Anda di halaman 1dari 3

Opini Tentang Putusan Penundaan Pemilu 2024

NAMA : Musthofa Pratama

NPM : 2107350194

Dosen : Ibu Agnes Fitriantica,S,.H,M,.H.

Matkul : Peradilan Tata Usaha Negara

Opini saya tentang putusan penundaan pemilu pada tahun 2024 yang dilaksanakan
pada pengadilan negeri jakarta pusat, menurut saya jikalau putusan tersebut
diteruskan kepengadilan tinggi negeri dki jakarta yang alibinya bakal disetujui jikalau
kpu memberikan bukti atau keterangan yang memungkinkan untuk menguatkan
berkas sebagai salah satu syarat penundaan pemilu pada tahun 2024.

Penundaan pemilu 2024 bukan hanya memperpanjang masa jabatan presiden dan
wakil presiden tetapi juga memperpanjang masa jabatan anggota parlemen, seperti
DPRD , DPD, dan DPR, yang memungkin jabatan struktural lainnya juga
dipemerintahan.

Hal ini karena Indonesia menerapkan konsep pemilu serentak untuk memilih
presiden dan wakil presiden, serta memilih anggota dewan atau legislator,
sebagaimana yang diatur dalam UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, yang
merupakan implementasi dari Putusan Mahkamah Konstitusi No. 14/PUU-XI/2013.

Kewajiban melaksanakan pemilu untuk memilih presiden, wakil presiden, beserta


anggota parlemen telah diatur secara konstitusional di dalam Pasal 22E ayat (1) dan
ayat (2) UUD 1945. Pasal tersebut secara tegas telah mengatur bahwa pelaksanaan
pemilu dilaksanakan setiap lima tahun sekali.
Adapun jika dilakukan perubahan konstitusi melalui amandemen UUD 1945 untuk
melegalisasikan penundaan pemilu 2024, hal itu justru bertolak belakang dengan
konsep konstitusi itu sendiri karena perubahan konstitusi tidak boleh dilakukan
hanya untuk kepentingan elit tertentu saja. Perubahan konstitusi harus dilakukan
demi kepentingan semua kalangan di suatu bangsa.

Usaha menunda pemilu merupakan pengkhianatan terhadap demokrasi. Jika


berhasil, usaha itu akan menarik mundur sistem ketatanegaraan ke masa reformasi
1998, yang otoriter dan korup, sehingga banyak menimbulkan polemik yang akan
terjadi masyarakat luas tentang hal tersebut, jika masih terus dilaksanakan
penerapannya.

UU No.7 Tahun 2017 tentang Pemilu mengatur ada 2 jenis penundaan pemilu.
Pertama, pemilu lanjutan, digelar dalam hal sebagian atau seluruh wilayah NKRI
terjadi kerusuhan, gangguan keamanan, bencana alam, atau gangguan lainnya yang
mengakibatkan sebagian tahapan penyelenggaraan pemilu tidak dapat
dilaksanakan.

Misalnya seperti pada tahap kampanye di daerah terjadi force majeure, seperti
bencana alam, maka tahapan pemilu harus terhenti. Ketika situasi sudah kondusif
pelaksanaan pemilu dilanjutkan sesuai tahapan berikutnya.

Menurut pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara. Republik Indonesia Tahun
1945 menyatakan bahwa "kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar". Makna dari "kedaulatan berada di tangan rakyat"
dalam hal ini ialah bahwa rakyat memiliki kedaulatan, tanggung jawab, hak dan
kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk
pemerintahan guna mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta
memilih wakil-wakil rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Perwujudan
kedaulatan rakyat dimaksud dilaksanakan melalui pemilihan umum secara langsung
sebagai sarana bagi rakyat untuk memilih wakil-wakilnya yang akan menjalankan
fungsi melakukan pengawasan, menyalurkan aspirasi politik rakyat, membuat
undang-undang sebagai landasan bagi semua pihak di Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam menjalankan fungsi masing-masing, serta merumuskan anggaran
pendapatan dan belanja untuk membiayai pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut.
Sesuai ketentuan Pasal 22E ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
diselenggarakan berlandaskan azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
setiap lima tahun sekali. Pemilihan umum dimaksud diselenggarakan dengan
menjamin prinsip keterwakilan, yang artinya setiap orang Warga Negara Indonesia
terjamin memiliki wakil yang duduk di lembaga perwakilan yang akan menyuarakan
aspirasi rakyat di setiap tingkatan pemerintahan, dari pusat hingga, ke daerah.

Selain hal tersebut , jikalau usulan penundaan Pemilu 2024 secara fundamental
dianggap melecehkan konstitusi dan merampas hak rakyat. Sebab, menurut Pasal 7
UUD 1945 ditegaskan, pemilu presiden dan wakilnya diselenggarakan dalam waktu
lima tahun sekali.

Anda mungkin juga menyukai