1.Izinkan Menteri Kompetisi Politik, Jokowi Dinilai Tutup Mata soal Konflik
Kepentingan
Satu isu yang dikemukakan dan diuraikan oleh TII adalah tentang pembiaran
pemerintah terhadap situasi konflik kepentingan di kalangan pejabat pemerintah
yang juga merupakan politikus sekaligus pengusaha.
Merdeka.com - Wakil Ketua Umum Partai Gokar Erwin Aksa mengatakan, Anies
Baswedan meminjam Rp50 miliar kepada Sandiaga Uno saat Pilgub DKI Jakarta
2017 silam. Peminjaman uang tersebut tertuang dalam satu perjanjian.
Sandiaga tidak banyak berkomentar terkait pernyataan Erwin Aksa tersebut. Dia
mengaku belum membaca keterangan dari politikus Golkar itu.
“Saya baca dulu, belum bisa kasih statement,” katanya usai menghadiri HUT ke-15
Partai Gerindra di Kantor DPP Partai Gerindra Jakarta, Senin (6/2).
Saat wawancara, Akbar Faizal sempat menanyakan soal perjanjian politik dalam
Pemilu. Erwin pun mengungkap perjanjian dalam Pemilu sangat dibutuhkan demi
kelangsungan di dunia politik.
Saat itu, dia menerangkan, saat Pilkada DKI 2017, pasangan calon Gubernur DKI
Jakarta dan Wakil Gubernur DKI Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tak hanya ada
perjanjian politik. Namun juga perjanjian utang piutang.
"Saya baru tahu juga memang, itu memang waktu putaran pertama (Pilkada DKI
2017), ya. Logistik juga susah. Jadi yang punya logistik kan Sandi, Sandi kan banyak
saham, likuiditas bagus, dan sebagainya. Ya ada perjanjian satu lagi, yang saya kira
itu yang ada di Pak Rikrik itu," kata Erwin dalam wawancara di akun YouTube
Akbar Faizal Uncensored dikutip Senin (6/2).
Erwin menyebut surat perjanjian tersebut disusun oleh Rikrik Rizkiyana yang
merupakan pengacara Sandiaga Uno. Dia menegaskan perjanjian tersebut
mencatat Sandiaga Uno meminjamkan uang kepada Anies Baswedan.
"Intinya kalau tidak salah itu perjanjian utang piutang, barangkali ya. Ya, yang
pasti yang punya duit memberikan utang kepada yang tidak punya duit. Kira-kira
begitu. Karena yang punya likuiditas itu Pak Sandi kemudian memberikan
pinjaman kepada Pak Anies," terangnya.
Menurutnya, nilai utang piutang antara Anies dan Sandi mencapai Rp50 miliar.
Saat itu kondisi keuangan masih sulit pada putaran pertama Pilkada DKI 2017.
"Karena waktu itu putaran pertama, kan, namanya juga lagi tertatih-tatih waktu
itu. Jadi kira-kira begitu. Yang itu saya lihat, dan itu ada di Pak Rikrik. Nilainya
berapa, Rp50 miliar barangkali," tutup Erwin.
Heru Widodo selaku kuasa hukum saat melakukan wawancara dengan media
terkait Tiga kader Partai Golkar mengajukan diri sebagai Pihak Terkait atas
Perkara soal Sistem Pemilu, Jumat (13/01) di Gedung MK. Foto Humas/Hendy.
JAKARTA, HUMAS MKRI – Tiga kader Partai Golongan Karya (Partai Golkar) yaitu
Derek Loupatty, Achmad Taufan Soedirjo, dan Martinus Anthon Werimon
mengajukan diri sebagai Pihak Terkait atas Perkara Nomor 114/PUU-XX/2022 soal
Sistem Pemilu Proporsional Terbuka dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu). Permohonan sebagai Pihak Terkait
diajukan ke Mahkamah Konstitusi (MK) oleh Heru Widodo selaku kuasa hukum,
pada Jumat (13/1/2023) siang.
“Apabila pasal-pasal terkait sistem proporsional ini diuji, kami mengajukan diri
memang berbeda dengan pandangan para Pemohon pada perkara ini karena
menurut kami rakyat punya kuasa tertinggi untuk memilih wakilnya dengan
mencoblos wakilnya secara langsung,” jelas Heru dalam konferensi pers bersama
awak media di Lantai Dasar Gedung MK.
4.'Kita Harus Imbau Para Elite Tidak Ciptakan Narasi Politik Identitas
Merdeka.com - Iklim demokrasi sehat harus jauh dari narasi hoaks, adu domba
dan SARA. Jangan sampai Pemilu 2024 nanti dipenuhi narasi kebencian yang
mengganggu harmoni kehidupan berbangsa dan bernegara.
Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk melihat mereka
yang berkompetisi kerap tergoda memenangkan Pemilu dengan menjadikan
sentimen keagamaan untuk memenangkan kontestasi. Menurutnya, politik
identitas jangan dipakai untuk kepentingan politik.
"Masyarakat harus punya literasi politik dan pendidikan yang cukup. Tidak banyak
masyarakat menilai calon kontestan politik baik partai ataupun perorangan
dengan memakai kriteria-kriteria rasional seperti baik rekam jejak, program, visi
misi politik, program politik dan sebagainya," jelasnya.
Hamdi menyerukan masyarakat agar mampu membangun cara pandang baru
dalam memaknai kontestasi politik. Itu penting agar tidak mudah terhasut atau
bahkan menjadi pelaku pemecah belah persatuan bangsa yang memanfaatkan
narasi politik .
"Konsepnya begini, kita harus mengimbau kepada para elite-elite, kalau di sosial
media untuk tidak menciptakan narasi politik identitas seperti itu. Kedua, kita
harus bisa memberikan imbauan kepada masyarakat bahwa itu pembodohan,"
tegasnya.
Ketiga, Hamdi menekankan agar masyarakat mampu untuk lebih kritis. Paling
tidak, menurutnya, untuk cek dulu faktanya, jangan mudah percaya, apalagi kalau
disangkutkan dengan agama, maka harus waspada
"Kita sudah punya instrumen hukum tentang ujaran kebencian, lalu pendidikan
politik dan literasi media untuk masyarakat. Tentunya mereka harus diajarkan
bagaimana bermedia sosial yang positif," tandasnya. (mdk/did)
5.Anggota DPD RI minta pusat tak hapus status internasional Bandara SIM
Anggota DPD RI minta pusat tak hapus status internasional Bandara SIM
Fadhil menuturkan bahwa Aceh juga memiliki kekhususan bidang kerja sama
internasional sebagaimana ketentuan dalam perjanjian damai MoU Helsinki dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh (UUPA).
"Salah satu kewenangan Aceh sebagaimana yang tercatat dalam MoU Helsinki
poin 1,3, dan 7 berbunyi: Aceh akan menikmati akses langsung dan tanpa
hambatan ke negara-negara asing melalui laut dan udara," ujarnya.
Dalam Pasal 165 UUPA juga menyebutkan bahwa penduduk Aceh dapat
melakukan perdagangan dan investasi secara internal maupun internasional
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
"Kami berharap Aceh tidak termasuk, Aceh harus ada pengecualian karena
provinsi ini memiliki kekhususan sebagaimana yang diatur dalam MoU Helsinki
dan UUPA," katanya.
Selain itu, kata Fadhil, keberadaan bandara Internasional penting bagi Aceh
setelah konflik dan tsunami. Status tersebut bagian dari rencana Aceh untuk
menguatkan sektor pariwisata serta melepaskan diri dari ketergantungan pada
Provinsi Sumatera Utara.
"Aceh sedang mencoba bangkit setelah konflik dan tsunami, tren kedatangan turis
juga kian meningkat setiap tahunnya. Kalau kemudian dicabut, ini sama artinya
dengan mengubah kembali apa yang sudah dirintis selama ini. Sekali lagi untuk
Aceh harus ada pengecualian," demikian Fadhil Rahmi.