Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Astrid Feliesa Putri

NPM : 18411127

Review FORDIS
Universitas Slamet Riyadi Surakarta

PILKADA, PANDEMI DAN POTENSI GOLPUT


DI SOLO RAYA
Saat ini fenomena GOLPUT hampir menggagalkan Pilkada serentak yang akan
diadakan pada tanggal 9 Desember 2020 yang menjadi salah satu faktor ialah adanya
pandemi COVID-19 atas dasar ini ForDis (Forum Diskusi) UNISRI minggu ini
mengangkat tema Pilkada, Pandemi dan potesi GOLPUT di Solo Raya yang diadakan
tanggal 17 November 2020 di Laboratorium WEBINAR UNISRI secara live
streaming dari channel youtube fisip unisri. Hadir sebagai moderator Irawan
Wibisono, S. I. Kom., M. I. Kom. dan dua orang pemantik yaitu, Roso Prajoko, M. I.
Kom. Pengamat politik serta penulis buku “Komunikasi Politik dan Perilaku
GOLPUT” dan Yulianto Sudrajat, Ketua KPU Provinsi Jawa Tengah yang juga
merupakan alumnus UNISRI ‘91, juga hadir tamu spesial dari DKPP Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jawa Tengah Hendry Wahyono dan aktivis
mahasiswa UNISRI.
Di buka dengan pembedahan buku dari Roso Prajoko tentang fenomena Golput.
Fenomena Golput trendnya meningkat terus menerus mulai dari tingkat
kabupaten/kota, provinsi, dan negara, berawal dari Orde Baru, Reformasi sampai
sekarang. Berdasar pada hasil riset di Kabupaten Sragen tahun 2015 tentang angka
Golput di masyarakat hasilnya tidak jauh beda dengan masa orde baru yang berdasar
pada beberapa faktor antara lain, kekecewaan rakyat terhadap partai maupun calon
yang tidak menepati janji kampanye, domisili dan kesibukan menyebabkan rendahnya
minat memilih pada masyarakat, sosialisasi yang kurang dari KPU, ada pula ajakan
untuk golput di masyarakat, yang terakhir figur yang tidak mempesona. Namun, ini
tidak bisa digeneralisasikan dengan daerah lainnya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
beberapa peserta seminar yang tidak mencoblos dengan alasan domisili yang jauh
dengan alamat di KTP, kurangnya sosialisasi dan adanya politik dinasti.
Yulianto Sudrajat, Ketua KPU Jateng membantah hasil riset terhadap kurangnya
sosialisasi yang dilakukan oleh KPU. Menurutnya, KPU telah melakukan sosialisasi
sampai tingkat kepala keluarga dengan mendatangi setiap rumah melalui Ketua RT
setempat. Ketika memberikan formulir C6 sekaligus mensosialisasikan untuk memilih
bahkan dilanjutkan dengan pemberitahuan melalui speaker. Sedang memilih atau
tidaknya di Indonesia bukan suatu kewajiban tetapi hak, “jika ingin partisipasi yang
NAMA : Astrid Feliesa Putri
NPM : 18411127

tinggi mengapa tidak diwajibkan saja, seperti di negara lain seperti Australia.”
ujarnya. Namun KPU mendesak warga untuk menggunakan hak pilih karena bagian
dari upaya agar hasil pemilu memiliki legitimasi yang lebih baik. Mengingat jumlah
partisipasi pemilu nasional 2019 mencapai angka 81% membuktikan tingginya angka
partisipasi pemilu di Indonesia. Menurut Drajat, tingkat partisipasi pemilih di
Indonesia tidak mempengaruhi keabsahan pemilu bahkan sudah lumayan meningkat,
namun masih memiliki kelemahan. KPU telah melakukan upaya membangun pemilih
cerdas, salah satunya dengan meminta para mahasiswa untuk berpartisipasi dalam
mensosialisasikan dan memberikan pencerahan pada masyarakat agar demokrasi di
negara kita semakin baik. KPU secara regulatif mencoba untuk mendesain pemilu
pilkada agar lebih memberikan pendidikan politiknya.
Tantangan penyelenggaraan pemilu bertambah dengan adanya pandemi Covid-19
yang belum selesai, maka seluruh regulasi KPU harus menyesuaikan dengan situasi
sesuai protokol kesehatan termasuk mengatur penyelenggaraan pemilu, tahapan,
bahkan peserta pemilu meliputi paslon, tim kampanye, sampai ke pemilih termasuk
lokasi TPS dengan standart protokol yang ketat. Dalam satu TPS maksimal 500
pemilih kemudian dilanjut dengan pengaturan waktu kedatangan pemilihan agar tidak
terjadi penumpukan juga penambahan jumlah bilik untuk mencoblos. Dari
penuturannya beeliau menghimbau pada masyarakat untuk tidak takut dalam
mencoblos dan menggunakan hak suara, karena sudah disesuaikan dengan protokol
Covid-19. Selanjutnya Hendry Wahyono selaku DKPP berkomentar tentang adanya
sentralisasi parpol yang menimbulkan ekspektasi berlebih. Beliau mengajukan
pertanyaan pada Mbah Roso tentang prosentase orang yang akan datang ke TPS.
Berbeda dengan Dekan FISIP UNISRI Budy Riyanto yang berpendapat bahwa
partisipasi di Indonesia aman-aman saja khususnya di Jawa. Namun kita tidak bisa
meramalkan apa yang akan terjadi pada tanggal 9 Desember mendatang. Kemudian
ada pula pertanyaan dari mahasiswa tentang kemungkinan terjadinya penambahan
jumlah kasus Covid-19 setelah penyelenggaraan pemilu pilkada nanti.
Roso Prajoko menanggapi dengan hasil surveinya dengan tim relawan di Klaten
yang dilakukan secara independen, bahwasanya dari 425 responden dengan tingkat
kepercayaan 95%, responden menyatakan 65% datang ke TPS. Menjadi fenomena
positif bagi KPU agar terus meningkatkan parmasnya (partisipasi masyarakat) dengan
menjamin kesterilan TPS. Masukan dari beliau yaitu, pembagian sarung tangan dan
masker secara langsung sebagai last minute socialization pada masyarakat.
NAMA : Astrid Feliesa Putri
NPM : 18411127

Menanggapi survei Roso Prajoko, Yulianto menegaskan kualitas pemilih


dibandingkan kuantitas pemilih, berbasis pemilih cerdas yang konsen pada program-
program seperti KPU Goes to Campus, KPU Goes to School dalam artian tidak hanya
soal sosialisasi namun lebih pada voter education agar pemilih memahami arti penting
pemilu. Dikarenakan ke depannya negara ini berikutnya akan dipimpin oleh generasi-
generasi muda dengan harapan demokrasi dan pemilu yang lebih baik.
Di akhir diskusi Yuliano menambahkan KPU memiliki wilayah normatif dalam
melaksanakan undang-undang. Sosialisasi ini menjadi bagian dari tugas KPU secara
menyeluruh. Dalam situasi pandemi ini adanya pro contra dari masyarakat terkait
penyelenggaraan pemilu pilkada KPU harus menjawab pertanyaan dan keraguan dari
masyarakat. Kemudian Roso menuturkan bahwa legitimasi itu penting dengan
minimal angak di atas 50%. Beliau menambahkan bahwa KPU, BAWASLU dan
semua stakeholder yang ada harus memastikan masyarakat harus bebas dari Covid-19
ketika menggunakan suaranya.
Sebagai penutupan pemberian bingkisan untuk ke-dua pematik diskusi yang
dilakukan oleh Dekan Fisip Unisri, Budi Riyanto dan dilanjut dengan pembacaan
notulensi dan musik penutup di ujung diskusi. Fordis kali ini berjalan dengan lancar
dan sangat interaktif.

Anda mungkin juga menyukai