Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PAPER HUKUM ADMINISTRASI

NEGARA

DISUSUN
O
L
E
H

MAULANA YUSUF
D1A021491
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmatnya sehingga paper
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan materi.

Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan paper ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman.

Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram,19 Maret 2023

Maulana yusuf
DAFTAR ISI

1. BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

b. Rumusan Masalah

2. BAB II PEMBAHASAN

a. Penjelasan

3. BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan

4. DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Wacana menunda Pemilu 2024 yang diusulkan PKB, PAN, dan sinyal kuat
dukungan dari Golkar langsung memantik kekisruhan. Akademisi, peneliti, dan
aktivis prodemokrasi tanpa henti mengkritik serta menolak gagasan tak rasional
tersebut. Selain mengangkangi konstitusionalisme demokrasi, diskursus penundaan
pemilu jelas akan menimbulkan gejolak yang lebih luas. Bahkan, potensial
melahirkan chaos politik berkelanjutan sebab ada jeda politik yang membuka
ruang terjadinya kekosongan kekuasaan.

Menunda pemilu, bukan berarti otomaticly memperpanjang masa jabatan


presiden, DPR, dan DPD. Di situlah letak titik rawan yang bisa menimbulkan
goncangan besar. Semua kepentingan politik potensial tarung bebas saling
berkelahi berebut kekuasaan.

Secara normatif, menunda pemilu sebenarnya sangat mungkin dilakukan dan


memiliki basis legitimasi hukum kuat. Misalnya, kasus menunda Pilkada serentak
2020 ke Desember karena alasan badai covid-19. Penundaan pemilu bisa dilakukan
KPU karena alasan tertentu yang kemudian memunculkan istilah pemilu lanjutan
dengan ketentuan yang cukup ketat. Dalam UU Pemilu Nomor 7 Tahun 2017 Pasal
431 dan 432 dijelaskan, dalam hal di sebagian atau seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia terjadi kerusuhan, gangguan keamanan, bencana
alam, atau gangguan lainnya yang mengakibatkan sebagian tahapan
penyelenggaraan pemilu tidak dapat dilaksanakan, dilakukan pemilu lanjutan dan
susulan.
Penundaan pemilu yang disampaikan sejumlah partai politik sangat sumir,
longgar, dan tak memiliki fondasi argumen yang kuat. Indonesia tidak sedang
dalam kerusuhan, gangguan keamanan, maupun bencana alam. Sementara itu,
gangguan lainnya bisa ditafsirkan karena minimnya anggaran pemilu. Semua tahu
bahwa negara tidak dalam krisis keuangan. Buktinya, pemindahan ibu kota negara
bisa dilakukan cepat dengan anggaran yang berlimpah. Jadi, argumen penundaan
pemilu karena alasan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, kepuasan
kinerja, dan aspirasi segelintir pelaku ekonomi sangat tak masuk akal. Tak ada
regulasinya dan mudah dibantah. Bahkan, dalam banyak hal pemilu justru
menghidupkan kembali denyut ekonomi kelas menengah ke bawah. Partai politik,
kontestan, dan tim sukses pastinya belanja logistik untuk kepentingan kampanye
udara dan darat, dari pemasangan atribut pemilu hingga logistik bantuan sosial.

Kepentingan Siapa
Tentu saja menjadi tanda tanya besar soal siapa sebenarnya yang paling
berkepentingan dengan wacana penundaan Pemilu 2024. Secara kasatmata
pastinya partai politik. Apa pun judulnya, partai politik bisa menikmati
kemewahan jabatan politik tanpa kampanye. Presiden dan anggota dewan, masa
jabatannya seakan bisa diperpanjang otomatis tanpa harus melalui kampanye
politik berdarah-darah. Ini jalan tol bagi partai politik untuk melanjutkan
kekuasaan politik. Selain cacat legitimasi, tentu saja bisa memunggungi demokrasi
elektoral. Pada level ini saja sudah bermasalah.Secara transparan, wacana
penundaan pemilu juga bisa menjerumuskan Jokowi yang tegas menolak masa
jabatan presiden tiga periode. Ada kesan partai politik pengusung wacana ini
sedang mencari muka demi mendapatkan simpati presiden. Tentunya, dengan
alasan yang terkesan masuk akal dan menyanjung kerja politik pemerintah. Kesan
ini sangat kuat tak bisa dimungkiri. Semacam uji loyalitas tanpa batas.
Meski begitu, publik tanpa henti melancarkan pertanyaan kritis. Sejumlah
partai politik itu sadar betul pasti dikecam dengan usul menunda pemilu. Apa yang
membuat mereka rela irasional dan terlihat melakukan bunuh diri politik, jika tak
ada sesuatu yang dicari. Misalnya, adanya kekuatan besar yang mengendalikan
mereka dengan konsesi politik menggiurkan penuh janji surga. Partai politik secara
umum perilakunya sama. Dominan mencari keuntungan ketimbang
memperjuangkan sesuatu yang sifatnya normatif nan suci.

Tak habis pikir, apa yang sebenarnya diinginkan PKB usul penundaan
pemilu di tengah agresifitas Muhaimin Iskandar memoles citra maju pilpres. Lalu,
apa yang ada di benak Golkar, di tengah konsolidasi memperkuat basis politik
demi mengusung Airlangga Hartarto tanding pilpres. Itu sama halnya dengan
mengubur mimpi kedua ketua umum partai mereka untuk menunda keinginan maju
pilpres. Sangat sumir dan lucu. Apalagi, beberapa waktu lalu semua partai politik
parlemen dan pemerintah sepakat menggelar pemilu serentak pada 14 Februari
2024.

Rakyat kian cerdas membaca fenomena politik. Tak mudah percaya begitu
saja dengan nyanyian elite pengusung penundaan pemilu dengan alasan yang
terkesan dibuat-buat. Pasti ada hal penting yang disembunyikan, mungkin juga
dipertaruhkan, demi sustainabilitas hidup politik mereka ke depan. Sikap elite
partai politik yang menyetujui penundaan pemilu sangat mencurigakan, serba
mendadak, dan gerakannya terkonsolidasi dengan baik.

Menyudahi kekisruhanTak ada cara lain, partai politik pengusul penundaan


Pemilu 2024 mesti menyudahi kekisruhan. Tak bagus bagi kesehatan demokrasi di
tengah indeks persepsi demokrasi yang melaju pelan. Menunda pemilu bukan
solusi bangsa. Malah menambah beban masalah yang kian bertumpuk. Menunda
pemilu tak membuat rakyat kenyang. Cukup sudah bangsa ini lelah menghadapi
rumitnya hidup efek badai covid-19. Tak pelu lagi ditambah wacana yang tak ada
kaitannya dengan kesejahteraan rakyat.

Apa pun motifnya, sejumlah partai politik yang meminta pemilu ditunda
bentuk pikiran inkonstitusional. Mengebiri demokrasi di tengah rezim
presidensialisme dengan siklus pemilu lima tahunan tanpa bisa disela oleh
kepentingan apa pun. Pemilu reguler diselenggarakan lima tahun sekali dengan
alasan stabilitas politik. Sebagai jalur kompromi dari berbagai kepentingan politik.
Jangan lagi diutak-atik demi secuil kepentingan segelintir kelompok tertentu.

Menunda pemilu bukan hanya tak ajek bagi demokrasi, melainkan juga
bagian dari menggali kubur sendiri, bagi partai politik dan aktornya. Bagi PKB dan
Golkar yang ingin mengusung ketua umum mereka maju pilpres tentu langkah
blunder. Alih-alih meraup simpati yang didapat malah sebaliknya. Banjir kecaman
dan hujatan datang tanpa henti. PAN meski tak punya jagoan pilpres, tapi sangat
merusak citra partai. Beruntung bangsa ini memiliki kelompok kritis yang terus
berdenyut. Selalu pasang badan melawan elite politik yang kerap zig-zag
bermanuver merusak kualitas demokrasi serta mengabaikan suara rakyat. Sambil
lalu rakyat tanpa henti berharap, partai politik pendukung pemerintah lainnya,
seperti PDIP, Gerindra, NasDem, dan PPP konsisten menolak wacana menunda
Pemilu serentak 2024. Kini, bola liar menunda Pemilu 2024 ada di tangan elite
partai politik.

b. Rumusan masalah
1. Apakah pengadilan negri Jakarta pusat berhak untuk menunda pemilu
melalui yurisprudensi?

BAB II PEMBAHASAN

1. Pembahasan

Berdasarkan UUD 1945, pemilu harus dilaksanakan lima tahun sekali. Jadi,
Pemilu 2024 tak bisa ditawar. Karena itu daripada berdebat soal putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, lebih baik fokus ke persiapan Pemilu 2024.
Pembatasan masa jabatan Presiden maksimal 2 periode. Maknanya Mahkamah
Konstitusi menegaskan bahwa sesuai UUD NRI 1945, Pemilu termasuk Pemilihan
Presiden tetap dilaksanakan pada tahun 2024, lima tahun sesudah diadakannya
Pemilu yang terakhir tahun 2019, bukan diundur hingga 2025 seperti yang
kemudian diputuskan oleh PN Jakarta Pusat. Hakim yang menguasai masalah
Pemilu tentunya memahami esensi keputusan MK yang bersifat final dan mengikat
itu, sehingga tidak malah membuat putusan yang tidak sejalan dengan Konstitusi
dan putusan Mahkamah Konstitusi.

HNW mengatakan putusan yang membuat gaduh ini mestinya tidak dibuat,
karenanya penting segera dikoreksi dan dibatalkan di tingkat banding oleh
pengadilan tinggi. HNW mengapresiasi sikap KPU yang langsung menyatakan
banding, itu berarti putusan PN itu belum mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat, sehingga tahapan Pemilu tetap harus terus dilaksanakan. Berharap KPU
dapat benar-benar menjadikan peristiwa gugatan ini sebagai koreksi atas celah
ketidak profesionalannya, agar tidak terulang lagi pada tahapan Pemilu berikutnya.
Dan agar KPU benar-benar fight untuk menjaga agar agenda Pemilu tidak
terganggu, dan ketentuan Konstitusi tetap ditaati. Dan juga perlu ada perbaikan
bagi KPU agar kinerja selanjutnya lebih profesional dan tidak melakukan
kesalahan yang berpotensi membuat gaduh dan terhambatnya pelaksanaan Pemilu,
juga menghindarkan tidak percayanya Rakyat terhadap Pemilu dan untuk
menyelamatkan legitimasi hasil Pemilu. Bagi KPU agar kinerja selanjutnya lebih
rofessional dan tidak melakukan kesalahan yang berpotensi membuat gaduh dan
terhambatnya pelaksanaan Pemilu, juga menghindarkan tidak percayanya Rakyat
terhadap Pemilu dan untuk menyelamatkan legitimasi hasil Pemilu.

BAB III KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan UUD 1945, pemilu harus dilaksanakan lima tahun sekali. Jadi,
Pemilu 2024 tak bisa ditawar. Karena itu daripada berdebat soal putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, lebih baik fokus ke persiapan Pemilu 2024.
Menunda pemilu, bukan berarti otomaticly memperpanjang masa jabatan presiden,
DPR, dan DPD. Di situlah letak titik rawan yang bisa menimbulkan goncangan
besar. Semua kepentingan politik potensial tarung bebas saling berkelahi berebut
kekuasaan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.id/baca/opini/2023/03/09/pengadilan-negeri-jakarta-pusat-
menunda-pemilu

https://www.ugm.ac.id/id/berita/23526-pakar-ugm-putusan-penundaan-pemilu-
dari-pn-jakarta-pusat-berpotensi-melanggar-konstitusi

Anda mungkin juga menyukai