Anda di halaman 1dari 8

Pernyataan Saling Menjatuhkan oleh Elite Parpol Bisa Picu Konflik Sosial

Kompas.com - 04/08/2017, 20:56 WIB


Komentar Peneliti sosial dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amin Mudzakkir dalam
diskusi bertajuk Melawan Intoleransi dengan Perda, Perlukah? di kantor GP Ansor, Jakarta Pusat,
Jumat (4/8/2017). (KOMPAS.com/Kristian Erdianto) Penulis Kristian Erdianto | EditorInggried Dwi
Wedhaswary JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti sosial-politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Amin Mudzakkir menilai, pernyataan saling tuding dan menghasut antar-para elite
partai politik menunjukkan kepentingan golongan masih mendominasi daripada menjaga keutuhan
hubungan sosial masyarakat. Menurut Amin, ucapan elite parpol yang terkesan menjatuhkan
bertujuan untuk mempertahankan elektabilitas atau dukungan suara. Akan tetapi, mereka tidak
memikirkan dampak negatif yang berpotensi timbul di masyarakat. "Tentu ini kaitannya dengan
elektabilitas ya. Ada banyak orang yang percaya PKI itu akan hidup lagi. Mereka tentu berpikir untuk
kepentingannya sendiri. Tidak berpikir dampaknya bagi masyarakat luas," ujar Amin, saat ditemui
dalam sebuah diskusi di kantor GP Ansor, Jakarta Pusat, Jumat (4/8/2017). Amin menjelaskan, isu-
isu sensitif seperti kebangkitan PKI dan SARA kerap digunakan politisi untuk meraup dukungan
kelompok-kelompok tertentu. Baca: Dianggap Menghasut, Politisi Nasdem Viktor Laiskodat
Dilaporkan Kader Gerindra ke Polisi Namun, cara seperti ini justru membahayakan bagi kondisi
sosial masyarakat. Penggunaan isu PKI dan SARA, menurut Amin, akan menimbulkan fragmentasi
di masyarakat yang bisa memicu konflik sosial. "Jadi trauma ini dirawat. Isu PKI dan SARA ini Jadi
komoditas. Menjadi satu cara atau vote-gather mechanism. Hal itu akan membuat fragmentasi di
masyarakat. Itu jelas terjadi. Di beberapa tempat masih recok gara-gara percaya PKI itu sungguh
ada sampai sekarang," kata Amin. Diberitakan, salah satu Ketua DPP Partai Gerindra Iwan Sumule
melaporkan politisi Partai Nasdem Viktor Bungtilu Laiskodat ke Bareskrim Polri, Jumat (4/8/2017)
sore. Berbekal rekaman video yang beredar di media sosial serta berita sejumlah media online, Iwan
menuding Viktor menghasut masyarakat untuk melakukan kekerasan dan menebarkan kebencian.
Dalam video itu, Viktor mengatakan bahwa Partai Gerindra adalah partai politik nomor satu yang
mendukung kelompok yang menginginkan terwujudnya khilafah di Indonesia. Bagi Iwan, pernyataan
Viktor tersebut menciderai kredibilitas partainya. Sebelumnya, organisasi sayap PDI Perjuangan,
Relawan Perjuangan Demokrasi (REPDEM) tidak terima atas pernyataan Wakil Ketua Umum Partai
Gerindra FX Arief Poyuono soal sebut wajar PDI Perjuangan disamakan dengan PKI dalam
beberapa media online. Waketum Gerindra bidang buruh dan ketenagakerjaan itu pun dilaporkan ke
Polda Metro Jaya oleh Sekretaris Jenderal DPN REPDEM Wanto Sugito dan Fajri Safii Ketua
Bidang Hukum & HAM DPN Repdem serta didampingi Ketua DPD REPDEM DKI Fernando dan
pimpinan DPC REPDEM se-Jabotabek, pada Selasa, 1 Agustus 2017.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pernyataan Saling Menjatuhkan oleh Elite
Parpol Bisa Picu Konflik
Sosial", https://nasional.kompas.com/read/2017/08/04/20560731/pernyataan-saling-menjatuhkan-
oleh-elite-parpol-bisa-picu-konflik-sosial.
Penulis : Kristian Erdianto

PHK Pegawai Freeport Berpotensi Timbulkan Konflik Sosial Kompas.com - 24/02/2017, 17:32 WIB
BAGIKAN: Komentar Politisi Partai Golkar, Yorrys Raweyai(Kompas.com/Kurnia Sari Aziza) Penulis
Iwan Supriyatna | EditorM Fajar Marta JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Koordinator Bidang Politik
Hukum dan Keamanan (Polhukam) DPP Partai Golkar, Yorrys Raweyai menilai, pemutusan
hubungan kerja (PHK) yang dilakukan PT Freeport Indonesia (PT FI) hanya akan menimbulkan
konflik sosial di tanah Papua. "Implikasi PHK ini bakal jadi konflik sosial. Mereka (PT FI) kan sudah
PHK 3.000 nih, nah mereka rencana mau PHK lagi 10.000 dalam jangka waktu 21 hari kalau
negosiasi ini enggak selesai," ujar Yorrys di kantor Menko Maritim, Jakarta, Jumat (24/2/2017).
Konflik sosial yang akan timbul menurut Yorrys, karena masyarakat Papua yang ada di sekitar PT FI
sudah bergantung pada perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS) tersebut. "Kalau 10.000 di
PHK, dalam konteks Timika yang kecil begitu, anda bisa bayangkan, bagaimana dinamika sosial di
sana. Apalagi, kita tahu, dalam kurun waktu 40 tahun PAD dan APBD sana itu,
sumbangan Freeport 70 persen," tutur Yorrys. Guna menghindari terjadinya konflik sosial, Yorrys
menyampaikan bahwa telah ada sekitar tujuh kepala suku pemilik tanah ulayat di Papua bersama
dengan perwakilan pekerja PT FI yang mendukung upaya pemerintah untuk mencapai kata sepakat
agar tidak ada yang merasa dirugikan. "Saya barusan lapor sama Pak Menko (Luhut Binsar
Pandjaitan), saya ditelpon sama bupati Timika, ada tujuh kepala suku pemilik tanah ulayat di sana,
bersama dengan perwakilan pekerja sekarang ada ke Jakarta. Mereka mau menyatakan
dukungannya untuk mendukung kebijakan pemerintah soal Freeport," kata Yorrys. Menurut Yorrys,
perlu ada pemahaman yang sejalan antara pemerintah, masyarakat setempat, dan pihak PT FI agar
keberlangsungan perekonomian di Papua tetap berjalan dan tidak terjadi konflik sosial. "Saya bilang,
komunikasi dulu deh sama pemerintah. Pak luhut oke aja, supaya mereka bisa punya persepsi yang
sama soal Freeport. Besok mau ketemu sih katanya," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "PHK Pegawai Freeport Berpotensi Timbulkan
Konflik Sosial
", https://money.kompas.com/read/2017/02/24/173214726/phk.pegawai.freeport.berpotensi.timbulka
n.konflik.sosial..
Penulis : Iwan Supriyatna
Kronologi Pelajar SMAN 10 dan SMKN 2 Kota Bandung Saling Serang

Dony Indra Ramadhan - detikNews

Rekaman kamera CCTV yang memperlihatkan gerombolan bermotor menyerang SMAN 10 Kota Bandung. (Foto:
dok. Istimewa)
Bandung - Perusakan gerbang SMAN 10 Bandung diduga dipicu perselisihan pelajar sekolah tersebut dengan
SMKN 2 Bandung. Masing-masing saling serang gedung sekolah.

Pertikaian pelajar dua sekolah tersebut berawal dari laga sepakbola Liga Pelajar Indonesia yang berlangsung di
Stadion Sidolig, Kota Bandung. Berikut kronologinya:

- Jumat 25 Oktober 2019

Polisi mengatakan perselisihan antarpelajar kedua sekolah tersebut berawal dari pertandingan sepakbola Liga
Pelajar Indonesia Kota Bandung yang digelar di Lapangan Sidolig, Kota Bandung, Jumat (25/10). Seusai
pertandingan, terjadi salah paham di antara kedua sekolah.

"Antarsuporter mempermasalahkan logo masing-masing sekolah," kata Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes
Trunoyudo Wisnu Andiko dalam keterangannya, Selasa (29/10/2019).

Perselisihan berlanjut ke media sosial (medsos). Diduga para pelajar saling ejek di medsos. Keributan itu
kemudian berlanjut hingga penyerangan ke masing-masing sekolah.

"Diawali dari saling ejek melalui medsos antarkedua siswa sekolah," kata Truno.
- Minggu 27 Oktober 2019

Penyerangan terlebih dahulu dilakukan ke SMKN 2 Bandung di Jalan Ciliwung, Kota Bandung, Minggu (27/10)
dini hari, pukul 03.09 WIB. Penyerangan berlanjut malam harinya ke SMAN 10 di Jalan Cikutra pada pukul 21.15
WIB.

"Terduga pelakunya masing-masing berkelompok menggunakan sepeda motor," kata Truno.


detikcom melakukan penelusuran ke SMKN 2 Bandung di Jalan Ciliwung. Berdasarkan pantauan, tak terlihat
ada bekas kerusakan akibat penyerangan. Sementara itu, pihak sekolah enggan memberikan keterangan terkait
penyerangan itu.

"Waduh, saya nggak berani ngomentarin. Itu nanti oleh pihak yang berwenang saja," ucap salah seorang satpam
di SMK tersebut.
Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP M Rifai mengatakan penyerangan SMAN 10 Bandung dilakukan
secara tiba-tiba oleh sekelompok orang yang menggunakan motor. Penyerangan dilakukan pada Minggu, 27
Oktober, malam sekitar pukul 22.00 WIB.

"Itu tiba-tiba saja segerombolan orang menyerang. Ada sekitar 30 motor, berarti sekitar 50-60 orang," ujar Rifai
setelah bertemu dengan pihak SMAN 10, Senin (28/10). (dir/bbn)
Karnaval HUT RI di Blitar Jadi Ajang Tawuran Massal
Solichan Arif
Rabu, 19 Agustus 2015 - 20:24 WIBviews: 3.994

Ilustrasi bentrok warga (foto:Istimewa)


BLITAR - Peringatan HUT RI ke-70 di Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, diwarnai aksi
tawuran massal. Bentrokan terjadi antara warga Desa Serang dengan sejumlah orang yang diduga para
pendekar perguruan silat.
Berdasarkan informasi yang terhimpun, bentrok dipicu ulah dua orang pemabuk yang bersolek ala
punakawan pewayangan. Dalam bentrok ini, 10 orang dikabarkan terluka akibat terkena lemparan batu
dan pukulan.
Di antara korban luka, tiga orang berasal dari perguruan silat SH Teratai. Terdiri dari Sintia (16), Septian
(22), dan Prayit (22). Korban adalah warga Desa Panggungrejo dan Desa Purwokerto, Kecamatan
Sutojayan.
Sedangkan korbannya lainnya diketahui bernama Sukri, Hartomo, Nuri, Tuje, Gono, Dwi, dan Jamiul.
Mereka merupakan warga Desa Serang. Selain warga ini, bentrok juga melibatkan sejumlah anggota
komunitas motor trail.
"Saat ini kami masih menyelidiki kasusnya, termasuk memeriksa sejumlah saksi," ujar Kasubag Humas
Polres Blitar AKP Wisnu Wardhana, kepada wartawan, Rabu (19/8/2015).Ditambahkan dia, tawuran
dipicu ulah dua orang punakawan yang tiba-tiba melawan arus barisan. Entah siapa yang memulai, dua
orang yang diduga di bawah kendali alkohol itu langsung dihakimi.
Karena terdesak, dua orang yang belum diketahui identitasnya itu nyelonong masuk ke dalam barisan
komunitas trail. Baku hantam pun tak terelakkan. Warga yang jumlahnya lebih besar terus menyerang.
"Dua orang punakawan itu lalu kabur dan masuk ke rumah Nanang yang juga Sekretariat Perguruan Silat
SH Teratai. Bentrokan pun semakin melebar. Sebab para pendekar yang berada di lokasi ikut terkena
serangan," jelasnya.
Suasana karnaval sempat mencekam. Sebab ratusan orang yang diduga sebagai anggota perguruan
silat itu langsung menghimpun diri untuk membalas dendam. Ratusan pendekar langsung melakukan
pencegatan terhadap warga Desa Serang.
"Untuk mencegah tawuran massal susulan, sejumlah tokoh masyarakat dan pihak terkait sudah
dikumpulkan di Mapolsek Panggungrejo dipimpin langsung Kapolres Blitar AKBP Muji Ediyanto,"
terangnya.
Kini, situasi di lokasi sudah mulai kondusif, dan disepakati damai. Namun begitu, proses hukum terus
berlanjut. "Saat ini para korban telah melakukan visum. Dan siapa yang bersalah harus bertanggung
jawab," pungkas Wisnu.
Ratusan Pelajar di Blitar Terlibat Tawuran

Sabtu, 8 Desember 2012 20:15 WIB

Blitar - Ratusan pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kota Blitar, Sabtu, terlibat tawuran di
kawasan Taman Kota Kebonrojo, usai menjalani ujian sekolah.

Yudi, salah seorang pengguna jalan di lokasi taman kota itu mengaku sangat khawatir dengan ulah para
pelajar itu, karena mereka terlibat aksi saling lempar batu.

"Tindakan para pelajar itu membuat warga yang lewat takut. Mereka langsung mengarahkan batu, tanpa
melihat batu itu mengarah ke siapa. Khawatirnya, kami, para pengguna jalan yang terkena lemparan
batu," katanya.

Tawuran pelajar itu melibatkan siswa SMK Negeri I Kota Blitar dengan SMK Katolik Kota Blitar. Mereka
membawa berbagai macam alat untuk tawuran, di antaranya kayu dan batu.

Sejumlah saksi mata melaporkan, awalnya sekitar 30 pelajar SMK Katolik yang sedang berkumpul di
sebuah warung diserang pelajar dari SMK Negeri I dan SMK Islam, dengan dilempari botol dan batu.

Merasa tidak terima, pelajar SMK Katolik balik membalas hingga terjadilah tawuran massal di Taman
Kota Kebonrojo.

Aksi tawuran itu reda setelah aparat kepolisian turun ke lokasi kejadian dan para pelajar melarikan diri.
Petugas terus berjaga di lokasi tawuran dan kedua sekolah tersebut.

Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Polresta Blitar Iptu Soewoko mengatakan, polisi akan terus
melakukan penjagaan untuk mengantisipasi terjadinya tawuran susulan.

Ia menyebut, tawuran antarpelajar di Kota Blitar sudah lama tidak terjadi dan terakhir pada 2009.

"Kami akan lakukan razia ke sekolah-sekolah. Selain itu, sebagai upaya preventif, kami juga akan
tempatkan anggota untuk jadi pembina para pelajar saat upacara," katanya. (*)
Editor : Didik Kusbiantoro
COPYRIGHT © ANTARA2012
Tawuran Pecah di Makassar, Dua Tewas

Andi Ilham, Jurnalis · Jum'at 07 November 2014 23:46 WIB

ilustrasi (Foto: Dok. Okezone)


MAKASSAR - Aksi tawuran antar warga Jalan Kelapa Tiga Kelurahan Ballaparang dengan Warga Bara
Barayya Timur, Makassar, Sulawesi Selatan menelan korban jiwa.
Dalam kejadian itu, dua orang kelompok Bara Barayya tewas akibat terkena peluru senapan angin dan dua
lainnya masih dalam perawatan intensif rumah sakit Pelamonia Makassar.
Berdasarkan data kepolisian, Dua warga yang tewas itu yakni Ririn (15), Jalan Abu Bakar Lambogo, lorong 10
Kecamatan Makassar dengan luka kena busur pada bagian dada dan Kipli, beralamatkan Jalan Kesatuan nomor
16 Kecamatan Makassar, dengan luka kena peluru senapan angin pada dada sebelah kiri.
Sementara sejumlah warga lainnya mendapatkan perawatan medis rumah sakit yakni Andi Mappangara (28),
luka kena busur dipergelangan tangan kiri dirawat di RS Pelamonia, Wahyu (17), kena senapan burung di
bagian perut sebelah kiri dirujuk ke RS Labuang Baji, Minggu (19), kena senapan angin di leher dirujuk ke RS
Labuang Baji, Ade (19), kena senapan burung di dada kanan dirawat di RS Pelamonia. Wawan (17), kena
senapan burung di ketiak sebelah kiri.
Informasi yang diperoleh, peristiwa ini dipicu dendam lama. Kejadian yang terjadi di perbatasan Kecamatan
Rappocini dan Kecamatan Makassar ini sudah sering kali terjadi bentrokan dan kerap menelan korban luka.
Namun, sekira pukul 17.00 Wita Jumat, (7/11/2014) kemarin adalah bentrokan terparah dengan kondisi dua
orang yang meninggal.
Menurut Ketua RT, Mukti, awalnya sekelompok pemuda dari arah Bara Baraya Timur melakukan
penyerangan kearah warga Kelapa tiga. Kemarin, penyerangan dua kali terjadi dalam sehari, pagi dan malam.
Pemuda Kelapa tiga tidak menerima diserang sehingga melakukan pembalasan.
"Tiap hari warga disini diserang dan dilempari batu. Mereka juga jebol dinding tembok pak yang kemarin
dibangun untuk tidak menyerang warga yang dilorong," katanya.
Wakasat Reskrim Polrestabes Makassar, Kompol Agus Khaerul mengatakan, kepada dua korban yang tewas
sudah dilakukan pencarian kepada pelakunya. Unit Brimob Polrestabes Makassar sudah bergerak melakukan
pengejaran kepada pelaku.
"Anggota sudah melakukan pengejaran, kita tunggu hasilnya," kata Agus Khaerul.
Pengamat Kepolisian, Marwan Mas, mengaku prihatin dengan fenomena perkelahian kelompok masyarakat
yang terus terjadi.
Polisi kata dia, telah gagal melakukan pencegahan lantaran minimnya patroli di tempat rawan perkelahian
kelompok. Begitu pula peran pemerintah kota terhadap pembinaan warganya yang selalu berkelahi.
" Wajar jika kita sebut Makassar adalah surganya perkelahian kelompok dan kejahatan geng motor. Wali Kota
Makasar tidak mampu menumbuhkan rasa aman bagi warganya, karena terlalu banyak membuat gerakan dan
program yang hanya eksis tapi tidak mengakar," sindirnya.
Hingga malam ini, di lokasi bentrokan Jalan Kelapa Tiga, sejumlah aparat Kepolisian dan TNI masih
melakukan penjagaan mengantisipasi adanya penyerangan susulan.
(put)
Fajar Tewas Dikeroyok 4 Orang di Tawuran Antar Geng di Jalan Agus Salim Bekasi

Timur
Senin, 18 Februari 2019 18:13 WIB

WARTA KOTA/FITRIYANDI AL FAJRI

Lokasi pengeroyokan Fajar (18) hingga tewas tewas dalam tawuran antar kelompok di Jalan Agus Salim, Kecamatan
Bekasi Timur, Kota Bekasi, Senin (18/2/2019) dini hari.

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Remaja bernama Fajar (18) tewas dalam tawuran antar kelompok di Jalan Agus

Salim, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Senin (18/2/2019) dini hari.

Fajar tewas diduga dikeroyok empat orang bersenjata tajam jenis celurit, parang, dan golok. Juru parkir di sekitar

lokasi, Adi Wiyantoro (37) mengatakan, saat pertama terkena bacokan, korban langsung terjatuh.

Peluang itu dimanfaatkan lawannya yang langsung mengeroyok Fajar. "Kalau tidak salah ada empat orang yang

mengeroyoknya pakai senjata tajam," kata Adi Wiyantoro, Senin siang.

Adi mengatakan, di jalanan korban mengalami luka bacok secara brutal di bagian kepala, dada hingga punggungnya.

Bahkan akibat pembacokan itu, darah segar mengucur dari tubuh Fajar ke jalanan.

Menurut dia, sebelum terjatuh korban sempat menyerang kelompok pelaku terlebih dulu. Saat berhadapan dengan

musuh, senjata yang tidak jelas diketahuinya itu dilempar korban ke arah musuhnya.

Jengkel dengan perbuatan korban, kelompok musuh mengejar Fajar yang berbalik ke arah rekannya yang ada di

belakang.

Nahas, punggung Fajar terkena sabetan celurit, sehingga korban terjatuh dan langsung dikeroyok oleh empat

remaja. Secara bersamaan, kata dia, rupanya remaja lain bernama Hermansyah mengalami luka bacok juga di

bagian badan.

Melihat kedua korban ambruk di tengah jalan, kubu lawan langsung berhamburan pergi. Dia memprediksi, tawuran

itu hanya terjadi sekitar 15 menit yang diawali oleh aksi saling ejek.

"Masing-masing kubu ada sekitar 15 orang. Mereka datang membawa berbagai senjata tajam seperti celurit, parang,

golok, gear bekas sepeda motor bahkan samurai," katanya.


Adi tidak mengetahui secara pasti motif tawuran antar remaja itu. Namun dia menduga tawuran ini terjadi sudah lama

dan dilatarbelakangi oleh aksi balas dendam.

Hal ini juga dipicu oleh aksi saling ejek antar keduanya bila berpapasan di jalan raya. "Setahu saya tawuran

sebelumnya itu ada korban, tapi hanya luka tidak sampai meninggal dunia," imbuhnya.

Yanto (44), warga, mengatakan, saat tawuran itu terjadi kondisi jalan raya masih banyak pengendara. Bahkan

pedagang kaki lima masih menjajakan dagangannya di pinggir jalan.

"Kondisi lalu lintas tidak terlalu sepi, yah cukup ramai. Warga yang melihat tawuran itu sempat menghalau tapi para

remaja ini seolah mengacuhkan karena sambil membawa senjata tajam," kata Yanto.

Yanto berharap agar kasus tersebut ditangani dengan baik. Dia meminta polisi juga rutin menggelar operasi cipta

kondisi agar kejahatan jalanan seperti ini bisa diantisipasi.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Fajar Tewas Dikeroyok 4 Orang di Tawuran Antar Geng di Jalan Agus Salim Bekasi
Timur, https://www.tribunnews.com/metropolitan/2019/02/18/fajar-tewas-dikeroyok-4-orang-di-tawuran-antar-geng-di-jalan-agus-salim-bekasi-timur.

Editor: Choirul Arifin

Anda mungkin juga menyukai