Anda di halaman 1dari 2

Nama : Julia Putri

NIM : 2010211320091
Judul : Ledakan Black Campaign Yang Terjadi Di Pilkada Serentak 2020

Tahun 2020 dimana diselenggarakannya pilkada serentak bagi Indonesia. Di tahun ini,
Indonesia akan menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) yaitu pemilihan gubernur dan
wakil gubernur dan pemilihan bupati dan wakil bupati. Salah satu masalah yang kerap mencuat
dalam Pemilu adalah kampanye hitam (black campaign) yang sering dilakukan oleh salah satu
kandidat atau tim kampanye kandidat tersebut untuk menjatuhkan kandidat lainnya. Black
campaign, tidak seperti kampanye negatif (negative campaign), dilarang karena cenderung ke
arah fitnah dan menyebarkan berita bohong terkait kandidat tertentu.

Sebenarnya tidak terdapat suatu definisi pun mengenai black campaign. Istilah tersebut
digunakan di Indonesia untuk menyebut kegiatan-kegiatan yang dikenal sebagai negative
campaign dalam rangka menjatuhkan lawan politik. Yang termasuk dalam kegiatan negative
campaign menurut Undang-undang Pemilu biasanya berkaitan dengan pelanggaran kode etik
penyelenggara pemilu, pelanggaran administrasi pemilu, sengketa pemilu, dan tindak pidana
pemilu.

Perkembangan black campaign di Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan saya,


dahulu black campaign dilakukan melalui pembagian atau penyebaran informasi melalui media
cetak seperti pamflet, fotokopian artikel, dan lain-lain, yang didalamnya berisikan mengenai
informasi-informasi negatif pihak lawan, kepada masyarakat luas. Penyebaran itu dilakukan oleh
tim sukses maupun simpatisan dari si bakal calon. Sekarang black campaign dilakukan dengan
menggunakan media yang lebih canggih, seperti misalnya menggunakan media sosial. Namun
demikian, media cetak pun masih tetap digunakan untuk media black campaign ini, sementara
aturan belum memadai, karena pemikiran penegak hukumnya belum sampai ke sana.

Di Indonesia, black campaign masih sering terjadi dikarenakan sulitnya kegiatan itu


ditindak. Letak kesulitannya terdapat pada pengaturan dalam Undang-undang No. 8 Tahun 2012
tentang Pemilihan Umum, pasal 249 ayat (4) bahwa pelanggaran kampanye baru dapat ditindak
apabila ada pengaduan atau pelaporan terlebih dahulu kepada Bawaslu mengenai adanya dugaan
pelanggaran atau kelalaian dalam pelaksanaan pemilu. Adanya batas kadaluarsa yang begitu
cepat, yaitu hanya 7 (tujuh) hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran pemilu-lah
yang menjadikan pelanggaran tersebut sulit ditindak, karena biasanya baru dilaporkan kepada
Bawaslu setelah batas kadaluarsa tersebut. Selain itu, penggunaan media elektronik dalam
kegiatan-kegiatan black campaign belum diatur secara lengkap dan memadai oleh Undang-
undang maupun peraturan terkait dengan pemilihan umum, sehingga pemikiran para penegak
hukum belum sampai pada pelanggaran yang dilakukan melalui media dan cara tersebut.
Yang paling sering terjadi adalah, adanya beberapa pihak penegak hukum yang memiliki
pemikiran bahwa kondisi aman terkendali dapat dicapai apabila laporan pelanggaran pemilu
tidak ditindak lanjuti sehingga tidak muncul dimasyarakat, sehingga tidak perlu sampai ada
tindak lanjut dari pelanggaran tersebut. Ini menunjukkan bahwa ada beberapa pihak penegak
hukum kurang berani menindak pelanggaran black campaign yang dilakukan oleh partai-partai,
terutama partai-partai besar.

Beberapa kegiatan negative campaign yang sering dilakukan oleh para bakal calon ialah
penyalahgunaan fasilitas negara atau fasilitas umum. Selain itu, money politic juga masih sering
dilakukan oleh para bakal calon untuk merebut perhatian dan simpati masyarakat. Untuk pejabat
yang ingin kembali memperoleh posisi jabatannya di periode selanjutnya, sering
melakukan money politic dengan cara membagikan Bantuan Langsung Tunai (BLT), dana sosial,
atau door prize ketika kampanye. Mereka menjadikan BLT yang berasal dari anggaran negara
untuk mencari simpatisan atau pendukung ketika kampanye. Pada awalnya laporan atau
pengaduan atas adanya dugaan pelanggaran pemilu yang masuk ke Bawaslu dipilah-pilah untuk
dapat ditentukan termasuk pelanggaran yang manakah kegiatan negative campaign tersebut.

Jika tindakan tersebut merupakan pelanggaran administrasi pemilu, maka masuk lingkup
kewenangan KPU. Jika termasuk dalam pelanggaran tindak pidana biasa, maka masuk lingkup
hukum pidana biasa dan ditangani oleh kepolisian, begitu juga jika pelanggarannya termasuk
dalam tindak pidana pemilu. Jika tindakan tersebut termasuk dalam pelanggaran kode etik
penyelenggara pemilu, maka ditangani oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu. Dan
yang terakhir, apabila tindakan tersebut berkaitan dengan sengketa pemilu maka Bawaslu-lah
yang bertanggungjawab untuk menindaklanjuti pelanggaran pemilu tersebut.

Peran kita sebagai mahasiswa fakultas hukum sebagai institusi pendidikan hukum yakni
dengan menyadarkan masyarakat betapa pentingnya hak suara yang dimiliki, menghimbau
masyarakat untuk mempergunakan hak pilihnya secara bijaksana, serta mencerdaskan dan
mengingatkan masyarakat untuk jangan sampai melakukan tindakan-tindakan yang termasuk
dalam pelanggaran pemilu hanya demi mendukung bakal calon yang mereka beri simpati lebih.
Peran tersebut dapat dilakukan melalui banyak cara. Salah satunya adalah melalui sosialisasi
kegiatan pemilu kepada masyarakat yang awam, terlebih mengenai adanya tindakan-tindakan
yang termasuk dalam kegiatan pelanggaran pemilu yang dilarang oleh peraturan pemilu. Dengan
demikian, maka masyarakat akan lebih berhati-hati untuk bertindak.

Anda mungkin juga menyukai