Anda di halaman 1dari 24

Atur Cara Kehidupan (peresuk), Praktik Keseharian dan

Sistem Kepemimpinan

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok


pada mata kuliah “Budaya Melayu”.

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Hasnah Faizah AR, M. Hum

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Amelsa Hartati 2105113233


Bucika Putri Pramadani 2105113135
Diva Zahira 2105135672

Program Studi Bimbingan dan Konseling


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau Pekanbaru 2021
PRAKATA

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan
berkat dan rahmat-Nya lah pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah
kelompok yang berjudul “Atur Cara Kehidupan, Praktik Keseharian, dan
Sistem Kepemimpinan”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam mata kuliah “Budaya Melayu” di program studi
Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Riau.
Ucapan terima kasih pun pemakalah sampaikan kepada dosen
pengampu mata kuliah yaitu Prof. Dr. Hasnah Faizah AR, M. Hum karena atas
pemberian tugas makalah ini pemakalah bisa lebih banyak memperoleh ilmu
dan pengetahuan tentang apa saja Budaya Melayu Riau.
Pemakalah menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, namun pemakalah berharap dengan
ketidaksempurnaan tersebut bisa menjadi bahan perbaikan di masa yang
akan datang.

Pekanbaru, 24 Februari 2022

Tim Pemakalah

Budaya Melayu |
DAFTAR ISI

PRAKATA.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................3
1.4 Sistematika Makalah.................................................................................................3
 BAB II...............................................................................................................................3
2.1 Permainan Rakyat.....................................................................................................4
2.2 Masakan Khas Melayu..............................................................................................8
2.3 Nilai – nilai dalam Makanan......................................................................................9
Pendahuluan.................................................................................................................12
Model Kepemimpinan Masyarakat Adat......................................................................12
Sifat – sifat Pemimpin...................................................................................................14
Pergantian Pemimpin...................................................................................................17
BAB III...............................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan............................................................................................................18
3.2 Saran......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

ii

Budaya Melayu |
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya merupakan jati diri suatu individu atau kelompok yang
merupakan warisan tradisi yang perlu dilestarikan. Budaya juga merupakan
gambaran karakter individu/kelompok yang membentuk kepribadian itu
sendiri. Seperti halnya Bahasa Melayu, pakaian Melayu dan permainan
tradisional yang merupakan bagian dari budaya melayu dan itu semua harus
di lestarikan sebagai bagian dari identitas/ jati diri budaya itu sendiri.
Adat Istiadat dan budaya Melayu Riau adalah seperangkat nilai-nilai
kaidah- kaidah dan kebiasaan yang tumbuh dan berkembang sejak lama
bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat yang telah
dikenal, dihayati dan diamalkan oleh yang bersangkutan secara berulang-
ulang secara terus- menerus dan turun-temurun sepanjang sejarah. adat
istiadat dan budaya Melayu Riau yang tumbuh dan berkembang sepanjang
zaman tersebut dapat memberikan andil yang cukup besar terhadap
kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Masyarakat Melayu dengan seiring berjalannya waktu dan kemajuan era
globalisasi telah mengalami proses perubahan dan pergeseran nilai-nilai
budaya Melayu yang islami. Sepanjang perubahan dan pergeseran nilai yang
dimaksud mengarah kepada kebaikan dan tidak menyimpang dari asas
keislamannya, tentu tidak menjadi masalah. Namun di banyak tempat
khususnya Pekanbaru, perubahan dan pergeseran itu justru mengarah
kepada pergeseran nilai budaya Melayu yang Islami, sehingga menimbulkan
krisis moral dan akhlak. Akibat dari pergeseran nilai budaya Melayu adalah
timbulnya berbagai kemaksiatan, prostitusi, minuman keras, perampokan,
pencurian, hujat-menghujat, caci-mencaci, perilaku kasar dan tidak ada
sopan santun, prasangka buruk dan lainnya sudah memudar dari nilai
budaya Melayu yang Islami. Oleh sebab itu dibutuhkannya pemimpin atau
kepala daerah yang dapat membawa masyarakat Melayu untuk mengingat

Budaya Melayu | 1
adat istiadat Melayu agar mereka tidak menyimpang dari ajaran budaya
Melayu tersebut serta mereka dapat menjaga adat atau warisan yang telah
diturunkan dari leluhur terdahulu.

Budaya Melayu | 2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan


masalahnya:
a. Apa pengertian dari permainan rakyat?
b. Apa saja permainan rakyat Melayu?
c. Apa saja makanan khas Melayu?
d. Bagaimana sistem kepemimpinan suku asli Melayu?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini ialah:


a. Untuk mengetahui atur cara kehidupan dan keseharian masyarakat
Melayu
b. Untuk mengetahui apa saja permainan rakyat Melayu
c. Untuk mengetahui apa saja makanan khas Melayu
d. Untuk mengetahui bagaimana system kepemimpinan suku asli Melayu

1.4 Sistematika Makalah

Makalah ini memiliki bagian isi dengan sistematika penulisan makalah


sebagai berikut :

 BAB I Pendahuluan
- Latar belakang
- Rumusan masalah
- Tujuan
- Sistematika makalah

 BAB II
- Pengertian Permainan Rakyat
- Contoh-contoh Permainan Rakyat
- Masakan Khas Melayu
- Nilai – nilai dalam Makanan Khas Melayu
- Jenis – Jenis Makanan Khas Melayu
- Model Kepemimpinan Masyarakat Adat
- Sifat- sifat Pemimpin
- Pergantian Pemimpin

Budaya Melayu | 3
 BAB III Penutup
- Kesimpulan
- Saran

Budaya Melayu | 4
BAB II

Atur Cara Kehidupan (peresuk) dan Praktik


Keseharian
2.1 Permainan Rakyat

Permainan rakyat adalah bagian dari tradisi tradisi lisan, pada hakikatnya
permainan tradisional. Permainan yang dimainkan secara tradisional yang
dimiliki oleh suatu komunal, yang meawariskan Dari generasi ke generasi secara
lisan. Permainan rakyat yang dimainkan dengan metode yang sederhana misalnya
berdasarkan gerak tubuh seperti lari dan lompat atau berdasarkan kegiatan sosial
sederhana seperti kejar-kejaran, sembunyi-sembunyian, berkelahi-kelahian; dan
sebagainya. Semuanya diekspresikan melalui gerakan fisik, nyanyian, dialog,
dialog-dialog tebak-tebakan, adu kecermatan dalam perhitungan, ketepatan dalam
menjawab, belajar komunikasi dan sebagainya.
Permainan rakyat umumnya dimainkan oleh anak-anak, namun dibeberapa
permainan tertentu dimainkan oleh laki-laki dewasa dengan kisaran jumlah
pemain sebanyak 2-15 pemain dan berumur 4 hingga 16 tahun. Beberapa
permainanan membedakan antara anak laki-laki dan perempuan, namun pada
permainan tertentu misalnya galah panjang, patok lele, kasti, catur Melayu, dan
ya oma ya oma tidak dibedakan anak laki-laki dan perempuan. Permainan rakyat
yang bersifat mengandalkan kekuatan fisik secara umum dimainkan oleh anak
laki-laki, misalnya permainan gasing atau sepak raga yang merupakan penerapan
dari suatu adat dan nilai sosial budaya yang dianggap tabu jika dimainkan anak
perempuan. Pada beberapa jenis tertentu, permainan rakyat dapat digolongkan
sehagai permainan sakral yang menggunakan kekuatan magis.
1. Gasing
Permainan gasing hampir ada di semua negeri rumpun Melayu, termasuk juga di
Riau dan Kepulauan Riau. Walaupun termasuk permainan yang terbilang tua,
namun Gasing masih eksis sampai sekarang. Sering dilakukan perlombaan,

Budaya Melayu | 5
kompetisi atau festival gasing, baik di Indonesia maupun di Malaysia. Gasing
adalah benda yang terbuat dari kayu. Bentuknya bulat seperti buah labu.
Bawahnya runcing. Sedangkan bagian atasnya seperti berkepala, berbentuk bulat,
yang disebut jambul, serta sedikit ada lehernya, yaitu lekukan kecil atau cuma
irisan antara badan dengan jambul gasing. Fungsi leher gasing untuk melilit tali
pemutar, gasing. Sedangkan bawahnya yang runcing untuk gasing berputar di
porosnya pada satu titik ketika dimainkan di atas tanah atau lapangan yang datar.
Kayu yang sering digunakan untuk membuat gasing antaranya kayu kempas,
kemuning, merbau, rambai, bebaru, durian atau kundang. Namun kayu yang
paling sesuai adalah merbau, seperti merbau tanduk, merbau darah, merbau johol
dan merbau keradah. Jenis kayu mudah dilarik tetapi tidak mudah serpih atau
merekah.
Selain itu kayu leban tanduk, limau, bakau, koran, sepan, penaga, keranji juga
bagus. Boleh juga dibuat dari kayu-kayu yang mudah didapati seperti manggis,
jambu batu, ciku atau sawo, asam jawa. Untuk mendapatkan gasing yang kuat
angkah dan tahan dipangkah orang selalu memilih teras kayu yang paling keras.
Teras adalah pungka atau bagian kayu yang paling keras di dalam batang kayu.
Sedangkan untuk yang paling scdcrhana tidak jarang pula dibuat dari kayu
Nangka untuk gasing mainan anak-anak. Semakin ahli seseorang membuat dan
meraut gasingnya akan semakin menarik bentuk dan ketunakan gasingnya ketika
dimainkan. Tali gasing pada masa dulu terbuat dari kulit bebaru, sekarang orang
sering menggunakan tali yang mudah didapat, seperti tali nilon dan sejenisnya.
Sebuah gasing yang hebat, ligat, tunak, lama berputarnya dan selalu menang
bila diadakan lomba berpangkah. Ada beberapa jenis perlombaan gasing, yaitu;
lomba gasing uri, lomba gasing pangkah, dan lomba main gasing paduk. Gasing
uri dipertandingkan untuk gasing yang tahan lama berputar, ligat, dan tunak
berputar pada porosnya di satu titik. Gasing pangkah dipertandingkan untuk adu
pangkah. Selain gasing uri dan gasing pangkah ada juga gasing pinang, yaitu
gasing yang digunakan untuk anak-anak.
Cara Bermain
Cara bermain gasing dimulai dengan melilitkan tali gasing di bawah jambulnya
sampai ke badan gasing hingga meliputi separuh atau nyaris seluruh badan

Budaya Melayu | 6
gasing. Berikutnya mengambil ancang-ancang. Gasing dipegang kuat dengan
tangan kanan. Setelah siap, dengan serta-merta gasing dicampakkan ke tanah
sambil menyentak talinya sekuat-kuatnya sehingga gasing itu meluncur ke tanah
sekaligus berputar seligat-ligatnya.
2. Main Rimau-rimau
Permainan dua orang yang mengambil posisi sebagai harimau dan seorang yang
diburu harimau. Sedangkan sekawan orang, lima sampai sepuluh orang, menjadi
pagar tempat orang melarikan diri dari kejaran atau terkaman harimau. Cara
bermainnya, sekawanan orang membentuk lingkaran dengan masing-masing
orang menggenggam tangan kawan di sebelahnya. Orang yang berposisi sebagai
orang yang dikejar harimau dan harimaunya berada di luar kandang. Ketika aba-
aba dibunyikan, sang harimau langsung mengejar orang yang ingin ditangkapnya.
Orang yang ingin ditangkap ini lalu melarikan diri. Bisa lari berkeliling lingkaran
atau langsung masuk lingkaran yang maksudnya sebagai pagar. Bila merasa tidak
kuat berlari dikejar harimau, orang yang dikejar bisa masuk ke pagar untuk minta
bantu menyelamatkan diri. Harimau yang kelaparan pun melanggar-melanggar
pagar untuk mencapai sang mangsa. Sementara tangan sekawanan orang yang
berfungsi sebagai pagar terus merapat barisan menghadang agar harimau tidak
bisa masuk. Sedangkan orang yang dikejar senantiasa diberi ruang dan lubang
untuk menyelamatkan diri atau melarikan badan. Posisi harimau dan orang yang
dikejar akan berganti bila sang harimau dapat menggapai atau mengejar orang
yang dikejar. Habis dua orang yang berperan sebagai harimau dan orang yang
dikejar harimau, lalu diganti pula oleh pasangan lain dari orang-orang yang
sebelumnya memainkan peran sebagai pagar.
3. Tam-tam Buku
Tam tam buku, seleret tiang batu
patah lembing, patah paku,
anak belakang tangkap satu ...
Permainan rakyat ini sangat dikenal pada masyarakat Melayu nusantara, juga di
Riau. Selalu dimainkan oleh anak-anak usia dini, anak-anak taman kanak-kanak
sampai anak-anak seusia sekolah lanjutan pertama. Suasana bermainnya sangat
meriah dan menggembirakan. Bukan saja bagi anak-anak yang bermain tetapi

Budaya Melayu | 7
juga bagi orang-orang yang menyaksikannya. Bentuk permainannya ada anak-
anak mengambil posisi seperti tangguk jermal dan anak-anak lainnya berposisi
seperti ikan-ikan yang terbawa arus masuk ke dalam hadangan jajar jermal dan
berakhir diciduk tangguk atau ambai jermal yang disentak.
Cara Bermain
Diawali dua orang anak mengambil posisi berhadapan sebagai tiang pancang
rerumahan jermal. Tangan masing-masing dua orang anak ini (A dan B) saling
menggenggam dengan jari-jari mereka saling bertautan. Di bawah tangan yang
berpegangan ini selain tampak seperti rerumahan jermal, juga tampak seperti
terowongan untuk dilalui orang-orang. Setelah rerumah jermal atau terowongan
siap, sekawanan anak-anak lainnya yang tidak ditentukan jumlah berderet
berjalan menunduk sambil tiap-tiap orang memegang bahu atau punggung atau
juga pinggang teman di depannya. Ketika berjalan sambil menunduk inilah
dinyanyikan lalu Tam Tam Buku. Bila lagunya sudah selesai lalu perangkap
ambai memerangkap.
4. Setatak
Permainan ini dapat dimainkan oleh siapa saja, khususnya anak-anak usia 6-12
tahun. Jumlah pemain yang diperlukan antara 2-4 orang, laki-laki atau
perempuan. Diperkirakan permainan ini berkembang di Riau sejak tahun 1930-
an, namun sekarang sudah jarang dimainkan. Permainan ini tidak memerlukan
banyak perlengkapan dan tempat khusus, karena dapat dimainkan di mana saja
asalkan berupa tanah lapang. Sedangkan alat yang diperlukan yaitu ucak atau
gacuk, yang terbuat dari pecahan piring atau pecahan tempayan yang telah
dihaluskan sisi tajamnya sehingga berbentuk membulat.
Cara Bermain
Persiapan permainan dilakukan dengan membuat gambar bidang setatak yang
terdiri dari sembilan petak. Melewati lapangan dari petak (1) menuju petak (9)
disebut dengan naik, sedangkan dari petak (9) menuju petak (1) disebut turun.
Cara bermain setatak adalah dengan melompati petak demi petak dengan sebelah
kaki dan tidak boleh menyentuh garis. Petak yang ada ucak-nya tidak boleh
dilompati oleh pemain, harus dilewati dengan dilangkau. Sebelum memulai
bermain, ucak diletakkan pada petak (1) semua. Petak yang berisi ucak lawan,

Budaya Melayu | 8
boleh kita tikam juga. Waktu mengambil bintang, ucak dilempar ke belakang
menuju petak bintang yakni: 6,7,8,9,5,4,3,2,1, dan tempat bintang. Petak
berbintang nantinya boleh dilompati dengan dua kaki oleh pemilik petak,
sedangkan lawan harus melewatinya.
5. Injit-injit Semut
Permainan tradisional enjit-enjit semut ini dulu populer di semua bumi Melayu,
baik di Sumatera maupun di Semenanjung Malaysia. Dulu dimainkan oleh anak-
anak tidak dengan pantun-pantun seperti yang dilakukan grup banda.
Permainannya: beberapa orang anak membuat sebuah kelompok. Lalu mereka
saling cubit mencubit atau saling jinjit-menjinjit pakai ujung kuku punggung
tangan temannya yang ditelungkupkan seraya menyanyi-nyanyi lagu "enjit-enjit
semut". Yang di atas mencubit yang di bawah. Siapa yang di bawah merasa sakit
naik ke atas, untuk mencubit tangan yang di bawahnya. Begitulah seterusnya.
Yang tidak tahan lagi, punggung tangannya panas atau perit, dibolehkan keluar
dari permainan. Permainan injit-injit semut lebih menanamkan prinsip kerja sama
atau kerja kelompok kepada anak-anak. Hal ini dapat mengajarkan betapa
pentingnya sesuatu itu dilakukan secara kompak. Kemudian permainan ini dapat
membentuk rasa toleransi atau tenggang rasa; bahwa dalam pergaulan hidup
harus tenggang-menenggang. Selain itu, injit-injit semut dapat menanamkan
sikap patriotik, bahwa dalam ingin mendapatkan sesuatu perlu perjuangan dan
kuat menahan rasa sakit.

2.2 Masakan Khas Melayu

Makanan Khas Daerah adalah makanan yang biasa dikonsumsi disuatu daerah
dan cocok dengan lidah masyarakat setempat. Cita rasa yang dimiliki berbeda
antara suatu daerah dengan daerah yang lainnya. Hampir semua makanan orang
Melayu dimasak dengan cara direbus, digoreng, dipanggang, disalai, dan dikukus.
Sebagian kecil pula diawet untuk tahan lama. Sebagian lagi dimakan mentah atau
dicelur. Orang Melayu kerap menggunakan rempah-rempah sebagai bumbu
masakan. Biasanya rempah-ratus ini ditumbuk atau digiling sebelum dimasak.
Bahan-bahan yang telah digiling atau ditumbuk ini dimasak dengan air atau
santan bersama-sama ikan, daging, sayur-sayuran, dan lain-lain.

Budaya Melayu | 9
Makanan khas dari Riau sendiri sebenarnya sangatlah banyak, yang masing-
masing masakan atau makanan atau bahkan minuman khas Riau memiliki cita
rasa dan ke-khasannya sendiri, Makanan bagi orang-orang Melayu juga
menciptakan identitas atau jati diri sebagai Melayu. Cita-rasa khas dalam suatu
makanan dianggap sebagai cerminan budaya sekelompok orang. Penamaannya
pun sering dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
orang Melayu.
Selain itu, makanan akan menjadi populer apabila cita-rasanya enak dan bersih,
maka seseorang akan mencari tahu tentang Melayu Adapun perubahan -
perubahan kreatifitas dalam menyajikan makanan atau minuman tersebut, itu
adalah upaya dalam meningkatkan daya minat pada masyarakat Riau sendiri
ataupun masyarakat lain dalam memperkenalkan makanan Khas Riau.

2.3 Nilai – nilai dalam Makanan

Dalam adat dan adab orang Melayu, nilai-nilai dalam makanan diatur mulai dari
tata cara meracik makanan atau pengolahannya, ketika memakan, dan setelah
makan. Aturan itu bersifatmutlak, maka orang Melayu berpantang bila memakan
makanan yang pengolahannya tak sesuai dengan adat dan adab Melayu. Selain
itu, penghargaan pada makanan juga sangat kental adanya. Misalnya ketika tuan
rumah menyajikan makanan dan minuman bagi tamunya, mestilah penyajian itu
ikhlas tulus. Maka, penghargaan tamu terhadap makanan dan minuman itu adalah
dengan segera memakannya.
Adapula adat dan adab yang menjadi aturan dalam makan bersama. Makan
bersama biasanya dianggap sebagai majelis, seseorang yang lebih dahulu selesai
makan tidak baik meninggalkan majelis sebelum semua orang selesai makan.
Dikalangan Melayu hulu sungai pula, ada larangan makan mengangkat pinggan.
Jika seseorang mengankat pinggan dalam jamuan makan (majelis), ia dianggap
sebagai orang tak tahu adat. Menyudahi makan dalam praktiknya seorang Melayu
mengucapkan syukur kepada Allah SWT.
Selain itu, pinggan makan yang digunakan mesti dibasahi dengan air basuh
tangan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah kaum perempuan dalam

Budaya Melayu | 10
menyuci perlengkapan makan. Pinggan yang kering, biasanya lebih susah
dibasuh, sebab sisa kuah dan minyak melekat dan mengeras. Perlakuan yang lain,
kaum laki-laki mengumpulkan perlengkapan makan di tengah majelis. Hal ini
untuk memudahkan tuan rumah, dalam mengangkat perlengkapan jamuan ke
dapur.

2.4 Jenis- Jenis Makanan

Berikut beberapa contoh makanan khas Melayu Riau :


1. Gulai Ikan Patin
Gulai Ikan Patin adalah makanan yang yang sangat cocok apabila dicampur
dengan buah Durian. Ciri khas Gulai Ikan Patin ini adalah kuahnya berwarna
kuning, dan memiliki potongan-potongan ikan Patin yang cukup besar.
2. Ikan Selais Asap
Ikan selais asap merupakan oleh-oleh khas Riau. Olahan ikan yang sudah
melalui proses pengasapan ini tentu tahan lama. Kita juga juga bisa memilih jenis
olahan hidangan pindang atau gulai. Proses pengasapan ikan inipun telah melalui
waktu pengolahan selama delapan jam. Tak heran jika tekstur ikannya sangat
renyah saat disantap.
3. Lopek Bugi
Lopek bugi yang merupakan makanan khas Riau yang berasal dari Kampar.
Bahan dasarnya terbuat dari ketan. Kuliner sederhana ini biasanya disajikan
sebagai cemilan. Walaupun termasuk makanan tradisional lopek bugi masih
sangat diminati oleh masyarakat. Di acara-acar besar cemilan ini pasti tidak akan
pernah ketinggalan.
4. Kue Asidah
Kue manis ini terbuat dari campuran bahan kayu manis, cengkeh, dan daun
pandan. Aroma kue ini akan terasa unik dengan cita rasa rempah yang kuat.
Uniknya, kue asidah juga dibentuk cantik seperti bentuk bunga, daun, atau bunga
mawar.
5. Cancilok

Budaya Melayu | 11
Cincalok adalah makanan khas Kalimantan Barat dan juga berkembang
di Kepulauan Riau ini berupa udang berukuran kecil yang proses fermentasinya
terjadi dengan bantuan mikrob. Salah satu mikrob yang berperan penting adalah
kelompok bakteri asam laktat. Makanan ini juga ditemui di daerah Malaka dan
termasuk bahan untuk masakan peranakan. Bahan makanan ini digunakan untuk
membuat sambal.
6. Roti Jala
Rotijala adalah makanan yang berasal dari Melayu Sumatra Utara. Biasanya
makanan ini disuguhkan Bersama kuah kari Melayu.

Budaya Melayu | 12
Sistem Kepemimpinan

Pendahuluan

“Bila seorang pemimpin tidak tahu diri, umat binasa rusaklah negri”.
Ungkapan ini membawa maksud, apabila seorang pemimpin dalam masyarakat
Melayu tidak tahu diri, tidak tahu hak dan kewajiban, dan tidak memiliki
kemampuan untuk memimpin, atau berkhianat, atau memimpin dengan
sewenang-wenang, maka binasalah umat dan negri. Ungkapan diatas
mencerminkan betapa besarnya pengaruh dan peranan pemimpin dalam
menentukan nasib bangsa dan negaranya. Oleh sebab itu orang Melayu sangatlah
berhati-hati, hormat dan cermat dalam memilih pemimpin. Didalam budaya
Melayu pemimpin amatlah sangat beragam, mulai dari pemimpin rumah tangga,
dusun kampung, sampaikan kepada bangsa. Konsep kepemimpinan dalam
masyarakat Melayu sebenarnya memiliki dasar-dasar yang sangat kuat dan
kokoh. Dibangun tidak saja oleh nilai-nilai transendental, namun telah
dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW. Pijakan
kuat yang bersumber dari Al-Quran dan Assunnah serta dengan bukti empiriknya
telah menempatkan konsep kepemimpinan Islam sebagai salah satu model
kepemimpinan masyarakat Melayu.
Secara etimologi kepemimpinan berarti “umara, imamah, imarah”, yang
mempunyai makna daya memimpin atau kualitas seorang pemimpin atau
tindakan dalam memimpin. Sedangkan secara terminologinya adalah suatu
kemampuan untuk mengajak orang lain agar mencapai tujuan-tujuan tertentu
yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, kepemimpinan adalah upaya untuk
mentransformasikan semua potensi yang terpendam menjadi kenyataan. Tugas
seorang pemimpin adalah menggerakkan, mengarahkan, menuntun, memberi
motivasi, serta mendorong orang yang dipimpin untuk berbuat sesuatu guna
mencapai tujuan. Sedangkan tugas dan tanggungjawab yang dipimpin adalah
mengambil peran aktif dalam mensukseskan pekerjaan yang dibebankannya.
Tanpa adanya kesatuan komando yang didasarkan atas satu perencanaan dan
kebijakan yang jelas, maka rasanya sulit diharapkan tujuan yang telah ditetapkan
akan tercapai dengan baik. Bahkan sebaliknya, yang terjadi adalah kekacauan
dalam pekerjaan. Inilah arti penting komitmen dan kesadaran bersama untuk
mentaati pemimpin dan peraturan yang telah ditetapkan.

Budaya Melayu | 13
Model Kepemimpinan Masyarakat Adat

Masyarakat adat terbingkai oleh ketentuan adat sehingga susunan masyarakat


terbagi oleh norma-norma adat. Sistem nilai adat dalam bentuk seperangkat
norma dan sanksi menjadi panduan, sehingga lalu lintas sosial berjalan dengan
harmonis. Harmonis antar hubungan manusia dengan manusia serta harmonis
pula dengan alam sekitar. Karena adat sudah bersendikan kitabullah, maka
keselarasan hubungan antar manusia serta hubungan dengan alam, berpunca pada
hubungan dengan Allah. Dengan cara ini manusia menunaikan tugasnya sebagai
khalifah (pemelihara) di muka bumi dalam rangka beribadah kepada-Nya. Sistem
nilai adat telah membuat masyarakat adat berada dalam satu bingkai yang terdiri
dari lembaga adat dan anak-kemenakan.
Lembaga adat telah dikemudikan oleh 3 pemegang teraju adat dan seorang
malim (ulama) untuk teraju agama. Teraju kepemimpinan adat dikendalikan oleh
Penghulu, (untuk Melayu muda) Batin atau Datuk Kaya (untuk Melayu tua).
Penghulu, ada kalanya disebut juga Pengulu, maknanya pemegang hulu.
Pemegang tanggung jawab dan mempergunakan kekuasaan untuk memimpin.
Karena itulah ada rangkai kata elok negeri oleh Penghulu, sebab dialah pemegang
kemudi kehidupan masyarakatnya. Penghulu didampingi oleh Menti (Monti) ada
juga yang menamakannya Jakrah. Tugasnya ialah memelihara norma-norma adat,
sehingga jika ada suatu hal mengenai hal itu akan ditanyakan kepadanya.
Penghulu didampingi lagi oleh Hulubalang (Dubalang) atau Tongkat, yakni
teraju adat yang akan mengambil tiwelakan. terhadap pelanggaran adat dan
agama. Ketiga pembesar lembaga adat ini didampingi lagi oleh Malim (ulama)
yang akan memberikan timbangan keadilan dari hukum syarak. Malim atau
ulama itu disebut juga suluh bendang negeri, maksudnya orang alim inilah yang
akan memberi cahaya, pedoman (suluh) terhadap kehidupan dunia menuju
akhirat.
Satu kesatuan masyarakat adat biasanya terdiri dari satu puak atau bagian dari
suku bangsa (sub etnis). Di Riau misalnya dapat dikenal beberapa puak Melayu,
seperti puak Melayu Riau-Lingga, puak Melayu Siak, puak Melayu Inderagiri,
puak Melayu Kuantan, puak Melayu Kampar, puak Melayu Pelalawan, dsb.
Dalam satu puak dapat dipimpin oleh beberapa teraju adat dengan gelar Datuk.
Dalam satu kesatuan masyarakat adat (puak) ada lagi teraju pemimpin yang
memimpin beberapa negeri, dusun dan rantau, yang juga diberi gelar Datuk.
Kemudian menyusul lembaga adat yang mengawal kehidupan sebatas pesukuan.
Tiap pesukuan terdiri dari anak dan kemenakan. Anak adalah keturunan menurut
garis darah sedangkan kemenakan adalah keturunan menurut pesukuan. Susunan
seperti ini lebih mendekati bingkai masyarakat adat puak Melayu muda seperti
Rantau Kuantan dan Kampar. Sementara puak Melayu tua seperti Talang Mamak,
Sakai dan Suku Laut lebih sederhana lagi. Pada masyarakat adat Melayu tua,
pucuk pimpinan adat bisa terdiri dari seorang pembesar, adat atau beberapa Batin,
sementara seorang Batin memegang teraju lembaga adat untuk satu pesukuan

Budaya Melayu | 14
dengan tanah ulayatnya masing-masing. Pucuk pimpinan Iembaga adat Talang
Mamak dipegang oleh Patih. Di bawahnya ada beberapa Batin yang memimpin
pesukuannya masing-masing. Suku Laut mempunyai pucuk pimpinan adat Datuk
Kaya, di bawahnya ada beberapa Batin dengan i masyarakat adatnya masing-
masing.
Sementara masyarakat adat Sakai langsung berada di bawah pimpinan para
Batin sebagai pemimpin pesukuan dengan tanah ulayatnya masing-masing.
Dalam bingkai lembaga adat ini berlakulah asas berjenjang naik bertangga turun.
Maksudnya, segala perkara atau aduan mengikuti asas berjenjang naik. Suatu
perkara hendaklah diselesaikan lebih dulu pada tingkat yang lebih rendah.
Misalnya suatu perkara lebih dulu harus dapat diselesaikan oleh lembaga adat
tingkat pesukuan. Jika tidak dapat diselesaikan oleh lembaga adat tingkat yang
lebih rendah itu, barulah dinaikkan kepada tingkat yang lebih tingi. Dengan
demikian, tiap lembaga adat mempunyai wewenang untuk menyelesaikan
masalah masyarakat adat yang berada dalam wilayah kepemimpinannya.
Selanjutnya, perintah mengikuti asas bertangga turun. Maknanya, setiap perintah
(ketentuan) harus lebih dulu diamalkan (dilaksanakan) oleh lapisan atau lembaga
yang lebih tinggi. Kemudian baru berlaku pada tingkat yang lebih rendah,
sehingga akhirnya sampaiiah kepada lapisan masyarakat yang paling rendah,
yakni semua warga masyarakat adat.

Sifat – sifat Pemimpin

1. Shidiq
Shidiq atau jujur memiliki tolak ukur pada perilaku yang perkataan, perbuatan
dan tindakannya dapat dipercaya. Kejujuran merupakan keberanian mengakui
scbuah kenyataan apa adanya. Sikap jujur berarti sclalu melandaskan ucapan,
keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam.

Pemimpin Amal
Hidupnya lurus, makannya halal Orang sayang, nama terkenal (Effendy, 2014 :
64)

Seorang pemimpin Melayu selalu menerapkan perilaku jujur dalam


menyuarakan kebaikan di tengah-tengah masyarakat untuk keselamatan bersama.
Lisan, perbuatan dan pemikiran harus sejalan sehingga dapat dijadikan solusi
berbagai masalah di masyarakat. Sehingga rakyat yang dipimpin akan merasa
damai. Pada dasarnya kejujuran merupakan suatu pondasi yang mendasari iman
seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam hati akan
adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka
untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.
2. Amanah

Budaya Melayu | 15
Amanah yaitu kepercayaan yang menjadikan seseorang untuk memelihara dan
menjaga sebaik-baiknya hal yang diamanahkan kepadanya, tidak saja dari orang-
orang yang dipimpinnya, tetapi juga kepada Allah Swt.

Pemimpin Amal Budinya banyak menjadi bekal Kerjanya elok manfaatnya kekal
(Effendy, 2014:64)

Pemimpin Amal memiliki perilaku yang baik sehingga menjadi modal utama
dalam suatu kepemimpinan yang dapat dipercaya oleh masyarakat. Di dalam diri
seorang pemimpin yang melaksanakan tugas atau kewajibannya dengan sepenuh
hati. Budaya Melayu hakikatnya mengutamakan kerja yang nyata yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia dan alam. Pemimpin bersungguh-sungguh
dalam mengabdikan diri untuk kepentingan masyarakat. Sikap kerja keras bentuk
dari rasa tanggung jawab yang menekankan pada keseriusan seorang pemimpin
yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan bangsa, negara, dan agama.

Pemimpin Asin

Menjadi pemimpin lidahnya masin Cakap berisi tak main-main Budinya mulia
orang pun ingin Hati panas kepalanya dingin Bekerja keras tahan berlenjin
(Effendy, 2014: 82).

Pemimpin selalu mengatakan yang sebenarnya tanpa menutup-nutupi atau


bersusaha terlihat baik. Pemimpin selalu membuktikan perkataannya dengan
perbuatan yang nyata. Selain itu, pemimpin juga memiliki perilaku yang terpuji
sehingga masyarakat yang dipimpin menjadikannya sebagai contoh. Di dalam
melaksanakan tugas sebagai pemimpin, juga memiliki sikap yang tenang dalam
menghadapi suatu permasalahan. Seorang pemimpin harus melaksanakan tugas
atau kewajibannya dengan sepenuh hati. Bekerja keras yang mengutamakan
untuk kepentingan khalayak banyak. Memberikan segala pemikiran untuk
mencapai keberhasilan di dalam suatu pembangunan.
3. Fathanah
Fathanah merupakan sifat yang dimiliki oleh emua manusia yang berkaitan
dengan pemikiran. Fathanah dapat diartikan sebagai cerdas atau kecerdikan dan
kebijaksanaan.

Pemimpin Cerdik

Tahu menyimak bijak menilik


Tahu menyelesaikan perkara pelik
Ilmunya luas budipun baik (Effendy, 2014:117).

Budaya Melayu | 16
Pemimpin memiliki akal yang panjang dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi pada saat menjadi pemimpin. Mampu menyelesaikan berbagai macam
masalah tanpa tergantung pada orang lain. Pemimpin cerdik terbentuk dari kisah
perjalanan hidup seseorang, sehingga mampu menumbuhkan rasa kemandirian
dan kecermatan dalam memimpin.
4. Tabligh
Sifat tabliq juga memiliki arti komunikatif. Seseorang yang memiliki sifat tabligh
akan menyampaikan dengan benar dengan yang tepat.

Pemimpin Abdi

Dijadikan pemimpin besar manfaat


Negeri sentosa sempurna umat
Orang suka jauh dan dekat
Rahmatnya ada dunia akhirat (Effendy, 2014: 41)

Pemimpin abdi bermanfaat secara langsung kepada masyarakat yang


dipimpinnya. Pandai dan tepat dalam menyampaikan informasi,
mengkomunikasikan secara langsung kepada masyarakat dengan bahasa yang
mudah dipahami. Sehingga, hal yang disampaikan mampu dipahami oleh
masyarakat.

Pemimpin yang ideal merupakan dambaan bagi setiap orang, sebab pemimpin
itulah yang akan membawa maju-mundurnya suatu organisasi, lembaga,Negara
dan bangsa. Oleh karenanya, pemimpin mutlak diperlukan demi tercapainya
kemaslabatan umat. Tidaklah mengherankan jika ada seorang pemimpin yang
kurang mampu, kurang ideal misalnya cacat mental dan fisik, maka cenderung
akan mengundang kontroversi, apakah tetap akan dipertahankan atau di
nonaktitkan. Di dalam budaya Melayu ada yang disebut pakaian pemimpin.
Seorang pemimpin wajib memiliki "pakaian" yakni "pakaian batin" yang disebut
sifat dan kepribadian yang harus dia kobarkan kemana-mana dan dalam kondisi
apa saja, sebab seorang pemimpin itu setiap saat akan merasa ihsan atau mawas
diri serta takut berbuat kesalahan kepada manusia apalagi kepada Allah SWT.
Dalam ungkapan Melayu "Memakai syara' lahir dan batin. Imannya kokoh
adatnya kental Teladannya nampak, ilmu pun banyak”. Inilah pemimpin yang
disebut menjadi pemimpin sejati yang sempurna lahiriah maupun batiniah yang
mampu membawa umatnya kepada kehidupan aman dan damai sejahtera, adil dan
Makmur.

Budaya Melayu | 17
Pergantian Pemimpin

Masyarakat adat juga punya mekanisme pergantian pemangku adat. Pemangku


adat itu harus diganti bukan ditukar. Sebab dengan diganti terbuka peluang yang
mengganti akan lebih baik dari yang digantikan. Sebaliknya, jika ikatakan
ditukar, berarti nilai yang ditukar sama sja dengan, penukarnya, sehingga tidak
akan terjadi kemajuan dan perbaikan oleh penukaran para pemimpin itu. Karena
pengganti harus lebih baik dari yang digantikannya, maka ujudlah bidal dalam
masyarakat adat palah tumbuh hilang berganti. Adapun pergantian pemangku
adat paling kurang merujuk pada 4 perkara:
1) Lapuk, yakni sudah tua atau uzur dimakan usia, sehingga tidak memadai
lagi kemampuannya untuk memimpin. Pemimpin itu memerlukan orang
yang kuat jasmani dan ruhani.
2) Zalim yakni orang yang melakukan kezaliman atau penindasan dalam
kepemimpinannya, sehingga warga masyarakat merugi dan menderita.
3) Meninggal dunia. Kepemimpinan tidak boleh terikat pada satu diri
4) Pemimpin lembaga adat juga dapat diganti, apabila ada permintaan
daripada yang bersangkutan. Pemimpin itu minta mundur dari
jabatannya mungkin karena merasa tidak mampu atau karena alasan lain
seperti kesehatan atau karena pertimbangan keagamaan hendak
mengambil jalan sufi dalam hidupnya.

Budaya Melayu | 18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adat Budaya Melayu adalah budaya yang sangat kaya akan


keberagamannya diantaranya adalah Permainan daerah Melayu dan Masakan
Khas Melayu yang memiliki beragam macam jenis. Sebagai orang Melayu kita
harus bangga dengan kekayaan budaya yang kita miliki, karena budaya
Melayu ini juga menjadi identitas diri kita sebagai warga Riau. Serta
kekayaan kebudayaan ini haruslah kita jaga bersama agar dapat dirasakan
oleh anak cucu kita nanti.
Di dalam masyarakat Melayu kepemimpinan merupakan
kemaslahatan umat yang diperuntukkan bagi keperluan hidup di dunia dan
akhirat. Dan cakupan budaya Melayu meliputi wilayah agama dan negara.
Dalam syariat islam berlaku umum untuk seluruh umat manusia dan bersifat
abadi sampai hari kiamat. Norma dan adatnya saling mengukuhkan satu
sama lain, baik dalam kepribadian, etika, maupun muammalah, demi
mewujudkan puncak keridhaan Allah SWT, ketenangan hidup, keimanan,
kebahagiaan, kenyamanan, dan keteraturan hidup bahkan memberikan
kebahagiaan dunia akhirat.

3.2 Saran

Kami sebagai pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Tentunya, pemakalah akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber-sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasan makalah di atas.

Budaya Melayu | 19
DAFTAR PUSTAKA

Jamil, Taufik Ikram. dkk. (2018). “Pendidikan Budaya Melayu Riau Buku Sumber
Pegangan Guru”. Pekanbaru: Lembag Adat Melayu Riau (LAMR).

Juswandi. (2012). “Pemimpin yang Ideal dalam Masyarakat Melayu.” Jurnal Ilmu
Budaya, 9(1), 43.

Juswandi. (2012). “Pemimpin yang Ideal dalam Masyarakat Melayu.” Jurnal Ilmu
Budaya, 9(1), 49.

Putri, Sri. (2021). “Makanan Khas Riau”. (PDF) "MAKANAN KHAS RIAU"
(researchgate.net) (diakses pada 26 Februari)

Budaya Melayu | 20
Budaya Melayu | 21

Anda mungkin juga menyukai