan
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden,
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan
Umum Tahun 2024 tertanggal 20 Maret 2024,
sepanjang mengenai pemilihan umum Presiden dan
Wakil Presiden tahun 2024
• Mendiskualifikasi H. Prabowo Subianto dan Gibran
Rakabuming Raka selaku pasangan calon peserta pemilihan
umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2024
• Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum untuk
melakukan Pemungutan Suara Ulang untuk pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2024 antara H. Anies
Rasyid Baswedan, Ph.D. dan Dr. (H.C.) H. A. Muhaimin
Iskandar sebagai Pasangan Calon Nomor Urut 1 dan H. Ganjar
Pranowo, S.H., M.I.P. dan Prof. Dr. H. M. Mahfud MD selaku
Pasangan Calon Nomor Urut 3 di seluruh Tempat Pemungutan
Suara di seluruh Indonesia selambat- lambatnya pada tanggal
26 Juni 2024
PERMOHONAN PASANGAN 01
• Kecurangan Pemilu
• Dukungan Presiden kepada Paslon
• Diadakan pemungutan suara ulang (PSU) itu
diharapkan tanpa diikuti oleh sosok Gibran
Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko
Widodo (Widodo) yang dianggap menjadi
sumber permasalahan dalam kecurangan
pemilu tahun ini.

Anda mungkin juga menyukai