Anda di halaman 1dari 5

KOALISI ORANG MUDA & MASYRAKAT SIPIL

KOMMAS JAKARTA
Jl. Tanjung Duren Selatan I No. 8 Kel. Tanjung Duren Selatan Kec. Grogol Petamburan
Jakarta Barat 11470, Indonesia
Perihal : Undangan Workshop Penyusunan Instrumen Monitoring Pemilu

Kepada Yth,
Bapak/Ibu Pimpinan Lembaga
(daftar terlampir dalam TOR)
di Tempat,

Dengan Hormat,
Memasuki masa kampanye pemilu 2024 yang akan dimulai pada tanggal 28 November 2023
sampai 10 Februari 2024, diperlukan keterlibatan masyarakat untuk memantau masa tersebut
yang berpotensi terjadi adanya pelanggaran atau kecurangan pemilu.

Merespon hal tersebut, Koalisi Orang Muda dan Masyarakat Sipil Jakarta berencana
menselenggarakan Workshop Penyusunan Instrumen Monitoring Pemilu 2024 untuk
membuat tools yang dapat dipergunakan dalam melakukan pemantauan di lapangan sehingga
memudahkan masyarakat melaporkan adanya pelanggaran atau kecurangan pemilu kepada
pihak berwenang.

Untuk itu, kami mengundang kehadiran Bapak/Ibu atau perwakilan lembaga untuk dapat
hadir dan berperan aktif dalam kegiatan tersebut yang akan diselenggarakan pada:

Hari/Tanggal : Senin, 27 November 2023


Waktu : 08.30 – 16.00 Wib
Lokasi : Malacca Toast Pasar Baru

Besar harap kami kepada Bapak/Ibu atau perwakilan lembaga dapat hadir dalam acara
tersebut. Untuk konfirmasi dan info lebih lanjut seputar teknis kegiatan dapat menghubungi
Sdr. Rudi Sabrawi (0812-1232-3092) dan Sdr Muhazier (+62 882-0077-58425).

Demikian undangan ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 21 November 2023


Hormat Kami,

Muhazier
Ketua Panitia Workshop
Term of Reference
Workshop Penyusunan Instrumen Monitoring Pemilu 2024
Jakarta, 27 November 2023

A. LATAR BELAKANG
Kurang dari 90 hari lagi Indonesia akan kembali melakukan Pemilihan Umum (Pemilu)
pada 2024. Di dalam negara yang menganut sistem demokrasi, pemilu merupakan satu-
satunya mekanisme pergantian kekuasaan yang sah. Pemilu menjamin berlangsungnya
rotasi kekuasaan penyelenggara negara. Rotasi kekuasaan inilah merupakan hasil dari
proses penyelenggaraan pemilu.

Sebagai ajang konstentasi politik lima tahunan yang memberikan ruang bagi keterlibatan
rakyat secara langsung untuk menentukan siapa calon pemimpinnya yang akan
menentukan nasib rakyat melalui kebijakan publik dengan berdasarkan ketentuan hukum
yang sah.

Konstitusi juga telah menegaskan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat. Melalui
penyelenggaraan pemilu harus dimaknai sebagai penyerahan mandat rakyat sebagai
pemilik kedaulatan tertinggi. Oleh karena itu, penyelenggaraan pemilu tidak bisa
dilepaskan dari peran publik, pemilih dan warga negara. Sebagai pemilik kedaulatan,
rakyat memberikan kedaulatannya kepada para calon pemimpinnya di masa mendatang.

Oleh sebab itu peran publik, pemilih dan warga negara tidak dapat diabaikan. Tingkat
partisipasi pemilih dalam pemilu adalah salah satu faktor untuk menilai sejauh mana
kualitas pemilu itu diselenggarakan. Partisipasi tidak sekadar persoalan seberapa tinggi
tingkat pemilih di bilik suara, tetapi juga sejauh mana penggunaan hak pilih tersebut
dilakukan atas kesadaran sebagai pemilih dan warga negara.

Dalam pemilu di era Orde Baru, partisipasi pemilih relatif tinggi karena adanya dimensi
mobilisasi yang dimainkan rezim sepanjang tiga dekade lebih. Partisipasi pemilih dalam
proses penyelenggaraan pemilu tidak hanya bisa dilihat ketika masyarakat berbondong-
bondong mendatangi TPS untuk memberikan suaranya. Tetapi lebih dari itu, keterlibatan
masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam seluruh tahapan pemilu seperti melaporkan
adanya kecurangan pemilu, memantau proses rekapitulasi penghitungan suara,
mendukung salah satu kandidat, melakukan survei tentang pemilu, menulis atau
menyiarkan berita tentang pemilu, mengorganisasi warga lain untuk mendukung atau
menolak alternatif kebijakan publik yang diajukan peserta pemilu tertentu, juga
merupakan bagian dari bentuk partisipasi masyarakat yang penting dalam proses
penyelenggaraan pemilu.

Sebagai ajang pesta demokrasi, pemilu diharapkan mampu melahirkan pemerintahan


yang pro dengan rakyat dan memiliki integeritas. Namun sebagaimana yang kita ketahui
bersama, pelaksanaan pemilu di Indonesia tidak berjalan dengan sesuai keinginan kita.
Demokrasi dan Pemilu dibajak oleh para bandit politik untuk berkuasa dan memperkaya
diri dan kelompoknya. Menghalalkan segala macam cara untuk memobilisasi dukungan
demi mendapat kekuasaan.

Tak ayal kemudian dalam setiap kali pemilu dilakukan, rakyat diajarkan dengan politik
adu domba berbagai macam isu, penggunaan money politik, ujaran kebencian dan
disinformasi pemilu, dan yang terkini ialah menggunakan dinasti politik dan penggunaan
alat negara demi memenangkan salah satu calon.

Semua dilakukan guna rakyat terpolarisasi, dengan adanya polarisasi antar akan semakin
memudahkan elit politik mengkonsolidasikan barisan massa pendukung yang “militan
dan terkoordinir”. Dengan kata lain, polarisasi ini dilakukan demi kepentingan syahwat
para elit politik untuk berkuasa terus menerus.

Akibatnya, demokrasi Indonesia mengalami regresi (kemunduran) dan menghasilkan


pemimpin yang korup, anti kritik, dan antgi demokrasi. Tentunya hal ini merupakan
ancaman serius bagi para kelompok Gerakan Masyarakat Sipil dan Sosial yang selama
ini mempromosikan kebebasan sipil, nilai-nilai demokrasi, dan demokrasi inklusif
selama kurang lebih 25 tahun terakhir.

Fakta kemunduran demokrasi Indonesia diperkuat dengan riset yang dilakukan


Economist Intelligence Unit (EIU), Indonesia meraih skor 6,71 pada Indeks Demokrasi
2022. Bahkan skor tersebut sama dengan nilai yang diperoleh Indonesia pada tahun
sebelumnya. EIU juga merilis Indonesia masih tergolong sebagai negara yang sistem
demokrasinya cacat (flawed democracy). Meski nilai indeks tetap, ranking Indonesia di
tingkat global menurun dari 52 menjadi 54, bahkan berada di bawah Kolombia, Filipina,
dan Malaysia.

Nilai yang stagnan tersebut tercermin pada semua indikator, yakni pluralisme dan proses
pemilu, efektifitas pemerintah, partisipasi politik, budaya politik yang demokratis, dan
kebebasan sipil. Tidak ada perubahan nilai sama sekali pada lima indikator tersebut.

Dalam konteks lokal di Provinsi DKI Jakarta, kita tentu masih ingat saat Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) 2017 berlangsung dimana menguatnya sentimen hasutan/dan
ujaran kebencian digunakan untuk mendukung dan memenangkan salah satu kandidat.
Sementara di arena Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, istilah cebong dan kampret pun
dimainkan sedemikian rupa yang berimplikasi pada hilangnya isu-isu kerakyatan,
demokrasi, hukum, korupsi, dan isu strategis lainnya di permukaan publik. Pada masa itu
tiada ada ketegasan hukum yang dikeluarkan oleh para pihak penyelenggara dan
pengawas pemilu (KPU/Bawaslu) untuk mengerem tindak-tanduk masing-masing
kelompok melakukan perang propaganda sentimen negatif.

Merespon hal tersebut, Koalisi Orang Muda dan Masyarakat Sipil Jakarta berencana
akan menyelenggarakan Workshop Penyusunan Instrumen Monitoring Pemilu 2024.
Diharapkan melalui penyelengaraan workshop ini dapat menghasilkan satu instrumen
monitoring yang dapat digunakan sebagai alat advokasi dan kampanye bersama untuk
menyuarakan isu regresi demokrasi dan pemilu.

B. TUJUAN
1. Mengidentifikasi Rumusan Masalah pada isu Politisasi Identitas, Politik Uang,
dan/atau isu pemilu lainnya yang konstektual sebagai tools penyusunan Instrumen
Monitoring Pemilu 2024.
2. Merumuskan dan Mensepakati Instrumen Monitoring Pemilu 2024 yang akan
digunakan Koalisi Orang Muda dan Masyarakat Sipil Jakarta.

C. HASIL YANG DIHARAPKAN


1. Keluarnya Instrumen Monitoring Pemilu 2024 pada isu Politisasi Identitas
(Polarisasi); termasuk Ujaran Kebencian dan Disinformasi Pemilu, Politik Uang,
dan/atau isu pemilu lainnya yang kontekstual di Jakarta.
2. Instrumen Monitioring Pemilu 2024 dapat digunakan sebagai alat advokasi dan
kampanye oleh Koalisi Orang Muda dan Masyarakat Sipil Jakarta untuk
menyuarakan isu seputar regresi demokrasi di Jakarta.
3. Penggunaan Instrumen Monitoring Pemilu 2024 akan dilakukan di 20 Kelurahan di
Jakarta.

D. PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Senin, 27 November 2023
Waktu : 08.30 – 16.00 Wib
Lokasi : Malacca Toast Pasar Baru

E. PESERTA
Kegiatan ini akan diikuti oleh 30 orang peserta yang berasal dari Koalisi Orang Muda
dan Masyarakat Sipil Jakarta bersama jaringan masyarakat sipil lainnya, dengan rincian
sebagai berikut:
1. Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI), 3 orang
2. SAFEnet, 2 orang
3. Gusdurian Jakarta, 2 orang
4. Komunitas Abraham Samad Speak Up, 2 orang
5. Perkumpulan Penyandang Disabilitas Fisik Indonesia (PPDFI) DKI Jakarta, 2 orang
6. Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) DKI Jakarta, 1 orang
7. Komunitas Orang Muda SPRI, 2 orang
8. Komunitas Perempuan SPRI, 4 orang
9. Federasi Serikat Perjuangan Buruh Indonesia (FSPBI), 2 orang
10. Komunitas Pemuda Pergerakan Petamburan, 2 orang
11. Suara Muda Kelas Pekerja, 1 orang
12. Komunitas Ojek Online Kampung Jawa 67, 2 orang
13. Seniman Jalanan Jakarta (SENJA), 2 orang
14. Seknas Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), 2 orang
15. Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (PERLUDEM), 2 orang
16. Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), 2 orang

F. AGENDA KEGIATAN
G.
Waktu (WIB) Sesi PIC

09.00 – Registrasi Peserta Panitia


10.00
10.00 – Pembukaan
10.10 Sambutan Panitia Dika Moehammad
10.10 – Sesi 1 Fasilitator : Rio Ayudhia
12.00 Brainstorming dan Diskusi Moderator : Mikail Adam

12.00 – ISHOMA
13.00
13.00 – Catatan Penting Sesi 1 Mikail Adam
13.10
Diskusi Kelompok – Rumusan Fasilitator : -
13.10 – Penyusunan Instrumen Monitoring Moderator : Muhazier
14.00 Tiap Isu/Kelompok

Finalisasi Instrumen Monitoring Fasilitator : Yusril Iza


14.00 – Pemilu 2024 Moderator : -
16.00
16.00 – Penutupan Panitia
16.30

H. PENYELENGGARA
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Koalisi Orang Muda dan Masyarakat Sipil Jakarta
yang terdiri dari ragam organisasi dan komunitas warga (Perempuan, Orang Muda,
Disabilitas, dan Kelompok Marjinal).

I. PENUTUP
Demikian term of reference ini kami sampaikan semoga dapat menjadi gambaran umum
tentang pelaksanaan kegiatan. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima
kasih.

Anda mungkin juga menyukai