Dilansir dari beragam sumber, berikut adalah pengertian Teknik pengumpulan data,
diantaranya:
Pengertian teknik pengumpulan data atau data collection adalah proses riset dimana
peneliti menerapkan metode ilmiah dalam mengumpulkan data secara sistematis untuk
dianalisa.
Selain itu Teknik pengumpulan adalah sebuah teknik atau cara yang dilakukan oleh
peneliti untuk bisa mengumpulkan data yang terkait dengan permasalahan dari penelitian
yang diambilnya.
Supaya lebih jelas, berikut adalah catatan penting sebelum kamu mulai melakukan Teknik
pengumpulan data:
Untuk melakukan sebuah teknik pengumpulan data biasanya telah ditentukan oleh
beberapa variabel penelitian. Apabila semua data telah terkumpul, langkah berikutnya
ialah dengan melakukan pengolahan data. Jadi, data yang dikumpulkan tidaklah memiliki
arti dan tidak berguna apabila tidak dilakukan pengolahan.
Nah, data yang ada dalam sebuah penelitian ternyata cukup banyak. Beberapa contoh
data dalam sebuah penelitian ialah, huruf, angka simbol, gambar, situasi, bahasa, suara
dan lain sebagainya. Berbagai macam data tersebut kemudian akan dipakai jika masih
berkaitan dan memiliki kesinambungan dengan konsep, kejadian atau pun objek yang
nantinya akan diteliti.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap petanyaan penelitian.
Data yang dikumpulkan ditentukan olehvariabel-variabel yang ada dalam hipotesis. Data
itu dikumpulkan oleh sampel yang telahditentukan sebelumnya. Sampel tersebut terdiri
atas sekumpulan unit analisis sebagai sasaran penelitian.
Prosedur teknik pengumpulan data menjadi sangat penting sebab dalam sebuah penelitian
dibutuhkan data-data yang valid sehingga dapat menghasilkan sebuah kesimpulan yang valid
pula. Nah, sebelum mengumpulkan data, biasanya peneliti memiliki sebuah hipotesis.
Hipotesis itu sendiri adalah sebuah dugaan kesimpulan sementara tentang suatu hal yang
akan diteliti. Nantinya, hipotesis inilah yang akan dibuktikan oleh si peneliti sendiri secara
empiris dalam penelitian yang dilakukannya.
Agar bisa membuktikan benar atau tidaknya hipotesis dari peneliti tersebut, maka proses
pengumpulan data dengan menggunakan cara yang tepat dan benar. Salah satu proses
pengumpulan data yang umum dilakukan menurut Nan Lin ada 8 tahap yang perlu dilalui,
diantaranya:
a. Tinjau literatur dan konsultasi dengan ahli
Pengumpulan data biasanya diawali dengan mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh melalui peninjau
literatur yang relevan dan konsultasi dengan para ahli. Melalui usaha-usaha ini peneliti
berusaha memahami benar-benar isu penelitian, konsep, dan variable-variabel yang
dipergunakan oleh peneliti lain dalam mempelajari hal yang serupa di masa lalu, dan
hipotesis-hipotesis yang pernah diteliti pada waktu lalu. Perlu juga dipahami ciri-ciri
orang yang menjadi responden kita dalam penelitian.
c. Membina dan memanfaatkan hubungan yang baik dengan responden dan lingkungannya
Maksud di sini adalah peneliti perlu mempelajari kebiasaan-kebiasaan respondennya
termasuk bagaimana cara mereka berpikir, cara mereka melakukan sesuatu, Bahasa yang
biasa digunakan, waktu luang mereka, dan sebagainya.
h. Pengorganisasian dan kode ulang data yang telah terkumpul supaya dapat dianalisis.
Setelah data terkumpul, saatnya mengkoordinasikan data-data yang telah terkumpul. Jika
sudah, maka kamu dapat mulai menganalisis data-data tersebut. Pastikan tidak ada data
yang kurang valid.
3. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2017,194) cara atau teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan
ketiganya.
a. Observasi (pengamatan)
Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian. Observasi merupakan metode yang cukup mudah
dilakukan untuk pengumpulan data. Observasi ini lebih banyak digunakan pada statistika
survei, misalnya akan meneliti kelakuan orang-orang suku tertentu. Observasi ke lokasi
yang bersangkutan akan dapat diputuskan alat ukur mana yang tepat untuk digunakan.
Susan Stainback (1998), menyatakan bahwa “in participant observation, the researcher
observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities”.
Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Dalam observasi partisipatif terdapat beberapa kategori peran partisipan yang terjadi di
lapangan penelitian kualitatif. Menurut Junker terdapat beberapa macam kategori peran
partisipan dilapangan yaitu:
Peran serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini menjadi anggota
penuh dari yang diamati. Pengamat akan memperoleh informasi tentang apapun dari
yang diamati, termasuk yang barang kali yang dirahasiakan.
Peran serta sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini berperan sebagai
pengamat (ply on the wall). Statusnya sebagai anggota dalam hubungan ini
sebenarnya hanya sebatas pura-pura saja, sehingga tidak melebur secara fisik maupun
psikis dalam pengertian yang sesungguhnya.
Pengamat sebagai pemeran serta, dalam hubungan ini peneliti sebagai pengamat ikut
melakukan apa yang di lakukan oleh nara sumber sebagai yang teramati meskipun
belum sepenuhnya.
Pengamat penuh, dalam hubungan ini kedudukan pengamat dan yang diamati
terpisah, informasi diteruskan satu arah saja, sehingga subjek tidak merasa diamati.
Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa ciri penelitian kualitatif diantaranya adalah
untuk menemukan dan mengungkap fakta yang ada di lapangan secara alamiah (natural
setting). Konsekuensinya peneliti harus secara cermat dan bijaksana menerapkan teknik
pengumpulan data di lapangan pada nara sumber, agar benar-benar data diperolehnya
bersifat alamiah.
Oleh karena itu dalam observasi peneliti dalam pengumpulan data “menyatakan terus
terang kepada sumber data (kepada masyarakat yang ditelitinya, bahwa peneliti sedang
melakukan observasi dalam penelitian”. Pada tipe ini semua proses yang dilakukan oleh
peneliti diketahui semuanya oleh orang yang diteliti. “Tapi dalam suatu saat peneliti tidak
terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data
yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan
dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
Dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak terstruktur, karena fokus penelitian
belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung.
Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi
dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan di observasi. Hal ini dikarenakan peneliti tidak tahu secara pasti
tentang apa yang akan diamati. Dalam melaksanakan penelitian tidak menggunakan
instrumen yang telah baku, tapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
b. Kuestioner (Kuesioner/Angket)
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden
untuk dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan
jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan yaitu prinsip penulisan angket,
prinsip pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa
faktor antara lain:
Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka
harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak
mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada
responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya
jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka
responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
Berdasarkan cara menyusun pertanyaan dalam teknik questioner ini dibagi menjadi dua:
Kelebihan kuesioner tertutup; 1) Untuk peneliti, mudah mengolah jawaban yang masuk,
2) Untuk peneliti, waktu yang dimanfaatkan dalam pengelompokkan jawaban menjadi
singkat karena dapat memanfaatkan bantuan enumerator, 3) Untuk responden, mudah
memilih jawaban, 4) Untuk responden, dalam mengisi jawaban mmerlukan waktu
singkat.
c. Interview (Wawancara)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan
tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap narasumber atau
sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi
pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden,
sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik
pengumpul data. Teknik wawancara umumnya digunakan untuk jenis tipe kualitatif.
Macam-macam Interview/wawancara
Langkah-langkah wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam
penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
Isi wawancara
Pengalaman dan perbuatan responden, yaitu apa yang telah dikerjakannya atau yang
lazim dikerjakannya.
Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau perkiraanya tentang sesuatu.
Perasaan, respons emosional, apakah ia merasa cemas, takut, senang, gembira,curiga,
jengkel dan sebagainya tentang sesuatu.
Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu.
Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, dirabah, dikecap atau diciumnya, diuraikan
secara deskriptif.
Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga dan
sebagainya.
Alat-alat wawancara
Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua pembicaraan atau percakapan dengan
sumber data, sekarang sudah banyak komputer-komputer kecil, notebook yang dapat
digunakan untuk mencatat hasil pembicaraan.
Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.
Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu memberi tahu kepada informan
boleh atau tidak.
Kamera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan
informan/sumber data. Dengan adanya foto-foto ini dapat meningkatkan keabsahan
dan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan
pengumpulan data.
d. Document (Dokumen)
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita,
biografi, peraturam , dan kebijakan. Sementara dokumen berbentuk gambar dapat berupa
foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.
Teknik pengumpulan data observasi atau wawancara, nantinya akan lebih kredibel
apabila disertai dengan dokumentasi
4. Jenis-Jenis Data
Data penelitian merupakan segala fakta dan angka yang dijadikan untuk menyimpan suatu
informasi. Dalam proses penulisan penelitian, data dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
Berikut penjelasannya.
1) Data Kualitatif
Pengertian data kuantitatif merupakan data naratif atau deskriptif yang bertujuan untuk
menjelaskan kualitas suatu fenomena. Kualitas suatu fenomena biasanya tidak mudah
atau tidak dapat diukur secara numerik.
2) Data Kuantitatif
Berkebalikan dengan data kualitatif yang tidak dapat diukur, maka data kuantitatif
merupakan jenis data yang dapat diukur (measurable) atau dihitung secara langsung
sebagai variabel angka atau bilangan. Variabel dalam ilmu statistika adalah atribut,
karakteristik, atau pengukuran yang mendeskripsikan suatu kasus atau objek penelitian.
b. Berdasarkan Sumber
Berdasarkan sumbernya, Teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua, yaitu data primer
dan data sekunder.
1) Data Primer
Data primer adalah data utama atau data pokok yang digunakan dalam penelitian.
Data pokok dapat dideskripsikan sebagai jenis data yang diperoleh langsung dari
tangan pertama subjek penelitian atau responden atau informan. Perkecualian pada
riset kuantitatif.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data pelengkap yang diperoleh tidak melalui tangan pertama,
melainkan melalui tangan kedua, ketiga atau seterusnya. Perkecualian juga pada riset
kuantitatif. Beberapa peneliti selalu mencontohkan dokumen seperti literatur atau
naskah akademik, koran, majalah, pamflet, dan lain sebagainya sebagai data
sekunder.
Cara pengambilan data dengan metode observasi bisa dengan dua cara yaitu:
a) Observasi Partisipasi
Metode ini cocok untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikis
seperti kesan, pemaknaan, apa yang dirasakan. Namun, metode ini juga dinilai
kurang obyektif. Pasalnya, ketika peneliti melakukan observasi partisipasi, orang
yang diteliti atau partisipan umumnya mengetahui bahwa mereka sedang diteliti.
Namun, perlu pengetahuan yang lebih dalam melakukan metode ini karena lebih
sulit mendapatkan data apabila hanya mengandalkan pengamatan. Contoh
penelitian non partisipan adalah penelitian tentang perilaku membuang sampah
sembarangan siswa di sekolah tertentu.
2) Wawancara
3) Eksperimental
5. Prinsip-Prinsip Penelitian
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam proses pengumpulan data, yakni sebagai
berikut:
a) Data-data yang digali atau dikumpulkan harus berdasarkan kondisi obyektif dari lokasi
penelitian, jangan direka atau dikira-kira oleh pemikiran
b) Alat pengumpul data atau instrumen penelitian harus relevan dengan tujuan penelitian.
Oleh karena itu, instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif, harus
melalui analisis try out (uji coba) instrumen. Pada umumnya, analisis uji coba instrumen,
setidaknya menganalisis sisi validitas (kesahihan) dan reliabilitas. Sementara dalam
penelitian kualitatif, kesahihan data lapangan sangat dipengaruhi oleh keterampilan
peneliti dalam proses pengumpulan data. Oleh karena itu, terdapat perbedaan mendasar
proses pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif dengan
c) Pihak-pihak yang dihubungi atau disebut sampel penelitian (untuk penelitian kuantitatif)
dan subyek penelitian (untuk penelitian kualitatif) harus relevan dengan apa yang hendak
d) Prinsip kerahasiaan (confidencial), dimana nama-nama sampel atau responden penelitian
harus dijamin kerahasiaannya. Oleh karena itu, sebaiknya untuk mengidentifikasi
identitas sampel, sebaiknya digunakan kodefikasi.
e) Beberapa isu etis yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :
6. Skala Pengukuran
Pengertian skala pengukuran data dalam penelitian dapat diartikan sebagai sarana untuk
menentukan panjang pendek interval yang telah ditentukan dalam satuan alat ukur. Salah
satu cara agar bisa mengetahui panjang pendek interval dapat dilakukan dengan
melakukan alat pengukuran.
Penggunaan alat ukur dapat diterapkan untuk memperoleh data kuantitatif atau
memperoleh angka. Kurang efektif jika digunakan untuk jenis penelitian kualitatif.
Berikut adalah pengertian skala pengukuran data dalam penelitian menurut para ahli atau
para tokoh.
Menurut Ramli (2011) skala pengukuran adalah kesepakatan untuk menentukan panjang
pendek interval pada alat ukur. Baik digunakan untuk dijadikan sebagai acuan ataupun
sebagai tolak ukur untuk memperoleh data. Sugiono (2012) adalah kesepakatan yang
digunakan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
kuantitatif. Imam Ghozali (2005) mengartikan pengukuran adalah meletakkan angka atau
symbol pada karakteri yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan diakui.
Karakter yang dimaksud di sini adalah satuan ukuran tertentu.. Misalnya mengacu pada
umur, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.
Macam-macam skala pengukuran data dalam penelitian memiliki empat jenis. Dimana
keempat jenis tersebut termasuk dalam ilmu statistik. Apa saja? Berikut ulasannya.
a. Skala Nominal
Dikatakan sebagai skala nominal adalah skala pengukuran yang cukup sering digunakan.
Karena skala pengukuran ini bentuknya paling sederhana. Skala nominal cocok
digunakan untuk penelitian yang mencari pengkategorian saja.
Contoh kasus pengkategorian adalah menentukan katebori lambang, label atau symbol.
Umumnya pengkategorisasian berperan untuk mengelompokkan data sesuai dengan
kategorisasi. Pengkategorisasian di lapangan lebih sering menggunakan simbolisasi yang
fungsinya untuk membedakan mana kelompok objek ataupun mana kelompok subjek.
Tanda skala nominal adalah mutually exclusive, dimana setiap objek hanya memiliki satu
kategori saja. Selain itu, skala nominal tidak memiliki aturan yang terstruktur, dengan
kata lain aturannya abstrak.
Berikut adalah ciri dari skala nominal yang perlu di garis bawahi.
Skala ordinal adalah skala pengukuran yang menunjukan jarak interval antar tingkatan
tidak harus sama. Skala ordinal setingkat lebih tinggi dibandingkan dengan skala
nominal. Skala ordinal pengkategorisasian disusun berdasarkan urutan terendah ke
tingkat yang lebih tinggi.
Skala ordinal dari segi pengkategorisasiannya saling memisah. Dari segi kategorisasi data
dibuat berdasarkan karakteristik khusus. Sedangkan untuk kategorisasi data disusun
berdasarkan pada karakteristik.
c. Skala Interval
Skala interval adalah skala pengukuran yang sering digunakan untuk menyatakan
peringkat untuk antar tingkatan. Pada skala interval tidak memiliki nilai nol. Nilai nol
yang dimaksud hanya menggambarkan satu titik dalam skala saja.
Dari asal tingkatannya, skala interval berada di atas skala ordinal dan skala nominal.
Skala interval memiliki nilai bobot yang sama dari satu data dengan yang lain. Skala
interval bersifat saling memisah. Sedangkan untuk kategorisasi data diatur secara logis,
untuk kategorisasi data memiliki karakteristik khusus saat menentukan skala.
d. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala pengukuran data dalam penelitian yang lebih sering digunakan
untuk membedakan, mengurutkan dan membandingkan data. Skala rasio adalah skala
paling tinggi dibandingkana tiga jenis skala yang sudah disebutkan sebelumnya.
Untuk lebih simpelnya, berikut ciri-ciri skala rasio yang bisa di garis bawahi.
Itulah empat macam skala pengukuran data dalam penelitian. Semoga sedikit ulasan ini
bermanfaat. Jika masih binggung, berikut adalah contoh skala pengukuran data dalam
penelitian.