Anda di halaman 1dari 55

UNIVERSITAS NASIONAL

ANALISIS EFEKTIVITAS JANJI KAMPANYE PASANGAN ANIES-


SANDI DALAM MENCAPAI PEMENANGAN DI JAKARTA TIMUR
PADA PILKADA DKI JAKARTA 2017

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Nurul Isnainiyah
203501516023

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2023

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 menjadi titik fokus dalam ranah
politik nasional dan regional. Sebagai salah satu pemilihan gubernur paling
signifikan di Indonesia, peristiwa ini menggambarkan dinamika politik di ibu kota
negara dan masyarakatnya yang beragam. Seleksi ini menimbulkan sejumlah
masalah-masalah yang rumit yang relevan dalam ranah politik dan perkotaan. Dua
calon utama dalam pemilihan gubernur tersebut adalah Anies Baswedan, seorang
mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, serta Basuki Tjahaja
Purnama, yang lebih terkenal sebagai Ahok, yang telah menjabat sebagai
Gubernur DKI Jakarta petahana sejak tahun 2014. Kedua kandidat ini mewakili
aliran politik yang berbeda, yang membuat pemilihan ini menjadi sangat menarik
sebagai perwujudan prinsip-prinsip demokrasi. Isu-isu yang dominan dalam
pemilihan gubernur ini mencakup sejumlah aspek, termasuk masalah perencanaan
perkotaan seperti transportasi publik, mitigasi banjir, dan pembangunan
infrastruktur. Isu-isu keagamaan, etnis, dan identitas juga memegang peran sentral
dalam kampanye politik. Isu-isu ini tidak hanya memengaruhi dinamika
pemilihan, tetapi juga menciptakan polarisasi dalam masyarakat Jakarta.
Terpilihnya gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017 menarik perhatian
nasional. Kemudian kandidat muncul dan terbagi menjadi dua kelompok. Saat
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat bersaing dengan Anies
Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno, tiap kandidat mengusung moto individu
mereka sendiri. Ahok dan Djarot menggunakan motto Kerja Keras Hebat,
sedangkan Anies dan Sandi menggunakan motto Jakarta Maju Bersama. Setelah
itu, kedua partai politik mulai mengumbar janji untuk memperbaiki Jakarta.
Dikarenakan adanya kebijakan pemilihan kepala daerah secara langsung,
para calon kandidat kepala daerah mengadopsi strategi persaingan guna meraih
kemenangan. Mereka mengusung beragam program, seperti peningkatan sektor
pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat, yang umumnya disebut
sebagai "Platform Politik." Program-program ini dihadirkan dalam upaya untuk
memenangkan dukungan publik sehingga dapat terpilih dalam proses pemilihan.
"Banyak strategi yang diterapkan oleh calon pemimpin dalam upaya untuk
memperoleh dukungan atau simpati dari masyarakat, salah satu yang paling
umum adalah menawarkan janji-janji positif kepada masyarakat." 1 Dalam banyak
situasi, janji-janji politik ini mencakup kebijakan-kebijakan umum seperti
pembebasan biaya pendidikan dan layanan kesehatan, penyediaan modal untuk
usaha mandiri, pencegahan kenaikan harga bahan bakar dan barang pokok, serta
1
Ghafur (2015:118)

1
komitmen untuk mengatasi permasalahan lokal seperti kemacetan, kemiskinan,
dan banjir.2
Pada pemilihan kali ini dilaksanakan dua kali putaran, yang awalnya
diikuti oleh tiga pasangan calon (paslon), namun yang berhasil masuk dalam
putaran kedua, hanya paslon nomor 2 dan paslon nomor 3 yaitu Basuki Tjahya
Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, Anies Baswedan dan Sandiga Uno. Selama
masa kampanye setiap paslon selalu menampilkan program terbaik mereka untuk
DKI Jakarta. Sehingga menyebabkan pertarungan yang sengit terhadap dua kubu
tersebut dalam masa kampanye pilkada DKI Jakarta 2017.
Pada tanggal 30 April 2017, KPU DKI Jakarta telah mengeluarkan hasil
rekapitulasi penghitungan suara tingkat provinsi. Penghitungan suara berdasarkan
rekapitulasi KPU tingkat Kabupaten/Kota di enam wilayah DKI yaitu KPU
Kabupaten Kepulauan Seribu, KPU kota Jakarta Utara, KPU Kota Jakarta Pusat,
KPU Kota Jakarta Timur dan Jakarta KPU Kota Jakarta Selatan. Dari hasil
penghitungan suara ditetapkan perolehan pasangan calon nomor urut 2 Basuki
Tjahaja Purnama-Syaiful Djarot 2.350.366 atau 42,04 persen. Selanjutnya
pasangan calon nomor urut 3 Anies Baswedan Rasyid-Sandiaga Salahudin Uno
meraup suara 3.240.987 atau 57,96 persen 3. Berdasarkan hasil tersebut KPU DKI
Jakarta menetapkan Anies dan Sandi sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur
terpilih pada Pilgub 2017 yang ditetapkan pada tanggal 5 mei lalu.
Adapun Visi dan Misi yang diusung oleh pasangan yang terbentuk oleh
koalisi dua partai yaitu antara Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera
sebagai berikut: Visi yaitu Jakarta sebagai kota yang maju dan beradab dengan
seluruh warga yang merasakan keadilan dan kesejahteraan. Sedangkan misinya
adalah (1) Membangun manusia Jakarta menjadi warga yang berdaya dengan
menghadirkan kepemimpinan humanis serta mengayomi, penggerak birokrasi
yang efektif, menjaga stabilitas dan keterjangkauan harga bahan pokok,
membangun sektor kesehatan, pendidikan, kebudayaan serta menyelesaikan
masalah-masalah sosial. (2) Membangun lingkungan kota Jakarta secara
berkelanjutan dengan perencanaan yang memperhatikan daya dukung lingkungan
dan sosial. (3) Membangun kesejahteraan dengan menciptakan lapangan kerja,
pembangunan infrastruktur, dan penanggulangan masalah mobilitas warga kota. 4
Ada Empat program prioritas yang dimiliki Pasangan Anies-Sandi dari 23
program yang dijanjikan selama masa kampanye. Yaitu mendorong warga
menjadi wirausahawan melalui program OKE-OCE (One Kecamatan One Center
Entrepreneurship), jaminan pendidikan yang tuntas dan berkualitas melalui
program KJP (Kartu Jakarta Pintar) Plus, OK-OTRIP ( One Karcis One Trip ) dan
2
Ghafur (2015:118)
3
https://kpujakarta.go.id/view-berita/kpu_dki_tetapkan_hasil_rekap_ perolehan_suara_
putaran_kedua, diakses 26 maret 2018
4
http://jakartamajubersama.com /visi-misi, diakses 26 maret 2018

2
penyediaan barang kebutuhan pokok yang terjangkau lewat penyederhanaan rantai
distribusi. Selain itu ada juga janji non program yang diusung oleh Anies-Sandi
yaitu rumah DP (Down Payment) 0 persen, menghentikan proyek reklamasi,
membangun stadion, dan menutup hotel Alexis. Dimana program-program
tersebut masih menjadi polemik dan banyak mendapat kritisi dari berbagai pihak,
serta paling ditunggu realisasinya5.
Pada Pilgub 2017 kali ini, isu SARA muncul sehingga memberikan efek
sosial dikalangan masyarakat dan menambah panasnya persaingan politik pada
Pilgub DKI Jakarta. Adanya isu sara tersebut, tim Anies-Sandi dianggap
mendapat keuntungan dari isu yang melibatkan Ahok lawannya tersebut atas
kasus penistaan agama. Adanya isu SARA yang menyebut adanya unsur agama
pada karakteristik pemilih tahun ini.6
Namun survei yang dilakukan Poltracking menunjukkan pasangan Anies
dan Sandi mempunyai program unggulan Oke-Oce yang berfokus pada
penyediaan lapangan perkerjaan, OK-OTRIP yang berfokus untuk membangun
sistem transpotasi terintegrasi, serta adanya DP Rumah 0% bagi warga Jakarta
yang akan menarik pemilih rasional yaitu pemilih yang melihat dari segi visi dan
misi serta program kerja.
Lepas dari sengitnya persaingan Pilgub DKI Jakarta sudah selesai
dilaksanakan dengan aman dan hasil tertinggi diraih oleh Anies dan Sandi pada
Pilgub DKI Jakarta 2017, namun tidak berarti Anies dan Sandi lepas dari
pemberitaan mengenai mereka. Hal tersebut juga dimaknai berbeda oleh setiap
media. Beberapa media mungkin memiliki bahan yang sama untuk diberitakan,
namun setelah dijadikan tulisan hasilnya tentu akan berbeda. Setiap media
memiliki cara pandang masing-masing terhadap suatu isu. Hal ini sesuai dengan
dua aspek yang ditekankan dalam penelitian framing. Pertama, memilih fakta atau
realitas. Hal ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput (dipilih) dan tidak
diliput (dibuang). Kedua, menuliskan fakta. Gagasan ini diungkapkan dengan
kata, kalimat, dan foto untuk mendukung gagasan.7
Saat ini, isu yang dihadapi adalah bahwa beragam komitmen politik, yang
pada hakikatnya merupakan norma etika sosial dan komponen dari perkembangan
peradaban, hanya dimanfaatkan sebagai strategi guna meraih dukungan elektoral.
Komitmen-komitmen ini berkaitan dengan niat serta tekad calon-calon untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menegakkan prinsip keadilan, atau
menghindari perilaku yang melenceng dari norma. Hal ini cukup beralasan

5
https://nasional.kompas.com/read/2017/04/23/07161241/
djan.faridz.harap.anies.sandi.penuhi.jan
ji.kampanye, diakses 26 Maret 2018
6
https://www.kompasiana.com/fauzialviyasin/pemenang-pilkada-jakarta-putaran-dua, diakses
26 Maret 2018
7
(Eriyanto, 2012, p. 81)

3
mengingat banyak kepala daerah yang terpilih "tidak merealisasikan janji-janji
politiknya" setelah pemilu. Menurut data yang dilangsir kompas.com, hampir
semua kepala daerah di Indonesia mengalami masalah yang sama: mereka tidak
konsisten memenuhi janji politik yang diungkapkan selama kampanye. 8
Sesuai dengan pandangan yang disampaikan oleh Amiruddin (2016:176),
"komitmen-komitmen politik yang dinyatakan pada periode kampanye sering kali
tidak dapat diwujudkan sepenuhnya dengan tepat. Banyak dari para kandidat yang
terpilih mengalami penyimpangan perilaku mendadak setelah mereka mulai
memegang jabatan, dan mereka lupa akan komitmen-komitmen yang mereka
deklarasikan ketika berbicara selama masa kampanye, bahkan ada yang
menganggapnya sepele." Fenomena ini seringkali dikenal sebagai "janji-janji yang
tidak terpenuhi," sebuah frasa yang familiar di kalangan masyarakat karena
merupakan salah satu strategi yang paling efisien yang digunakan oleh calon
pemimpin ketika berbicara dalam rangka kampanye politik.9
Kampanye politik merupakan elemen yang sangat penting dalam proses
pemilihan umum dan demokrasi secara keseluruhan. Kampanye politik bukan
sekadar serangkaian acara publik atau iklan politik, melainkan sebuah proses yang
mendalam yang memengaruhi cara pemilih memahami kandidat, isu-isu politik,
dan akhirnya, bagaimana mereka memberikan suara dalam pemilihan umum. Para
ahli politik telah lama menekankan pentingnya kampanye politik sebagai sarana
untuk memahami dan mempengaruhi pemilih. Menurut Richard J. Semiatin dalam
bukunya yang berjudul "Campaign Craft: The Strategies, Tactics, and Art of
Political Campaign Management" (2009), kampanye politik adalah "alat utama
dalam pengambilan keputusan politik." Kampanye memberikan kandidat
kesempatan untuk berkomunikasi secara langsung dengan pemilih, untuk
menyampaikan visi mereka, serta untuk merespons isu-isu yang menjadi perhatian
masyarakat. Dalam hal ini, kampanye politik tidak hanya menjadi sarana untuk
memenangkan suara, tetapi juga sebagai proses di mana para pemilih
mempertimbangkan pilihan mereka dengan cermat.
Selain itu, kampanye politik juga memiliki kemampuan yang kuat untuk
mempengaruhi perilaku pemilih. Menurut buku "The Persuasive Power of
Campaign Advertising"10 kampanye politik, terutama melalui iklan politik, dapat
mempengaruhi persepsi pemilih tentang kandidat dan isu-isu politik. Iklan politik
yang dirancang dengan baik dapat membangkitkan emosi, memberikan pesan
yang jelas, dan menciptakan citra yang kuat, yang semuanya dapat memengaruhi
cara pemilih melihat kandidat dan isu-isu yang mereka bawakan. Oleh karena itu,
analisis kampanye politik menjadi relevan karena hal ini membantu dalam
pemahaman bagaimana kandidat berusaha mempengaruhi pemilih dan bagaimana
8
(www.kompasmania.com, di akses 25 Juni 2020 pukul 09:00 WIB).
9
Amiruddin (2016:176)
10
oleh Travis N. Ridout dan Michael M. Franz (2007),

4
pemilih merespons pesan-pesan kampanye tersebut. Seperti jurnal "The
Impression Management Strategy of the Candidates of Governor-Vice Governor
of DKI Jakarta on Social Media" 11 dijelaskan bahwa kandidat memberikan
upaya-upaya untuk mempengaruhi dan mendapatkan perilaku pemilih melalui
penggunaan strategi komunikasi program. Hal ini menunjukkan bahwa kampanye
program dengan strategi komunikasi yang baik memiliki hasil yang signifikan
dalam mempengaruhi perilaku pemilih.
Menurut Miriam Budiarjo, partisipasi politik merujuk pada aktivitas
individu atau kelompok dalam mengambil bagian secara aktif dalam proses
politik, termasuk dalam pemilihan pemimpin negara serta dalam pengaruh
terhadap kebijakan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung. 12 Dalam
konteks ini, Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson mengidentifikasi lima
bentuk partisipasi pemilih dalam politik, yaitu kegiatan pemilihan (Electoral
activity), upaya lobi (Lobbying), aktivitas organisasi (Organizational activity),
kontrak (Contracting), dan tindakan kekerasan (Violence). 13 Berkenaan dengan
aktivitas pemilihan (electoral activity), ini mencakup segala jenis tindakan yang
secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan proses pemilihan umum,
seperti memberikan kontribusi finansial, berperan sebagai relawan dalam
kampanye politik sebuah partai, mendekati individu untuk mendapatkan
dukungan atau identitas yang terkait dengan nama tertentu, memberikan suara
dalam pemilihan umum, mengawasi pelaksanaan pemilihan, mengevaluasi
kandidat yang diajukan, dan seterusnya.14.
Salah satu manifestasi partisipasi politik yang nyata di dalam konteks
negara demokrasi adalah keterlibatan warga negara dalam proses pemilihan umum
atau pemilu dengan memberikan suara. Dalam konteks ini, penggunaan hak suara
dalam proses pemilihan umum merupakan contoh partisipasi politik yang umum,
yang melibatkan tindakan politik yang signifikan dan seringkali melibatkan
partisipasi yang lebih meluas dibandingkan dengan bentuk partisipasi politik
lainnya15. Menurut Budiardjo, dalam suatu negara demokrasi, pemilihan umum
dianggap sebagai simbol dan sekaligus indikator dari demokrasi tersebut16
Pemilihan umum adalah alat untuk mengekspresikan kedaulatan rakyat, di
mana penduduk negara secara langsung terlibat dalam aktivitas politik dengan
memberikan suara mereka untuk menentukan pemimpin dan perwakilan mereka
yang akan menduduki posisi publik dan pemerintahan. Dengan demikian,
11
oleh Endah Murwani (2018)
12
Miriam Budiardjo, 1998, Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlm.
2
13
Samuel P Huntington dan Joan Nelson, 1994, Partisipasi Politik di Negara Berkembang,
Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 16-18.
14
Ibid.,
15
Sudijono Sastroatmodjo, 1995, Perilaku Politik, Semarang, IKIP Semarang Press, hlm. 20.
16
Miriam Budiardjo, 2010, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka, hlm. 461.

5
pemilihan umum menjadi alat untuk membentuk penyelenggara pemerintahan
yang sah sesuai dengan aspirasi penduduk negara. Oleh karena itu, tingkat
partisipasi politik penduduk dalam pemilihan umum, baik tinggi maupun rendah,
menjadi faktor penting dalam menentukan perkembangan demokrasi di suatu
negara..
Salah satu faktor yang signifikan dalam memengaruhi tingkat partisipasi
politik warga negara adalah kesadaran politik. Seperti yang dikemukakan oleh
Ramlan Surbakti, tingkat partisipasi politik seseorang akan cenderung aktif ketika
mereka memiliki tingkat kesadaran politik dan kepercayaan yang tinggi terhadap
pemerintah. Sebaliknya, ketika kesadaran politik dan kepercayaan terhadap
pemerintah rendah, partisipasi politik akan cenderung menjadi pasif atau apatis.
Lebih lanjut, partisipasi politik yang didasarkan pada kesadaran politik akan
menghasilkan keputusan yang baik dan sesuai dengan aspirasi individu, serta
mendorong penggunaan hak pilih secara rasional.17
Namun, hal lain yang bisa ditarik sebuah kesimpulannya adalah, teknik
orientasi politik tidak boleh diabaikan dalam mengembangkan strategi politik
untuk memenangkan pemilu. Orientasi dapat diartikan sebagai tinjauan untuk
menetapkan sikap yang tepat dan benar (arah, tempat, dll), atau sebagai perspektif
yang mendasari gagasan, perhatian, dan kecenderungan18. Kandidat harus
mempertimbangkan berbagai aspek yang berdampak pada calon pemilih sembari
mengembangkan taktik politik untuk memenangkan pemilu. Pemilihan calon,
khususnya: 1) Latar Belakang Sosial, yang berkaitan dengan pengaruh kedudukan
sosial dan ekonomi keluarga elit calon; 2) Sosialisasi Politik, yaitu proses
penyesuaian diri seseorang dengan aktivitas yang harus dilakukan oleh suatu
jabatan politik; 3) Aktivitas Politik Awal, yaitu karakteristik yang menunjukkan
tindakan atau pengalaman politik para kandidat teratas selama ini; 4)
Apprenticeship, yaitu faktor yang secara eksplisit berkaitan dengan proses
“magang” antara seorang elite kandidat dengan elite lain yang saat ini menduduki
jabatan yang diinginkan oleh elite kandidat tersebut; 5) Variabel Pekerjaan, yaitu
suatu prosedur di mana calon elit dievaluasi berdasarkan pengalaman kerja
mereka di lembaga formal yang mungkin terkait atau tidak dengan politik, serta
bakat intelektual dan kualitas kerja mereka; 6) Motivasi, atau variabel yang
menyatakan bahwa masyarakat akan terinspirasi untuk berpartisipasi dalam
kegiatan politik disebabkan oleh dua hal, yaitu harapan dan sikap terhadap
kepentingan politik; 7) Seleksi, terutama ciri-ciri yang menunjukkan tata cara
rekrutmen politik terbuka dan tertutup.19
17
Ramlan Surbakti,.Memahami Ilmu Politik, Jakarta: CV.Prima Grafika, 2013.,Hal.185
18
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai
Pustaka, 2005.
19
Fadillah Putra, Kebijakan Publik: Analisis terhadap Kongruensi Janji Politik dengan Realisasi
Produk Kebijakan Publik di Indonesia 1999-2003, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003, hal.19.

6
Dalam studi ini, peneliti memutuskan untuk memfokuskan penelitian di
Jakarta Timur, dan pemilihan Jakarta Timur sebagai lokasi penelitian didasari oleh
argumen yang solid, terutama berdasarkan analisis data dan informasi yang
menunjukkan tingkat partisipasi pemilih yang tinggi selama pemilihan gubernur
DKI Jakarta pada tahun 2017. Beberapa alasan yang mendukung pemilihan
Jakarta Timur sebagai wilayah penelitian ini adalah berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, di mana dalam
pemilihan gubernur tahun 2017, Jakarta Timur mencatatkan tingkat partisipasi
pemilih yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan beberapa daerah lain di
Jakarta. Informasi tersebut dapat ditemukan di situs resmi KPU DKI Jakarta dan
juga tersedia dalam berbagai laporan statistik yang diterbitkan oleh lembaga
tersebut (KPU DKI Jakarta).
Gambar 1.1 Data Tingkat Partisipasi Pemilih Pilkada DKI Jakarta 2017

Sumber: https://pilkada2017.kpu.go.id/hasil/2/t1/dki_jakarta

Wilayah Jakarta Timur berperan strategis dalam pemilihan kepala daerah


DKI Jakarta, karena merupakan daerah yang memiliki jumlah pemilih yang besar.
Karena itu, penting untuk mengevaluasi efektivitas dari janji kampanye yang
disampaikan oleh pasangan calon Anies-Sandi dalam meraih kemenangan pada
pemilihan kepala daerah DKI Jakarta tahun 2017 di wilayah Jakarta Timur.

7
Selain itu, Jakarta Timur juga dikenal sebagai salah satu wilayah yang
demografisnya beragam dan mencerminkan keragaman masyarakat Jakarta. Hal
ini memungkinkan penelitian untuk mendapatkan wawasan yang lebih holistik
tentang bagaimana janji kampanye politik mempengaruhi kemenangan Kampanye
dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya. Dalam penelitian ini,
peneliti akan mengeksplorasi korelasi antara pentingnya kampanye politik sebagai
alat untuk mempengaruhi kemenangan calon khususnya di Jakarta Timur dengan
elemen-elemen kunci dari janji program yang dikeluarkan oleh Anies Baswedan
dan Sandiaga Uno pada Pilkada 2017.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kampanye politik dapat
mempengaruhi kemenangan Calon pada Pilkada tersebut. Namun, belum ada
banyak penelitian yang secara khusus menganalisis efektivitas Janji kampanye
dalam program yang dikeluarkan Anies-Sandi dan dampaknya dalam pemenangan
di wilayah Jakarta Timur pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017.
Dengan pemahaman yang mendalam terhadap efektivitas janji kampanye
politik, dapat diperoleh wawasan berharga bagi calon-calon masa depan dalam
merancang strategi kampanye yang lebih optimal. Di samping itu, penelitian ini
berpotensi memberikan kontribusi penting dalam memahami dinamika politik di
wilayah Jakarta Timur serta faktor-faktor yang memengaruhi pemenangan calon
kandidat dan lebih dapat memahami stretegi kampanye politik dalam menentukan
pilihan kedepannya terhadap calon kandidat-kandidatnya.

1.2 Rumusan Masalah


Pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2017 merupakan sebuah kejadian
signifikan dalam ranah politik nasional dan regional. Kedua kandidat utama, yakni
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan, mewakili aliran politik
yang berbeda, menciptakan persaingan yang menarik sebagai manifestasi prinsip-
prinsip demokrasi. Permasalahan dalam pemilihan gubernur ini mencakup
perencanaan perkotaan, isu-isu transportasi umum, mitigasi banjir, serta aspek-
aspek keagamaan dan etnis yang memengaruhi dinamika pemilihan dan
memunculkan polarisasi dalam masyarakat Jakarta. Dalam ranah kampanye
politik, pesan-pesan kandidat memegang peran penting dalam memengaruhi
preferensi pemilih. Melalui program unggulan yang diusung dengan fokus utama
penyediaan lapangan pekerjaan, bentuk perwujudan program pendidikan yang
mana tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap sekolah, baik yang berstatus
negeri maupun yang swasta, dan kepastian harga-harga bahan pokok. Pasangan
Anies Baswedan dan Sandiaga Uno mengusung program KJP dan KJS Plus, OK
OCE, Rumah DP 0 rupiah, dan Transportasi Terintegrasi atau OK Otrip yang
dipromosikan dalam strategi kampanye mereka. Kampanye tersebut juga

8
dilaksanakan melalui pendekatan kampanye media sosial yang agresif, mencakup
berbagai platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube.
Berdasarkan konteks di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:
“Bagaimana Kampanye Politik, Terutama Program Unggulan yang dikeluarkan
oleh Pasangan calon Anies Baswedan dan Sandiaga Uno Mempengaruhi
Keterpilihan pada kemenangan pasangan tersebut dalam Pilkada DKI Jakarta
Tahun 2017 di Wilayah Jakarta Timur?”
1.3 Tujuan Penelitian
Dengan merujuk kepada konteks yang telah diuraikan, objektif dari studi
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis efektivitas kampanye politik yang terutama mencakup
empat program unggulan dalam mempengaruhi kemenangan pasangan Anies
Baswedan dan Sandiaga Uno dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 di
wilayah Jakarta Timur.
2. Untuk mengidentifikasi pengaruh pesan-pesan kampanye, terutama terkait
dengan empat program unggulan, terhadap preferensi dan perilaku pemilih di
wilayah Jakarta Timur selama Pilkada DKI Jakarta tahun 2017.
3. Untuk memahami peran media sosial dalam kampanye politik Anies
Baswedan dan Sandiaga Uno, khususnya dalam menyampaikan pesan-pesan
terkait dengan empat program unggulan, dan bagaimana penggunaan media
sosial memengaruhi persepsi pemilih di wilayah Jakarta Timur.
4. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang
memengaruhi preferensi pemilih dalam memilih pasangan calon Anies
Baswedan dan Sandiaga Uno berdasarkan kampanye program unggulan
mereka di wilayah Jakarta Timur.
5. Untuk memberikan kontribusi pemahaman yang lebih mendalam tentang
bagaimana kampanye politik dan program-program kampanye tertentu,
seperti KJP dan KJS Plus, OK OCE, Rumah DP 0 rupiah, dan OK Otrip,
dapat memengaruhi hasil Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 di wilayah Jakarta
Timur.
Dengan mencapai tujuan-tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan mampu
memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai efikasi Pernyataan
kampanye OK OTRIP dalam meraih kemenangan Anies-Sandi dalam Pilkada
DKI Jakarta tahun 2017 di wilayah Jakarta Timur, dan memberikan wawasan
yang berharga bagi proses demokrasi dan strategi kampanye di masa mendatang.

9
1.4 Manfaat Penelitian
Keuntungan dari riset ini dapat dikelompokkan menjadi dua dimensi
utama, yakni keuntungan dalam ranah teoretis dan manfaat dalam ranah praktis.
a) Manfaat Praktis:
1. Menginformasikan Kebijakan Publik: Penelitian ini dapat memberikan
wawasan berharga tentang efektivitas program kampanye seperti KJP dan
KJS Plus, OK OCE, Rumah DP 0 rupiah, dan OK Otrip dalam
mempengaruhi preferensi pemilih. Informasi ini dapat bermanfaat bagi
pengambil kebijakan publik dan calon-calon masa depan yang berencana
meluncurkan program-program serupa.
2. Pemahaman bagi Calon Kandidat: Hasil penelitian ini dapat menjadi
sumber informasi bagi calon kandidat yang akan mengikuti pemilihan
umum di wilayah serupa. Mereka dapat belajar dari keberhasilan atau
kegagalan kampanye KJP dan KJS Plus, OK OCE, Rumah DP 0 rupiah,
dan OK Otrip dalam kasus ini.
3. Pemahaman Masyarakat: Studi ini dapat membantu pemilih dan
masyarakat secara umum untuk lebih memahami dampak kampanye
politik dan bagaimana program-program kampanye tertentu memengaruhi
keputusan politik mereka. Ini dapat membantu dalam memilih pemimpin
yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan harapan mereka.
b) Manfaat Teoritis:
1. Kontribusi pada Teori Kampanye Politik: Penelitian ini dapat
memberikan wawasan tentang bagaimana kampanye politik, khususnya
yang berfokus pada program-program kebijakan, memengaruhi preferensi
pemilih. Ini dapat berkontribusi pada perkembangan teori kampanye
politik.
2. Pemahaman Isu Sosial dan Ekonomi: Studi ini dapat memberikan
pemahaman lebih dalam tentang bagaimana faktor-faktor sosial, ekonomi,
dan budaya memengaruhi preferensi pemilih. Ini berkontribusi pada teori-
teori ilmu sosial yang berkaitan dengan perilaku pemilih.
3. Peningkatan Penelitian Terkait: Hasil penelitian ini dapat memberikan
dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang kampanye politik dan
partisipasi politik di wilayah Jakarta Timur atau wilayah sejenis.

10
4. Pemahaman Lebih dalam tentang Politik Lokal: Penelitian ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang politik lokal di
Indonesia, terutama dalam konteks pemilihan kepala daerah.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan skripsi ini, pengarang akan membagi materi ke dalam
5 bab yang paling terkait dan diuraikan dengan tata cara yang terstruktur, struktur
penulisan sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bagian ini, akan dijelaskan landasan penelitian dalam kerangka
pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2017 dan kampanye program unggulan
KJP dan KJS Plus, OK OCE, Rumah DP 0 rupiah, dan OK Otrip. Selain itu, akan
dirumuskan permasalahan penelitian beserta tujuan yang hendak dicapai. Bagian
ini juga akan menyajikan ikhtisar mengenai implikasi penelitian ini dari segi teori
dan praktik, serta mengenali pembatasan-pembatasan dalam penelitian ini.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA


Di dalam bab ini, akan dijelaskan pemahaman mengenai kampanye politik
dalam konteks pemilihan umum. Selanjutnya, akan disampaikan konsep tentang
Efektivitas, Kampanye Politik, dan Partisipasi Politik. Selain itu, dalam bab ini
juga akan disajikan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan
judul penelitian ini.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN


Bagian ini akan menjabarkan metode penelitian yang diterapkan oleh peneliti.
Penelitian ini mengadopsi pendekatan kualitatif deskriptif dengan memanfaatkan
data primer dan data sekunder. Prosedur pengumpulan data primer melibatkan
teknik interaksi langsung, observasi, dan dokumentasi, sementara data sekunder
berasal dari sumber-sumber seperti publikasi ilmiah, artikel, laporan berita, dan
sumber informasi terkait lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Dalam
bagian ini, peneliti juga akan memberikan alasan atau justifikasi untuk
menerapkan setiap metode atau pendekatan penelitian.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini, akan dipersembahkan hasil analisis terkait pesan-pesan dalam
kampanye, pemanfaatan media sosial dalam kampanye, serta tanggapan terhadap
isu-isu politik. Hasil analisis akan disajikan secara rinci untuk mengungkapkan

11
dampak kampanye program unggulan KJP dan KJS Plus, OK OCE, Rumah DP 0
rupiah, dan OK Otrip dalam meraih kemenangan pada Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) DKI Jakarta tahun 2017. Bagian ini merupakan inti dari studi yang
mengilustrasikan temuan dan interpretasi berdasarkan data yang telah terhimpun.

BAB V: PENUTUP
Penutup ini akan menyajikan sintesis dari hasil penelitian, menggambarkan
secara ringkas temuan-temuan yang telah dibahas dalam bab sebelumnya. Selain
itu, bagian penutup ini akan menjelaskan implikasi penelitian, baik dalam konteks
teoritis maupun praktis, serta menawarkan rekomendasi untuk penelitian lanjutan.
Bibliografi yang mencakup referensi-referensi yang digunakan dalam penelitian
akan disertakan pada bagian akhir penulisan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian kedua ini, terdapat eksplorasi tentang literatur yang
menggabungkan teori-teori yang relevan dengan tujuan untuk mempertajam
analisis. Hal ini dimaksudkan sebagai pedoman dan elemen perbandingan dalam
konteks penyelidikan yang tengah dilakukan. Bagian kedua juga menguraikan
konsep dan teori, kedua aspek ini memiliki signifikansi yang tinggi dalam konteks
penelitian karena keterkaitannya yang erat dalam upaya menjawab permasalahan
yang ada.
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berdasarkan dialog yang telah terjalin antara akademisi, terdapat beberapa
kajian yang relevan yang mungkin memberikan dukungan substantif terhadap
penelitian saat ini dan dapat dijadikan referensi penting untuk mengembangkan
landasan teoretis yang tengah diadopsi dalam penelitian ini. Peneliti merujuk pada
studi-studi sebelumnya sebagai panduan untuk melaksanakan penelitian ini.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Aryati Anggalia dan Efriza
(2020) mengenai "Strategi Kampanye Model Blusukan Joko Widodo dalam
Memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Jakarta Tahun 2012 (Studi
Kasus di Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat)" Bertujuan untuk mengeksplorasi
kinerja Jokowi dalam implementasi blusukan, yang dievaluasi menerima respons
positif dari masyarakat, dengan demikian digunakan sebagai strategi kampanye
Jokowi untuk mencapai kemenangan dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2012, serta
untuk menilai faktor-faktor yang memberikan kontribusi positif dan negatif

12
terhadap strategi kampanye blusukan yang diterapkan oleh Jokowi. Temuan dari
penelitian ini menunjukkan bahwa kedekatan Jokowi sebagai pemimpin dengan
masyarakat melalui pendekatan blusukan menjadi faktor yang membuat namanya
dikenal luas, dan ini menjadikan blusukan sebagai elemen integral dari
kampanyenya untuk menjelaskan agenda kerja yang akan diajukan ketika terpilih
dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2012. Blusukan, yang telah menjadi strategi
kampanye Jokowi, terbukti berhasil dengan kemenangan Jokowi-Ahok dalam
Pilkada DKI Jakarta tahun 2012. meskipun pasangan tersebut pada awalnya
dianggap akan kalah dalam kontes Pilkada. Namun, pada kenyataannya, pasangan
ini berhasil meraih kemenangan dalam Pilkada DKI Jakarta berkat pendekatan
blusukan yang mereka terapkan, yaitu dengan mengkomunikasikan program kerja
secara langsung kepada masyarakat atau pemilih.
Fokus penelitian adalah untuk mengetahui taktik yang digunakan Joko
Widodo (Jokowi) dalam kampanyenya untuk pemilihan gubernur Jakarta 2012,
khususnya dengan menggunakan blusukan di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat.
Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek positif dan negatif dari strategi
blusukan Jokowi, serta dampaknya terhadap kemenangannya dalam pemilu.
Selain itu, penelitian ini mengeksplorasi kinerja Jokowi dalam pemilu dan
hubungannya dengan masyarakat melalui blusukan. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa strategi blusukan yang digunakan Jokowi berhasil memenangkan pemilu,
dan komunikasi langsungnya dengan masyarakat melalui blusukan merupakan
faktor penting dalam kemenangannya.
Teori yang dipergunakan oleh Aryati Anggalia dan Efriza menerapkan
kerangka teori komunikasi politik serta strategi kampanye politik. Berdasarkan
pandangan Mueller, Komunikasi politik merupakan sebuah proses komunikasi
yang terjadi dalam kerangka politik, yang melibatkan interaksi antara sistem
politik dan lingkungannya. Dalam perspektif lain, komunikasi politik diartikan
sebagai bentuk komunikasi yang memiliki dimensi politik dan fokus pada
pencapaian tujuan politis. Selain itu, dalam teori kampanye politik yang
dikemukakan oleh Arnold Steinberg, warga negara dalam konteks demokrasi
memanfaatkan kampanye politik sebagai alat untuk menentukan siapa yang akan
mengemban jabatan pemerintahan. Secara esensial, politik merujuk pada usaha
memperoleh dan mengamankan kekuasaan dalam ranah pemerintahan serta
aktivitas melaksanakan tugas-tugas politik. Kampanye politik merupakan
serangkaian upaya yang direncanakan dan terstruktur dengan tujuan mengusung,
memilih, atau memilih kembali individu tertentu ke dalam jabatan resmi. 20
Penelitian ini dilaksanakan melalui pendekatan metodologi kualitatif.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa penelitian ini dijalankan secara alami dan
20
(Arnold Steinberg dalam Efriza, 2012: 468-470).

13
organik, dalam kondisi normal tanpa manipulasi, dengan fokus pada eksplanasi
fenomena alamiah. Dalam proses akuisisi data, penelitian ini mengadopsi dua
pendekatan berbeda. Pendekatan pertama adalah data primer, diperoleh secara
langsung melalui interaksi wawancara dengan subjek penelitian, menggunakan
pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya beserta sejumlah
pertanyaan terbuka. Pendekatan kedua adalah data sekunder, diperoleh dari
individu yang bertindak sebagai narasumber dalam penelitian ini.
Hasil penelitian tersebut mengungkap bahwa Jokowi, yang berhasil dalam
peran sebagai walikota Solo, telah diakui sebagai seorang pemimpin yang
menerapkan prinsip blusukan dan menjalin kedekatan dengan masyarakat. Saat
mencalonkan diri sebagai gubernur DKI, Jokowi telah menerapkan pendekatan
blusukan sebagai bagian dari strategi kepemimpinannya. Beliau secara rutin
mengunjungi lingkungan-lengkap dengan gang-gang yang kurang terawat-dalam
rangka memantau perkembangan situasi. Melalui inisiatif blusukannya, Jokowi
melaksanakan kampanye politik dengan cara menjelaskan program-programnya
dan berinteraksi dengan penduduk setempat. Lebih dari itu, pendekatan blusukan
ini dengan tidak langsung menjadi suatu kebijakan yang menggariskan tujuan
partisipatif dalam menentukan kebijakan serta penyelesaian masalah, yang pada
gilirannya akan membuat warga lebih mengetahui dan menerima kebijakan yang
diterapkan.
Menurut penelitian ini, penulis mengajukan rekomendasi bahwa kampanye
politik blusukan harus difokuskan pada tujuan yang tepat dan intensif dalam
mendekatkan diri kepada masyarakat. Oleh karena itu, partai politik diharapkan
untuk secara berkelanjutan melaksanakan kampanye politik blusukan guna
memperkuat relasi antara calon kandidat dan pemilih. Untuk mencapai sasaran
pertama, kampanye blusukan harus diperkuat oleh figur politik yang memiliki
tingkat pemahaman yang tinggi di kalangan masyarakat dan menyajikan program-
program yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada akhirnya, apabila
calon kandidat berhasil terpilih, pendukungnya seharusnya merasa puas dengan
hasil yang diperoleh.
Kedua, studi yang dilakukan oleh Nurratika Puri (2018) mengenai Strategi
dan Model Kampanye Wahidin Halim-Andika Hazrumy pada Pilgub Banten 2017
fokus pada strategi kampanye dan model kampanye. 21 Persaingan di antara kedua
kandidat ini berlangsung sangat ketat. Hingga pada akhirnya ditetapkan
kemenangan jatuh pada Wahidin Halim-Andika Hazrumy. Menelisik dari
kegagalan Wahidin pada saat mencalonkan diri menjadi Gubernur Banten pada
21
Puri, N. (2018). Strategi dan model kampanye Wahidin Halim-Andika Hazrumy pada pilgub
Banten 2017 (Bachelor's thesis, Jakarta: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah)..

14
tahun 2011 silam, menarik untuk diteliti terkait kampanye dari pasangan urut
nomor 1 tersebut.
Penelitian ini berfokus pada fungsi paling esensial dari strategi kampanye
dan model kampanye dalam kampanye Wahidin Halim dan Andika Hazrumy
untuk gubernur Banten pada tahun 2017. Penelitian ini menggunakan Teori
Dramaturgi Erving Goffman, yang menyatakan bahwa realitas dihasilkan sebagai
hasil interaksi sosial melalui manajemen. . Seperti di teater, para pemain di
panggung interaksi melakukan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
Penekanan Goffman dalam teori ini tidak hanya pada manusia saja, namun juga
pada kelompok atau yang disebut dengan tim. Selain menggambarkan bagian dan
kepribadian tertentu, aktor sosial berupaya mengontrol persepsi orang lain
terhadap kelompoknya, baik itu keluarga, pekerjaan, partai politik, atau organisasi
lain yang mereka wakili. Semua orang ini adalah bagian dari apa yang Goffman
sebut sebagai “tim pertunjukan” yang mendramatisasi suatu aktivitas. Anggota
sering kali bekerja sama untuk menciptakan dan mempertahankan tampilan depan
rumah.
Penelitian ini menggunakan teknik kualitatif dengan menggunakan
penelitian studi kasus. Melakukan wawancara dan memberikan dokumentasi
merupakan contoh strategi pengumpulan data. Kampanye tim Wahidin dan
Andika terlihat melalui metode penelitian yang mereka lakukan untuk
membangun segmentasi pemilih, positioning untuk memberikan kesan positif di
masyarakat sesuai program kerja, dan branding yang menggunakan kualitas
kampanye. Sedangkan pada model kampanye Ostegard, langkah pertama yang
dilakukan adalah mengidentifikasi permasalahan yang ada di Banten, yang
berjumlah 21 kesulitan umum di Banten, kemudian dilanjutkan dengan
menyelesaikan permasalahan yang dituangkan dalam program kerja dengan
memberikan edukasi kepada masyarakat tentang calon kampanye. Unsur
pengetahuan ini berkaitan dengan kemampuan dan sikap masyarakat.
Kesimpulannya, model kampanye dan strategi kampanye sama-sama penting
dalam melaksanakan kampanye Wahidin Halim dan Andika Hazrumy agar
berhasil.
Ketiga, Studi Novita Damayanti dan Radja Erland Hamzah (2017)
mengenai strategi kampanye politik pasangan Jokowi-Jk pada Pemilihan Presiden
201422. Dalam pemilihan presiden kali ini, muncul sosok baru dengan sikap
mendasar dan mudah didekati. Kampanye politik Jokowi-Jk pada Pilpres 2014
terbilang luar biasa dan sukses memenangkan pemilu. Oleh karena itu, tujuan
22
Damayanti, N., & Hamzah, R. E. (2017). STRATEGI KAMPANYE POLITIK PASANGAN JOKOWI-JK
PADA POLITIK PEMILIHAN PRESIDEN 2014. WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 16(2), 279-
290.

15
penelitian ini adalah untuk mempelajari strategi kampanye politik calon presiden
dan wakil presiden Jokowi-JK pada pemilu presiden tahun 2014.
Teori yang digunakan oleh Novita Damayanti dan Radja Erland Hamzah.
adalah teori komunikasi politik. Mc Nair mengutip Denton dan Woordward yang
mendefinisikan komunikasi politik sebagai berikut: Pembahasan distribusi sumber
daya publik (pendapatan), otoritas resmi (mereka yang berwenang menetapkan
aturan, keputusan legislatif dan eksekutif), dan sanksi resmi (imbalan atau
hukuman oleh negara). Uraian Mc Nair Denton dan definisi Woodward di atas
mengandung retorika politik verbal dan tertulis, namun bukan komunikasi
simbolik. Menurut catatan Mc Nair, Doris Graber meyakini bahwa komunikasi
politik terdiri dari paralinguistik seperti badan bahasa dan tindakan politik seperti
boikot dan protes. Mc Nair mengamini penilaian Graber yang mencakup aspek
pakaian, potongan rambut, tata rias, logo, dan komunikasi lainnya yang
ditargetkan untuk membangun citra politik, khususnya dalam komunikasi politik.
Mc Nair menekankan komunikasi politik dalam keberadaannya maksud/tujuan
dengan mengambil definisi dari Denton dan Woordward.
Penelitian ini merupakan penelitian berbasis kualitatif digunakan untuk
menggambarkan secara holistik proses serta pencapaian strategi kampanye politik.
Pada Pilpres 2014, strategi kampanye Jokowi-Jk ditetapkan dengan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut: analisis audiens, perumusan tujuan,
perencanaan, penyampaian pesan, perancangan strategi, dan implementasi
kampanye. Implementasi kampanye politik Jokowi pada kampanye pemilu 2014 -
Jk adalah blusukan, pesta rakyat, tagline pesan "salam dua jari", ikon memakai
baju putih dan kotak, diskusi politik, dan penggunaan media sosial. Kegiatan pesta
rakyat merupakan wadah bertemunya Jokowi dan para penggemarnya dalam
bentuk konser dan acara kebersamaan dimana para artis menggalang partisipasi
yang meliputi makna, penyanyi, band, dan lain-lain. Blusukan merupakan
kegiatan yang sudah lama dilakukan Jokowi dan kini dilakukan sepanjang musim
kampanye dengan mengunjungi berbagai tempat dan masyarakat.
Ungkapan selamat datang dengan dua jari sempat populer di kalangan
pendukung Jokowi - Jk pada Pilpres 2014. Selain itu, kemeja putih yang digulung
melambangkan kesederhanaan dan kerja keras. Dengan jersey yang menjadi
identitas para pengikutnya, kotak menjadi bagian dari kepribadian Jokowi.
Pendekatan komunikasi yang dilakukan Jokowi lugas dan bebas birokrasi terkait
pembentukan citra masyarakat Jokowi. Bekerja sama dengan rakyat dalam
rencana kampanye politik, terlibat aktif dalam seluruh kegiatan kampanye politik
Jokowi - JK. Kampanye tersebut dilakukan secara langsung, baik melalui media
arus utama maupun media online. Melalui program diskusi politik pada Pilpres
2014, televisi menjadi salah satu wadah penyampaian visi dan misi. Jokowi-JK

16
memanfaatkan Facebook, Twitter, Instagram, dan websitenya sebagai alat
kampanye.

2.2 Kerangka Teoritis

2.2.1 Efektivitas
a. Pengertian Efektivitas
Kata "efektif" berakar dari bahasa Inggris, yakni "effective," yang
merujuk kepada pencapaian atau pelaksanaan yang berhasil atau berjalan
dengan baik. Efek merujuk pada keakuratan dalam penerapan, hasil yang
mendukung tujuan tertentu, seperti yang terdefinisikan dalam kamus
populer dalam ilmu pengetahuan. Efektivitas memegang peranan penting
dalam mencapai tujuan atau target suatu organisasi, kegiatan, atau
program.23 Apabila tujuan atau sasaran tercapai, itu disebut efektif.
Paradigma efisiensi dapat diterapkan untuk menilai performa
operasional suatu entitas organisasi. Paradigma ini merupakan faktor
penentu dalam mengukur apakah modus operandi dan struktur organisasi
memerlukan perubahan radikal. Dalam kerangka ini, efisiensi
didefinisikan sebagai capaian target-target organisasi melalui optimalisasi
pemanfaatan aset yang tersedia, dinilai dari sudut pandang masukan
(input), proses, dan keluaran (output). Aspek-aspek aset dalam konteks ini
mencakup stok tenaga kerja, infrastruktur, teknik, serta pola kerja yang
diaplikasikan. Kegiatan dianggap efisien jika dilaksanakan sesuai prosedur
yang ditetapkan, sementara keberhasilan mencapai hasil yang konstruktif
mengindikasikan efektivitas pelaksanaan. Oleh karena itu, operasional
organisasi dianggap efektif ketika berjalan sesuai dengan peraturan atau
sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
b. Ukuran Efektivitas
Mengukur tingkat efektivitas suatu program kegiatan merupakan
tugas yang kompleks karena adanya beragam perspektif dalam evaluasi.
Dalam perspektif produktivitas, efektivitas diartikan sebagai gabungan
kualitas dan jumlah (output) barang serta layanan. Selain itu, tingkat
efektivitas juga dapat dinilai melalui perbandingan hasil aktual dengan
rencana yang telah ditetapkan. Namun, penting untuk diingat bahwa upaya
dan hasil yang dihasilkan akan dianggap tidak efektif jika tidak mampu
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.24
23
Iga Rosalina, “Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan Pada Kelompok Pinjaman Bergulir Di Desa Mantren Kec Karangrejo Kabupaten
Madetaan”. Jurnal Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 01 No 01 (Februari 2012), h. 3.
24
Ibid, h. 5.

17
Terdapat sejumlah parameter atau standar yang menegaskan
apakah pencapaian tujuan efektif atau tidak:25
a) Maksud yang eksplisit adalah mencapai pencapaian yang terdefinisi
dengan jelas, bertujuan untuk memastikan bahwa anggota tim
menjalankan tugas mereka dengan akurat sehingga tujuan organisasi
dapat terwujud; Strategi pencapaian, yang sering dianggap sebagai
"jalur" yang harus diikuti, diikuti oleh serangkaian upaya untuk
mencapainya guna menghindari penyimpangan implementasi.
b) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang sesuai dengan tujuan
dan strategi yang telah ditetapkan, yang berarti kebijakan harus
memiliki kemampuan untuk menghubungkan tujuan dengan
pelaksanaan operasional.
c) Perencanaan yang teliti berarti menetapkan rencana masa depan untuk
entitas organisasi.
d) Rencana program yang optimal harus dimasukkan ke dalam
pelaksanaan program yang sesuai, karena tanpa hal ini, para pelaksana
tidak akan memiliki pedoman yang diperlukan untuk mengambil
tindakan dan melaksanakan pekerjaan.
e) Kapabilitas dalam menjalankan aktivitas produktif dengan
memanfaatkan fasilitas dan infrastruktur kerja yang ada, termasuk
yang mungkin disediakan oleh entitas organisasi, menjadi salah satu
indikator efisiensi organisasi.
f) Implementasi yang efektif dan efisien: Walaupun program yang baik
telah tersedia, jika pelaksanaannya tidak berjalan dengan efektif dan
efisien, organisasi akan menghadapi kesulitan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, karena akan semakin menjauh dari pencapaian
tujuan tersebut.
g) Sistem pengawasan dan pengendalian yang memiliki unsur instruksi
sangat diperlukan karena manusia tidak memiliki kecenderungan untuk
mencapai kesempurnaan, sehingga sistem tersebut merupakan aspek
krusial dalam menjalankan operasional organisasi dengan baik.

Kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu:26


1) Efisiensi produktif
2) Kemampuan penyesuaian pekerjaan
3) Kepuasan pekerjaan
4) Kemampuan menghasilkan laba
5) Penelusuran sumber-sumber daya

25
Ibid, h. 5-6.
26
Ibid, h.7

18
Sedangkan Richard M. Steers mengatakan mengenai ukuran
efektivitas, sebagai berikut:27
a) Realisasi tujuan merupakan hasil dari seluruh tindakan yang
seharusnya dianggap sebagai sebuah proses keseluruhan. Oleh karena
itu, untuk meningkatkan kepastian terkait pencapaian tujuan akhir,
dibutuhkan serangkaian tahapan, baik dalam hal pencapaian masing-
masing komponen maupun dalam hal penjadwalannya. Proses
pencapaian tujuan melibatkan beragam unsur, termasuk periode waktu
dan sasaran yang merujuk kepada target konkret.
b) Integrasi merupakan konsep yang mencakup penilaian terhadap
kemampuan sebuah entitas organisasi dalam memulai sosialisasi,
membentuk kesepakatan bersama, serta menjalani proses komunikasi
yang memiliki beragam aspek dengan entitas organisasi lainnya.
Pokok dari konsep integrasi difokuskan pada dinamika sosialisasi
dalam konteks organisasi.
c) Sementara itu, adaptasi merujuk kepada kemampuan sebuah entitas
organisasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk
mengukur kemampuan adaptasi, digunakan indikator-indikator dalam
proses akuisisi dan pengelolaan sumber daya manusia.
Dalam kerangka konseptual pengukuran efektivitas yang telah
dijabarkan sebelumnya, penelitian ini mengadopsi teori pengukuran
efektivitas yang disajikan oleh Richard M. Steers, yang menitikberatkan
pada tiga aspek utama, yakni Prestasi Tujuan, Integrasi, dan Adaptabilitas.
Dengan menerapkan teori ini, diharapkan bahwa penelitian ini dapat
mengukur sejauh mana efektivitas pemberdayaan ekonomi di Pondok
Pesantren Terpadu Ushuluddin.

c. Pendekatan Efektivitas
Pendekatan efisiensi dimanfaatkan untuk mengukur tingkat
efektivitas suatu aktivitas. Terdapat beberapa pendekatan yang diterapkan
dalam menilai efektivitas, termasuk:28
a. Pendekatan sasaran (Goal Approach)
Pendekatan ini bermaksud untuk mengukur sejauh mana kinerja
suatu entitas dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Pendekatan yang
berorientasi pada tujuan dalam evaluasi efektivitas dimulai dengan
mengidentifikasi sasaran organisasi dan mengevaluasi tingkat pencapaian
organisasi terhadap sasaran tersebut.29
27
Richard M. Steers, Efektivitas Organisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h.53.
28
Dimianus Ding, “Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Pedesaan”. Jurnal Ilmu Pemerintah, Vol. 02 No. 02 (Februari 2014), h. 8-10.
29
Ibid, h. 8

19
Sasaran yang mendasar dalam pengukuran efektivitas melalui
pendekatan ini adalah tujuan yang realistis yang ditetapkan untuk
mencapai hasil optimal berdasarkan tujuan resmi, "Official Goal", sambil
mempertimbangkan dampak yang dihasilkan, dengan penekanan pada
aspek output dalam menilai keberhasilan program dalam mencapai tingkat
output yang telah direncanakan.
Dengan cara demikian, pendekatan ini bertujuan untuk
mengevaluasi sejauh mana kinerja suatu organisasi atau entitas dalam
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Efisiensi juga secara konsisten
mempertimbangkan aspek waktu dalam implementasinya. Oleh karena itu,
efisiensi selalu memasukkan pertimbangan dimensi waktu dan pencapaian
target sesuai dengan kerangka waktu yang relevan akan meningkatkan
efisiensi program tersebut.30 Ilustrasi pendekatan sasaran adalah ketika
tugas tertentu memiliki tujuan untuk mencapai penjualan total produk
dalam jangka waktu seminggu, dan apabila tujuan tersebut terpenuhi
dengan sukses dalam periode waktu tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan tugas tersebut terbukti berhasil atau efektif.

b. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)


Metode asal dalam menilai efikasi suatu entitas direpresentasikan
melalui pencapaian entitas tersebut dalam mendapatkan beragam tipe
sumber daya yang esensial. Entitas ini diharuskan mampu mengakses
beragam jenis sumber daya dan menjaga ketersediaan serta kelancaran
sistemnya agar mencapai efektivitas. Pendekatan ini berasal dari konsep
keterbukaan sistem entitas terhadap lingkungannya, mengingat entitas
tersebut menjalin hubungan saling berpengaruh dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, entitas memanfaatkan sumber daya yang seringkali langka
dan memiliki nilai yang tinggi dari lingkungannya. Dalam konteks
organisasi bisnis, pendekatan sumber dievaluasi melalui sejauh mana
hubungan antara anggota organisasi dan lingkungan sekitarnya, yang
berperan sebagai penyedia sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.31

c. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)


Pendekatan proses dapat didefinisikan sebagai penilaian terhadap
efisiensi dan kondisi internal yang mengatur suatu entitas. Ketika entitas
berkinerja secara optimal, proses internalnya berinteraksi secara sinergis,
berkoordinasi di antara beragam divisi. Pendekatan ini mengesampingkan

30
Ibid, h. 9
31
Ibid, h. 10

20
pertimbangan faktor lingkungan, lebih menitikberatkan pada evaluasi
aktivitas yang dilakukan terhadap sumber daya entitas, mencerminkan
derajat efisiensi dan kesejahteraan entitas tersebut.

2.2.2 Kampanye Politik


2.2.2.1 Pengertian Kampanye
Menurut terminologi dalam leksikon bahasa Indonesia, "kampanye
kampanye" merujuk pada serangkaian tindakan simultan yang melibatkan
aktivitas penyebaran informasi kampanye melalui medium komunikasi
suara bisikan. Rice dan Paisley menguraikan bahwa kampanye merupakan
inisiatif yang bertujuan untuk memengaruhi keyakinan dan perilaku
individu lain dengan memanfaatkan daya tarik komunikasi. Kampanye
politik mengacu pada proses komunikasi politik yang dilakukan oleh
individu, kelompok, atau entitas politik dengan maksud memperoleh
dukungan politik dari masyarakat dalam periode waktu tertentu.
Menurut ketentuan yang disebutkan dalam UU Nomor 1 Tahun
2015 mengenai Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pada
pasal 1 ayat 26, kampanye didefinisikan sebagai tindakan yang
dilaksanakan oleh calon pemilih dengan maksud untuk mempengaruhi
calon pemilih lainnya dengan mengomunikasikan gagasan, tujuan, dan
rencana kerja yang mereka usung.32
Kotler dan Roberto mendefinisikan kampanye politik sebagai
"sebuah tindakan terorganisir yang dilakukan oleh kelompok (agen
perubahan) dengan maksud untuk mempengaruhi pihak lain (penerima
target) agar menerima, mengubah, atau menolak ide, sikap, praktik, dan
perilaku tertentu."33 Selanjutnya, sesuai dengan Norris, kampanye politik
merupakan sebuah proses komunikasi politik di mana partai politik atau
individu peserta berupaya untuk mengomunikasikan ideologi atau rencana
kerja yang mereka sampaikan.
Kampanye, sebagaimana diuraikan oleh Roger dan Storey dalam
kutipan yang disajikan oleh Gun Gun dalam konteks komunikasi politik,
merupakan rangkaian komunikasi yang telah direncanakan dengan tujuan

32
Undang-undang No. 1 tahun 2015, Tentang pemilihan gubernur, bupati, dan walikota,
pasal 1 angka 26
33
Philip Kotler dan Eduardo L. Roberto, Social Marketing; ‘Strategies for Changing, Public
Behavior, New York; The Free Press, 1989, h. 355

21
untuk mencapai dampak yang khusus.34 Pada banyak anggota masyarakat
yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, beberapa ahli komunikasi
mengakui bahwa definisi yang diberikan oleh Rogers dan Storey adalah
yang paling diterima dan banyak diakui di kalangan peneliti komunikasi.
Dengan demikian, kampanye pada dasarnya merupakan hal yang lazim
dan sering ditemui. Bahkan dalam beberapa kasus, terdapat pelaksanaan
dari proses kampanye yang tidak konsisten dengan regulasi yang telah
disepakati bersama.
Dengan merujuk kepada pemaparan di atas, kampanye dapat
disakinkan sebagai suatu tindakan yang bertujuan untuk memperoleh
dukungan. Kampanye dapat dieksplorasi oleh individu atau kelompok
yang terstruktur untuk memajukan proses pengambilan keputusan dalam
suatu entitas. Lebih lanjut, kampanye dapat pula diterapkan guna
memengaruhi, menghambat, dan mengubah hasil pencapaian. Dalam
konteks penelitian ini, peneliti memanfaatkan teori kampanye sebagai alat
untuk mendalami tingkat efektivitas strategi kampanye politik KJP dan
KJS Plus, OK OCE, Rumah DP 0 rupiah, dan OK Otrip yang digerakkan
oleh pasangan Anies dan Sandiaga Uno dalam meraih sukses pada
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017 di wilayah pemilihan
Jakarta Timur.
2.2.2.2 Jenis-Jenis Kampanye
Adapun jenis jenis kampanye adalah sebagai berikut :
Resolusi KPU Nomor 35 Tahun 2004, yang mengatur mengenai
Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, mengurusi
semua jenis kampanye.35 Kategori-kategori kampanye menurut beberapa
sumber, adalah sebagai berikut:36
1) Product Oriented Campaigns
Kampanye berorientasi produk umumnya terjadi dalam ranah bisnis yang
menunjukkan orientasi komersial, seperti pengenalan produk baru.
Biasanya, kampanye semacam ini juga bertujuan untuk membangun
reputasi positif terhadap produk yang diperkenalkan kepada publik.
2) Candidate Oriented Campaigns
34
Gun gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN
Syarif Hidayatullah, 2011) h. 33
35
Komisi Pemilihan Umum No. 35 Tahun 20014. Tentang kampanye pemilihan umum presiden
dan wakil presiden. Pasal 41 ayat (3).
36
Dan Nimmo. Komunikasi politik :pesan dan media. (Bandung: Rosda. 2009 ) h. 48-49

22
Kampanye ini memusatkan perhatiannya pada seorang kandidat dan secara
umum menggalang dukungan untuknya berdasarkan aspirasinya terhadap
tujuan politik. Ilustrasinya meliputi Kampanye Pemilihan Umum dan
Kampanye Penghimpunan Dana bagi partai politik.
3) Ideologically or cause oriented campaigns
Jenis kampanye ini difokuskan pada target-target yang spesifik dan
seringkali mencakup aspek sosial atau Kampanye Perubahan Sosial
(Kotler), yang merujuk kepada upaya kampanye yang bertujuan untuk
mengatasi masalah-masalah sosial dengan mengubah pandangan dan
tindakan masyarakat yang relevan.37 Contoh: Kampanye AIDS, Keluarga
Berencana dan Donor Darah.
4) Jenis Kampanye yang sifatnya menyerang (attacking campaign):
a) Kampanye Negatif
Menglancarkan serangan terhadap entitas lain dengan menggunakan
sejumlah data atau fakta yang dapat diverifikasi dan diperselisihkan.
b) Kampanye hitam (Black campaign)
Kampanye yang bersifat peyoratif atau merugikan dengan cara
memdiskreditkan rival politik guna memperoleh keunggulan.
2.2.2.3 Tujuan Kampanye
Adapun tujuan dari kampanye yaitu:
a. Kegiatan kampanye umumnya terfokus pada induksi perubahan dalam
ranah pengetahuan kognitif. Pada tahap ini, tujuan yang diinginkan
adalah munculnya kesadaran, perubahan keyakinan, atau peningkatan
pemahaman audiens terhadap isu yang relevan.
b. Pada tahap berikutnya, upaya difokuskan pada modifikasi sikap.
Maksudnya adalah untuk menghasilkan simpati, afinitas, kepedulian,
atau dukungan audiens terhadap isu-isu yang menjadi fokus
kampanye.
c. Sedangkan pada tahap akhir, kegiatan kampanye bertujuan untuk
mengubah perilaku audiens secara konkret dan dapat diukur. Pada
tahap ini, diperlukan tindakan konkret yang diimplementasikan oleh
target kampanye.38
2.2.2.4 Larangan dalam Kampanye
37
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida op.cit.,h. 35
38
Ibid.,36.

23
Demi menciptakan sebuah kampanye yang memberikan
pembelajaran kepada masyarakat sambil dipraktikkan dengan penuh
tanggung jawab, sekaligus memelihara keteraturan dan keamanan selama
kampanye, diperlukan formulasi peraturan yang tegas.
Dalam rangka itu, telah diberlakukan sejumlah pembatasan dalam
kampanye, yang meliputi:
a. Pertanyaan mengenai prinsip-prinsip fundamental Negara Pancasila,
dan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia ditegah.
b. Kegiatan yang berpotensi menghancurkan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia ditegah.
c. Tindakan penghinaan terhadap individu, agama, etnis, ras, kelompok,
kandidat, dan/atau partisipan lainnya dilarang.
d. Provokasi dan upaya memicu konflik antar individu atau kelompok
masyarakat dilarang.
e. Gangguan terhadap ketertiban umum dilarang. Gangguan ketertiban
umum di sini merujuk pada situasi yang bisa menghambat kelancaran
administrasi pemerintahan, layanan publik, dan aktivitas masyarakat
secara umum.
f. Ancaman kekerasan atau ajakan untuk menggunakan kekerasan
terhadap individu, sekelompok warga, dan/atau peserta pemilu lainnya
dilarang.
g. Perusakan atau penghilangan perlengkapan kampanye dari peserta
kampanye lainnya dilarang.
h. Pemanfaatan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan institusi
pendidikan dilarang. (Pengecualian berlaku bagi lembaga pendidikan
yang memberikan izin dan kesempatan yang sama kepada semua
peserta pemilu, tanpa mengganggu proses pendidikan.)
i. Penggunaan atau membawa atribut dan gambaran selain yang terkait
dengan peserta kampanye yang bersangkutan dilarang.
j. Penawaran atau pemberian uang atau barang lainnya kepada 6 peserta
kampanye dilarang.39
2.2.2.5 Strategi Kampanye Politik
Penetapan strategi dalam konteks kampanye politik merupakan
tahap krusial yang membutuhkan pendekatan yang sangat berhati-hati,
karena bila strategi tersebut salah atau tidak tepat, dampaknya bisa
berpotensi sangat serius, terutama dalam hal kerugian waktu, sumber daya,
dan energi. Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam proses kampanye
39
UU No. 17 Tahun 2017

24
pemilihan kepala negara adalah memastikan bahwa calon kepala negara
yang didukung oleh tim kampanye politiknya dapat berhasil meraih posisi
kepemimpinan negara yang bersangkutan melalui proses pemilihan yang
melibatkan partisipasi langsung masyarakat.
Ragam faktor yang memerlukan perhatian dari kelompok yang
bertugas untuk memetakan skema kampanye termasuk menjalani studi,
merumuskan target, menentukan target pemilih, menciptakan pesan
kampanye, membina hubungan dengan pemilih, dan menjalankan operasi
kampanye.40 Dalam naskah ini, peneliti berusaha untuk menggambarkan
prosedur-prosedur yang ditempuh oleh tim Pemenangan Anies-Sandi
sesuai dengan pemaparan yang terdokumentasi dalam jurnal karya O'Day.
Tanpa keraguan, tim Pemenangan tersebut perlu menjalankan langkah-
langkah tersebut guna memastikan bahwa pelaksanaan kampanye yang
mereka rencanakan berjalan sesuai dengan tujuan dan efisien. Karena itu,
peneliti berusaha untuk memerinci tindakan-tindakan yang telah
diimplementasikan oleh tim Pemenangan dalam konteks perencanaan
kampanye.
1) Melakukan Penelitian
Untuk menjalankan penelitian mengenai seleksi kandidat, terdapat
beberapa langkah yang perlu dilaksanakan. Langkah-langkah tersebut
mencakup eksaminasi hasil seleksi sebelumnya, evaluasi regulasi yang
ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), pelaksanaan analisis
SWOT terhadap calon-calon, pelaksanaan survei untuk mengukur tingkat
elektabilitas, serta penganalisisan profil pemilih. Tindakan-tindakan ini
dilaksanakan dengan tujuan agar tim pemenangan dapat merumuskan
tujuan kampanye yang efektif.
2) Mengatur Tujuan
Kampanye politik memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai,
terutama dalam konteks pertarungan politik. Tujuan utama dalam
kontestasi politik semacam itu adalah meraih jabatan dan mendukung
kandidat untuk memenangkan posisi tersebut. Untuk mencapai
kemenangan, beberapa langkah strategis harus dilakukan. Salah satu
langkah yang paling penting dalam meraih kemenangan adalah
menetapkan tujuan yang jelas dan terukur.
3) Menentukan Target

40
(O’Day, 2003).

25
Dalam konteks pelaksanaan kampanye yang tidak dapat dilakukan
secara sembarangan oleh semua individu, identifikasi serta pemilahan
pemilih menjadi elemen yang fundamental dalam proses pengorganisasian
kampanye. Maka dari itu, dalam tahap perancangan kampanye, penentuan
karakteristik pemilih yang akan menjadi fokus utama kampanye menjadi
hal yang signifikan. Hal ini dicapai melalui pelaksanaan berbagai jenis
survei, termasuk survei yang melibatkan analisis terhadap ciri-ciri
geografis serta profil pemilih. Survei ini memberikan kontribusi positif
terhadap efektivitas kampanye, karena memberikan kemampuan kepada
tim kampanye untuk merinci pendekatan kampanye mereka terhadap
target pemilih, sambil memahami kebutuhan mereka dalam hal strategi
kampanye, serta materi kampanye yang sesuai. Tim kampanye membagi
masyarakat menjadi segmen-segmen berdasarkan aspek geografis dan
demografis. Membangun Pesan Kampanye.
Tim pemenangan memanfaatkan pesan kampanye dengan tujuan
mendapatkan dukungan pemilih untuk mendukung kandidat tersebut
daripada saingannya. Pesan kampanye harus dirancang dengan tingkat
kesederhanaan yang optimal agar dapat dengan mudah dipahami oleh
pemilih sasaran, dan inti pesan harus mencapai pemilih sasaran tersebut.
Untuk mencapai hal ini, tim pemenangan melakukan segmentasi pemilih
pada saat yang bersamaan. Apabila tim pemenangan berkeinginan untuk
mengkomunikasikan pesan, mereka merancang tiga pernyataan yang
disesuaikan dengan segmen yang telah dibuat sebelumnya..
4) Membangun hubungan dengan pemilih
Setelah mengidentifikasi target pemilih dan merumuskan pesan
kampanye, langkah berikutnya adalah menjalin koneksi dengan pemilih.
Hasil akhir yang diharapkan dari setiap kampanye politik adalah
mendorong pasangan atau calon yang diusung untuk memenangkan
jabatan kepala daerah dengan dukungan tim kampanye mereka melalui
pemungutan suara langsung oleh warga. Untuk mencapai tujuan ini,
diperlukan penerapan strategi yang disebut sebagai strategi komunikasi
dalam kampanye politik.
Dalam ranah kampanye politik, terdapat tiga metode komunikasi
yang dapat diidentifikasikan. Pertama, adalah mengkonsolidasikan prestasi
dan struktur formal dengan memperkuat prestasi dan menjaga integritas
struktural. Kedua, adalah menciptakan solidaritas dengan memahami
audiens, merumuskan pesan yang persuasif, menentukan strategi, serta
memilih saluran komunikasi yang tepat. Ketiga, adalah membangun
kesepakatan melalui kemampuan untuk mencapai kesepakatan dan

26
menunjukkan sikap yang terbuka.41 Strategi kampanye adalah cara untuk
merencanakan dan mengelola kampanye dengan menggunakan berbagai
cara komunikasi dalam jangka waktu tertentu untuk mengarahkan
khalayak pada masalah tertentu dan menyelesaikannya. 42
Untuk membina relasi dengan pemilih, tim pemenangan perlu
memiliki kemampuan dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada,
termasuk aset manusia, waktu, dan anggaran. Mereka harus mampu
melakukan sinergi antara ketiga sumber daya tersebut dengan proporsi
yang sesuai agar kampanye dapat beroperasi tanpa hambatan dan
mencapai hasil yang paling efektif.
5) Pelaksanaan Kampanye
Setelah menyelesaikan penelitian, merencanakan tujuan kampanye,
menentukan sasaran pemilih, merancang pesan kampanye, dan menjalin
hubungan dengan pemilih menjadi faktor-faktor yang sangat penting.
Kandidat yang relevan, tim pemenangan, sukarelawan, serta individu yang
terlibat dalam upaya kampanye adalah beberapa elemen kunci dalam
kesuksesan kampanye politik. Selama masa kampanye, tim pemenangan
yang terdiri dari anggota partai dan sukarelawan bergabung untuk
melakukan promosi Anies-Sandi hingga ke lapisan masyarakat terendah.
Tugas para sukarelawan adalah memperluas basis pendukung Anies-Sandi
dengan menjalin komunikasi dengan berbagai komunitas di Jakarta.
Dalam konteks penelitian ini yang berjudul ”Analisis Efektivitas
Janji Kampanye Pasangan Anies-Sandi Dalam Mencapai Pemenangan Di
Jakarta Timur Pada Pilkada DKI Jakarta 2017” pengaturan rencana dalam
kampanye politik menjadi esensi penting. Metode komunikasi dalam
kampanye politik, seperti yang diuraikan oleh Cangara, mencakup empat
aspek inti. Yang pertama adalah penentuan pembawa pesan yang memiliki
peran utama dalam penyampaian pesan kampanye, dan diperlukan
kemampuan berkomunikasi, gagasan kreatif, dan kapasitas komunikasi
yang kuat. Kedua, menentukan khalayak tujuan kampanye, karena
kesuksesan kampanye sangat bergantung pada pemilih yang ditargetkan.
Ketiga, membuat pesan kampanye yang efektif, termasuk penggunaan
pesan informatif, persuasif, dan propaganda untuk mencapai tujuan
kampanye. Terakhir, memilih media yang tepat, yaitu media cetak,
elektronik, dan media sosial, sangat penting untuk mencapai audiens yang
ditargetkan. Maka, kajian ini akan menginvestigasi bagaimana strategi dan
komunikasi kampanye, terutama program KJP dan KJS Plus, OK OCE,

41
Arifin (2003)
42
(Ruslan, 2005).

27
Rumah DP 0 rupiah, dan OK Otrip, memengaruhi pemilihan tandem
Anies-Sandi dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017
di daerah timur Jakarta.
2.2.2.6 Kampanye dan Pemilihan Umum
Di negara demokrasi, keberhasilan pemilu adalah indikator
kesuksesan demokrasi.43 Menurut demokrasi, tujuan pemilihan umum
adalah kunci untuk:
a. Sebagai mekanisme untuk menentukan pemimpin dan opsi kebijakan
publik lainnya, dalam kerangka demokrasi, prinsip kedaulatan rakyat
sangat dihormati, dan semangat pemerintahan oleh rakyat dan untuk
rakyat tersebar luas.
b. Pemilihan umum juga berperan sebagai instrumen untuk memindahkan
konflik kepentingan dari tingkat masyarakat ke lembaga perwakilan
rakyat melalui perwakilan terpilih atau partai politik yang berhasil. Ini
memastikan integrasi dan kesatuan dalam struktur sosial.
c. Pemilihan umum berfungsi sebagai wadah bagi warga negara untuk
memberikan dukungan kepada pemerintah dan negara dengan
berpartisipasi dalam proses politik.44
Proses kampanye juga dianggap penting karena pentingnya
demokrasi dalam proses pemilihan umum. Kampanye dilakukan sebagai
bentuk pendidikan politik dan sarana untuk melibatkan warga negara.
Selain itu, kampanye dilakukan untuk membangun komitmen antara calon
pemimpin dan warga negara melalui visi, misi, program, dan informasi
lainnya yang diberikan untuk meyakinkan dan mendapatkan dukungan
sebanyak mungkin dari pemilih.45
Penelitian ini akan menginvestigasi sejauh mana upaya program
KJP dan KJS Plus, OK OCE, Rumah DP 0 rupiah, OK Otrip yang
dipromosikan oleh pasangan Anies-Sandiaga telah memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan mereka di wilayah Jakarta Timur selama Pilkada
DKI Jakarta 2017. Dalam konteks ini, kampanye menjadi instrumen
krusial untuk menyampaikan visi, misi, dan program kepada pemilih, dan
penelitian akan mengevaluasi efektivitas kampanye tersebut di Jakarta
Timur dalam menggambarkan signifikansi kampanye dalam konteks
43
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 105
44
Kristina, Jurnal Dinamika (Jurnal, Fakultas Ilmu sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2005), vol 1, hal 59.
45
Putri Matau, Media: Kampanye Pemilu Sebagai Komunikasi Politik diakses dari
http://media.kompasiana.com/new-media/2013/10/31/media-kampanye-pemilu-sebagai-
komunikasi-politik603954-html. , pada tanggal 28 Maret 2019

28
pemilihan umum, pengaruhnya terhadap hasil pemilihan, serta preferensi
pemilih dalam mendukung pasangan calon mereka.
2.2.3 Partisipasi Politik
Secara umum, partisipasi politik adalah kegiatan individu atau
kelompok yang terlibat secara aktif dalam kehidupan politik, termasuk
melakukan pemilihan pemimpin negara, serta memberikan pengaruh pada
partai politik dan kebijakan pemerintah, baik melalui jalur langsung
maupun tidak langsung. "Partisipasi politik merupakan aktivitas warga
negara yang bertujuan untuk memengaruhi proses pengambilan keputusan
pemerintah," ungkap Samuel P. Huntington. Baik individu maupun
kelompok, apakah mereka terorganisir atau muncul secara spontan, terlibat
secara teratur atau sesekali, bertindak dengan damai atau menggunakan
tindakan kekerasan, beroperasi secara legal atau ilegal, serta efektif atau
tidak efektif, semuanya dapat dianggap sebagai contoh dari partisipasi
politik.
Dalam negara-negara demokrasi, gagasan partisipasi politik
didasarkan pada keyakinan bahwa rakyat memiliki kapasitas untuk
menjalankan kedaulatan melalui aktivitas kolektif yang mengarahkan arah
dan prospek masyarakat, serta menetapkan aktor yang akan memimpin dan
mengurusi urusan masyarakat. Oleh karena itu, partisipasi politik
merupakan ekspresi dari individu atau kelompok yang secara sah
mengendalikan kekuasaan politik rakyat.
Anggota masyarakat meyakini bahwa kepentingan mereka akan
dipertimbangkan atau minimal didukung melalui partisipasi dalam proses
politik, seperti pemilihan umum dan kegiatan serupa, serta memiliki
kapasitas untuk memengaruhi individu berwenang dalam pengambilan
keputusan yang mengikat. Dengan kata lain, mereka berargumentasi
bahwa aktivitas mereka memiliki signifikansi politik.46
Partisipasi politik mengalami peningkatan dari partisipasi yang
bersifat sukarela dan tidak dipaksa. Di dalam negara-negara otoriter,
partisipasi politik secara esensial bergantung pada arahan dan regulasi
yang diberikan oleh partai politik dan elit penguasa pemerintah. Tidak
terlepas dari komunikasi yang lancar antara elit penguasa, partisipasi
murni tidak dapat terjadi. Semua orang harus diinformasikan dan
dikomunikasikan sepenuhnya untuk mencapai partisipasi murni. Mereka

46
Prof. Miriam Budiarjo, Buku Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008, hal. 367

29
juga harus diberitahu tentang kebijakan pemerintah yang menguntungkan
masyarakat.47
Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik:
Dengan kejelasan, Miriam Budiardjo menjelaskan bahwa
partisipasi politik melibatkan semua tindakan sukarela yang dilakukan
oleh individu yang terlibat dalam proses pemilihan pemimpin politik dan
yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan
kebijakan publik. Tindakan ini melibatkan:
1. Terlibat dalam proses pemilihan umum.
2. Menjadi anggota partai politik, ikut bergabung dengan kelompok
advokasi, asosiasi kepentingan, atau organisasi politik lainnya.
3. Menduduki jabatan di institusi politik seperti Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) atau berinteraksi dengan wakil rakyat di wilayah
tersebut.
4. Terlibat dalam kegiatan kampanye dan berpartisipasi dalam
kelompok diskusi.
Dalam aktivitas ini, kedudukan individu serta interaksi mereka
dengan entitas sosial dan pemerintah menjadi krusial. Keterlibatan dalam
ranah sosial dapat diperoleh dengan inisiatif dari perseorangan maupun
kolektif warga negara, tanpa adanya penekanan yang bersifat obligatori.48

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik:


Partisipasi politik minimal memiliki tiga faktor fundamental yang
mempengaruhinya, di antarany:49
1. Faktor Psikologis:
Faktor ini berhubungan dengan individu atau komunitas yang terlibat
dalam kegiatan partisipasi politik. Proses pengidentifikasian faktor
psikologis dapat diamati oleh individu-individu di lingkungan sekitar,
termasuk orang tua dan anggota keluarga. Faktor psikologis juga
47
“Dr. Sahya Anggara, M.Si, Sistem Politik Indonesia, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013, hal.
145.
48
“ Dr. Marojahan JS Panjaitan, S.H., M.H., Politik, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi,
Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2018, hal. 14
49
“Partisipasi Politik: Pengertian, Teori, Faktor, Bentuknya” tersedia pada:
https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/12/153000269/partisipasi-politik--pengertian-
teorifaktor-dan-bentuknya?page=all. Di akses pada 1 Agustus 2022

30
mencakup minat individu dalam berpartisipasi dalam diskusi mengenai
isu-isu politik.
2. Faktor Ekonomi atau Rasional:
Penilaian atau keyakinan individu terhadap kondisi ekonomi
pribadi, keluarga, dan negara mereka dipengaruhi oleh variabel ini. Ini
jelas mempengaruhi pilihan mereka dan cara mereka terlibat dalam politik.
3. Faktor Sosiologis:
Faktor-faktor seperti agama, pendidikan, lokasi tempat tinggal,
usia, jenis kelamin, dan status ekonomi memiliki dampak yang signifikan
pada tingkat keterlibatan politik individu atau komunitas, khususnya
dalam proses pemilihan pemimpin atau wakil rakyat.
Partisipasi politik menunjukkan beragam manifestasi dan varian,
namun paling tidak terdapat dua kategori yang lazim, yakni:
a. Partisipasi Aktif
Partisipasi politik aktif terdiri dari mengkritik dan memperbaiki
berbagai kebijakan pemerintah serta mengajukan usulan kebijakan umum
yang relevan. Salah satu bentuk partisipasi aktif adalah membayar pajak
dan berpartisipasi dalam pemilihan kepala daerah.
b) Partisipasi Pasif
Partisipasi pasif merupakan bentuk partisipasi politik yang
terwujud melalui tindakan patuh, akseptansi, serta eksekusi dari resolusi
pemerintah. Ini mengindikasikan bahwa individu hanya mengakui serta
menjalankan resolusi-resolusi pemerintah tanpa mengungkapkan kritik
atau rekomendasi.
Partisipasi politik dapat dibagi lagi menjadi tiga kategori,
termasuk:
a. Apatis mencerminkan penolakan individu terhadap proses
politik.
b. Audiens: Menggambarkan bahwa masyarakat umum perlu
mengikuti atau minimalnya pernah terlibat dalam pemilihan
umum.
c. Gladiator: Mengindikasikan bahwa masyarakat terlibat secara
aktif dalam proses politik, seperti menjadi anggota partai,
pekerja kampanye, dan aktivis masyarakat.

31
32
2.2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2.4.1 Kerangka Pemikiran

Sumber: diolah oleh peneliti

33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam melakukan sebuah penelitian, terdapat salah satu elemen penting
yakni pendekatan penelitian. Pendekatan penelitian diperlukan untuk memperoleh
data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dengan metode studi kasus.
“Pendekatan kualitatif sering juga disebut sebagai pendekatan penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting).” 50 Menurut Cresswell pendekatan kualitatif dapat dimulai dengan asumsi
penggunaan kerangka penafsiran/teoritis yang membentuk atau mempengaruhi
studi tentang permasalahan riset yang terkait dengan makna yang dikenakan oleh
individu atau kelompok pada suatu permasalahan sosial atau manusia.51
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus karena menggunakan
beberapa sumber data seperti wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.
Studi kasus biasanya digunakan oleh peneliti berdasarkan ketertarikan dan
keinginan untuk memecahkan satu masalah tertentu. Selain itu, studi kasus
memberikan wawasan yang mendalam atas topik pembahasan. Hal ini
dikarenakan secara penyeledikan dalam studi kasus dilakukan dengan totalitas,
intensif dan utuh.52
Sebagaimana seperti yang dijelaskan secara umum oleh Robert K. Yin
bahwa studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan
suatu penelitian berkenaan dengan “How” atau “Why”. Studi kasus berkaitan
dengan strategi yang menekankan adanya pertanyaan bagaimana dan mengapa
karena peneliti memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa
masa kini yang akan diselidiki dengan fenomena masa kini. 53 Menurut Lincoln
dan Guba dalam buku Dedy Mulyana mengatakan bahwa penggunaan studi kasus
dalam pendekatan kualitatif memiliki beberapa keuntungan yaitu:54
1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.

50
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D (Bandung: PT Alfabeta. 2015). hlm
2.
51
John W. Cresswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset Memilih Diantara Lima Pendekatan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2015). hlm 2.
52
Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Edisi
Kedua. (Penerbit Erlangga: Jakarta. 2009) hlm. 58.
53
Robert K. Yin. Studi Kasus: Desain dan Metode. Penerjemah M. Djanzi. Cet. 14 (PT Rajawali
Pers, Jakarta. 2015 ). hlm 1.
54
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Soisal Lainnya. (Bandung : Remaja Rosdakarya. 2004) hlm 201

34
2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa
yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari.
3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan
antara peneliti dan responden.
4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan
bagi penilaian atau transferabilitas.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian kualitatif
yang dapat digambarkan melalui metode studi kasus dengan tujuan pemecahan
masalah atas fakta yang terjadi pada saat ini. Dalam penelitian ini, penggunaan
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus bertujuan untuk mengetahui
bagaimana Janji Kampanye dari Pasangan Anies-Sandi mempengaruhi
keterpilihan dan sejauh mana efektivitasnya pada Pilkada DKI 2017.
3.2 Teknik Penentuan Informan
Penelitian ini menerapkan metode purposive sampling untuk seleksi
informan secara non-acak atau tidak bersifat acak. Pendekatan ini dipilih karena
informan dapat memenuhi kriteria yang relevan dengan fokus penelitian.
Purposive dalam hal ini mengacu pada seleksi narasumber yang akan
diwawancarai mengenai aspek-aspek terkait dengan permasalahan atau fokus
penelitian. Peneliti mengadopsi pendekatan purposive dengan tujuan
mengumpulkan data dari informan secara objektif, dengan keyakinan bahwa
informan tersebut mencerminkan representasi peneliti sendiri, sehingga
pengumpulan data langsung dari sumbernya dapat dilakukan secara proporsional
untuk menjamin akurasi penelitian. Selain itu, penelitian ini memanfaatkan data
yang memiliki karakteristik homogen, yang berarti bahwa semua informan yang
diwawancarai memiliki kesamaan dalam karakteristik tertentu.
Dalam penelitian ini, standar untuk seleksi informan adalah:

No Informan Keterangan

1. Bapak Dr. H. Mardani, M.Eng Informan Kunci


(Ketua Tim Kampanye Anies-
Sandi Partai PKS)

2. Bapak Adi Prayitno, M.Si. Informan


(Pengamat Politik Tim Anies- Pendukung
Sandi)

35
3. Lembaga Survei LSI Denny JA Informan
pendukung

4. Masyarakat Pemilih dalam Pilkada Informan Kunci


DKI 2017 yang berada di wilayah
Jakarta Timur

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Metode akuisisi data memiliki signifikansi yang sangat penting dalam
konteks penelitian karena mampu mengubah studi ini menjadi sebuah kajian
ilmiah yang sistematis dan rasional dengan perolehan data yang sahih. Metode ini
juga menjadi prasyarat dalam proses ekstraksi serta analisis data yang vital dalam
konteks riset, berkontribusi esensial terhadap pengambilan kesimpulan serta
membantu peneliti dalam menyelesaikan problematika yang dihadapi. Pada
penelitian ini, teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi dipergunakan
sebagai metode untuk mengumpulkan data.
3.4.1 Wawancara (Indepth-Interview)
Dalam konteks penelitian kualitatif, metode wawancara mendalam,
yang sering disebut sebagai indepth-interview, merupakan suatu teknik
pengumpulan data yang lazim digunakan. Dalam proses wawancara
mendalam, pewawancara (atau peneliti data) menyampaikan pertanyaan
secara langsung kepada subjek yang terlibat dalam penelitian, dan respon
mereka didokumentasikan atau direkam menggunakan perangkat
perekam.55 Proses interogasi dilaksanakan dengan membawa sejumlah
pertanyaan yang diajukan kepada subjek yang sedang diinterogasi.
Panduan interogasi, yang berisi kerangka pertanyaan yang akan
ditanyakan, berfungsi sebagai instrumen penelitian untuk menjalankan
proses interogasi ini, baik dengan subjek yang diinterogasi maupun tanpa
panduan interogasi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tujuan
penelitian ini adalah untuk menginterogasi subjek yang memiliki
kompetensi. Fokus interogasi ini adalah untuk menggali lebih dalam
mengenai efektivtas dari program unggulan (KJP dan KJS Plus, OK OCE,
Rumah Dp 0 Rupiah dan transpotasi terintegrasi OK-OTRIP) yang
dilontarkan dalam janji kampanye pasangan anies-sandi ini dapat
mempengaruhi keterpilihan pada pemenangan pasangan Anies-Sandi
tersebut dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun
2017 di wilayah Jakarta Timur.

55
(Sugiyono, 2006).

36
3.4.2 Observasi
Metode observasi memanfaatkan observasi atau persepsi langsung
terhadap objek, keadaan, konteks, prosedur, atau perilaku. Dalam kerangka
penelitian ini, observasi langsung akan memudahkan perolehan dan
evaluasi segera peristiwa yang termanifestasi di lapangan.
3.4.3 Studi Pustaka
Studi pustaka adalah metode pengumpulan data yang bertujuan
untuk mendapatkan referensi teori yang relevan dengan kasus atau
masalah yang akan diteliti oleh penulis. Studi pustaka juga digunakan
untuk mendapatkan informasi tentang fenomena yang serupa mengenai isi
dan substansi yang digunakan untuk menganalisis masalah.
1.4.4 Dokumentasi
Dalam Analisis Efektivitas Janji Kampanye Pasangan Anies-Sandi
dalam mencapai pemenangan di Jakarta timur pada Pilkada DKI Jakarta
2017. dokumentasi adalah metode pengumpulan data di mana arsip yang
dianggap berguna dan penting, seperti buku-buku, laporan tahunan, jurnal,
karya tulis ilmiah, peraturan pemerintah, dan undang-undang, dipelajari,
disusun, dan dikaji sehingga data dapat dibagikan.
3.5 Teknik Pengolahan Analisis Data
Studi ini menggunakan model Miles dan Huberman untuk menganalisis
data (Sugiyono, 2006). Gambar berikut menunjukkan fase analisis data yang
digunakan:
Gambar 3. SEQ Gambar \* ARABIC 1 Tahap Analisis Data

Sumber: Miles dan


Huberman dalam Sugiyono, 2006
1. Pengumpulan data (Data collection), adalah proses awal yang berusaha
mengumpulkan data awal melalui observasi dan wawancara mendalam
dengan informan.

37
2. Reduksi data (Data reduction), proses ini mencakup seleksi, penjumlaan
elemen-elemen signifikan, penekanan pada topik dan pola yang
diinginkan, serta pengeliminiran unsur yang tidak relevan.
3. Penyajian data (Data display), dalam penelitian kualitatif, presentasi data
dapat disajikan dalam bentuk narasi, diagram, serta relasi antara
klasifikasi-klasifikasi.
4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi (Conclusions: drawing atau verying),
merupakan tahap terakhir, yakni menarik kesimpulan dari informasi yang
telah diabstraksi.
3.6 Teknik Keabsahan Data
Salah satu metode yang signifikan dalam menilai kevalidan dan reliabilitas
data yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pendekatan validasi data, yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi, yang merujuk pada
pendekatan peninjauan keabsahan data yang menggunakan elemen eksternal
untuk tujuan pengamatan atau perbandingan dengan data yang tersedia.
Data yang dikumpulkan dari subjek penelitian tentang subjek penelitian
disebut triangulasi. Data ini mungkin tidak selalu akurat. Untuk mencapai tujuan
ini, peneliti harus melakukan triangulasi data yang sama dari subjek atau sumber
yang berbeda dengan menggunakan pendekatan yang berbeda dari sumber
pertama. Dengan melakukan triangulasi, tujuan adalah untuk meningkatkan
ketepatan dan kebenaran data penelitian, yang pada gilirannya meningkatkan
keakuratan hasil penelitian. Cara ini untuk mengurangi subjektivitas penelitian. 56
Dalam penelitian ini, metode triangulasi yang diterapkan adalah
pendekatan triangulasi yang telah dikemukakan oleh Denzin (sebagaimana
disebutkan dalam Moleong, 2017: 331). Pendekatan triangulasi ini
menggabungkan tiga jenis triangulasi, yaitu:
1. Triangulasi pengamat adalah ketika ada orang di luar peneliti yang
memeriksa hasil penelitian, seperti akademisi. Akademisi di Universitas
Nasional ini memahami politik, terutama proses pemilihan umum.
2. Triangulasi teori merupakan suatu pendekatan yang digunakan oleh peneliti
untuk memverifikasi bahwa data yang telah terhimpun memenuhi kriteria
yang ditentukan. Beberapa kerangka pemikiran yang diterapkan dalam kajian
ini telah diuraikan dalam bagian penelaahan.
3. Triangulasi metode/teknik, misalnya wawancara. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan wawancara dan dokumentasi dari berbagai informan
yang relevan dengan tujuan penelitian.
56
(Yusuf, 2017:335).

38
3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat/lapangan yang akan digunakan oleh
peneliti untuk melakukan penelitian dan tentunya telah disesuaikan dengan tema
yang akan diteliti. Lokasi penelitian juga dimaksudkan agar peneliti memperoleh
informasi dan data yang menunjang keberhasilan dan terselesaikannya penelitian
tersebut. Penelitian berfokus pada wilayah Jakarta Timur. Karena dibandingkan
dengan daerah lain di Jakarta selama Pilkada 2017 untuk gubernur, lokasi
penelitian ini dipilih karena memiliki jumlah pemilih yang signifikan dan
memiliki partisipasi pemilih yang lebih tinggi. Selain itu, Keanekaragaman
demografis Jakarta Timur memungkinkan penelitian ini untuk memperoleh
pemahaman yang lebih holistik tentang bagaimana perilaku pemilih dari beragam
latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya dipengaruhi oleh Janji kampanye
politik seperti KJP dan KJS Plus, OK OCE, Rumah Dp 0 Rupiah dan transpotasi
terintegrasi OK-OTRIP.

39
BAB IV
GAMBARAN UMUM

4.1 DKI Jakarta


DKI Jakarta sebagai suatu provinsi dan sekaligus ibu kota, memiliki luas
wilayah sebesar 7.659,02 (tujuh ribu enam ratus lima puluh sembilan koma dua)
km2 . Luas wilayah tersebut terdiri dari daratan seluas 661,52 (enam ratus enam
puluh satu koma lima puluh dua) km2 dan lautan seluas 6.997,50 (enam ribu
sembilan ratus sembilan puluh tujuh koma lima) km2. DKI Jakarta pun dikelilingi
oleh beberapa kota/kabupaten seperti Bogor, Bekasi, Tangerang dan Depok.
Secara demografis, jumlah penduduk DKI Jakarta hingga saat ini berjumlah
sekitar 10 (sepuluh) juta penduduk, dan angka tersebut terus mengalami kenaikan
setiap tahunnya. DKI Jakarta memiliki 6 (enam) wilayah administrasi yang terdiri
dari 5 (lima) kota yakni Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara,
Jakarta Selatan dan 1 Kabupaten yakni Kepulauan Seribu. Selain itu terdapat 44
(empat puluh empat) Kecamatan dan 267 Kelurahan.57
Berdasarkan kelompok usia, sebagian besar penduduk DKI Jakarta
berkisar pada usia produktif, yakni 15-64 tahun sebesar 71,68% (tujuh puluh satu
koma enam puluh delapan persen). Sedangkan jumlah penduduk usia non-
produktif (dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun) berada di angka 24,55% (dua
puluh empat koma lima puluh lima persen) untuk usia dibawah 15 tahun dan
3,76% (tiga koma tujuh puluh enam persen) untuk usia diatas 65 tahun. Pada lain
hal, menurut kelompok jenis kelamin, penduduk DKI Jakarta lebih didominasi
oleh laki-laki dengan jumlah sebesar 5.159.683 (lima ribu seratus lima puluh
sembilan ribu enam ratus delapan puluh tiga) jiwa, dibanding dengan penduduk
perempuan berjumlah sebesar 5.117.945 (lima juta seratus tujuh belas ribu
sembilan ratus empat puluh lima). 58Selain itu, kota yang terkenal dengan
kemacetannya ini pun dihuni oleh masyarakat dari berbagai macam agama dan
etnis, meskipun mayoritas menganut agama Islam. Sedangkan etnis-etnis yang
menghuni DKI Jakarta beberapa diantaranya seperti Betawi, Jawa, Tionghoa,
Sunda Bugis dan Banjar. Kepadatan dan kemajemukan masyarakat DKI Jakarta
tidak terlepas dari beberapa faktor seperti peristiwa sejarah dan daya tarik DKI
Jakarta sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, bisnis dan keuangan.
Dari segi pendidikan, untuk masyarakat dengan usia 10 tahun ke atas
tercatat sebanyak 125.852 (seratus dua puluh lima ribu delapan ratus lima puluh
dua) jiwa, dari total 8.461.373 (delapan juta empat ratus enam puluh satu ribu tiga
57
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Dikutip dari:
https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta diakses pada 5/12/2017
58
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta
2016. hlm. 18-19.

40
ratus tujuh puluh tiga) jiwa, tidak/belum pernah mengenyam pendidikan. Ketika
ditinjau dari segi jenis kelamin, presentase jumlah perempuan yang tidak/belum
pernah mengenyam pendidikan lebih banyak dibandingkan laki-laki,. Hal tersebut
disebabkan masih adanya masyarakat yang memiliki pemikiran bahwa laki-laki
harus lebih diprioritaskan dalam hal pendidikan, karena nantinya laki-laki yang
akan bekerja untuk menjadi tulang punggung keluarga. Disamping itu, mayoritas
penduduk DKI Jakarta yang mengenyam pendidikan, tamat pada jenjang
SMA/SMK Sederajat dengan presentase sebesar 41,24% (empart puluh satu koma
dua puluh enam persen) atau sekitar 3.437.728 (tiga juta empat ratus tiga puluh
tujuh ribu tujuh ratus dua puluh delapan) jiwa dan sisanya terbagi pada tingkat
pendidikan lainnya seperti SD, SMP, serta perguruan tinggi. Pada intinya dapat
dikatakan tingkat pendidikan di DKI Jakarta baik, meskipun masih terdapat
masyarakat yang tidak/belum pernah mengenyam pendidikan.
Pada sektor ekonomi, secara umum DKI Jakarta memiliki pergerakan yang
dinamis, meskipun saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.
Pesatnya pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh kondisi perekonomian
global yang semakin membaik. Ada pun faktor penting lain yang mendukung
perekonomian DKI Jakarta yakni sektor perdagangan, industri, properti, jasa,
kreatif, dan keuangan. Melihat aktivitas perekonomian yang beragam dan
berkembang, maka tidak heran apabila dikatakan bahwa lebih dari 70% (tujuh
puluh persen) uang yang ada di Indonesia beredar di Jakarta.
Gambar 4.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DKI Jakarta Tahun 2010-
2016

Sumber: katadata, pada 2017


Ketika meninjau dari segi kesejahteraan, pembangunan di DKI Jakarta
berhasil meningkatkan kesejahteraan penduduk. Pencapaian Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) pada tahun 2016 sebesar 79,6 atau setara dengan status “Tinggi”.
Sedangkan indeks tertinggi dalam suatu pencapaian IPM ada di angka 80.00, jadi

41
tingkat IPM Jakarta sangat mendekati status “Sangat Tinggi”. Kontributor utama
dalam perbaikan IPM ialah standar hidup layak masyarakat, hal tersebut terlihat
dari membaiknya pengeluaran per kapita masyarakat. Selain itu, adanya
kemampuan belanja masyarakat yang terus membaik dengan didukung oleh
meningkatnya pendapatan yang diperoleh kelompok masyarakat kelas menengah.
Lebih lanjut, membaiknya kesejahteraan masyarakat Jakarta juga terlihat dari
angka pengangguran yang terus menurun.59
Meskipun tidak terlalu signifikan, tingkat kemiskinan di DKI Jakarta pada
tahun 2017 ini mengalami peningkatan. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik
Porvinsi DKI Jakarta, pada bulan Maret tahun 2016 lalu jumlah penduduk miskin
di DKI Jakarta sebesar 384,30 (tiga ratus delapan puluh empat koma tiga puluh)
ribu orang, lalu terjadi peningkatan sebesar 5,39 (lima koma tiga puluh sembilan)
ribu dalam jangka waktu satu tahun, sehingga jumlah masyarakat miskin pada
bulan Maret tahun 2017 sebesar 389,69 (tiga ratus delapan puluh sembilan koma
enam puluh sembilan) ribu. 60 Namun, pemerintah dalam hal ini terus memberikan
solusi berupa bantuan-bantuan sosial maupun ekonomi melalui beberapa
programprogram yang ditujukan kepada masyarakat miskin. Pada intinya, tingkat
kesejahteraan masyarakat DKI Jakarta dapat digolongkan cukup baik karena
mengalami peningkatan dan meskipun terdapat angka kemiskinan, hal tersebut
terus diperbaiki oleh pemerintah.
4.2 Pilkada DKI Jakarta 2017
DKI Jakarta menjadi salah satu provinsi yang menyelenggarakan
pemilihan pada Pilkada serentak tahun 2017. Dalam Pilkada DKI Jakarta 2017
yang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari, terdapat 3 pasangan calon
Gubernur/Wakil Gubernur yang bersaing yakni pasangan nomor urut (1) Agus
Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni (2) Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dan
Djarot Syaiful Hidayat (3) Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Ada pun jumlah
pengguna hak pilih sebesar 5.563.207 (lima juta lima ratus enam puluh tiga ribu
dua ratus tujuh) dari 7.218.244 (tujuh juta dua ratus delapan belas ribu dua ratus
empat puluh empat) pemilih yang tersebar di 13.023 (tiga belas ribu dua puluh
tiga) Tempat Pemungutan Suara (TPS) di 267 (dua ratus enam puluh tujuh)
Kelurahan.
Pada hasil akhir Pilkada DKI Jakarta 2017, pasangan calon nomor urut 2
yakni Ahok-Djarot menempati posisi pertama dengan perolehan suara terbanyak
dengan 42.96% (empat puluh dua koma sembilan puluh enam persen) atau
sebanyak 2.357.785 (dua juta tiga ratus lima puluh tujuh ribu tujuh ratus delapan
puluh lima) suara. Sedangkan posisi kedua ditempati oleh pasangan nomor urut 3
59
Bank Indonesia. 2017. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta. hlm. 109.
60
BPS Provinsi DKI Jakarta. Tingkat Kemiskinan Di DKI Jakarta Maret 2017. Dikutip dari:
https://jakarta.bps.go.id/pressrelease/2017/07/18/246/tingkat-kemiskinan-di-dki-jakarta-
maret2017.html diakses pada 5/12/2017

42
yakni pasangan Anies-Sandi dengan 39.97% (tiga puluh sembilan koma sembilan
puluh tujuh persen) atau sebanyak 2.193.530 (dua juta seratus sembilan puluh tiga
ribu lima ratus tiga puluh) suara dan di posisi terakhir atau posisi ketiga ditempati
oleh pasangan nomor urut 1 yakni pasangan Agus-Sylvi dengan perolehan suara
17.06% (tujuh belas koma nol enam persen) atau sebanyak 936.461 (sembilan
ratus tiga puluh enam ribu empat ratus enam puluh satu) suara.61
Wilayah yang menjadi basis atau penyumbang suara terbesar pasangan
AhokDjarot yakni Jakarta Barat dengan presentase sebesar 48,6% (empat puluh
delapan koma enam persen). Kemudian secara berurutan diikuti Jakarta Utara
dengan presentase sebesar 48,4% (empat puluh delapan koma empat persen),
Jakarta Pusat dengan presentase sebesar 43,0% (empat puluh tiga persen),
Kepulauan Seribu dengan presentase 38,8% (tiga puluh delapan koma delapan
persen, Jakarta Timur 38,8%, dan Jakarta Selatan 38,7% (tiga puluh delapan koma
tujuh persen). Dalam hal ini pasangan Ahok-Djarot 4 (empat) wilayah yakni
Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Kepulauan Seribu.
Pasangan Anies-Sandi memiliki basis wilayah sebagai penyumbang suara
terbesar pada Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran pertama yakni di Jakarta Selatan
dengan presentase sebesar 46,5% (empat puluh enam koma lima persen). Adapun
secara berurutan diikuti Jakarta Timur dengan presentase 41,7% (empat puluh satu
koma tujuh persen), Jakarta Pusat 39,2% (tiga puluh sembilan koma dua persen),
Jakarta Barat 35,3% (tiga puluh lima koma tiga persen), Jakarta Utara 35,1% (tiga
puluh lima koma satu persen) dan Kepulauan Seribu 34,0% (tiga puluh empat
persen). Pasangan Anies-Sandi hanya menang di 2 wilayah yakni Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur.
Bagi pasangan Agus-Sylvi, wilayah yang menjadi basis penyumbang suara
terbesarnya berada di Kepulauan Seribu dengan presentase sebesar 27,3% (dua
puluh tujuh koma tiga persen). Berikutnya secara berurutan diikuti Jakarta Timur
dengan presentase 19,4% (sembilan belas koma empat persen), Jakarta Pusat
17,8% (tujuh belas koma delapan persen), Jakarta Utara 16,5% (enam belas koma
lima persen), Jakarta Barat 16,1% (enam belas koma satu persen), dan Jakarta
Selatan dengan presentase sebesar 14,8% (empat belas koma delapan persen).
Pasangan Agus-Sylvi memperoleh kekalahan pada setiap wilayah pemilihan.62
Ketika melihat presentase penyumbang suara bagi pasangan calon
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran
pertama basis penyumbang suara terbesar pasangan Ahok-Djarot yakni Jakarta
Barat. Sedangkan basis suara pasangan Anies-Sandi yakni Jakarta Selatan.
Kemudian untuk pasangan Agus-Sylvi meskipun tidak memperoleh kemenangan
di setiap wilayah, basis suaranya berada di Kepulauan Seribu.
61
Komisi Pemilih Umum. Loc.Cit. Dikutip dari: https://pilkada2017.kpu.go.id/hasil/t1/dki_jakarta
diakses pada 5/12/2017
62
Ibid

43
Dengan hasil ini maka akan dilaksanakan putaran kedua pada Pilkada DKI
Jakarta. Hal ini dikarenakan oleh adanya PKPU (Peraturan Komisi Pemilihan
Umum) No. 6 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Aceh, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota di
Wilayah Aceh, Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Papua, dan
Papua Barat, Pasal 36 Ayat 2 yang menyatakan bahwa dalam hal tidak terdapat
pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur pada Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur di DKI Jakarta yang memperoleh suara lebih dari 50% (lima
puluh persen), diadakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur putaran kedua
yang diikuti oleh pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan
kedua pada putaran pertama. Dalam kata lain pasangan calon nomor urut 1 yakni
Agus-Sylvi tidak dapat mengikuti pemilihan pada putaran kedua lantaran
menempati posisi terendah dalam perolehan suara putaran sebelumnya.
Pada putaran kedua yang dilaksanakan pada 19 April, terdapat
peningkatan jumlah pemilih dan TPS. Jumlah pemilih pada putaran kedua yakni
sebesar 7.257.649 (tujuh juta dua ratus lima puluh tujuh ribu enam ratus empat
puluh sembilan) dan total pengguna hak pilih yakni 5.661.655 (lima juta enam
ratus enam puluh sati ribu enam ratus lima puluh lima). Dalam kata lain, ketika
dilihat dari presentase pengguna hak pilih, terdapat peningkatan partisipasi
masyarakat, yang semula sebesar 77.,1% (tujuh puluh tujuh koma satu persen)
pada putaran pertama, meningkat menjadi 78 % (tujuh puluh delapan persen) pada
putaran kedua. Selain itu jumlah TPS pun bertambah 11 (sebelas) pada putaran
kedua menjadi 13.034 (tiga belas ribu tiga puluh empat).63
Pasangan Anies-Sandi unggul dengan perolehan suara 57.95% (lima puluh
tujuh koma sembilan puluh lima persen) atau sebanyak 3.240.332 (tiga juta dua
ratus empat puluh ribu tiga ratus tiga puluh dua) suara. Sedangkan pesaingnya
yakni pasangan Ahok Djarot yang memperoleh suara 42.05% (empat puluh dua
koma nol lima persen) atau sebanyak 2.351.245 (dua juta tiga ratus lima puluh
satu ribu dua ratus empat puluh lima) suara. 64 Maka, pada pilkada DKI Jakarta
2017 yang dilaksanakan dalam dua putaran dimenangkan oleh pasangan nomor
urut 3 yakni Anies-Sandi. Sehingga dalam DKI Jakarta memiliki gubernur dan
wakil gubernur baru.
Pada putaran kedua, wilayah yang menjadi basis atau penyumbang suara
terbesar bagi pasangan Anies-Sandi masih sama dengan putaran pertama yakni
Jakarta Selatan dengan presentase sebesar 62,1% (enam puluh dua koma satu
persen). Kemudian secara berurutan diikuti oleh wilayah lainnya yakni Kepulauan
Seribu dengan presentase sebesar 62,0% (enam puluh dua persen), Jakarta Timur
sebesar 61,8% (enam puluh satu koma delapan persen), Jakarta Pusat 57,7% (lima
puluh tujuh koma tujuh persen), Jakarta Barat 52,8% (lima puluh dua koma
63
Ibid
64
Ibid

44
delapan persen), dan yang terakhir Jakarta Utara dengan presentase sebesar 52,7%
(lima puluh dua koma tujuh persen). Pasangan Anies-Sandi berhasil memperoleh
kemenangan diseluruh wilayah DKI Jakarta Utara.
Hasil ini berbanding terbalik dengan pesaingnya yakni pasangan Ahok-
Djarot. Pada putaran kedua, pasangan Ahok-Djarot tidak memperoleh
kemenangan sama sekali di wilayah DKI Jakarta. Namun, untuk mengetahui
wilayah yang menjadi basis atau penyumbang suara terbesar bagi pasangan Anies-
Sandi yakni Jakarta Utara dengan presentase sebesar 47,3% (empat puluh tujuh
koma tiga persen). Selanjutnya diikuti secara berurutan oleh wilayah Jakarta Barat
dengan presentase sebesar 47,2% (empat puluh tujuh koma dua persen), Jakarta
Pusat 42,3% (empat puluh dua koma tiga persen), Jakarta Timur 38,2% (tiga
puluh delapan koma dua persen), Kepulauan Seribu 38,0% (tiga puluh delapan
persen), dan yang terakhir Jakarta selatan dengan presentase sebesar 37,9% (tiga
puluh tujuh koma sembilan persen).65
Berdasarkan presentase wilayah penyumbang suara bagi 2 pasangan calon,
dapat dilihat bahwa pada putaran pertama dan kedua tidak ada pergeseran yang
signifikan. Pasalnya pada putaran pertama dan kedua, wilayah yang menjadi basis
penyumbang suara terbesar pasangan Anies-Sandi adalah Jakarta Selatan.
Sedangkan bagi pasangan Ahok-Djarot, wilayah yang menjadi basis penyumbang
suara terbesarnya pada putaran pertama dan kedua adalah Jakarta Utara, meskipun
pada putaran pertama Jakarta Utara bukanlah yang terbesar, karena selisih 0,2%
dari Jakarta Timur. Selain itu presentase di Jakarta Utara secara konsisten berada
pada angka yang tinggi sebagai basis suara pasangan Ahok-Djarot. Hal ini pun
sesuai dengan lokasi penelitian yang ditentukan penulis.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat pada masa Pilkada dapat ditinjau dari
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan catatan BPS, IPM DKI Jakarta
pada tahun 2016 mengalami peningkatan dengan pencapaian sebesar 79,6% dari
angka maksimal sebesar 80%. Pencapaian tersebut merupakan yang tertinggi
dibanding tahun-tahun sebelumnya dan sekaligus membuat DKI Jakarta berada di
status tinggi. Peningkatan IPM DKI Jakarta didukung oleh beberapa sektor utama
seperti angka harapan lama sekolah yang meningkat dari 12.59% menjadi 12,73%
dan angka rata-rata lama sekolah yang sebelumnya 10,7% menjadi 10,88%. Selain
itu, didukung pula oleh peningkatan pendapatan masyarakat kelas menengah yang
diiringi dengan pengeluaran per kapita masyarakat yang sebelumnya Rp
17.080.000 menjadi Rp 17.460.000.66
Di sisi lain, analis Indosurya Sekuritas, William Surya Wijaya mengatakan
bahwa ”kondisi ekonomi khususnya di DKI Jakarta sebagai ibu kota negara, pusat
65
Ibid
66
Dipimpin Ahok IPM Jakarta Capai Level Tertinggi. 2017. Dikutip dari:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/05/10/dipimpin-ahok-ipm-jakarta-capai-
leveltertinggi diakses pada 7/12/2017

45
pemerintahan dan ekonomi, masih akan bagus ke depannya. Bahkan di saat
Pilkada, tidak terdapat gejolak ekonomi berarti.” 67 Berdasarkan catatan Bank
Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta, terjadi perumbuhan ekonomi yang tinggi
pada masa awal tahun dimana Pilkada berlangsung. Adanya pertumbuhan tersebut
karena konsumsi rumah tangga cukup tinggi dan secara beriringan hal ini pun
memberikan dampak yang baik pada sisi lapangan usaha. Tidak hanya itu,
pelaksanaan Pilkada pun memberikan dampak positif secara langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta melalui konsumsi Lembaga Non-Publik yang
melayani Rumah Tangga (LNPRT). Adapun pembangunan infrastruktur dan
transportasi juga memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi di Jakarta
melalui investasi dari para investor.68
Namun, kondisi sosial ekonomi yang dapat dikatakan baik dalam Pilkada DKI
Jakarta 2017 tidak senada dengan gejolak politik yang terjadi. Pasalnya pada
Pilkada DKI Jakarta 2017 terjadi pertarungan yang kuat antar elit politik dan hadir
isu-isu sentimen yang dapat mempengaruhi masyarakat sebagai pemilih. Dari
sekumpulan isu yang beredar, terdapat satu isu yang pada akhirnya menjadi
fenomena bagi perpolitikan nasional. Isu tersebut adalah isu penistaan agama oleh
Basuki Tjahja Purnama atau Ahok yang saat itu masih menjabat sebagai
Gubernur.
Berawal dari pidatonya di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu pada tanggal
27 September 2016. Dalam pidato tersebut, Ahok memberikan sosialisasi kepada
para nelayan terkait cara budidaya ikan kerapu. Namun, karena memang
dilakukan menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017, dalam pidatonya Ahok
menyelipkan pesan bahwa warga tidak harus memilihnya kembali sebagai
Gubernur dalam Pilkada apabila karena memiliki ketakutan diberhentikannya
budidaya perikanan. Akan tetapi, beliau meminta warga untuk memilih
berdasarkan keyakinan hati nurani, bukan karena terpengaruh oleh seseorang yang
membawa pesan larangan memilih pemimpin non-muslim seperti yang tertulis
dalam Al Quran, Surat Al Maidah, ayat 51. Perlu diketahui, pidato yang dilakukan
Ahok tersebut didokumentasikan berupa video yang kemudian diunggah ke dunia
maya dan tersebar hingga menjadi viral. Salah satunya ialah seorang akademisi
yang bernama Buni Yani, pada 6 Oktober 2016 ia mengunggah video tersebut di
akun facebook miliknya dengan judul “Penistaan terhadap Agama?”. Sejumlah
gabungan organisasi masyarakat (ormas) akhirnya melaporkan Ahok ke
Bareskrim (Badan Resrse Kriminal) atas tuduhan menistakan agama dan
merendahkan ulama.

67
1 IwanSupriyatna. 2017. Pilkada DKI Jakarta Masuk 2 Putaran, Ini Kata Ekonom. Dikutip dari:
http://ekonomi.kompas.com/read/2017/02/16/175247926/pilkada.dki.jakarta.masuk.2.putaran.i
ni.k ata.ekonom diakses pada 7/12/2017
68
Eko Nordiansyah. 2017. Ekonomi DKI Jakarta Tumbuh 6,48% di Kuartal I-2017. Dikutip dari:
http://ekonomi.metrotvnews.com/makro/nbw1exxK-ekonomi-dki-jakarta-tumbuh-6-48-di-
kuartali-2017 diakses pada 8/12/2017

46
Semakin hari pun video pidato Ahok semakin viral keberadaannya di
masyarakat dan sejak saat itu mulai bermunculan sekumpulan aksi-aksi yang
diikuti oleh ribuan orang dari berbagai ormas Islam. Rentetan aksi yang dilakukan
dari bulan Oktober 2016 – Maret 2017 tersebut antara lain seperti aksi pada
tanggal 4 61 November 2016 atau yang kerap dikenal dengan “Aksi 411”dan
“Aksi 212” pada tanggal 2 Desember 2016. Dalam sejumlah aksi, massa yang
menamakan aksinya sebagai demo anti-Ahok, menuntut agar Ahok segera
ditangkap dan dipenjarakan. Hingga pada akhirnya, Ahok ditetapkan sebagai
tersangka dan beliau menerimanya serta mengikuti sesuai prosedur hukum yang
berlaku.69
Kasus tersebut menjadi sorotan nasional karena bergulir bersamaan
dengan waktu penyelenggaraan Pilkada DKI Jakarta 2017 yang dimana Ahok
merupakan salah satu peserta berpasangan dengan Djarot. Kasus dan sejumlah
aksi tentunya akan berpengaruh terhadap pandangan masyarakat kepada pasangan
Ahok-Djarot, khususnya para pemilih dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Seperti
yang dikatakan diawal, bahwa gejolak politik dalam Pilkada DKI Jakarta 2017
terasa sangat kuat lantaran banyaknya kepentingan-kepentingan dan isu-isu yang
beredar cenderung pada isu seputar Agama, suku, ras dan sebagainya yang
bersifat personal.
Berdasarkan hal tersebut, dampaknya sangatlah signifikan terhadap
kondisi sosial politik yang ada. Pasalnya, masyarakat yang memiliki peran penting
untuk turut berpartisipasi, dalam konteks Pilkada DKI Jakarta 2017 cenderung
terpecah belah. Pada satu sisi, terdapat sejumlah masyarakat yang merasa tidak
terima ketika hal-hal yang bersifat sangat personal seperti Agama diangkat dalam
sesuatu yang berkaitan dengan politik. Namun disisi lain, terdapat pula
masyarakat yang menanggapi kasus tersebut secara objektif. Karena dalam hal ini
masyarakat berpadangan terbuka dan menganggap bahwa hal-hal yang bersifat
personal seperti Agama bukanlah faktor utama yang perlu dipertimbangkan,
khususnya di Indonesia yang merupakan negara majemuk.
Pada intinya, dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 persaingan yang terjadi
bukan hanya antara elit politik, akan tetapi masyarakat yang telah terpecah belah
tersebut secara langsung atau tidak langsung pun menjadi berkonflik. Selain itu,
yang sangat terlihat yakni adanya pertarungan antara pemilih emosional dengan
pemilih rasional. Sedikit banyak tentunya kondisi ini telah mempengaruhi hasil
dan juga kondisi masyarakat pada saat Pilkada DKI Jakarta 2017 berlangsung,
bahkan mungkin berdampak dalam jangka waktu yang cukup lama.
4.3 Profil Pasangan Anies – Sandi

69
Dewi Suci R. 2017. Divonis 2 Tahun, Begini Jalan Panjang Kasus Ahok. Dikutip dari:
https://news.idntimes.com/indonesia/dewi-suci-rahayu/menanti-vonis-begini-jalan-panjang-
kasusahok/full diakses pada 8/12/2017.

47
4.2 Gambar Pasangan Anies – Sandi

Sumber: indowarta.com, April 2017


Anies Baswedan dan Sandiaga Uno merupakan pasangan no urut 3 dalam
Pilkada DKI Jakarta 2017. Selain itu, pasangan yang lebih akrab disebut dengan
Anies-Sandi pun merupakan pemenang dalam gelaran Pilkada DKI Jakarta 2017
lalu. Pasangan Anies-Sandi terbentuk dari koalisi dua partai sebagai pengusung,
dua partai tersebut adalah Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Untuk lebih mengenal pasangan Anies-Sandi ada baiknya terlebih dahulu
mengenal latar belakang atau riwayat dari keduanya. Anies Baswedan lahir di
Kuningan pada tanggal 7 Mei 1969.70 Pemilik nama lengkap Anies Rasyid
Baswedan tersebut memang telah memiliki cikal bakal sebagai seorang pemimpin
sejak beliau mengenyam pendidikan dibangku SMP, pasalnya pada masa tersebut
Anies terpilih sebagai ketua panitia tutup tahun SMP Negeri 5 Yogyakarta pada
tahun 1983. Selanjutnya, semasa SMA beliau terpilih menjadi ketua OSIS se-
Indonesia. Tidak berhenti disitu, ketika mengenyam pendidikan di perguruan
tinggi tepatnya di Universitas Gadjah Mada (UGM), Anies menjadi ketua senat
mahasiswa. Disamping itu, beliau memiliki cukup banyak beasiswa keluar negeri
dan penghargaan pendidikan lainnya. Hingga pada tahun 2007, Anies Baswedan
menjadi rektor termuda di Indonesia dengan usia 38 tahun dan Universitas
Paramadina merupakan institusi dimana ia menjabat sebagai rektor71.
Anies Baswedan terus menampakkan karirnya kepermukaan yang dimana
pada tahun 2010 dipilih menjadi Anggota Tim 8 KPK (Komisi Permberantasan
Korupsi) untuk meneliti kasus yang memiliki sebutan “cicak versus buaya” pada
70
KPU DKI Jakarta. 2017. Daftar Riwayat Hidup Calon Gubernur, Dikutip dari: kpujakarta.go.id
diakses pada 8/12/2017
71
Kenali Anies-Sandi. Dikutip dari: http://jakartamajubersama.com/kenali-anies-
baswedansandiaga-uno diakses pada 10/12/2017

48
saat itu. Perannya di KPK pun berlanjut pada tahun 2013 saat Anies diminta untuk
memimpin Komite Etik yang bertugas untuk memeriksa kebocoran SPRINDIK
(surat perintah penyidikan) kasus korupsi proyek Hambalang. Dengan prinsip
yang konsisten untuk terus mendorong orang baik dalam pemerintahan, pada
Pemilihan Presiden 2014 Anies menjadi juru bicara pasangan Jokowi-JK. Yang
selanjutnya pasca kemenangan pasangan Jokowi-JK, Anies diminta untuk menjadi
Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat dalamTim Transisi. Kemudian pada tahun
yang sama, Anies Baswedan dipilih untuk menjadi Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (MENDIKBUD) dalam kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden
Joko Widodo. Walaupun dalam perombakan kabinet jilid dua yakni pada 27 Juli
2016, Anies secara resmi diberhentikan dari jabatannya sebagai Mentri oleh
Presiden Jokowi. Setelah diberhentikan dari jabatannya sebegai Mentri, berselang
beberapa bulan kemudian tepatnya pada bulan September Anies Baswedan
memutuskan untuk menjadi peserta dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 yakni
sebegai calon gubernur berpasangan dengan wakilnya Sandiaga Uno.72
Hanya berbeda bulan kelahiran dengan pasangannya, Sandiaga Uno lahir
pada tanggal 28 Juni 1969 di Pekanbaru. Pemilik nama lengkap Sandiaga
Salahuddin Uno ini mungkin baru dikenal oleh masyarakat luas ketika menjadi
salah satu peserta Pilkada DKI Jakarta 2017 sebagai Calon Wakil Gubernur
berpasangan dengan Anies Baswedan. Memang kiprahnya didunia perpolitikan
dan pemerintahan Indonesia berbeda dengan pasangannya yakni Anies Baswedan.
Sandiaga Uno. Karena Sandiaga Uno lebih dikenal sebagai sosok pengusaha.
Namun, persamaannya dengan Anies Baswedan ialah Sandiaga Uno memiliki
capaian prestasi yang sangat baik semasa mengenyam pendidikan.
Sandiaga Uno menyelsaikan studi S1 di Wichita State Universitiy
Amerika dengan predikat summa cum laude atau lulusan terbaik. Selain itu, beliau
juga menyelsaikan studi master (S2) di Geoge Washington University Amerika
dan lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4.00. Menyelesaikan
pendidikan pada bidang ekonomi dan bisnis dengan predikat-predikat yang sangat
baik, lantas menjadikan Sandiaga Uno sebagai seseorang yang kompeten.

Terbukti pada tahun 1995, Sandiaga Uno menjadi Direktur termuda di


salah satu perusahaan di Kanada yakni NTI Resource, Ltd. Beliau juga
mendirikan beberapa perusahaan dan yayasan kewirausahaan didalam negeri,
serta menjabat di berbagai organisasi nasional seperti anggota Komite Ekonomi
Nasional (KEN), ketua umum badan pengurus pusat Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (HIPMI), ketua umum PB PRSI (Pengurus Besar Persatuan Renang
Seluruh Indonesia), ketua umum (Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia),
dan sebegainya. Pada tahun 2014, Sandi diminta untuk menjadi jubir Prabowo di

72
Ibid

49
bidang ekonomi dalam Pilpres kala itu. Selanjutnya pada tahun 2015, Sandiaga
Uno terpanggil dan secara resmi bergabung dengan partai Gerindra, sekaligus
melepaskan jabatannya di 25 (dua puluh lima) perusahaan.Hingga pada tahun
2016, beliau menerima gelar Professor di bidang enterpreneurship dari George
Washington University, Amerika. Kemudian pada 23 September di tahun yang
sama, Sandiaga resmi ikut mewarnai Pilkada DKI Jakarta sebagai calon wakil
gubernur, berpasangan dengan calon gubernur Anies Baswedan.73
4.3.1 Visi dan Misi
a. Visi
Jakarta kota maju dan beradab dengan seluruh warga merasakan keadilan
dan kesejahteraan.
b. Misi
1. Membangun manusia Jakarta menjadi warga yang berdaya dengan
menghadirkan kepemimpinan humanis serta mengayomi, penggerak
birokrasi yang efektif, menjaga stabilitas dan keterjangkauan harga bahan
pokok, membangun sektor kesehatan, pendidikan, kebudayaan serta
menyelesaikan masalah-masalah sosial.
2. Membangun lingkungan kota Jakarta secara berkelanjutan dengan
perencanaan yang memperhatikan daya dukung lingkungan dan sosial.
3. Membangun kesejahteraan dengan menciptakan lapangan kerja,
pembangunan infrastruktur, dan penanggulangan masalah mobilitas warga
kota.
4.3.2 Program
Pasangan Anies-Sandi memiliki 6 (enam) program kerja unggulan dalam
Pilkada DKI Jakarta 2017. Enam program kerja unggulan tersebut yakni:74
1. Menjaga stabilitas harga bahan pokok.
2. Menciptakan lapangan pekerjaan.
3. Membangun sistem pengawasan dan prioritas untuk pengelolaan belanja
anggaran Pemerintah Daerah yang lebih efektif.
4. Pembangunan menyeluruh dalam aspek SDM maupun infrastruktur fisik.
5. Menyelenggarakan good governance berbasis transparansi, akuntabilitas, dan
efisiensi.

73
Ibid
74
Visi, Misi, dan Program Anies-Sandi. Dikutip dari: https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/VISI
%20MISI%20ANIES%20-%20SANDIAGA.pdf diakses pada 10/12/2017

50
6. Penanggulangan masalah Jakarta yang menahun yaitu masalah air (banjir dan
persediaan air bersih), mobilitas (kemacetan), dan pengelolaan sampah.
Enam program kerja unggulan diatas merupakan penjabaran secara umum
terkait teknis dari misi pasangan Anies-Sandi. Dimana program kerja unggulan
yang pertama merupakan bentuk dari misi poin 1. Kemudian yang kedua, adalah
bentuk dari misi poin 3. Program ketiga merupakan bentuk dari misi poin 1.
Sedangkan program kerja yang keempat, bentuk dari misi poin 1 dan 3. Lalu yang
kelima merupakan bentuk dari misi poin 1. Yang terakhir yakni keenam, adalah
bentuk dari misi poin 2.
Enam program kerja unggulan ini dijabarkan lagi secara spesifik melalui
kampanye, menjadi 23 (dua puluh tiga) program. Namun, dari 23 (dua puluh tiga)
program tersebut, dalam kampanye pasangan Anies-Sandi terdapat 4 (empat)
program yang lebih intensif disampaikan dan mampu menyita perhatian
masyarakat serta menjadi prioritas. 4 (empat) program tersebut ialah KJP dan KJS
Plus, OK OCE, Rumah DP 0 rupiah, dan Transportasi Terintegrasi. 75Berikut
penjelasan dari 4 (empat) program yang dimaksud:
1. KJP Plus dan KJS Plus
KJP (Kartu Jakarta Pintar) Plus merupakan pengembangan dari
Kartu Jakarta Pintar yang telah ada sebelumnya. Kartu Jakarta Pintar Plus
untuk semua anak usia sekolah (6-21 tahun). Juga dapat digunakan untuk
Kelompok Belajar Paket A, B dan C, pendidikan madrasah, pondok
pesantren dan kursus keterampilan serta dilengkapi dengan bantuan tunai
untuk keluarga tidak mampu. Sedangkan KJS (Kartu Jakarta Sehat) Plus
merupakan program untuk memperluas cakupan jaminan kesehatan kelas
satu oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta bagi para guru mengaji,
pengajarsekolah minggu, penjaga rumah ibadah agama, khatib,
penceramah, dan pemuka agama.
2. OK OCE
OK OCE (One Kecamatan, One Centre for Entrepreneurship)
merupakan program untuk menghasilkan 200.000 pengusaha baru, selama
lima tahun. Program tersebut dapat ditempuh dengan membangun 44 Pos
Pengembangan Kewirausahaan Warga, di setiap kecamatan. Program ini
dapat diikuti seluruh warga Jakarta, termasuk Pekerja Harian Lepas (PHL)
Provinsi.
3. Hunian Terjangkau dan DP Nol Rupiah

75
M. Andika Putra. 2017. Setumpuk Janji Anies-Sandi Untuk Warga Jakarta. Dikutip dari:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171016062847-32-248583/setumpuk-janji-anies-
sandiuntuk-warga-jakarta/ diakses pada 10/12/2017

51
Program ini adalah salah satu upaya mewujudkan affordable
housing (hunian yang terjangkau) sebagai salah satu kebutuhan pokok dan
menurunkan biaya hidup warga Jakarta. Program DP Nol Rupiah adalah
Kredit Murah Berbasis Tabungan Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Menengah Ke Bawah. Program ini mengganti prasyarat DP yang sangat
mahal, dengan prasyarat lain untuk memastikan pembayaran kredit yang
lebih dapat dipenuhi oleh warga.
4. Transportasi terintegrasi (OK Otrip)
Program ini bertujuan untuk membangun sistem transportasi
umum yang terintegrasi dalam bentuk interkoneksi antarmoda, perbaikan
model manajemen layanan transportasi umum, memperluas daya jangkau
transportasi, pengintegrasian sistem transportasi umum dengan pusat
pemukiman, pusat aktivitas publik, dan moda transportasi publik dari luar
Jakarta. Program transportasi berintegrasi diwujudkan dengan OK Otrip
atau One Karcis-One Trip yang merupakan konsep untuk menerapkan tarif
transportasi terintegrasi sebesar 5.000 rupiah.
4.4 Gambaran Lokasi Penelitian

52
DAFTAR PUSTAKA

Erwin Dariyanto, “23 Janji Anies Baswedan Sandiaga Uno KJP Plus Sampai Setop Reklamasi”,
https://news.detik.com/berita/d-3341915/23-janji-anies-baswedan-sandiaga-uno-kjpplus-
membangun-transpotasi-umum, 17 Januari 2019.

Sartikasari, S., Hardi, R., & Hartaman, N. (2021). Efektivitas Kampanye Politik Di Media Sosial
Pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2018 Di Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo.
Kybernology: Journal of Government Studies, 1(1), 16-33.

Murwani, E. (2018). The Impression Management Strategy of the Candidates of Governor-Vice


Governor of DKI Jakarta on Social Media. Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia, 3(2), 113-121.

Ridout, T. N., & Franz, M. M. (2007). The Persuasive Power of Campaign Advertising.

Semiatin, R. J. (209). Campaign Craft: The Strategies, Tactics, and Art of Political Campaign
Management.

Website Resmi Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta, pilkada2017.kpu.go.id

Toulwala, R. B. (2021). Analisis Perubahan Dukungan Politik dan Perilaku Memilih di Desa
Wolotopo Timur dalam Pilkada Kabupaten Ende 2018. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(2),
5384-5489.

Pusida, R., Pati, A., & Lambey, T. (2018). Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah
Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2013 (Studi Tentang Efektivitas Kampanye).
JURNAL EKSEKUTIF, 1(1).

Nurdin, M., & Satiti, N. L. U. (2019). Kampanye Politik Calon Walikota Singkawang (Studi Kasus
tentang Kampanye Politik Calon Walikota Singkawang Pasangan Tjhai Chui Mie dan
Irwan pada Pemilihan Walikota Singkawang Periode 2017-2022) (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Rompas, I.R., 2019. Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilihan Umum Tahun 2019 Di Desa
Bongkudai Selatan Kecamatan Mooat Kabupaten Bolaang Mongodow Timur. POLITICO:
Jurnal Ilmu Politik, 8(4).

Juri, J., & Sugianto, R. (2020). Ananilis Perilaku Pemilih Di Kelurahan Kedabang Kecamatan
Sintang Pada Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2019. JURNAL
PEKAN: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 5(2), 133-147.

53
Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskrido Ambardi. 2012. Kuasa Rakyat: Analisa Tentang
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru.
(Jakarta: Mizan Media Utama (MMU), 2012), 6.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006)

Kotler dan Roberto. 1989. Social Marketing: Strategies for Changing Public Behavior. New York:
The Free Pass.

Hartanajaya, Z. M., & Djuyandi, Y. (2021). STRATEGI KAMPANYE ANIES BASWEDAN-


SANDIAGA UNO DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA TAHUN 2017.
Scripta: Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 3(1), 56-69.

54

Anda mungkin juga menyukai