Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“Demokrasi Indonesia”

=>Politik Uang ( Money Politics ) Dalam Pemilihan Umum<=

OLEH

KELOMPOK : IV (EMPAT)

KELAS :A

INDIKE J. E. MANNO (1922511019)

LINA RUBA (1922511006)

DAMIANUS FIRNO (1922511025)

MARLON N. NAITBOHO (2022512048)

ELISABET MAUBILA (1922511008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul politik
keuangan dalam pemilihan umum tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu ,kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca guna untuk menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................I

KATA PENGANTAR...........................................................................................................II

DAFTAE ISI........................................................................................................................III

BAB I

PENDAHULUAN................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................6
C. TUJUAN MAKALAH.............................................................................................6

BAB II

PEMBAHASAAN.................................................................................................................7

A. Politik Uang................................................................................................................7
B. Bentuk-bentuk Money Politics/ politik uang..............................................................7
C. Strategi Money Politics/politik uang dalam pemilu....................................................8
D. Faktor yang Mempengruhi Politik uang/money Politics............................................9
E. Solusi untuk Mencegah terjadinya Money politics / politik uang............................10

BAB III

PENUTUP............................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan............................................................................................................12

3.2 Saran.......................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945) amandemen IV yang menyebutkan bahwa
"Negara Indonesia adalah negara hukum”, dengan kata lain konstitusi UUD 1945
telah menempatkan hukum dalam posisi yang tertinggi dan menentukan dalam sistem
ketata negaraan pemerintah Indonesia. Prinsip negara hukum dilihat dari aspek
pelaksanaan hukum yang mengandung arti, segala tindakan pemerintah dan tindakan
masyarakat harus selalu sesuai dengan hukum yang berlaku, maka setiap tindak
pidana yang terjadi seharusnya diproses melalui jalur hukum, jadi hukum dipandang
sebagai satu-satunya cara penyelesaian terhadap suatu tindak pidana. Konsep negara
hukum yang berkedaulatan rakyat pada intinya mengandung dua dimensi, yakni:
a. Dimensi kedaulatan hukum yang menghendaki seluruh aktivitas kehidupan
ketatanegaraan harus tunduk pada hukum. Hukum harus menjadi landasan bagi
sikap tindakan negara (asas legalitas).
b. Dimensi kedaulatan rakyat yang menghendaki rakyatlah yang memegang
kekuasaan tertinggi di dalam negara dan menentukan aturan main melalui
perangkat-perangkat hukum yang ada.

Berdasarkan dua dimensi tersebut di atas kedaulatan Negara Kesatuan Republik


Indonesia selanjutnya disebut NKRI adalah berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar, hal ini terdapat dalam ketentuan Pasal 1 ayat (2)
UUD 1945: “Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar.”

Negara Indonesia sebagai negara hukum, sebagaimana juga tercermin dalam UUD
1945, maka dalam penyelenggaraan pemilu yang tercermin di dalam Pasal 22E ayat
(1) UUD 1945: “Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.”

Sedangkan menurut (Janedjri dan M. Gaffar 2012: 75)“Pemilu merupakan salah


satu bentuk dan cara yangpaling nyata untuk melaksanakan demokrasi sebagai
perwujudan kedaulatan rakyat, maka rakyat melalui Pemilihan Umum akan memilih
pemimpinnya. Jika demokrasi diartikansebagai pemerintahan dari, oleh, dan untuk
rakyat, sehingga cara rakyat untuk menentukan pemerintahan itu dilakukan dengan
Pemilu”.

Melalui pemilu yang diselenggarakan dengan LUBER (Langsung, Umum, Bebas


dan Rahasia) dan JURDIL (Jujur dan Adil), secara tidak langsung rakyat dapat
melakukan sirkulasi pergantian pemerintahan dengan jalan damai tanpa merusak
tatanan dan aturan main yang sudah disepakati bersama. Bagi bangsa-bangsa yang
beradab, pemilu sebagai sebuah instrumen bagi pembentukan modern dan demokratis,
karena mereka percaya bahwa melalui pemilu itu pemerintahan dapat berjalan lebih
mulus, dibandingkan dengancara-cara dan tindakan kekerasan masal yang lebih
mengedepankan radikalisme.(Piliang 2001: 61)

Sebagaimana menurut UU No.7 Tahun 2017 Tentang Pemilu, “Pemilu sebagai


sarana pelaksanaan kedaulatan rakyatdalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Pemilihan umum di Indonesia diadakan
setiap lima tahun sekali, yang telah berlangsung sejaktahun 1955. Pemilihan umum
diselenggarakan secara demokratis dan transparan, jujur dan adil dengan mengadakan
pemberian dan pemungutan suara secara langsung, umum,bebasdan rahasia.
Kemudian setelah sukses bangsa Indonesia menyelenggarakan Pemilu 2014 secara
langsung, maka disusuldengan pemilihan di tingkat lokal, yakni pemilihan
kepaladaerah (Pilkada) secara langsung. (Djoko Sukarto dkk 2015:235)

Dengan adanya pemilu masyarakat memiliki wewenang untuk memilih secara


lang siapa yang layak untuk menjadi seorang pemimpin baik di tingkat pusat sampai
ke tingkat daerah. Pemilihan secara langsung akan membuat para calon pememimpin
pada kontestasi pemilu melakukan berbagai cara agar menarik simpati masyarakat
untuk dapat memilihnya. Bahkan dengan cara-cara yang melanggar konstitusi turut di
lakukan. Seperti halnya yang sering terjadi di dalam kalangan masyarakat pada masa
pemilu berlangsung yaitu politik uang.

Politik uang (Money Politics) merupakan tindakan pemberian uang atau barang,
atau fasilitas tertentu, dan janji kepada para orang-orang tertentu agar seseorang dapat
dipilih apakah misalnyamenjadi kepala daerah/wakil kepala daerah. Ada banyak
carapolitik uang dilakukan oleh para kandidat.
Politik uang merupakan tindakan yang di larang di dalam kontstitusi di antaranya
larangan politik uang di bahas di dalam UU No 7 Tahun 2017 pasal 280 Huruf J yang
menyebutkan bahwa “pelaksana, peserta, dan tim kampanye pemilu dilarang
menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainya kepada peserta kampanye
pemilu”.pelaksana, peserta, dan tim kampanye pemilu apabila melanggar ketentuan
dari pasal 280 Huruf J di atas maka akan dikenakan tindakan pidana sebagaimana
yang di sebutkan pada Pasal 523 UU No 7 Tahun “ Ayat 1 setiap pelaksana,peserta,
dan/atau tim kampanye pemilu dilarang menjanjikan atau memberikan uang atau
materi lainya sebagai imbalan kepada peserta kampanye pemilu secara langsung
ataupun tidak secara langsung sebagaimana yang di sebutkan dalam ayat 280 huru J
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp
24.000.000.00 (dua puluh empat juta rupiah. Ayat 2 setiap pelaksana,peserta, dan/atau
tim kampanye pemilu y ang dengan sengaja pada masa tenang menjanjikan atau
memberikan imbalan uang atau materi lainya kepada pemilih secara langsung ataupun
tidak secara langsung sebagai mana yang di sebutkan dalam pasal 278 ayat 2 di
pidana penjara paling lama 4 tahun dan denda paling banyak Rp.48.000.000.00
(empat puluh delapan juta rupiah). Ayat 3setiap orang yang dengan sengaja pada hari
pemungutan suara menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainya kepada
pemilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih peserta pemilu tertentu
di pidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp.36.000.000.00 ( tiga puluh enam juta rupiah).”

Tindakan pidana politik uang sebagaimana yang telah di sebutkan di atas tidak
hanya di peruntukan kepada pemberi uang melainkan penerima uang dalam pemilu
akan di kenakan hukum pidana penjara berdasrkan pada UU No 10 tahun 2016 Pasal
187a ayat 1 dan 2 “ Ayat 1 setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan
melawan hukum menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainya sebagai
imbalan kepada warga negara indonesia baik secara langsung atau tidak secara
langsung untuk mempengaruhi pemilih agar tidak menggunakan hak pilih dengan cara
tertentu sehingga suara menjadi tidak sah, memilih calon tertentu sebagaimana yang
dimaksud pasal 73 ayat 4 di pidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga
puluh enam) bulan maksimal 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp.
200.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu
milyar rupiah). Ayat 2 pidana yang sama di terapkan kepada pemilih yang dengan
sengaja melakukan perbuatan melawan hukum menerima pemberian atau janji
sebagaiman yang di maksud pada ayat (1).”

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Politik uang ( money politics) ?
2. Apa saja Bentuk-bentuk politik uang ( Money Politics)?
3. Apa saja Strategi politik uang( money Politics) dalam pemilihan umum ?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi politik uang ( money politics) ?
5. Apa saja solusi yang di bangun untuk mengatasi terjadinya politik uang ( money
politics) ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu politik uang!
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk politik uang!
3. Untuk mengetahui strategi apa saja yang di gunakan dalam politik uang/money
politics!
4. Untuk mengetahui faktor-haktor yang mempengaruhi terjadinya politik uang !
5. Untuk mengetahui solusi yang di lakukan untuk mengatasi adanya politik uang/
money politics!
BAB II

PEMBAHASAN

A. Politik Uang
Secara umum politik uang diartikan sebagai seni untuk memperoleh
kemenangan dalam memperebutkan kekuasaan. Sedangkan uang politik hanya
sebagai akses untuk memperoleh kemenangan tersebut Sumartini (dalam Hastutidkk,
2012, hlm. 4). Sedangkan menurut Ismawan politik uang diartikan sebagai upaya
mempengaruhi perilaku orang lain dengan menggunakan imbalan tertentu atau bisa
dikatakan sebagai jual beli suara pada proses politik demokratisasi atau pemilihan
umum seperti pemilihan tingkat nasional maupun pemilihan tingkat desa (Ismawan,
1999, hlm. 5).
Dalam perjalanannya bahwa politik uang ini merupakan tindakan membagi-
bagikan uang, barang dan jasa sudah mengalami pembiasan makna. Sedangkan
batasan pelaku politik uang menurut Ismawan adalah orang yang memberi uang
politik baik kandidat, pendukung atau tim sukses dan penerima uang politik dalam
bentuk apapun. Politik uang dilakukan dengan sadar oleh pihak-pihak yang
melakukan praktik politik uang (Ismawan, 1999, hlm. 5).
Dengan demikian Money Politics adalah suatu bentuk pemberian atau janji
menyuap seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih
maupun supaya ia menjalankan haknya denga cara tertentu pada saat pemilihan
umum. Pemberian bisa dilakukan menggunakan uang atau barang.
Politik uang umumnya dilakukan untuk menarik simpati para pemilih dalam
menentukan hak suaranya tiap pemilihan umum. Berdasarkan pemikiran tersebut
dapat dikatakan bahwa Money Politics yang digunakan bisa berupa uang ataupun
barang dengan tujuan untuk menarik simpati para pemilih.Dengan adanya beberapa
klasifikasi pemilih sehingga diperlukan untuk menentukan sasaran khalayak yang
kiranya sangat mudah untuk dipengaruhi agar calon kandidat bisa memenangkan
kampanyenya untuk mengambil kekuasaan tersebut.
B. Bentuk-Bentuk Money Politics
Ahmad(dalam Rasail. 2006: 24.) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk Money
Politics, sebagai berikut :
1. Berbentuk Uang (Cash Money)
Dalam masyarakat, tidak terkecuali masyarakat religius, uang memang diakui
sebagai senjata politik ampuh yang sangat strategis untuk menaklukkan
kekuasaan. Karena, pada dasarnya uang merupakan saudara kembar kekuasaan.
Uang merupakan faktor penting yang berguna untuk mendongkrak personal
seseorang, sekaligus untuk mengendalikan wacanastrategis terkait dengan sebuah
kepentingan politik dan kekuasaan. Dimana, seseorang leluasa mempengaruhi dan
memaksakan kepentingan pribadi dan kelompoknya pada pihak lain melalui
berbagai sarana, termasuk uang.
2. Berbentuk fasilitas umum
Politik pencitraan dan tebar pesona lazim dilakukan oleh para calon untuk
menarik simpati masyarakat didaerah pemilihannya. Hal ini tidak saja
menguntungkan rakyat secara personal, namun fasilitas dan sarana umumjuga
kebagian “berkah”. Politik pencitraan dan tebar pesona melalui “jari yahpolitis”
ini tidak hanya dilakukan oleh calon-calon yang baru, tetapi juga oleh para calon
yang berniat maju kembali di daerah pemilihannya. Instrument yang dijadikan alat
untuk menarik simpati masyarakat dengan menyediakan semen, pasir, besi, batu
dan sebagainya. Fasilitas dan sarana umum yang biasa dijadikan Jariyah Politis,
yaitu: Pembangunan Masjid, Mushalla, Madrasah, jalan-jalan kecil (gang-gang),
dan sebagainya.

C. Strategi Money Politics dalam Pemilihan Umum


Dedi Irawan(Maret, 2015:3-4) mengatakan bahwa terdapat beberapa strategi-
strategi Money Politics, sebagai berikut:
a. Serangan fajar
Serangan fajar adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bentuk politik uang
dalam rangka membeli suara yang dilakukan oleh satu ataubeberapa orang untuk
memenangkan calon yang bakal menduduki posisi sebagai pemimpin politik.
Serangan fajar umumnya menyasar kelompok masyarakat menengah ke bawah
dan kerap terjadi menjelang pelaksanaan pemilihan umum.
b. Mobilisasi massa
Mobilisasi massa biasa terjadi pada saat kampanye yang melibatkan
penggalangan massa dengan iming-imingan sejumlah uang untuk meramaikan
kampanye yang diadakan oleh partai politik. Penggunaan uang biasanya untuk
biaya transportasi, uang lelah serta uang makan, dengan harapan massa yang
datang pada saat kampanye akan memilihnya kelak.
Dalam hal inilah biasanya terjadi fenomena pembelian pengaruh, dengan
instrumen para tokoh masyarakat yang dijadikan vote getter untuk mempengaruhi
pemilih sesuai dengan pesanan kandidat. Tidak dapat dipungkiri bahwa
masyarakat saat ini mau mengikuti kampanye dengan cuma-cuma. Sebagian
masyarakat meminta uang makan dan bayaran untuk mengikuti kampanye akbar
dan sebagainya. Bahwasanya Undang-Undang Nomor 10 tahun 2012 yaitu dalam
hal pelaksana kampanye tidak diperkenakan menjanjikan atau memberikan uang
atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta kampanye secara langsung
ataupun tidak langsung.
Dalam hal ini, baik strategi melalui serangan fajar ataupun mobilisasi massa
yang dilakukan oleh para tim kampanye untuk menarik simpati para pemilih bisa
diberikan sebelum masa kampanye, saat masa kampanye, pada masa tenang,
ataupun malam hari menjelang esoknya datang ke TPS serta bisa juga dengan
cara meramaikan kampanye akbar berupa jalan sehat, panggung hiburan, patroli,
dll.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Money Politics dalam
Pemilihan Umum
Jika dilihat dari masyarakatnya, ada beberapa faktor mengapa banyak rakyat
yang terlibat dalam politik uang, antara lain:
a. Kemiskinan
Sebagaimana kita ketahui, angka kemiskinan di Indonesia cukup tinggi.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi tidak mampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikandan pekerjan. Kondisi miskin
tersebut seperti memaksa dan menekan sebagian masyarakat untuk segera mendapat
uang. Money Politics menjadi ajang para masyarakat untuk berebut uang. Mereka
yang menerima uang terkadang tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterima
yaitu, tindakan suap dan jual beli suara yang jelas melanggar hukum. Yang terpenting
adalah mereka mendapat uang dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Rendahnya Pengetahuan Masyarakat Tentang Politik
Tidak semua orang tahu apa itu politik, bagaimana bentuknya, serta apa yang
ditimbulkan dari politik. Itu semua bisa disebabkan karena tidak ada pembelajaran
tentang politik di sekolah-sekolah ataupun masyarakatnya sendiri yang memang acuh
terhadap politik di Indonesia. Sehingga ketika ada pesta politik, seperti pemilu,
masyarakat tersebut akan bersikap acuh dengan pemilu. Tidak mengenal partai, tidak
masalah. Tidak tahu calon anggota legislatif, tidak masalah. Bahkan mungkin, tidak
ikut pemilu pun tidak masalah.Kondisi seperti ini menyebabkan maraknya politik
uang.
Masyarakat yang acuh dengan pemilu dengan mudah menerima pemberian
dari para peserta pemilu.Politik uang pun dianggap tidak masalah bagi mereka.
Mereka tidak akan berpikir jauh ke depan bahwa uang yang diberikan itu suatu saat
akan ditarik kembali oleh para calon kandidat yang nantinya terpilih. Mereka tidak
menyadari adanya permainan politik yang sebenarnya justru merugikan diri mereka
sendiri.
c. Kebudayaan
Saling memberi dan jika mendapat rejeki, tidak boleh ditolak.Begitulah
ungkapan yang nampaknya telah melekat dalam diri bangsa Indonesia.Uang dan
segala bentuk politik uang dari peserta pemilu dianggap sebagai rejeki bagi
masyarakat yang tidak boleh ditolak. Dan karena sudah diberi, secara otomatis
masyarakat harus memberi sesuatu pula untuk peserta pemilu, yaitu dengan memilih,
menjadi tim sukses, bahkan ikut menyukseskan politik uang demi memenangkan
peserta pemilu tersebut.

E. Solusi untuk Mencegah Terjadinya Money Politics dalam Pemilihan Umum


Seiring dengan maraknya Money Politics yang berkembang dalam kehidupan
politik di Indonesia saat ini, maka hal-hal buruk yang mencederai nilai-nilai dan etrika
dalam perpolitikan bangsa pun tidak dapat dihindari lagi, karena maraknya kasus-
kasus Money Politics yang sudah banyak dan juga banyak berdampak pada dunia
politik, maka dari itu pentingnya di adakan suatu tindakan yang berangsur-angsur
diharapkan dapat mengikis praktik Money Politics dengan cara melakukan hal
berikut :
1. Pendidikan Politik
Sadar ataupun tidak maraknya money politik telah banyak mengubah perpolitikan
bangsa, maka pendidikan politik harus lebih ditingkatkan lagi dan lebih
dikembangkan lagi, dengan cara memaksimalkan pendidikan yang ada dilembaga-
lembaga politik seperti : partai politik, organisasi masyarakat, masyarakat, bahkan
intansi pendidikan seperti sekolah diharapkan mampu kembali menerapkan pola
pendidikan yang baik untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya politik,
dan mengubah budaya negatif seperti money politik dalam kehidupan politik
rakyat Indonesia.
2. Memperbaiki Sistem Pendidikan
Terlihat jelas bahwa sistem pendidikan yang terjadi di negara kita adalah sistem
yang lebih banyak mementingkan akademis, tanpa menghiraukan segi non
akademis dan etika, ini merupakan ketidak berhasilan sistem, maka dari itu perlu
pembaharuan di sistem politik, dari analisis pustaka yang telah dilakukan maka
sistem pendidikan yang baik harus termuat dalam pola :
a. Mengedepankan Agama dan etika, salah satu faktor dari praktik-praktik
negatif yang terjadi salah satunya adalah Money Politics, kebanyakan
disebabkan karena pengetahuan agamanya dan etikanya kurang, karena
apabila pengetahuan agama dan etika dari dalam diri seseorang itu sudah
ditanamkan dalam-dalam maka hal-hal yang bersifat negatif cenderung lebih
sedikit terjadi dalam praktik politik.
b. Keseimbangan antara akademis dan nonakademis, sudah banyak instansi
pendidikan yang melakukan cara ini, cara ini dinilai lebih cenderung berhasil,
dikarenankan adanya dua sisi yang saling menopong antara akademis
nonakademis. Maka dari itu instansi pendidikan harus segera menerapkan pola
ini dalam sistem pendidikan.
c. Teori dan Praktek, banyak ditemui sistem pendidikan yang lebih
mengedepankan teori dibandingkan pratek, namun faktanya cara tersebut
dinilai kurang efisien, teori dan praktek seharusnya disejajarkan, apabila teori
saja tanpa dibubuhi dengan praktek akan menghasilkan kepincangan, begitu
pula dalam pendidikan politik, yang pada dasarnya lebih banyak praktek maka
pola yang bagus tditerapkan apabila ingin menciptakan budaya politik yang
baik adalah keseimbangan antara teori dan praktek.
3. Sosialisasi Politik
Pendidikan dan sosialisasi politik adalah dua jurus yang diharapkan mampu
menjadi senjata dalam memberantas praktek budaya money politik ini, karena
sosilisasi lebih terkhusus pada penyuluhun tentang sistem, budaya dan segala hal
yang menyangkut politik, maka diharapkan nantinya sosialisasi politik dapat
menajdi magnet untuk merubah budaya money politik yang sangat meresahkan,
dan sistem serta budaya politik bangsa semakin membaik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Politik uang umumnya dilakukan untuk menarik simpati para pemilih
dalammenentukan hak suaranya tiap pemilihan umum.Berdasarkan pemikiran tersebut
dapat dikatakan bahwa Money Politics yangdigunakan bisa berupa uang ataupun
barang dengan tujuan untuk menarik simpati para pemilih.Dengan adanya beberapa
klasifikasi pemilih sehingga diperlukan untuk menentukan sasaran khalayak yang
kiranya sangat mudahuntuk dipengaruhi agar calon kandidat bisa memenangkan
kampanyenya untuk mengambil kekuasaan tersebut. Ada beberapa bentuk money
politiss menurut Ahmad ( dalam Rasail 2006: 24) yaitu pertama berbentuk uang dan
yang kedua berbentuk fasilitas umum. Menurtut Dedi Irwan ada dua strategi dalam
politik uang yaitu serangan fajar dan mobilisasi massa. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya politik uang yaitu : kemiskinan, rendahnya pengetahuan
masyarakat tentang politik, dan budaya lama yaitu ketika orang memberikan uang
dianggap rejeki dan sebagai balas budinya yaitu meberikan hak suaranya untuk
peserta pemilu yang memberikan uang tersebut. Solusi yang di ambil untuk mencegah
terjadinya politik uang ini ialah dengan menrapkan pendidikan politik, memperbaiki
sistem pendidikan dan sosialisasi politik.

B. Saran
Dengan adanya pendidikan politik di harapakn untuk mengerti dan mengetahui
dampak yang di timbulkan akibat adanya politik uang . karena politik uang dapat
merusak demokrasi Indonesia .
DAFTAR PUSTAKA

Ar Rasyid, Harun, Fikih Korupsi, Analisis politik Uang di Indonesia dalam Perspektif

Maqashid al Syariah.

Astuti, Ngudi, Pancasila dan piagam Madinah, Cet.1, Jakarta : Media Bangsa, 2012.

Aziz Dahlan, Abdul, Ensiklopedi Hukum Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta: Jilid V,

1998.

Bagus Perdana, Ananta, “ Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Money Politics Yang

Dilakukan Para Calon Legislatif Pada Pemilu Tahun2014 Fakultas syariah dan
Hukum Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2014.

Barakatullah, Abd.Halim, dan Teguh Prasetyo,Hukum Islam menjawab tantangan zaman

yang terus berkembang, Jogjakarta :Pustaka pelajar, 2006.

Budiardjo, Miriam, Dasar Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Danius, Ebin, Politik Uang dan Uang Rakyat, Universitas Halmahera, 1999, dalam

www.uniera.ac.id/pub/1/1/. Diakses 5 januari 2017.

Hamid, Pilkada, Money Politics and the Dangers of “Informal Governance, The Indonesian

Institute of Sciences, Jakarta : LIPI, 2009.

Ismawan, Indra, Money Politics: Pengaruh Uang Dalam Pemilu (cet. ke-1), Yogyakarta:

Media Presindo, 1999.

Anda mungkin juga menyukai