Anda di halaman 1dari 8

MASA KECIL YOHANES DON BOSCO

YESUS DAN BUNDA MARIA MEMANGGILNYA DALAM SUATU MIMPI


NARATOR : Yohanes Bosco dilahirkan pada tanggal 16 Agustus 1815, di Becchi, sebuah dusun kecil di
Castelnuovo d'Asti (sekarang namanya Castelnuovo Don Bosco), Italia. Ayahnya, Francesco, seorang petani
yang miskin. Francesco mempunyai tiga orang putera: Antonio (dari isteri pertamanya yang telah meninggal
dunia), Yusuf dan Yohanes.

Fransisco : margarita istriku , kemana anak 2 ?

Margarita : anak2 sedang main di halaman suamiku fransisco.

Fransisco : tolong panggilkan mereka .

Margarita : baiklah. (sambil berjalan kedepan mengunjungi anak-anak yang sedang bermain).

Margareta : yusuf, antoni dan yohanes kemarilah.

Yusuf, antoni
Dan yohanes : iya bu, ada apa?

Magerta : ayah kalian memamanggil kalian. Ayo sekarang bertemu ayah kalian (sambil berjalan

menuju ruang keluarga )

Narator : sesampainya diruangan.

Yusuf : ayah kenapa engkau memanggil kami ?

Fransisko, Antoni, : duduklah nak. Ayah ingin memberi tahu sesuatu.

Yohanes : baiklah

Antoni + Yusuf : Baiklah ayah

Fransisko : anak-anak ku meski kita hidup dalam kesederhanaan jangan lah kalian bersedih atau
malu. Tetaplah percaya Tuhan selalu menjaga dan meberi kebahagiaan untuk kita.
Antoni : kebahagiaan apa itu yah?

Fransisko : kebahagiaan saat kamu bisa diberi kesehatan secara geratis dari Tuhan.

A+Y+Y : iya yah. Kami bersyukur

Fransisko : antoni, yusuf kalian adalah anak tertua tolong bantu ibumu dalam

setiap hal. Dan jangan membuatnya sedih.

A+Yusuf : iya ayah.

Narrator : pada saat yohanes berusia 2 tahun ayah yohanes, fransisco meninggal

dunia, rasa sedih dirasakan ibu yohanes ditinggal fransisco dan harus

menghidupi ke 3 anaknya dengan keadaan yang sulit dan miskin.

( adegan fransisco meninggal)

Fransisko : (berbaring dalam keadaan meninggal )

Margareta : sudah nak iklaskan ayahmu dia sudah bahagia bersama bapa disurga(
sambil menepuk pundak yusuf)
Antoni : kita harus tegar saudara ku. Kita tidak boleh membuat ibu semakin
sedih. (merangkul kedua saudaranya)
Yusuf & yohanes : iya kak.
Narrator : Ibu Margarita, dengan segala daya upaya dan kerja keras berusaha menghidupi
keluarganya. Namun demikian kerja keras dan kemiskinan tidak menghalangi
Margarita untuk senantiasa menceritakan kepada anak-anaknya segala kebaikan Tuhan:
siang dan malam, bunga-bunga dan bintang-bintang, “Oh, betapa indahnya Tuhan
menjadikan segala sesuatu untuk kita!” Diajarkannya kepada Yohanes kecil bagaimana
mengolah tanah dan bagaimana menemukan Tuhan yang ada di surga yang indah melalui
panen yang berlimpah mereka pun tidak lantas menyimpan sendiri hasil mereka, tetapi
margarita juga mengajarkan kepada anak2nya untuk saling berbagi.

Margarita : anak-anak ku, antoni, yusuf dan yohanes kemarilah kalian semua

Antoni/yusuf : iya ibu

Margarita : kalian bantu ibu menyiapkan masakan buat orang2 disekitar kita.

Yohanes : kenapa kita perlu berbagi bu?

Margarita : segala yang kita miliki adalah milik Tuhan dan kita tidak boleh sombong. Tuhan juga
sudah mengajarkan kita untuk saling mengasihi kepada orang lain.
Yusuf, antoni, yusuf : baik bu

Narator : sambil berjalan keluar keluarga itu membagikan segala jerih payah mereka kepada
masyarakat sekitar yang membutuhkan ( membagikan makanan).

MIMPI YANG MENAKJUBKAN

Narator :Pada usia sembilan tahun untuk pertama kalinya Yohanes mendapat mimpi yang amat
menakjubkan yang menggambarkan keseluruhan hidupnya kelak.
Margarita : Yohanes anakku, hari sudah malam, segeralah kamu tidur
Yohanes : Baik ibu, aku akan segera tidur.
Margarita : jangan lupa kamu berdoa terlebih dulu sebelum tidur Yohanes
Yohanes : iya ibu

Narator :Dalam mimpinya Yohanes sedang berada di lapangan yang luas. Ia melihat banyak
sekali anak di sana, ada yang tertawa, bermain dan ada pula yang bersumpah serapah.

Anak 1 : Ayo teman – teman kita bernyanyi dan menari


Anak 2 : Okeeeeeee, boleh – boleh, mari kita bergembira

Narator :Ditengah – tengah suasana itu nampak juga ada yang sedang berkelahi Yohanes segera
berlari untuk menghentikan mereka sambil berteriak dan mengepalkan tinjunya,
celakanya tiba – tiba semua anak bengal itu berbalik mengeroyok dia

Yohanes : berhenti, apa yang kalian lakukan, menghina Tuhan


Anak 1 : siapa kamu, kurang ajar
Anak 2 : ikut campur urusan orang saja kamu
Anak nakal lainnya : iya...iya... Kepo kamu itu..
pukul saja dia

Narator : Tampaklah “Seorang yang Agung” berpakaian jubah putih dan wajah-Nya
bersinar.kemunculan orang itu meghentikan keributan. Ia memanggil Yohanes dengan
namanya, memintanya agar tenang serta menasehatinya:

Tuhan Yesus : Yohanes kemarilah


(Yohanes tertegun dan terpukau dengan langkah demi langkah dihampirilah orang itu )
Tuhan Yesus : kamu tidak mungkin menolong atau menyadarkan anak anak ini dengan cara
berkelahi atau memukul mereka

Yohanes :mereka nakal, suka berbicara jorok dan kasar, mereka mau menang sendiri
Lalu apa yang harus saya lakukan

Tuhan Yesus : “Bukan dengan kekerasan, tetapi atasilah mereka dengan kelemahlembutan ,bersikap
ramah , serta belas kasih, kamu akan menjadikan mereka semua teman-temanmu.
Beritahukanlah kepada mereka keburukan dosa dan ganjaran kebajikan.”
Yohanes : wah, itu sulit sekali, “Tidak tahukah Engkau,” “bahwa hal itu tidak mungkin?”.

Tuhan Yesus : “Apa yang tampaknya tidak mungkin bagimu, kamu akan menjadikannya mungkin jika
saja kamu melakukannya dengan ketulusan hati dan pengetahuan.”

Yohanes : “Di mana dan bagaimana aku memperoleh pengetahuan?”

Tuhan Yesus :Aku akan memberimu seorang Bunda, dengan bimbingan darinya saja seseorang akan
menjadi bijaksana, tanpa bimbingannya semua pengetahuan tidak ada gunanya.”

Yohanes : “Tetapi siapakah Engkau yang berbicara seperti itu?”

Tuhan Yesus : “Aku adalah Putera dari Surga. Putra wanita yang tiap hari kau salami
Ibumu telah mengajarkan kepadamu untuk menghormati-Ku tiga kali sehari.”

Yohanes : “Ibuku melarangku untuk berbicara dengan seseorang yang tidak aku kenal.
Katakanlah siapa nama-Mu.”

Tuhan Yesus : “Tanyakan nama-Ku kepada ibu-Ku.”


( lalu laki – laki itu menghilang ). Dan apa yang terjadi kemudian ?

Narator :Tiba – tiba anak nakal itu berubah wujud, mereka menjadi anjing – anjing liar, ada juga
yang menjadi Srigala, binatang – binatang itu kini bersiap – siap menerkamnya.
Yohanes ketakutan,

Yohanes : tamatlah riwaytku sekarang, jika srigala dan anjing liar itu menerkam ku

Narator : Kemudian, tampaklah seorang wanita yang amat anggun. Ia mengenakan gaun panjang
yang berkilau-kilauan, seolah-olah jubahnya itu terbuat dari bintang-bintang yang paling
cemerlang. Wanita itu memberi isyarat kepada Yohanes untuk datang mendekat
kepadanya. Dengan lembut diraihnya tangan Yohanes,

Bunda Maria : Yohanes, janganlah risau kamu


( Yohanes langsung merasa tenang mendengar sapaan yang lembut itu )

Bunda Maria : "Lihatlah."


Aku akan melakukan sesuatu terhadap mereka
“Inilah tempat di mana kamu harus bekerja. Jadikan dirimu rendah hati, kuat dan penuh
semangat. Apa yang kamu lihat terjadi pada binatang-binatang buas ini, kamu harus
melakukannya kepada anak-anakku.”

Narator :Yohanes terpukau melihat bahwa binatang-binatang buas itu kini telah berubah menjadi
domba yang jinak, berkerumun dan berdesak-desakan di sekitar Kedua Tamu Agungnya.
Melihat itu Yohanes menangis dan minta penjelasan dari Si Wanita karena ia sama sekali
tidak mengerti apa arti semua itu

Yohanes : menangis sambil berteriak “ aku tidak mengerti ! aku tidak mengerti,
apa maksud semua ini
Bunda Maria : memang anakku“Kamu akan mengerti semuanya jika waktunya telah tiba.
oleh karena itu janganlah risau” ( sambil membelai Yohanes )

Narator :Yohanes tersentak dan terbangun dan ia tidak dapat tidur kembali.

Yohanes : Astaga aku mimpi rupanya.... sebuah mimpi yang sangat aneh.

Narator : Mimpi itu ternyata selalu hidup dalam angan –angannya sampai ia dewasa.Tahun-tahun
mendatang dalam hidupnya telah dinyatakan dalam mimpi itu. Mama Margarita dan
Yohanes percaya bahwa mimpi itu adalah gambaran jalan hidup Yohanes kelak.
Narator : Charity , Listya
Margarieta : Keyna
Fransisco : Jefry
Antoni : Jovan
Yusuf : Caleb
Yohanes : Mattheo
Orang orang miskin : Jeslyn, Listya
Anak 1 : Jovan
Anak 2 : Caleb
Anak nakal lainnya : Keyna, Jeslyn
Yesus : Jefry
Bunda Maria : Charity
AHLI SULAP DAN AKROBAT

Sejak itu Yohanes senantiasa berusaha berbuat baik kepada teman-temannya. Ketika terompet
pemain sirkus berbunyi untuk mengumumkan adanya pesta lokal di sebuah bukit di dekat situ,
Yohanes pergi dengan penuh semangat dan duduk di baris terdepan. Rombongan sirkus itu
menampilkan badut, sulap, permainan-permainan dan akrobat. Yohanes memperhatikan dengan
sungguh-sungguh dan mempelajari semua atraksi yang ditampilkan.

Sepulangnya dari pertunjukan sirkus, Yohanes mulai meniru atraksi-atraksi yang ditampilkan. Ia
gagal, tergelincir, jatuh dan badannya memar, tetapi tekadnya kuat. Ia pantang menyerah, sebab
pikirnya, "Jika mereka dapat melakukannya, mengapa aku tidak?" Wah, pastilah malaikat
pelindungnya menjadi sibuk sekali mengawasi dia. Yohanes terus berlatih hingga suatu hari
Minggu sore, ia mempertunjukkan kebolehannya di hadapan anak-anak tetangga. Ia
memperagakan keseimbangan tubuh dengan wajan dan panci di ujung hidungnya. Kemudian ia
melompat ke atas tali yang direntangkan di antara dua pohon dan berjalan di atasnya diiringi
tepuk tangan penonton. Sebelum pertunjukan yang hebat itu diakhiri, Yohanes mengulang
khotbah yang ia dengar dalam Misa pagi kepada teman-temannya itu, dan mengajak mereka
semua berdoa.

Kabar mengenai pertunjukan yang diselenggarakan Yohanes tersiar hingga ke desa-desa


tetangga. Karena pada masa itu jarang sekali ada pertunjukan semacam, segera saja anak-anak
yang bermil-mil jauhnya pun datang untuk menyaksikan pertunjukannya. Jumlahnya hingga
seratus anak lebih.

“Kita akan memulainya dengan berdoa Rosaio, Peristiwa Mulia, untuk menghormati hari Minggu.”

Anak-anak itu mengeluh, tetapi mereka menurut. Setelah ia mengajak anak-anak menyanyikan
satu kidung bagi Bunda Maria, Yohanes berdiri di atas kursi dan mulai menjelaskan isi Kitab Suci
seperti yang didengarnya pada Misa pagi. Jika seorang anak menolak untuk mendengarkan
khotbahnya atau menolak berdoa, Yohanes akan berkata: “Baiklah. Aku tidak akan mengadakan
pertunjukan hari ini. Jika kalian tidak berdoa, bisa saja aku terjatuh dan leherku patah.”

Permainan dan Sabda Tuhan mulai mengubah perilaku teman-temannya. Yohanes kecil mulai
menyadari bahwa agar dapat berbuat baik untuk sedemikian banyak anak, ia perlu belajar dan
menjadi seorang imam. Imam Castelnuovo melihat perkembangan iman Yohanes yang luar biasa,
hingga ia mengijinkan Yohanes menrima komuni dua tahun lebih awal dari usia yang ditentukan
Gereja.
PERGI DARI RUMAH

Seorang misionaris, Don Calosso ('Don' dalam bahasa Italia berarti Romo), datang ke desa
Buttigliera untuk memberikan pelajaran agama. Yohanes memutuskan untuk mengikuti semua
pelajaran agama yang diberikan olehnya, baik pagi maupun sore. Itu berarti ia harus berjalan kaki
sejauh 10 (16 kilometer) mil sehari. Antonio menentang keras keinginan Yohanes untuk belajar.
Menurutnya sudah tiba waktunya bagi Yohanes untuk bekerja. Oleh karena itu diambil keputusan:
pagi hari Yohanes belajar di pastoran dengan Don Calosso, sesudahnya ia harus bekerja di sawah.
Yohanes belajar dengan tekun. Ia membawa bukunya ke sawah dan belajar hingga larut malam.
Hal itu sangat menjengkelkan Antonio. Antonio, yang sekarang sudah menjadi kepala keluarga,
membuang semua buku-buku Yohanes dan mencambuki adik tirinya itu dengan ikat pinggangnya.

Demi keselamatan Yohanes, Mama Margarrita membuat suatu keputusan yang amat menyedihkan
hatinya sendiri, ia menyuruh Johanes pergi.

PERTANIAN MOGLIA

Di suatu pagi yang dingin di bulan Februari 1827, Yohanes pergi menginggalkan rumah dan
berkelana untuk mencari pekerjaan. Usianya baru 12 tahun. Sungguh sulit mencari pekerjaan di
musim dingin, hanya pada musim panas saja pertanian membutuhkan banyak tenaga kerja. Setiap
kali Yohanes selalu di tolak. Hingga tibalah ia di rumah Tn. Luigi Moglia, seorang petani kaya,
dekat Moncucco.
“Pulanglah nak,” kata petani itu. “Datanglah kembali pada Hari Raya Kabar Sukacita”
“Berbelas kasihlah, ya Tuan,” Yohanes memohon, “Tuan tidak perlu membayarku satu sen pun, aku
tidak minta apa-apa….ijinkanlah aku tinggal!”

“Tidak mungkin. Pergilah!”

“Tidak, Tuan. Aku akan duduk di lantai sini dan tidak akan pergi.”

Yohanes merasa amat perih hatinya dan menangis. Tergerak oleh belas kasihan, Yohanes diterima
bekerja sebagai penggembala sapi. Yohanes amat gembira dan bekerja sebaik yang ia mampu. Ia
menggembalakan sapi-sapinya di padang rumput, memerah susu, menumpuk jerami di palungan,
dan membajak sawah. “Mataku terbuka lebar-lebar jika aku sedang bekerja, dan aku tidak
berhenti sampai tiba saatnya untuk tidur,” kenang Yohanes. Tanpa ibu dan saudara, tanpa teman
di sampingnya, Yohanes memusatkan diri sepenuhnya hanya kepada Tuhan Allah yang amat
dikasihinya.

Setiap hari Minggu Yohanes pergi ke gereja untuk mengikuti Misa. Dengan ijin dari Don Cottino,
imam paroki setempat, Yohanes mengumpulkan anak-anak untuk bermain dan berdoa seperti yang
dulu ia lakukan di desanya.
SEKOLAH, SEMINARI & LUIGI COMOLLO

Tiga tahun kemudian Antonio pindah ke dusun lain. Yohanes pulang kembali ke rumah dan
melanjutkan sekolahnya, pertama-tama di Castelnuovo dan kemudian di Chieri. Guna membiayai
pendidikannya, selain menerima sumbangan dari orang-orang yang bersimpati padanya, Yohanes
Bosco juga bekerja. Segala macam pekerjaan dilakukannya: penjahit, tukang roti, tukang sepatu,
tukang kayu, dan segala macam pekerjaan yang dapat dikerjakannya.

Sebagai pelajar, Yohanes seorang remaja yang pandai dan cerdas. Ia adalah murid terbaik di
antara semua murid sekolahnya. Ia mengumpulkan teman-temannya dan membentuk suatu
kelompok religius yang diberinya nama Kelompok Sukacita. Yohanes menjadi penggerak utama
bagi teman-temannya. Kepribadiannya terbuka, dinamis, vitalitas hidupnya tinggi, kadang ia
kurang sabar dan terbawa emosi. Sekali waktu ia menekankan perbuatan baik, kebenaran serta
keadilan bukan dengan kelemahlembutan, tetapi justru dengan tinjunya.

Pada suatu hari seorang guru datang terlambat ke kelas. Murid-murid menjadi ribut, saling
melempar buku dan kapur. Hanya seorang anak saja yang duduk dengan tenang di bangkunya. Luigi
Comollo seorang anak yang tenang dan pendiam hingga Yohanes tidak pernah memperhatikannya.
“Ayo Luigi,” teriak salah seorang anak yang paling nakal.

“Tidak, aku tidak mau bermain, aku sedang mengerjakan sesuatu.”

“Datang, kataku!”

“Tidak.”

“Datang, atau kupukul kau.”

“Pukullah jika kamu mau.”

Dengan jengkel anak nakal itu datang dan mendaratkan dua tinjunya ke wajah Luigi. Luigi tidak
membalasnya. Dengan suara yang amat tenang ia berkata,

“Puaskah kamu sekarang? Aku memaafkan kamu. Sekarang biarkan aku sendiri.”

Penyerang itu mundur dengan perasaan malu. Sikap Luigi yang amat tenang dan lembut itu
mengesankan Yohanes. Yohanes dan Luigi ibarat api dan air, seperti singa dan anak domba.
Yohanes mengagumi Luigi dan darinya ia belajar untuk menguasai diri dan meredam
kemarahannya. Sejak itu mereka bersahabat karib.

Setalah tamat sekolahnya, pada usia dua puluh tahun, Yohanes Bosco mengambil keputusan yang
amat penting dalam hidupnya: ia masuk Seminari Chieri. Mama Margarita menegaskan kepadanya
untuk selalu setia kepada panggilannya, jika ia ragu-ragu lebih baik diurungkannya saja niatnya itu
daripada menjadi seorang imam yang lalai dan acuh. Nasehat ibunya itu diingat dan dihormati
oleh Yohanes sepanjang hidupnya.

Tak disangkanya, Luigi Comollo, menyusulnya beberapa bulan kemudian. Kepadanyalah, Yohanes
mengutarakan semua cita-cita dan rencananya. Luigi sendiri tidak menyusun banyak rencana
seperti Yohanes, ia merasa bahwa hidupnya akan segera berakhir. Tak dikatakannya perasaannya
itu kepada sahabatnya, tetapi mereka berdua telah bersepakat: siapa pun yang terlebih dahulu
meninggal dunia akan memohon kepada Tuhan untuk memberi ijin memberitahukan kepada
sahabatnya yang masih di dunia bahwa ia telah masuk dalam kebahagiaan abadi.

Tahun berikutnya, pada tanggal 2 April 1839, hari Kamis sesudah Paskah, Luigi meninggal dunia
karena demam. Yohanes amat berduka karena bagian dari dirinya yang berharga telah pergi.
Malam sesudah pemakaman dua puluh orang yang tidur dalam satu kamar asrama dengan Yohanes
terbangun karena suara yang aneh. Seolah-olah sebuah kereta kuda, atau kereta api, sedang
melaju di lorong, kereta itu menerjang dan menghantam bagaikan gemuruh artileri, menyebabkan
lantai dan langit-langit berguncang, pintu kamar terbuka lebar-lebar dan masuklah ke dalam
ruangan mereka suatu sinar yang tiba-tiba bersinar amat terang. Dan, dalam keheningan, banyak
dari mereka yang mendengar suatu suara yang lembut menyanyi dengan gembira. Tetapi hanya
seorang saja yang mendengar perkataan ini:

“Bosco, aku selamat.”

Sinar menghilang dan pergi dengan cara yang sama seperti datangnya. Kemudian segala
sesuatunya berakhir. Yohanes dipenuhi dengan sukacita dan syukur.

"Menghindarlah dari teman-teman yang jahat sama seperti kamu menghindar dari
gigitan ular beracun. Jika teman-temanmu baik, saya yakin bahwa suatu hari
kelak kamu akan bersukacita bersama para kudus di Surga; tetapi jika
kumpulanmu jahat, kamu sendiri akan menjadi jahat pula, dan kamu berada dalam
bahaya kehilangan jiwamu." ~ St. Yohanes Bosco

lihat halaman selanjutnya...

Sumber: 1. Secrets of the Saints by Henri Gheon (Sheed & Ward, 1944); CIN St. Gabriel E-Mail; Copyright ©
1997 Catholic Information Network (CIN) - January 19, 1997; 2. berbagai sumber

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan


diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

Anda mungkin juga menyukai