Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aryo Paramartha

Kelas : 03 / Smt V
Npm : 18410089

PILKADA, PANDEMI DAN POTENSI


GOLPUT DI SOLO RAYA

Fordis ( Foum Diskusi ) yang diselenggarakan serta ditayangkan pada hari Selasa, 17
November 2020 melalui kanal Youtube FISIP UNISRI secara live streaming. Pada edisi kali
ini mengangkat tema PILKADA, PANDEMI DAN POTENSI GOLPUT DI SOLO
RAYA, latar belakang dari tema ini adalah saat ini fenomena golput hampir saja
menggagalkan PILKADA serentak yang akan dilaksanakan pada 9 Desember mendatang
yang diakibatkan karena Pandemi Covid-19. Fordis pada edisi kali ini diisi oleh oleh 2
narasumber Yulianto Sudrajat selaku ketua KPU Prov. Jateng kemudian Roso Prajoko,
M.i. Kom. Selaku pengamat politik dan juga sebagai penulis buku “ Komunikasi Politik
dan Perilaku Golput”.

Saat ini ada salah satu penyebap kenapa masyarakat memilih untuk golput pada
PILKADA yang akan berlangsung serentak, penyebapnya tentu saja adalah pandemi.
Pandemi kali ini membuat masyarakat menjadi was-was untuk untuk berkontribusi dalam
PILKADA seperti datang ketempat TPS untuk mencoblos. Roso Prajoko melakukan riset
pada tahun 2015 di Sragen dengan metode kualitatif untuk mengukur sejauh mana fenemona
masyarakat Kab.Sragen terhadap Golput. Roso Prajoko mengatakan bahwa kurangnya
sosialisasi oleh pihak KPU dan BAWASLU, rata- rata hanya sosialisasi tinggkat Kabupatan
dan Kecamata, itupun ketika sampai pada tingkat di Desa sangat terbatas. Roso Prajoko
mengatakan ada kekecawaan di awal sehingga meningkatkan tingkat Golput. Disisi lain Roso
Prajoko mengatakan ada ajakan untuk memilihi menjadi Golput, ini juga menjadi fenomena
yang sudah merajalela di masyarakat denga berbagai macam alasan. Kemudian adalah figur
kandidat yang biasa-biasa saja, berbeda jika figurnya adalah seorang aktris. Tokoh
masyarakat yang punya pamor di suatu daerah dan tokoh agama, yang sifatnya kuat

Rois selaku seorang mahasiswa dari Administrasi Negara mengatakan mengapa ia


tidak pernah datang pada PILKADA karena ketika SMA Rois bersekolah di Home School di
Jawa Barat. Karena ada faktor Administratif mengenai domisili, alasan lain adalah keluhan
Rois tentang A5 yang kurang ia pahami karena sosialisasi yang masih kurang tepat.
Kemudian Eky selaku Ketua Himakom juga mengatakan alasan nya kenapa tidak
berkontribusi karena ia secara pribadi belum merasakan sosialisasi. Ia kurang tertarik untuk
mencoblos pada Pilpres. Kemudian Ervanda selaku ketua DEM FISIP mengatakan juga
bingung saat di TPS karena terlalu banyak calon yang harus dicoblos, disisi lain Ervanda
juga kurang tertarik pada pemilihan Legislatif. Teuku selaku mahasiswa Komunikasi juga
mengungkapkan alasan yang serupa dengan Eky dan Ervanda.
Yulianto Sudrajat selaku ketua KPU Prov. Jateng Justru membantah riset dari Roso
Prajoko, M.i. Kom. Jateng bahwa KPU sudah bersosialisasi dengan baik bahkan pada
tingkat Kepala Keluarga bahkan dimulai saat pendaftaran. Yang kedua ketika membagikan
Formulir C6 Yulianto Sudrajat selaku ketua KPU Prov. Jateng. Mengatakan bahwa
sosialisasi sudah dilakukan sejak dini oleh KPPS, belum lagi sosialisasi yang lain. Di Negara
kita pemilu adalah sebuah Hak dan bukan Kewajiban, kemudian Yulianto Sudrajat selaku
ketua KPU Prov. Jateng juga membandingkan perbandingan dan perbedaan dari riset Roso
Prajoko, M.i. Kom. dengan sudut pandangnya sebagai ketua KPU. Metode kampanye juga
sudah di atur oleh KPU melalui regulasi seperti Pertemuan Terbatas dan Kampanye Dialogis.
Soal kehadiran di TPS juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada. Sekarang undang-
undang sudah memberikan kewenangan tentang pemilihan secara langsung yang harusnya
daulat itu dipergunakan dengan baik. Yulianto Sudrajat juga menegaskan bahwa sebagai
penyelenggara pemilu sudah menyampaikan apa adanya.

Menurut Yulianto Sudrajat tantangan PILKADA bertambah dengan adanya Pandemi


yang ada. Mau tidak mau seluruh regulasi KPU harus menyesuaikan dengan situasi yang ada.
Dimana seluruh tahapan harus mematuhi protokol kesehatan yang ada. Seluruh kekhawatiran
masyarakat untuk menyeblos pada PILKADA serentak yang akan datang juga dijawab oleh
Yulianto Sudrajat dengan tegas bahwa TPS yang ada akan benar-benar menawarkan
kenyamanan. Hendri selaku DKPP juga memberikan komentar mengenai PILKADA
serentak yang akan diselenggarakan. Ia melihat bahwa sentralisasi parpol menimbulkan
ekspetasi yang luar biasa, ia melihat kecenderungan yang sentralistis. Hendri selaku DKPP
ingin tahu berapa persen partisipan yang akan datang pada TPS saat PILKADA sehingga
bisa di breakdown.

Buddy Riyanto selaku DEKAN FISIP juga memberikan tanggapan mengenai topik
pembicaraan kali ini, kaitan dengan pemilu apakah yang datang atau tidak, tergantung.
Artinya kita tidak hanya melihat kenyataan tapi juga bisa meramalkan apa yang kemungkinan
terjadi. Kalau indonesia juga akan baik-baik saja. Prasetyo selaku mahasiswa Administrasi
Negara menyinggung pemilu dimasa Covid-19, ia mengatakan bagaimana jika dalam pemilu
nanti akan ada penambahan korban Covid-19 yang meningkat bagaimana penangananya.
Roso Prajoko mengatakan riset di Klaten selama satu bulan hasilnya adalah mengejutkan,
dari 425 responden 65% persen nya mengatakan akan datang pada TPS ini menjadi
fenomena positif bagi KPU untuk meningkatkan parmasnya. Dipastikan juga sarung tangan
dan masker di bagikan ke masyarakat, karena sekaligus melakukan sosialisasi. Juga untuk
memberikan jaminan oleh KPU karena KPU melayani, yang akhirnya akan memberikan
pengaruh positif kepada masyarakat.

Yulianto Sudrajat menegaskan soal kualitas daripada kuantitas. KPU selalu


mendorong pemilih berbasis pemilih cerdas, dengan program-program yang ada seperti KPU
Goes To Campus. Kedepan negara ini akan dipimpin generasi baru, KPU berharap
demokrasi dan pemilu akan menjadi lebih baik. Ervanda selaku ketua DEM FISIP
memandang PILKADA tahun ini adalah langkah yang berani dari KPU dengan kondisi dan
resiko yang harus dihadapi, begitu juga ia mengapresiasi langkah KPU ini. Pada kesempatan
ini Roso Prajoko juga membagikan dua bukunya kepada kedua orang mahasiswa yang
beruntung serta berfoto bersama. Kemudian Hendri selaku DKPP juga menyampaikan
beberapa hal seperti mencermati fenomena MENKOPOLHUKAM. Konteks pemilih
berdaulat negara kuat itu, mestinya pemilih punya otoritas kuat dalam pimikiran dan konsep
itu tidak perlu di sanksikan, tapi bagaimana pemilih punya otonomi pemikiran yang kuat itu
yang ia kira betul-betul perlu dicari jalan keluarnya juga untuk menghindari dikapitalisasi
dalam suaraya.

Roso Prajoko menambahkan tentang bagaimana laporan dana kampanye yang


harusnya terjadi kemudian Yulianto Sudrajat menegaskan bahwa KPU punya wilayah
melaksanakan undang-undangan nya sendiri. Yulianto Sudrajat tentu dengan seluruh jajaran
yang ada punya instrumen di setiap Kabupaten disisi lain juga bekerjasama dengan Media
dengan stake holder yang lain, terus menerus selalu menjawab keraguan masyarakat. Pemilu
memang harus tetap di adakan dengan ketentuan yang ada. Roso Prajoko berharap legitimasi
pemimpin itu penting, apa gunanya pemilu kalo publik tidak mengakui seorang pemimpin.
Minimal seorang kepala daerah harus memiliki suara sah dalam PILKADA itu minimal
diatas 50% artinya di akui oleh publik. Jadi KPU masih punya waktu untuk sosialisasi, yang
kedua KPU, BAWASLU dan semua Steak Holder yang ada harus memastikan masyarakat
harus bebas dari covid pada saat menggunakan hak suaranya.

Akhirnya memasuki segmen terakhir dari Fordis pemberian bingkisian kepada


pembicara dan foto bersama Buddy Riyanto selaku DEKAN FISIP. Kemudian di tutup
dengan pembacaan notolunsi. Demikian rangkaian diskusi dari Fordis yang sudah
berlangsung melalui Kanal Youtube FISIP UNISRI berlangsung dengak aktif dan interaktif.

Anda mungkin juga menyukai