Anda di halaman 1dari 6

TEKNIK PENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF

Sofia Qurrotu A’yun

J410161020

A. Pengertian Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh seorang
peneliti untuk mendapatkan data-data dari masyarakat (partisipan) agar ia dapat
menjelaskan permasalahan penelitiannya. (Sare dan Petrus, 2008)
Data penelitian dapat berupa teks, foto, angka, cerita, gambar, artifacts.
Data penelitian kualitatif biasanya berbentuk teks, foto, cerita, gambar, artifacts
dan bukan berupa angka hitung-hitungan. Data dikumpulkan bilamana arah dan
tujuan penelitian sudah jelas dan juga bila sumber data yaitu informan atau
partisipan sudah diintifikasi, dihubungi serta sudah mendapat persetujuan atas
keinginan mereka untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.
Partisipan adalah, pertama mereka yang memiliki informasi yang
dibutuhkan. Kedua, mereka yang memiliki kemampuan untuk menceritakan
pengalamannya atau memberikan informasi yang dibutuhkan. Ketiga, mereka
yang benar-benar terlibat dengan gejala, peristiwa, masalah, dalam arti mereka
mengalaminya secara langsung. Keempat, mereka yang bersedia untuk ikut serta
diwawancarai. Kelima, mereka harus tidak berada dibawah tekanan, tetapi penuh
kerelaan dan kesadaran akan keterlibatannya. Jadi syarat utamanya yaitu
kredibel dan kaya akan informasi yang dibutuhkan (information rich).
(Semiawan, 2010)
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan teknik
gabungan atau triangulasi dengan mempertimbangkan kondisi di lapangan.
Menurut Sugiyono (2013:83) dalam Sugiarto (2015), dalam teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Peneliti yang melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi adalah sekaligus menguji kredibilitas data tersebut.
B. Macam-Macam Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan dengan
bercakap-cakap secara tatap muka. (Afifuddin dan Saebani (2012:131)
dalam Sugiarto (2015)).
Wawancara adalah metode yang tepat ketika peneliti ingin
memahami konstruk-konstruk yang digunakan orang-orang yang
diwawancarai sebagai dasar untuk pendapat dan keyakinan mereka
mengenai situasi, isu, atau produk tertentu. Alasan-alasan lain untuk
wawancara diringkas oleh Easterby-Smith, Thorpe dan Lowe (1999:74)
dalam Daymon (2008), sebagai berikut :
a. Wawancara digunakan ketika logika step-by-step dari suatu situasi
tidaklah jelas.
b. Wawancara digunakan ketika pokok materi bersifat sangat rahasia atau
peka secara komersial.
c. Wawancara digunakan ketika orang yang diwawancarai mungkin segan
untuk menceritakan kebenaran seuatu isu, kecuali jika diceritakan
secara rahasia dalam situasi tatap muka one-to-one.
d. Wawancara digunakan jika ditujukan untuk mengembangkan suatu
pemahaman dari “dunia” kerja partisipan, sehingga bisa memengaruhi,
seperti dalam kasus riset kritis atau action research.

Menurut juliandi (2014), ada dua bentuk wawancara, antara lain :

a. Wawancara Terstruktur / Terpimpin : ada pedoman wawancara


yang disiapkan oleh peneliti.
b. Wawancara Tidak Terstruktur / Tidak Terpimpin : peneliti tidak
mempersiapkan pedoman wawancara.
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
dan mencatat secara sistematik unsur-unsur yang tampak dalam suatu objek
penelitian. (Afifuddin dan Saebani (2012:134) dalam Sugiarto (2015))
Dalam penelitian kualitattif, data tidak akan diperoleh di belakang
meja, tetapi harus terjun ke lapangan, ke tetangga, ke organisasi, ke
komunitas. Data yang diobservasi dapat berupa gambaran tentang sikap,
kelakuan, perilaku, tindakan, keseluruhan interaksi antar manusia. Data
observasi juga dapat berupa interaksi dalam suatu organisasi atau
pengalaman para anggota dalam berorganisasi.
Menurut Juliandi (2014), observasi dibagi menjadi 2 bentuk, anatara
lain :
a. Pengamatan Terstruktur/Sistematik : menggunakan pedoman / daftar
pengamatan
b. Pengamatan Tidak terstruktur/Tidak sistematik : tidak
menggunakan pedoman / daftar pengamatan.
Menurut (Semiawan, 2010) proses observasi antara lain sebagai
berikut :
a. Proses Observasi
1) Dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang hendak diteliti.
2) Membuat pemetaan, sehingga diperoleh gambaran umum tentang
sasaran penelitian.
3) Mengidentifikasi siapa yang akan diobservasi, kapan, berapa lama
dan bagaimana.

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mencari
bukti-bukti dari sumber nonmanusia terkait objek yang diteliti (Afifuddin
dan Saebani (2012:141) dalam Sugiarto (2015)) yang berupa tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono (2013:82)
dalam Sugiarto (2015)).
Menurut Juliandi, dkk (2014) ada dua bentuk pengumpulan
dokumentasi :
a. Dokumen Tertulis (printed)
Contoh : buku, majalah, peraturan, notulen rapat, catatan harian, jurnal,
laporan, dll.
b. Dokumen Elektronis (nonprinted)
Contoh : situs internet, foto, mikrofilm, disket, CD, kaset, atau peralatan
audio visual lainnya.

4. Focus Group Discussion (FGD)


Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah
adalah sekumpulan orang yang diwawancarai oleh satu atau lebih peneliti.
(Daymon, 2008).
Menurut Stewart dan Shamdasani (1990); Krueger (1998) dan
Morgan (1988) dalam Nasdian (2014), FGD adalah wawancara kelompok
dari sejumlah individu dengan status sosial yang relatif sama, yang
memfokuskan interaksi dalam kelompok berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan yang dikemukakan oleh pendamping yang berperan sebagai
moderatot dalam kelompok diskusi tersebut. Hasil wawancara dari metode
FGD adalah berupa suatu manuskrip dari diskusi kelompok tersebut.
Menurut Nasdian (2014), partisipan atau peserta FGD dalam suatu
diskusi tidak lebih dari 10 orang dengan status sosial atau tingkat jabatan
(formal) yang relatif sama. Oleh kare itu pemilihan partisipan peserta
menjadi sangat selektif dan tergantung dengan topik yang akan
didiskusikan.
a. Langkah-Langkah dalam melakukan Focus Group Discussion
1) Pendamping perlu melakukan “pendekatan” kepada partisipan di
tingkat kelompok, komunitas, atau lokalitas untuk menjelaskan latar
belakang dan tujuan dilaksanakan FGD. Pendekatan tersebut harus
dapat menghasilkan rencana waktu dan tempat pelaksanaan FGD.
2) Menggunakan wewenang formal baik di tingkat lokalititas maupun
komunitas, mengundang peserta atau partisipan FGD.
3) Sebelum FGD dimulai, pendamping perlu menguasai gambaran
struktural sosial ekonomi masyarakat dan dinamika komunitas yang
akan diteliti. Kemudian moderator perlu menjelaskan kepada
partisipan bahwa diskusi dengan metode ini diharapkan bisa
memperoleh visi dan pandangan dalam penyelesaian masalah
penelitian.
4) Ketika FGD berlangsung, ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu :
(a) “Merekam” seluruh jalannya dan pembicaraan dalam diskusi
(disamping diskusi tersebut direkam ke dalam casette); (b)
“Mensuplai” butir-butir pertanyaan yang dikembangkan selama
diskusi berlangsung kepada moderator agar pembahasan semakin
“tajam” dan jelas arahnya.
5) Ketika FGD berlangsung, moderator harus mampu memberikan
kesempatan yang seimbang kepada seluruh partisipan untuk
mengekspresikan pandangan dan gagasannya.
6) Hasil tertulis yang “direkam” di FGD digunakan sebagai dasar
untuk mengembangkan butir-butir pertanyaan yang lebih tajam dari
pertanyaan umum yang telah dirumuskan sebelumnya. (Nasdian,
2014)

C. Daftar Pustaka
Daymon, Christine.2008.Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public
Relations dan Marketing Communications.Yogyakarta : Bentang
Pustaka.
Juliandi, Azuar, dkk.2014.Metodologi Penelitian Bisnis Konsep dan
Aplikasi.Medan : UMSU Press.
Nasdia, Fredian Tonny.2014.Pengembangan Masyarakat. Jakarta : Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Sare, Yuni dan Petrus Citra.2008.Antropologi SMA/MA XII.Jakarta : Grasindo.
Semiawan, R. Conny.2010.Metode Penelitian Kualitatif.Jakarta : Grasindo.
Sugiarto, Eko.2015.Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif : Skripsi dan
Tesis.Yogyakarta : Suaka Media.

Anda mungkin juga menyukai