Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

PEMILIH GANDA PADA PILKADA 2018

Disusun oleh :
ARIN WIDYA SAPUTRI NIM. 21030117130148
Kelas D

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu bentuk dan contoh demokrasi yang dijalankan oleh negara
Indonesia adalah dengan mengadakan pemilu dan pilkada secara langsung.
Pilkada langsung adalah kegiatan seremonial untuk pemilihan kepala daerah
tingkat Provinsi Gubernur dan wakil Gubernur, Tingkat Kota dan Kabupaten
Walikota dan wakil Wali Kota serta Bupati dan wakil Bupati secara
langsung oleh seluruh masyarakat yang ada sidaerah tersebut. Kegiatan
seremonial Pilkada secara langsung sudah dilaksanakan pada bulan juni
tahun 2005, sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah setiap Provinsi dan Kabupaten dan Kota sudah
mengadakan pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat sesuai
dengan ketentuan dan Undang-Undang yang berlaku. Kemudian pada tahun
2015 sejak adanya Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2015 tentang Pilkada
serentak terjadi sedikit perubahan dimana kegiatan pemilihan kepala daerah
dilakukan secara serentak diseluruh indonesia dalam satu waktu yang
bersamaan. Bagi daerah-daerah yang masa jabatan kepala daerahnya sudah
habis. Selain itu dalam pasal 1 PP Nomor 6 tahun 2005, Pemilu Kada langsung
merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah Provinsi dan
Kabupaten/ Kota berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah. Sesungguhnya penyelenggaraan Pilkada adalah sarana pemberian
mandat dan legitimasi dari rakyat kepada Kepala Daerah dengan harapan Kepala
Daerah yang terpilih dapat memperjuangkan kepentingan rakyat. Pilkada
merupakan sesuatu yang krusial keberadaannya sebab Pilkada akan melahirkan
pemimpin daerah yang kesuksesan Pilkada menjadi cerminan dari kualitas
demokrasi.
Pelaksanaan pilkada langsung dan serentak tentunya tidak terlepas
dari berbagai persoalan yang muncul dan harus lewati serta diselesaikan.
Dari beberapa permasalahan terlihat adanya hal-hal yang menonjol salah
satunya adalah adanya pemilih ganda.

1
Pemilih ganda ini harus segera dihapuskan. Hal ini penting guna
menghindari kecurangan dalam pilkada sekaligus mewujudkan
pesta demokrasi yang jujur dan adil.

1.2 Rumusan Masalah


1. Adakah daerah yang terdapat pemilih ganda pada Pilkada 2018?
2. Berapakah jumlah pemilih ganda yang ditemukan pada Pilkada 2018?
3. Bagaimana cara pemerintah menanggulangi pemilih ganda pada Pilkada
2018?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemilih Ganda yang Ditemukan pada Pilkada 2018


Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tanjungpinang menemukan
sekitar 4.000 pemilih ganda dalam daftar pemilih sementara (DPS) di
Pilkada Tanjungpinang 2018. Ketua KPU Kota Tanjungpinang, Robby
Patria mengatakan, rata-rata pemilih ganda ini terdaftar di dua tempat di
wilayah Tanjungpinang. "Untuk menyempurnakan DPS ini, terpaksa kami
coret salah satunya. Kami ambil tempat tinggal yang sekarang, saat
dilakukannya pendataan," ujar Robby saat dihubungi melalui telepon
selulernya, Jumat, 6 April 2018. Robby mengaku, jumlah pemilih ganda ini
terungkap setelah masa pleno di tingkat kecamatan dan di tingkat kota usai.
"Hal ini terjadi karena kebanyakan warga yang pindah rumah sama sekali
tidak melapor ke perangkat RT-RW sebelumnya. Hal inilah yang
mengakibatkan terjadi pemilih ganda," ungkap Robby. Untuk melengkapi
DPS Pilkada Tanjungpinang 2018, KPU Tanjungpinang membuka masa
pendaftaran DPS mulai 24 Maret 2018 hingga 2 April 2018. "Saat ini
sedang memasuki masa perbaikan data DPS di tingkat kecamatan. Masa
perbaikan jumlah DPS ini mulai dibuka tanggal 3-7 April 2018 mendatang,
dan 13-19 April 2018 masa penetapan DPT," ujarnya. Robby
menambahkan, saat ini jumlah DPS Pilkada Tanjungpinang 2018 sebanyak
144.241 orang. Jumlah ini akan mengalami pengurangan setelah dilakukan
perbaikan dari 4.000 pemilih ganda ini. "Karena kami lakukan pencoretan
untuk warga Tanjungpinang yang terdaftar di dua tempat," ungkap Robby.
Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, juga
menemukan sebanyak 1.928 nama pemilih pada daftar pemilih sementara
Pemilihan Kepala Daerah 2018 yang terindikasi ganda. "Dari 1.928 nama
pemilih di DPS tersebut, terdapat nama pemilih yang terindikasi ganda
lintas desa, lintas kecamatan serta ada yang ganda nama, nomor induk
kependudukan (NIK), tanggal lahir serta ada yang ganda nomor KK, NIK,
nama maupun tanggal kelahiran," kata Kepala Bawaslu Kudus Moh.

3
Wahibul Minan di Kudus, Jumat, 6 April 2018. Ia mengatakan ribuan
pemilih terindikasi ganda tersebut tersebar di sembilan kecamatan. Jumlah
nama terindikasi ganda terbanyak, terdapat di Kecamatan Jati mencapai
378 nama, sedangkan paling sedikit di Kecamatan Undaan hanya 71 nama.
Dari ribuan data ganda, kata dia, paling banyak mengalami ganda nomor
KK, NIK, nama dan tanggal lahir yang tercatat sebanyak 1.650 nama.
Untuk ganda NIK, nama dan tanggal lahir hanya tercatat sebanyak 239
nama. Sedangkan ganda lintas desa tercatat sebanyak 33 nama dan lintas
kecamatan tercatat sebanyak enam nama. Ia mengatakan pencermatan DPS
dilakukan melalui aplikasi khusus yang dimiliki Bawaslu maupun secara
langsung oleh Pawaslu di tingkat kecamatan dan desa. Temuan tersebut,
lanjut dia, sudah disampaikan kepada KPU Kudus agar ditindaklanjuti.
Sebelumnya, Bawaslu Kudus juga menemukan sebanyak 5.165 data
pemilih di DPS Pilkada Kudus 2018 yang dianggap bermasalah. Di
antaranya, terdapat data pemilih ganda sebanyak 3.356 pemilih, selebihnya
data pemilih bermasalah karena tidak lengkap. Dari hasil pencermatan DPS
yang diumumkan KPU Kudus, jumlah data pemilih bermasalah dengan
jumlah cukup banyak ditemukan di Kecamatan Dawe, Kota dan Jati. Di
Kecamatan Dawe terdapat 1.246 data pemilih yang tidak lengkap atau tidak
cocok, sementara di Kecamatan Kota dan Jati masing-masing ditemukan
sebanyak 1.058 pemilih dan 1.056 pemilih. Pemilih yang sudah meninggal
dunia juga masih ditemukan di DPS Pilkada Kudus 2018. Ribuan data
pemilih bermasalah tersebut, sudah disampaikan kepada KPU Kudus agar
ditindaklanjuti sebelum penetapan daftar pemilih tetap (DPT) yang
dijadwalkan 13-19 April 2018. Sementara itu, Anggota KPU Kudus Syafiq
Ainurridho mengaku sudah menidaklanjuti temuan Bawaslu Kudus untuk
dicermati jajarannya di tingkat Panitia Pemungutan Suara (PPS). "Jika
benar ada yang ganda, tentunya akan dilakukan perbaikan, baik ganda NIK,
KK maupun data lainnya," ujarnya. Untuk tahap awal, katanya,
pencermatan difokuskan untuk ganda nama, NIK, KK maupun tanggal lahir
serta ganda di tingkat TPS, sedangkan tahap selanjutnya ganda lintas desa
atau kecamatan.

4
Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kota Pekanbaru
menemukan sebanyak 24.431 pemilih ganda, bahkan hingga tujuh kali
dalam Daftar Pemilih Sementara (DPS) Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Riau Tahun 2018."Ada sebanyak 24.431 warga setempat yang
punya nama, Nomor Induk Kependudukan, dan alamat lebih dari satu,"
kata Ketua Divisi Pencegahan dan Hubungan Antar Lembaga Panwaslu
Pekanbaru Yasrif Yakup Tambusai didampingi Anggota Komisiner Rizqy
Abadi saat konferensi pers di Pekanbaru, Jumat. Dikatakan Yasrif Yakup
Tambusai, KPU Riau untuk Pilkada 2018 telah menerbitkan jumlah DPS
Pekanbaru sebanyak 491.047 jiwa. Setelah di cek satu persatu ternyata dari
daftar tersebut Panwaslu menemukan permasalahan ada yang nama, NIK
dan alamat warga yang sama tercatat dua kali, tiga kali bahkan tujuh kali.
Jumlah pencatatan lebih dari satu kali telah berakibat pada
penggelembungan DPS Pekanbaru sebesar 4,98 persen atau 12.360 orang.
"Atau sebanyak 12.360 jiwa itu data dalam DPS yang harus dibuang
(siluman, red)," ujarnya. Dia merinci dari jumlah DPS ganda tersebut
sebanyak 23.602 jiwa didata dua kali, 771 didata tiga kali, 36 warga punya
data sama sebanyak empat kali, 15 nama terdaftar lima kali dan bahkan
tujuh nama memiliki identitas yang sama sebanyak tujuh kali. Selanjutnya
sebut dia untuk temuan ini pihaknya akan melaporkan ke KPU Riau agar
dilakukan perbaikan. ”Terhadap temuan ini ada dua hal yang akan
dilakukan Panwaslu Pekanbaru menyampaikan ke KPU Riau serta segera
melakukan penghapusan data ganda. Kedua pihaknya akan mengklarifikasi
melalui Panwascam terutama bagi temuan DPS yang tercatat lebih dari tiga
kali,” tegasnya. ”Kami perkirakan pekan depan temuan ini akan dilaporkan
ke KPU Riau agar tidak merugikan masyarakat dan para calon peserta
Pilkada 2018,” tukasnya.
Sementara itu Anggota Komisioner Panwaslu Pekanbaru Rizqy
Abadi menjelaskan temuan ini kini masih ditelusuri pihaknya apakah ada
unsur kesengajaan atau teknis dan sistem. Sebab jika ini unsur kesengajaan
maka termasuk pelanggaran, dan Panwalu Pekanbaru tidak akan diam akan
memperkarakan ini sebagai pelanggaran pilkada. ”Panwaslu lakukan

5
penelusuran dulu, kalau terbukti ini tindak kesengajaan akan di sidangkan.
Bagi yang belum terdaftar dalam DPS akan kita dimasukkan,” pungkasnya.
Perlu diketahui KPU Riau sudah menetapkan jumlah Daftar Pemilih
Sementara Pilkada 2018 sebanyak 3.676.326 pemilih. Sedangkan jumlah
daftar pemilih potensial non-KTP elektronik atau Suket sebanyak 245.760
pemilih. Dengan rincian 1.868.003 pemilih laki-laki, 1.808.323 pemilih
perempuan, dari 166 kecamatan, 1.859 desa, dan 12.054 TPS.

2.2 Pemilih Ganda Jadi Bidikan KPU di Pilgub Sulsel 2018


Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Selatan (Sulsel) baru saja
merampungkan hasil pencocokan dan penelitian (Coklit) calon pemilih atau
Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) dalam pemilihan
Gubernur 2018 di Sulsel.
Komisioner KPU Sulsel Mardiana Rusli mengatakan, teknis
pendataan coklit yang digelar pada 20 Januari hingga 18 Februari 2018 itu,
menyasar 6,8 juta orang penduduk di Sulsel. Teknis evaluasi hasil coklit,
dilakukan dengan menyandingkan hasil coklit di 24 kabupaten/kota. "Berkas
ditinjau untuk mengetahui sebaran pemilih potensial di Pilgub. Kita rapikan
untuk melihat apakah adatidaknya data yang ganda, mengetahui berapa
jumlah pemilih pemula, pemilih disabilitas, dan lain-lain," kata Mardiana di
Makassar, Rabu, 21 Februari. Coklit kata Mardiana, ditempuh KPU sebelum
menetapkan Daftar Pemilih Sementara (DPS). Hal itu sesuai tahapan tingkat
provinsi pada 16 hingga 17 Maret 2018. DPS itu kemudian dijadikan dasar
penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada 21 April mendatang.
Pelaksanaan coklit di Sulsel pada umumnya pada berjalan lancar.
Hanya saja, diakui Mardiana, masih ada saja sejumlah daerah yang cukup
membuat petugas kewalahan mendapatkan informasi karena kondisi
masyarakat yang cenderung tertutup. "Kelompok pemilih juga ada yang
kalau didata menolak. Mereka anggap pemilihan tidak begitu penting,"
tuturnya. Selain itu lanjut Mardiana, masih ada segelintir pemilik hak suara
yang belum masuk daftar coklit. Seperti masyarakat yang jarang berada di
rumah, atau telah berpindah domisili. Namun kata dia lagi, persoalan seperti

6
ini mampu dituntaskan. "Untuk yang seperti ini, tetap memiliki kesempatan
menyalurkan hak pilih pada pemungutan suara 27 Juni nanti. Kita punya
layanan melalui SMS Gateway jadi yang belum terdata bisa melapor, lalu
kita layani. Hak pilih setiap orang juga terjamin, sepanjang punya E-KTP,"
tutupnya.

2.3 Bamsoet Minta KPU Serius Atasi Masalah Pemilih Ganda


Sejumlah pemilih ganda ditemukan dalam Daftar Pemilih Sementara
(DPS) di beberapa daerah menjelang Pilkada Serentak 2018. Ketua DPR
Bambang Soesatyo (Bamsoet) mendorong KPU segera merampungkan
pencocokan dan penelitian (coklit) data untuk mengatasi terjadinya hal
tersebut. "Mendorong KPU segera melakukan coklit atau pencocokan dan
penelitian data kembali di seluruh daerah yang akan mengikuti Pilkada
2018," kata Bamsoet kepada wartawan, Jumat, 6 April 2018. Ia menegaskan
KPU harus segera memperbaiki DPS yang memuat nama pemilih ganda.
Tak hanya itu, Bamsoet juga meminta KPU membersihkan DPS Pilkada
2018 dari nama warga yang sudah meninggal dunia, tidak berdomisili sesuai
TPS terdaftar, berusia di bawah umur, ataupun yang berstatus TNI dan Polri.
Bamsoet pun meminta masyarakat ikut berperan dalam mencegah terjadinya
kesalahan tersebut. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan
melapor kepada pihak yang berwenang bila menemukan permasalahan
pemilih ganda tersebut. "Ini penting guna menghindari kecurangan dalam
pilkada sekaligus mewujudkan pesta demokrasi yang jujur dan adil," tegas
politikus Golkar itu.

2.4 Langkah Pemerintah Antisipasi Pemilih Ganda di Pilkada 2018


Jelang Pilkada serentak 2018, Pemerintah melalui Kementerian
Dalam Negeri bekerjasama dengan KPU dan Bawaslu terus melakukan
upaya untuk mencegah terjadinya Daftar Pemilih Tetap (DPT) ganda. "Kami
MoU dengan KPU dan menyerahkan DP4, termasuk akses kita semua," kata
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo di Gedung Bawaslu, Jakarta, Selasa 9
Januari 2018. Tjahjo mengatakan permasalahan DPT juga akan melibatkan

7
Bawaslu. Pihaknya akan melakukan MoU dengan Bawaslu untuk ikut
membantu pemantauan DPT. Di sisi lain, Kemendagri juga berupaya
menyelesaikan permasalahan kurangnya pemilih akibat lambatnya
perekaman KTP elektronik (e-KTP). Sekretaris Ditjen Dukcapil I Gede
Sukarta mengatakan Kemendagri terus melakukan perekaman e-KTP. Ia
mengaku, Kemendagri masih belum merekam sekitar 3 persen dari total
populasi penduduk Indonesia. "Tiga persen itu setara dengan kurang lebih 6
juta ditambah pemilih pemula," kata Sukarta. Kemendagri masih belum
menghitung pemilih pemula di Indonesia pada 2017 hingga 17 April 2018.
Kemendagri memprediksi, jumlah pemilih pemula di Pilkada 2018 sebesar
5,1 juta. "Jadi jumlahnya pada saat pemilihan nanti sekitar 12 (juta)," kata
Sukarta. Sampai saat ini, Kemendagri terus berupaya melakukan perekaman
secepat mungkin dan tetap melakukan perekaman di waktu libur. Bahkan,
pihak Kemendagri melakukan perekaman di berbagai tempat, termasuk di
mall. Bawaslu sendiri siap untuk membantu pengawasan pencocokan daftar
pemilih untuk mencegah pemilih ganda. Ketua Bawaslu Abhan mengatakan
pihak Bawaslu akan melantik pengawas pemilu di tingkat kelurahan.
Petugas pengawas Pemilu ini nanti akan dilatih dan dibina, termasuk
pengawasan untuk pencocokan dan pemutakhiran data. Dengan demikian,
potensi daftar pemilih ganda bisa diminimalisir. "Nanti pengawasan di desa
sudah siap untuk pengawas pemilu kelurahan," kata Abhan. Meskipun sudah
melakukan MoU, KPU belum melakukan penelaahan pemilih ganda untuk
Pilkada 2018. Komisioner KPU Hasyim Asyari mengatakan KPU akan
melakukan pencocokan data sesuai tahapan Pilkada 2018. "Belum. Tanggal
20 Januari besok baru mulai kegiatan coklit (pencocokan dan penelitian)
pemutakhiran data pemilih," kata Hasyim. Ia belum merinci jumlah pemilih
dalam Pilkada 2018. Anggota KPU Jateng periode 2003-2008 itu baru
memastikan bahwa pencocokan data untuk mencegah daftar pemilih ganda
di Pilkada 2018. Ia membantah kalau pencocokan juga akan berkaitan
dengan Pilpres 2019. "Nggak. Ini untuk Pilkada," kata Hasyim.

8
2.5 KTP Elektronik Tekan Pemilih Ganda
Komisi Pemilihan Umum telah memberikan daftar penduduk
pemilih potensial pemilu atau DP4 Pilgub Jabar kepada KPU Jawa Barat.
Ketua KPU Jawa Barat, Yayat Hidayat mengatakan, berdasarkan
DP4 yang diterima KPU, jumlah penduduk potensial pemilih di Jawa Barat
berkisar 32,5 juta pemilih. Jumlah tersebut berkurang dari DPT (Daftar
Pemilih Tetap) pemilihan sebelumnya yakni Pilpres 2014 yang mencapai
32.809.057 pemilih. Bahkan DP4 untuk Pilgub Jabar 2018 tidak jauh dari
Pilgub 2018 yang mempunyai DPT sebanyak 32.536.980 pemilih. "Memang
ada pengurangan dari pemilihan sebelumnya," tutur Yayat, Senin, 15 Januari
2018. Dia memperkirakan, berkurangnya daftar pemilih dimungkinkan
terjadi karena pada pemilihan-pemilihan sebelumnya terdapat banyak
pemilih ganda.
Hal tersebut, dikarenakan sistem pembuatan DP4 berbeda dari
pemilihan-pemilihan sebelumnya. Pada pemilu-pemilu sebelumnya, DP4
diambil dari DPT pemilihan terakhir, sementara pada Pilkada serentak 2018
DP4 diambil dari data perekaman KTP elektronik. "Mungkin banyak
pemilih ganda yang tercoret, KTP elektronik kan tidak bisa mendeteksi
penduduk yang mempunyai dua KTP. Jadi dengan KTP elektronik potensi
kegandaan semakin kecil," ujarnya.
Meski demikian, bukan berarti DPT untuk Pilgub Jabar 2018 tidak
memungkinkan ada kenaikan dari DP4, mengingat akan dilakukan
pemutakhiran daftar pemilih. "Bisa bertambah bisa juga berkurang,
tergantung hasil pemutakhiran," ucapnya.
Instrumen pemutakhiran meliputi, memastikan seluruh penduduk
yang telah melakukan perekaman KTP elektronik tercatat dalam daftar
pemilih. Jika belum terdaftar, maka KPU akan memasukannya.
Selain itu akan mencoret nama yang masih terdaftar dalam data
pemilih seperti orang yang sudah meninggal atau pindah domisili, juga
mencoret pemilih yang menjadi anggota TNI-Polri. Orang yang mengalami
gangguan jiwa juga akan dicoret dari daftar pemilih, juga akan memasukan

9
anggota TNI-Polri yang akan pensiun sebelum 27 Juni ke dalam daftar
pemilih.

2.6 Suket Kolektif Efektif untuk Cegah Pemilih Ganda di Pilkada 2018
Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengatakan surat keterangan
(suket) kolektif tidak dapat digunakan untuk mencoblos di Pikada 2018,
sehingga harus suket perorangan. Aturan ini untuk menghindari adanya
penyalahgunaan data. "KTP elektronik atau suket itu diwajibkan terkait
dengan evaluasi adanya malpraktik penggunaan C6 oleh orang lain," ujar
anggota KPU Viryan Aziz di kantor KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarat Pusat,
Kamis, 22 Maret 2018. Untuk meminimalkan penyalahgunaan data itu,
lanjutnya, e-KTP atau suket perorangan wajib dibawa saat mencoblos sesuai
peraturan KPU (PKPU). Selain itu, pemilih wajib membawa C6 atau surat
pemberitahuan pemungutan suara kepada pemilih. Viryan mengatakan, pada
pilkada sebelumnya, suket kolektif dapat menyelamatkan hak pilih warga.
Sedangkan saat ini suket kolektif hanya untuk memasukkan nama ke daftar
pemilih tetap (DPT). "Dulu suket pikada 2015, 2017 dimungkinkan kolektif
untuk dijadikan dasar pemilih tidak dicoret dari DPT. Apabila ada suket
secara kolektif dikeluarkan itu cukup menjadi dasar bagi KPU untuk
memasukkan nama-nama tersebut di dalam DPT," kata Viryan.
Aturan ini sesuai dengan Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2018 Pasal
7 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilih Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota.
Pasal 7
(1) Pemilih yang terdaftar dalam DPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf a memberikan suaranya di TPS tempat Pemilih terdaftar dalam DPT.
(2) Dalam memberikan suara di TPS sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
Pemilih menunjukkan formulir Model C6-KWK dan wajib menunjukkan
KTP-el atau Surat Keterangan Kepada KPPS.
(3) Dalam hal pemilih yang terdaftar dalam DPT tidak dapat menunjukkan
formulir Model C6-KWK sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Pemilih wajib
menunjukkan KTP-el atau Surat Keterangan

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada Pilkada 2018 ditemukan pemilih ganda pada beberapa daerah
di Indonesia yaitu Kota Tanjungpinang sebanyak 4000 orang, Kabupaten
Kudus sebanyak 1.928 orang, dan Kota Pekanbaru sebanyak 24.431 orang.
Melihat hal tersebut, DPR meminta KPU untuk segera melalukan
pencocokan untuk menghapus pemilih ganda. Pemerintah mengatasi adanya
pemilih ganda ini dengan adanya KTP elektronik dan surat keterangan
kolektif.

3.2 Saran
1. Sebaiknya KPU melalukan pencocokan ulang data pemilih pada Pilkada
2018 untuk menghindari adanya pemilih ganda.
2. Sebaiknya warga juga ikut serta menanggulangi adanya pemilih ganda
dengan melapor jika ada anggota keluarga atau kerabat yang pindah
domisili atau meninggal dunia.
3. Sebaiknya pemerintah segera turun tangan jika diketahui terdapat pemilih
ganda.
4. Sebaiknya warga yang sudah berusia 17 tahun keatas segera membuat e-
KTP supaya memudahkan pendataan pemilih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Dwi. 2018. Suket Kolektif Efektif untuk Cegah Pemilih Ganda di Pilkada
2018. Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-3931460/suket-kolektif-efektif-
untuk-cegah-pemilih-ganda-di-pilkada-2018 pada 8 April 2018 pukul 11.55 WIB.
Junita, Nancy. 2018. PILKADA 2018 : Kudus, 1.928 Nama di DPS Terindikasi
Ganda. Diakses dari
http://kabar24.bisnis.com/read/20180406/78/781079/pilkada-2018-kudus-
1.928-nama-di-dps-terindikasi-ganda pada 8 April 2018 pukul 11.55 WIB.
Maulana, Hadi. 2018. Pilkada Tanjungpinang, KPU Temukan 4.000 Pemilih
Ganda. Diakses dari
https://regional.kompas.com/read/2018/04/06/17274391/pilkada-
tanjungpinang-kpu-temukan-4000-pemilih-ganda pada 8 April 2018 pukul
11.55 WIB.
Putri, Pharastiti Kharisma. 2018. Bamsoet Minta KPU Serius Atasi Masalah Pemilih
Ganda. Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-3957920/bamsoet-minta-kpu-
serius-atasi-masalah-pemilih-ganda pada 8 April 2018 pukul 11.55 WIB.
Sophian, Akham. 2018. Panwaslu Pekanbaru Temukan 24.431 Data Pemilih
Ganda pada Pilgub Riau 2018. Diakses dari
https://www.potretnews.com/berita/baca/2018/04/06/panwaslu-pekanbaru-
temukan-24431-data-pemilih-ganda-pada-pilgub-riau-2018 pada 8 April
2018 pukul 11.55 WIB.
Sutrisno, Cucu. 2017. Partisipasi Warga Negara dalam Pilkada. Jurnal Pancasila
dan Kewarganegaraan. 2(2). 38-50. Ponorogo : Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
Taher, Andrian Pratama. 2018. Langkah Pemerintah Antisipasi Pemilih Ganda di
Pilkada 2018. Diakses dari https://tirto.id/langkah-pemerintah-antisipasi-
pemilih-ganda-di-pilkada-2018-cC1W pada 8 April 2018 pukul 11.55 WIB.
Yandra, Alexsander. 2017. Fisibilitas Pilkada Serentak Tahap II Kota Pekanbaru
Pasca Permendagri No 18 Tahun 2015. Jurnal Niara. 9(2). Riau :
Universitas Lancang Kuning.

12
Zakiyah, Ummi. 2017. Keberlanjutan Penyelenggaraan Pilkada Serentak Tahap
III Tahun 2018 yang Ramah Bagi Kaum Penyandang Disbilitas. Journal of
Government. 1(3). Jakarta : Universitas 17 Agustus 1945.

13
JI 2 (2) (2017)
JPK
Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan
http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/index
PARTISIPASI WARGA NEGARA DALAM PILKADA
Cucu Sutrisno

Info Artikel Abstrak


________________ Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
Sejarah Artikel: sebagai mekanisme demokrasi haruslah dilandasi
Diterima Juni 2017 semangat kedaulatan rakyat dan dilaksanakan secara
Disetujui Juli 2017 demokratis karena Pilkada yang demokratis akan
Dipublikasikan Juli menguatkan demokrasi Indonesia. Pilkada yang
2017 demokratis harus disertai baiknya kondisi partisipasi
________________ politik warga negara. Kenyataannya, partisipasi politik
Keywords: dalam Pilkada masih banyak terkontaminasi oleh
Citizens, The Direct persoalan mendasar yang perlu dicarikan solusi
Local Leader Elections, penyelesaiannya. Oleh karena itu, pada artikel ini akan
politicl dibahas mengenai partisipasi politik warga negara
participations._______ untuk mewujudkan Pilkada yang demokratis. Beberapa
__________ pertanyaan pokok yang akan diangkat yakni: Pertama,
How to Cite: bagaimanakah seharusnya masyarakat berpartisipasi
Cucu Sutrisno (2017). dalam Pilkada agar mendukung terwujudnya Pilkada
Partisipasi Warga yang demokratis?. Kedua, bagaimana seharusnya
Negara Dalam Pilkada. warga negara memilih kandidat terbaik dalam Pilkada?
Jurnal Pancasila dan Abstract
Kewarganegaraan. The implementation of Direct Local Leader Elections
Universitas (Pilkada) as a mechanism of democracy must be based
Muhammadiyah on the spirit of people's sovereignty and implemented
Ponorogo, Vol 2 No 2 : democratically because a democratic Pilkada will
Halaman 38-50 strengthen Indonesian democracy. Democratic Pilkada
._________________ must be accompanied by good conditions of citizens'
political participation. In fact, political participation in
Pilkada is still heavily contaminated by the underlying
issues that need to be solved. Therefore, in this article
will be discussed about the political participation of
citizens to realize a democratic Pilkada. Some of the
main questions that will be raised are: First, how
should the citizens participate in the Pilkada?. Second,
how should citizens choose candidates in Pilkada?
© 2017 Universitas Muhammadiyah Ponorogo

14
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 2, Juli 2017 ISSN
2527-7057 (Online), ISSN 2545-2683 (Printed)

politik ini menjadi polemik Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,


dikalangan elit pemerintah, politisi, Dan Walikota yang kemudian disusul
akademisi, dan masyarakat karena dengan dikeluarkannya Undang-
sebelumnya Pilkada telah banyak Undang Nomor 1 Tahun 2015
dilaksanakan secara langsung. Tentang Penetapan Peraturan
Pilkada secara langsung sebenarnya Pemerintah Pengganti Undang-
dimulai setelah keluarnya Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2014
Undang Nomor 22 Tahun 2007 jo. Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,
Undang-Undang Nomor 15 Tahun dan Walikota Menjadi Undang-
2011 Tentang Penyelenggaraan Undang jo. Undang-Undang Nomor 8
Pemilihan Umum, Pasal 1 angka 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
yang menentukan bahwa “Pemilihan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Umum Kepala Daerah dan Wakil 2015 Tentang Penetapan Peraturan
Kepala Daerah adalah Pemilihan Pemerintah Pengganti Undang-
Umum untuk memilih Kepala Daerah Undang Nomor 1 Tahun 2014
dan Wakil Kepala Daerah secara Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,
langsung dalam Negara Kesatuan dan Walikota Menjadi Undang-
Republik Indonesia berdasarkan Undang, maka Kepala Daerah dipilih
Pancasila dan Undang-Undang Dasar secara langsung oleh rakyat. Itu
Negara Republik Indonesia Tahun sebagaimana tercantum dalam Pasal 1
1945”. Namun, setelah adanya angka 1 Undang-Undang Nomor 8
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2015 bahwa yang dimaksud
Nomor 22 Tahun 2014, Gubernur, dengan Pemilihan Gubernur dan
Bupati, dan Walikota dipilih oleh Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
DPR. Setelah terjadi perdebatan Bupati, serta Walikota dan Wakil
politik hingga muncul penolakan Walikota yang selanjutnya disebut
publik, maka pemerintah akhirnya Pemilihan adalah pelaksanaan
mengeluarkan Peraturan Pemerintah kedaulatan rakyat di wilayah Provinsi
Pengganti Undang-Undang Republik dan Kabupaten/Kota untuk memilih
Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Gubernur dan Wakil Gubernur,

15
Bupati dan Wakil Bupati, serta
Walikota dan Wakil Walikota secara
langsung dan demokratis.
Berdasarkan ketentuan
tersebut, Pilkada akhirnya harus
dilaksanakan secara langsung. Oleh
karena itu, Pemilihan Kepala Daerah
saat ini dapat dikatakan sebagai
bagian dari rezim Pemilu. Pilkada
langsung sejatinya merupakan jalan
demokrasi dan amanat konstitusi
Indonesia yang harus terselenggara
secara demokratis. Pilkada yang
demokratis dapat menjadi lambang
sekaligus salah satu tolak ukur
demokrasi modern di Indonesia
apabila hasilnya menjadi cerminan
partisipasi dan aspirasi masyarakat
serta diselenggarakan dalam suasana
keterbukaan dengan kebebasan
berpendapat dan berserikat
(Budiarjo,2008: 461). Suatu Pemilu
yang demokratis adalah yang
memenuhi tiga prasyarat demokrasi
yakni: 1) adanya kompetisi
memperebutkan dan

16
JURNAL OF GOVERNMENT - JOG
(Kajian Manajemen Pemerintahan & Otonomi Daerah)
Keberlanjutan Penyelenggaraan Pilkada Serentak Tahap III Tahun 2018
Yang Ramah Bagi Kaum Penyandang Disbilitas
Ummi Zakiyah,
Universitas 17 Agutus 1945 Jakarta
zakiyahmyamin@yahoo.co.id
Abstrak
Salah satu bentuk dan contoh demokrasi yang dijalankan oleh negara Indonesia
adalah dengan mengadakan pemilu dan pilkada secara langsung. Pemilihan umum
(general election ) adalah sebuah arena untuk membentuk demokrasi perwakilan
serta menggelar pergantian pemerintahan secara berkala. Penyandang disabilitas
adalah bagian dari masyarakat ini donesia yang juga mempunyai hak dan
kewajiban sebgai warga negara.Salah satu hak dari penyadang disabilitas adalah
hak untuk terlibat dalam kegiatan pesta demokrasimbaik pilkada atau pemilu.
Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan
pembatasan partisipasi Tulisan ini bertujuan untuk deskripsikan pelaksanaan
pilkada yang selama ini dinilai belum ramah untuk penyandang disabilitas. Dari
data yang diperoleh masih banyak sekali kekurangan
yang terjadi pada saat pelaksanaan pilkada dari mulai tahap awal sosialisasi,
pendaftaran, penetapan daftar pemilih tetap hingga hari pelaksanaan pemungutan
suara berlangsung. Hasil dari tulisan ini terdapat beberapa saran dapat dijadikan
cuan dalam penyelenggaraan pilkada serentak yang ramah terhadap disabilitas
seperti mempertegas penegakan hukum, adanya alokasi anggaran untuk
penyediaan aksesibilitas dan logistis khusus penyandang disabilitas, adanya
pelatihan untuk petugas pemungutan suara, pengaduan jika ada kejadian
pelanggaran serta evaluasi berkala.Selain itu harus ada sanksi tegas kepada
daerah-daerah yang tidak menyelenggarakan pilkda secara ramah serta tidak
aksesibel terhadap penyandang disabilitas.

17
Langkah Pemerintah Antisipasi Pemilih Ganda di Pilkada 2018

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo (kiri) didampingi Menteri Hukum dan
HAM Yasonna Laoly (ketiga kanan) memberikan keterangan pers sebelum rapat
kerja dengan Pansus RUU Pemilu di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta,
Senin (10/7). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa.
10 Januari 2018
Mendagri Tjahjo Kumolo mengatakan permasalahan DPT juga akan melibatkan Bawaslu
untuk ikut membantu pemantauan DPT.
tirto.id - Jelang Pilkada serentak 2018, Pemerintah melalui Kementerian Dalam
Negeri bekerjasama dengan KPU dan Bawaslu terus melakukan upaya untuk mencegah
terjadinya Daftar Pemilih Tetap (DPT) ganda.
"Kami MoU dengan KPU dan menyerahkan DP4, termasuk akses kita semua,"
kata Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo di Gedung Bawaslu, Jakarta, Selasa
(9/1/2018).
Tjahjo mengatakan permasalahan DPT juga akan melibatkan Bawaslu. Pihaknya
akan melakukan MoU dengan Bawaslu untuk ikut membantu pemantauan DPT.
Di sisi lain, Kemendagri juga berupaya menyelesaikan permasalahan kurangnya
pemilih akibat lambatnya perekaman KTP elektronik (e-KTP). Sekretaris Ditjen Dukcapil
I Gede Sukarta mengatakan Kemendagri terus melakukan perekaman e-KTP. Ia
mengaku, Kemendagri masih belum merekam sekitar 3 persen dari total populasi
penduduk Indonesia.
"Tiga persen itu setara dengan kurang lebih 6 juta ditambah pemilih pemula,"
kata Sukarta di Gedung Bawaslu, Jakarta, Selasa (9/1/2018).
Kemendagri masih belum menghitung pemilih pemula di Indonesia pada 2017
hingga 17 April 2018. Kemendagri memprediksi, jumlah pemilih pemula di Pilkada 2018

18
sebesar 5,1 juta. "Jadi jumlahnya pada saat pemilihan nanti sekitar 12 (juta)," kata
Sukarta.
Sampai saat ini, Kemendagri terus berupaya melakukan perekaman secepat
mungkin dan tetap melakukan perekaman di waktu libur. Bahkan, pihak Kemendagri
melakukan perekaman di berbagai tempat, termasuk di mall.
Bawaslu sendiri siap untuk membantu pengawasan pencocokan daftar pemilih
untuk mencegah pemilih ganda. Ketua Bawaslu Abhan mengatakan pihak Bawaslu akan
melantik pengawas pemilu di tingkat kelurahan. Petugas pengawas Pemilu ini nanti akan
dilatih dan dibina, termasuk pengawasan untuk pencocokan dan pemutakhiran data.
Dengan demikian, potensi daftar pemilih ganda bisa diminimalisir.
"Nanti pengawasan di desa sudah siap untuk pengawas pemilu kelurahan," kata
Abhan di Gedung Bawaslu, Jakarta, Selasa (9/1/2018).
Meskipun sudah melakukan MoU, KPU belum melakukan penelaahan pemilih
ganda untuk Pilkada 2018. Komisioner KPU Hasyim Asyari mengatakan KPU akan
melakukan pencocokan data sesuai tahapan Pilkada 2018.
"Belum. Tanggal 20 Januari besok baru mulai kegiatan coklit (pencocokan dan
penelitian) pemutakhiran data pemilih," kata Hasyim saat ditemui di Gedung Bawaslu,
Jakarta, Selasa (9/1/2018).
Ia belum merinci jumlah pemilih dalam Pilkada 2018. Anggota KPU Jateng
periode 2003-2008 itu baru memastikan bahwa pencocokan data untuk mencegah daftar
pemilih ganda di Pilkada 2018. Ia membantah kalau pencocokan juga akan berkaitan
dengan Pilpres 2019. "Nggak. Ini untuk Pilkada," kata Hasyim.

19
Suket Kolektif Efektif untuk Cegah Pemilih Ganda di Pilkada 2018

Dwi Andayani - detikNews

Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengatakan surat keterangan


(suket) kolektif tidak dapat digunakan untuk mencoblos di Pikada 2018, sehingga
harus suket perorangan. Aturan ini untuk menghindari adanya penyalahgunaan
data.
"KTP elektronik atau suket itu diwajibkan terkait dengan evaluasi adanya
malpraktik penggunaan C6 oleh orang lain," ujar anggota KPU Viryan Aziz di
kantor KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarat Pusat, Kamis (22/3/2018).
Untuk meminimalkan penyalahgunaan data itu, lanjutnya, e-KTP atau suket
perorangan wajib dibawa saat mencoblos sesuai peraturan KPU (PKPU). Selain
itu, pemilih wajib membawa C6 atau surat pemberitahuan pemungutan suara
kepada pemilih.
Viryan mengatakan, pada pilkada sebelumnya, suket kolektif dapat
menyelamatkan hak pilih warga. Sedangkan saat ini suket kolektif hanya untuk
memasukkan nama ke daftar pemilih tetap (DPT).
"Dulu suket pikada 2015, 2017 dimungkinkan kolektif untuk dijadikan
dasar pemilih tidak dicoret dari DPT. Apabila ada suket secara kolektif
dikeluarkan itu cukup menjadi dasar bagi KPU untuk memasukkan nama-nama
tersebut di dalam DPT," kata Viryan.
Aturan ini sesuai dengan Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2018 Pasal 7
tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilih Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota.
Pasal 7
(1) Pemilih yang terdaftar dalam DPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf
a memberikan suaranya di TPS tempat Pemilih terdaftar dalam DPT.
(2) Dalam memberikan suara di TPS sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Pemilih
menunjukkan formulir Model C6-KWK dan wajib menunjukkan KTP-el atau
Surat Keterangan Kepada KPPS.

20
(3) Dalam hal pemilih yang terdaftar dalam DPT tidak dapat menunjukkan
formulir Model C6-KWK sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Pemilih wajib
menunjukkan KTP-el atau Surat Keterangan.

21
Pilkada Tanjungpinang, KPU Temukan 4.000 Pemilih Ganda
KONTRIBUTOR BATAM, HADI MAULANA

Kompas.com - 06/04/2018, 17:27 WIB Ilustrasi


Pilkada(KOMPAS/PRIYOMBODO) BATAM, KOMPAS.com - Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Kota Tanjungpinang menemukan sekitar 4.000 pemilih
ganda dalam daftar pemilih sementara (DPS) di Pilkada Tanjungpinang 2018.
Ketua KPU Kota Tanjungpinang, Robby Patria mengatakan, rata-rata pemilih
ganda ini terdaftar di dua tempat di wilayah Tanjungpinang. "Untuk
menyempurnakan DPS ini, terpaksa kami coret salah satunya. Kami ambil tempat
tinggal yang sekarang, saat dilakukannya pendataan," ujar Robby saat dihubungi
melalui telepon selulernya, Jumat (6/4/2018). Robby mengaku, jumlah pemilih
ganda ini terungkap setelah masa pleno di tingkat kecamatan dan di tingkat kota
usai. "Hal ini terjadi karena kebanyakan warga yang pindah rumah sama sekali
tidak melapor ke perangkat RT-RW sebelumnya. Hal inilah yang mengakibatkan
terjadi pemilih ganda," ungkap Robby. (Baca juga : Pilkada Tanjungpinang, KPU
Tetapkan 144.241 Daftar Pemilih Sementara ) Untuk melengkapi DPS Pilkada
Tanjungpinang 2018, KPU Tanjungpinang membuka masa pendaftaran DPS
mulai 24 Maret 2018 hingga 2 April 2018. "Saat ini sedang memasuki masa
perbaikan data DPS di tingkat kecamatan. Masa perbaikan jumlah DPS ini mulai
dibuka tanggal 3-7 April 2018 mendatang, dan 13-19 April 2018 masa penetapan
DPT," ujarnya. Robby menambahkan, saat ini jumlah DPS Pilkada Tanjungpinang
2018 sebanyak 144.241 orang. Jumlah ini akan mengalami pengurangan setelah
dilakukan perbaikan dari 4.000 pemilih ganda ini. "Karena kami lakukan
pencoretan untuk warga Tanjungpinang yang terdaftar di dua tempat," ungkap
Robby.

22
Bamsoet Minta KPU Serius Atasi Masalah Pemilih Ganda
Parastiti Kharisma Putri - detikNews
Ilustrasi Pilkada Serentak (Zaki Alfarabi/detikcom)

Jakarta -
Sejumlah pemilih
ganda ditemukan dalam
Daftar Pemilih
Sementara (DPS) di
beberapa daerah
menjelang Pilkada
Serentak 2018. Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mendorong KPU segera
merampungkan pencocokan dan penelitian (coklit) data untuk mengatasi
terjadinya hal tersebut.
"Mendorong KPU segera melakukan coklit atau pencocokan dan
penelitian data kembali di seluruh daerah yang akan mengikuti Pilkada 2018,"
kata Bamsoet kepada wartawan, Jumat (6/4/2018).
Ia menegaskan KPU harus segera memperbaiki DPS yang memuat nama
pemilih ganda. Tak hanya itu, Bamsoet juga meminta KPU membersihkan DPS
Pilkada 2018 dari nama warga yang sudah meninggal dunia, tidak berdomisili
sesuai TPS terdaftar, berusia di bawah umur, ataupun yang berstatus TNI dan
Polri.
Bamsoet pun meminta masyarakat ikut berperan dalam mencegah
terjadinya kesalahan tersebut. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan
melapor kepada pihak yang berwenang bila menemukan permasalahan pemilih
ganda tersebut.
"Ini penting guna menghindari kecurangan dalam pilkada sekaligus
mewujudkan pesta demokrasi yang jujur dan adil," tegas politikus Golkar itu.
Pemilih ganda dalam DPS ditemukan di sejumlah daerah, antara lain di
Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Bali, dan Jawa Timur, sebanyak
300 nama. Bahkan di Brebes juga ditemukan, dalam satu nomor KK, ada 41
pemilih.

23
PILKADA 2018 : Kudus, 1.928 Nama di DPS Terindikasi Ganda

Ilustrasi - JIBI/Dwi
Prasetya.jpg

Kabar24.com, KUDUS - Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Kudus,


Jawa Tengah, menemukan sebanyak 1.928 nama pemilih pada daftar pemilih
sementara Pemilihan Kepala Daerah 2018 yang terindikasi ganda.
"Dari 1.928 nama pemilih di DPS tersebut, terdapat nama pemilih yang
terindikasi ganda lintas desa, lintas kecamatan serta ada yang ganda nama, nomor
induk kependudukan (NIK), tanggal lahir serta ada yang ganda nomor KK, NIK,
nama maupun tanggal kelahiran," kata Kepala Bawaslu Kudus Moh. Wahibul
Minan di Kudus, Jumat (6/4/2018).
Ia mengatakan ribuan pemilih terindikasi ganda tersebut tersebar di
sembilan kecamatan. Jumlah nama terindikasi ganda terbanyak, terdapat di
Kecamatan Jati mencapai 378 nama, sedangkan paling sedikit di Kecamatan
Undaan hanya 71 nama.
Dari ribuan data ganda, kata dia, paling banyak mengalami ganda nomor
KK, NIK, nama dan tanggal lahir yang tercatat sebanyak 1.650 nama.
Untuk ganda NIK, nama dan tanggal lahir hanya tercatat sebanyak 239
nama. Sedangkan ganda lintas desa tercatat sebanyak 33 nama dan lintas
kecamatan tercatat sebanyak enam nama.
Ia mengatakan pencermatan DPS dilakukan melalui aplikasi khusus yang
dimiliki Bawaslu maupun secara langsung oleh Pawaslu di tingkat kecamatan dan
desa.

24
Temuan tersebut, lanjut dia, sudah disampaikan kepada KPU Kudus agar
ditindaklanjuti.
Sebelumnya, Bawaslu Kudus juga menemukan sebanyak 5.165 data
pemilih di DPS Pilkada Kudus 2018 yang dianggap bermasalah.
Di antaranya, terdapat data pemilih ganda sebanyak 3.356 pemilih,
selebihnya data pemilih bermasalah karena tidak lengkap.
Dari hasil pencermatan DPS yang diumumkan KPU Kudus, jumlah data
pemilih bermasalah dengan jumlah cukup banyak ditemukan di Kecamatan Dawe,
Kota dan Jati.
Di Kecamatan Dawe terdapat 1.246 data pemilih yang tidak lengkap atau
tidak cocok, sementara di Kecamatan Kota dan Jati masing-masing ditemukan
sebanyak 1.058 pemilih dan 1.056 pemilih.
Pemilih yang sudah meninggal dunia juga masih ditemukan di DPS
Pilkada Kudus 2018.
Ribuan data pemilih bermasalah tersebut, sudah disampaikan kepada KPU
Kudus agar ditindaklanjuti sebelum penetapan daftar pemilih tetap (DPT) yang
dijadwalkan 13-19 April 2018.
Sementara itu, Anggota KPU Kudus Syafiq Ainurridho mengaku sudah
menidaklanjuti temuan Bawaslu Kudus untuk dicermati jajarannya di tingkat
Panitia Pemungutan Suara (PPS).
"Jika benar ada yang ganda, tentunya akan dilakukan perbaikan, baik
ganda NIK, KK maupun data lainnya," ujarnya.
Untuk tahap awal, katanya, pencermatan difokuskan untuk ganda nama,
NIK, KK maupun tanggal lahir serta ganda di tingkat TPS, sedangkan tahap
selanjutnya ganda lintas desa atau kecamatan.

25
Panwaslu Pekanbaru Temukan 24.431 Data Pemilih Ganda pada
Pilgub Riau 2018

Ilustrasi/Sosialisasi Gerakan Pencocokan dan Penelitian (coklit) di Pekanbaru,


Riau, Rabu (24/1/2018).
Jum'at, 06 April 2018 20:39 WIB

PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Panitia Pengawas Pemilihan Umum


(Panwaslu) Kota Pekanbaru menemukan sebanyak 24.431 pemilih ganda, bahkan hingga
tujuh kali dalam Daftar Pemilih Sementara (DPS) Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Riau Tahun 2018."Ada sebanyak 24.431 warga setempat yang punya nama,
Nomor Induk Kependudukan, dan alamat lebih dari satu," kata Ketua Divisi Pencegahan
dan Hubungan Antar Lembaga Panwaslu Pekanbaru Yasrif Yakup Tambusai didampingi
Anggota Komisiner Rizqy Abadi saat konferensi pers di Pekanbaru, Jumat.
Dikatakan Yasrif Yakup Tambusai, KPU Riau untuk Pilkada 2018 telah
menerbitkan jumlah DPS Pekanbaru sebanyak 491.047 jiwa. Setelah di cek satu persatu
ternyata dari daftar tersebut Panwaslu menemukan permasalahan ada yang nama, NIK
dan alamat warga yang sama tercatat dua kali, tiga kali bahkan tujuh kali.
Jumlah pencatatan lebih dari satu kali telah berakibat pada penggelembungan
DPS Pekanbaru sebesar 4,98 persen atau 12.360 orang.
"Atau sebanyak 12.360 jiwa itu data dalam DPS yang harus dibuang
(siluman, red)," ujarnya, dilansir potretnews.com dari antaranews.com.
Dia merinci dari jumlah DPS ganda tersebut sebanyak 23.602 jiwa didata dua
kali, 771 didata tiga kali, 36 warga punya data sama sebanyak empat kali, 15 nama
terdaftar lima kali dan bahkan tujuh nama memiliki identitas yang sama sebanyak tujuh
kali.
Selanjutnya sebut dia untuk temuan ini pihaknya akan melaporkan ke KPU Riau
agar dilakukan perbaikan.

26
”Terhadap temuan ini ada dua hal yang akan dilakukan Panwaslu Pekanbaru
menyampaikan ke KPU Riau serta segera melakukan penghapusan data ganda. Kedua
pihaknya akan mengklarifikasi melalui Panwascam terutama bagi temuan DPS yang
tercatat lebih dari tiga kali,” tegasnya.
”Kami perkirakan pekan depan temuan ini akan dilaporkan ke KPU Riau agar
tidak merugikan masyarakat dan para calon peserta Pilkada 2018,” tukasnya.
Sementara itu Anggota Komisioner Panwaslu Pekanbaru Rizqy Abadi
menjelaskan temuan ini kini masih ditelusuri pihaknya apakah ada unsur kesengajaan
atau teknis dan sistem.
Sebab jika ini unsur kesengajaan maka termasuk pelanggaran, dan Panwalu
Pekanbaru tidak akan diam akan memperkarakan ini sebagai pelanggaran pilkada.
”Panwaslu lakukan penelusuran dulu, kalau terbukti ini tindak kesengajaan akan di
sidangkan. Bagi yang belum terdaftar dalam DPS akan kita dimasukkan,” pungkasnya.
Perlu diketahui KPU Riau sudah menetapkan jumlah Daftar Pemilih Sementara
Pilkada 2018 sebanyak 3.676.326 pemilih.
Sedangkan jumlah daftar pemilih potensial non-KTP elektronik atau Suket
sebanyak 245.760 pemilih. Dengan rincian 1.868.003 pemilih laki-laki, 1.808.323
pemilih perempuan, dari 166 kecamatan, 1.859 desa, dan 12.054 TPS.
Editor:
Akham Sophian

27

Anda mungkin juga menyukai