Anda di halaman 1dari 2

Nama : Amelsa Hartati Nasution

NIM : 2105113233
Matkul: Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Ilham Hudi, S. Pd., M. Pd

Penundaan Pemilu 2024: Apakah berkaitan dengan wacana


presiden tiga periode?
Seruan sejumlah pimpinan partai politik untuk menunda Pemilu 2024, disebut
Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi, Perludem sebagai hal yang dapat memicu
perlawanan publik karena tidak bisa dibuat berdasarkan keputusan elit politik. Berdasarkan
Undang-undang, penundaan pemilu perlu ada alasan darurat seperti bencana alam dan
kerusuhan. Sementara pengamat politik mengatakan alasan penundaan Pemilu 2024 tak
mendasar dan dituding memuat motivasi elit mengamankan proyek infrastruktur.
Gagasan penundaan pemilu 2024 yang tertangkap media, berawal sejak Januari 2022. Hal
ini pertama kali diungkapkan Menteri Investasi, Bahlil Lahaladia. Ia mengutarakan soal
penundaan pemilu 2024 di sela rapat kerja dengan Komisi VI DPR, 31 Januari 2022. Mantan
ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini mengutip sebuah survei di mana
tingkat kepuasan terhadap Presiden Joko Widodo mencapai 70%, dan menggabungkannya
dengan harapan dari para pengusaha.
Penundaan Pemilu 2024 berimplikasi terhadap perpanjangan masa jabatan Presiden Joko
Widodo dan Wakilnya, Maruf Amin. Jauh sebelum ini, wacana tiga periode Presiden Jokowi
juga mengemuka dan menimbulkan polemik pada November 2019. Dilansir dari Tempo, wacana
ini berawal dari seorang anggota DPR dari Partai Nasdem yang menginginkan masa jabatan
presiden diperbolehkan 3x5 tahun. Selain itu, Ketua Fraksi Partai Nasdem, Johnny G. Plate juga
mengeluarkan wacana ini. Wacana ini dilancarkan di saat MPR tengah menggodok usulan
amandemen UUD 1945.
Namun, tak lama kemudian hal ini dibantah oleh Presiden Jokowi yang menyebut mereka
yang menginginkan tiga periode, "Satu, ingin menampar muka saya. Kedua, ingin cari muka,
yang ketiga ingin menjerumuskan," katanya, Desember 2019. Sementara itu, terkait dengan
wacana penundaan Pemilu 2024 yang berimplikasi perpanjangan masa jabatan Presiden Joko
Widodo, pihak Istana angkat bicara.
Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP), Jaleswari Pramodhawardani menyatakan sikap
Presiden Jokowi terhadap gagasan penundaan pemilu atau perpanjangan masa jabatan presiden,
tak pernah berubah.
Anggota Dewan Pembina dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi
Anggraini mengatakan penundaan Pemilu 2024 tak bisa dilakukan berdasarkan "keputusan
politik elit". Kata Titi, untuk mengisi posisi presiden dan wakil presiden selama pemilu ditunda
harus diatur dalam Undang Undang Dasar. "Artinya diperlukan amandemen konstitusi," katanya.
Dalam Undang-Undang Dasar masa jabatan presiden dan wakilnya dijelaskan secara gamblang
dalam Pasal 7. Intinya, jabatan kepala negara hanya berlaku selama lima tahun, dan hanya bisa
dipilih untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Sementara Pasal 22 E UUD 1945 menjelaskan
bahwa pemilu diselenggarakan setiap lima tahun sekali. Begitupun diatur dalam Undang Undang
No. 7/2017 tentang Pemilu. Tak ada ketentuan mengenai penundaan pemilu, melainkan pemilu
lanjutan dan pemilu susulan yang dapat terjadi karena kerusuhan, bencana alam, gangguan
keamanan dan gangguan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai