Anda di halaman 1dari 11

Review buku Memahami Penelitian Kualitatif

Judul: Memahami Penelitian Kualitatif


Pengarang: Prof. DR. Sugiyono
ISBN : 979-8433-37-x
Penerbit : CV. Alfabeta Bandung

BAB 5
INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA DALAM
METODE PENELITIAN KUALITATIF
A. INSTRUMEN PENELITIAN
Ada dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas
instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif
yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu
peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap
melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan. Validasi terhadap peneliti
sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,
penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki
objek penelitian baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi
adalah peneliti itu sendiri yaitu melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap
metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta
kesiapan bekal memasuki lapangan. Peneliti kualitatif sebagai HUMAN INSTRUMENT
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya.
Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari objek penelitian belum
jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum
jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
peneliti memasuki objek penelitian. Selain dalam memandang realitas, penelitian
kualitatif berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistik (menyeluruh), dinamis, tidak
dapat dipisah-pisahkan kedalam variabel penelitian. Kalaupun dipisahkan variabelnya
akan banyak sekali. sehingga dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan
instrumen penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Jadi peneliti adalah
instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Tetapi setelah masalah yang akan dipelajari
jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen sederhana yang diharapkan dapat
melengkapi data dan membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan
wawancara. Peneliti akan terjun kelapangan sendiri baik pada grand tour question, tahap
focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber dan
berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah
(natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, pada suatu seminar,
diskusi, dijalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan
data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber sekunder
adalah merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila
dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data
dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner

(angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya. Dalam penelitian kualitataif,


penelitian data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data
promer dan tehnik pengumpulan data lebih banyak berperan serta pada observasi
(participan observation), wawancara mendalam (in depth interiview) dan dokumentasi
1. PENGUMPULAN DATA DENGAN OBSERVASI
A. Macam-macam Observasi
Nasution (1998) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Marshall (1995) menyatakan bahwa Through observation the researcher learn about
behavior and the meaning attached to those behavior. Melalui observasi peneliti
belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.
Sanafiah faisal (1990) mengklasifikasikan berbagai macam observasi yaitu :
1. Observasi Partisipatif (Participant Observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang di
teliti atau yang digunakan sebagai alat penelitian seperti misalnya melakukan kegiatan
yang dilakukan oleh sumber data. Sebagai contoh dalam suatu perusahaan atau
organisasi pemerintah, peneliti dapat berperan sebagai karyawan atau pegawai,
sehingga peneliti dapat mengamati perilaku karyawan atau pegawai dalam bekerja,
bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan antar pegawai tersebut dan
hubungan antara bawahan dengan atasannya. Dengan observasi partisipan, peneliti
dapat memperoleh data yang lebih lengkap, tajam dan
tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

sampai mengetahui pada

Susan Stainback (1988) menyatakan in participant observation, the researcher


observes what people do, listent to what the say and participaties in their activities
dalam observasi partispatif, peneliti mengamati apa tang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartispasi dalam kegiata mereka.
Observasi partisipasi dapat digolongkan kedalam empat jenis yaitu:
1) Partisipasi Pasif ( Passive Participation) : means the researcher is present at
the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam hal ini
peneliti datang ketempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat
dalam kegiatan tersebut.
2) Partispasi Moderat (Moderate Participation) : means that the researcher
maintains a balance between being insider and being outsider. Dalam
observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam
dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partispatif
dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semua.
3) Partisipasi Aktif (Active Participation) : means that the researcher generally
does what others in the setting do. Dalam observasi ini peneliti ikut
melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber tetapi belum sepenuhnya
lengkap.
4) Partisipasi lengkap ( Complete Participation) : means the researcher is a
natural participant. This is the highest vlevel of involvement. Dalam
melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa
yang dilakukan sumber data. Jadi suasanannya sudah natural peneliti tidak
terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneloti yang
tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.
2. Observasi terus terang atau tersamar

Dalam hal ini peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang
kepada sumber data, bahwa ia sedangkan melakukan penelitian. jadi mereka yang diteliti
megetahui sejak awal sampai akhir aktivitas si peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti
juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hak ini untuk menghindari kalau
suatu data yang dicari merupakan data yang dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan
dengan terus terang, maka peneliti akan diijinkan untuk melakukan observasi.
3. Observasi tak berstruktur
Observasi tak berstruktu adalah obervasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang
apa yang akan di observasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti
tentang apa yang akan di amati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak
menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
B. Manfaat Observasi
Menurut patton dalam Nasution (1998) manfaat observasi adalah:
Dengan observasi dilapangan peneliti mampu memahami konteks data dalam
keseluruhan situasi sosial.
Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya.
Dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain,. Khususnya
orang yang berada dalam lingkungan itu.
Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh
responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingij di tutupi karena
dapat merugikan nama lembaga.
Peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga
peneliti memiliki gambaran yang lebih komprehensif.
Melalui pengamatan dilapangan peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang
kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan situsasi sosial
yang diteliti.
C. Objek Observasi

Objek penelitian kualitatif yang di observasi menurut Spradley dinamakan situasi sosial
yang terdiri dari tiga komponen yaitu:

Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung
Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu
Activity, kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang
berlangsung.

Dalam melakukan pengamatan kita dapat menentukan pola sendiri, berdasarkan pola
diatas. Misalnya akan melakukan pengamatan tentang situasi sosial bidang pendidikan,
maka placenya adalah lingkungan fisik sekolah, actornya para guru, kepala sekolah,
murid dan orang-orang yang ada disekitar sekolah, activitynya adalah kegiatan belajar
mengajar dan lain-lain.

D. Tahapan Obsevasi
Menurut Spradley (1980) tahapan observasi dapat dibedakan menjadi :
1) Observasi Deskriptif
Observasi Deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi tertentu sebagai
objek penelitian. pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti,
maka peneliti melakukan penjelajah umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi
terhadap semua yang dilihat, didengar dan dirasakan. Semua data direkan, oleh
karena itu hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata.
Observasi tahap ini sering disebut sebagai Grand Tour Observation dan peneliti
menghasilkan kesimpulan pertama. Bila dilihat dari segi analisis maka peneliti
melakukan analisis domain sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang
ditemui.

2) Observasi Terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan suatu observasi yang telah dipersempit
untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini juga dinamakan observasi
terfokus, karena pada tahap ini peneliti akan melakukan analisis taksonomi
sehingga dapat menemukan fokus.
3) Observasi Terseleksi
Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga
datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis kompenansial terhadap fokus, maka
pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan,
dan kesamaan kategori yang lain. Pada tahap ini diharapkan peneliti telah
menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis.
2. PENGUMPULAN DATA DENGAN WAWANCARA/INTERVIEW
Esberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut : a meeting of two person to
exchange information and idea through question and responses, resulting in
comunication and joint contructution of meaning about a particular topic.
Wawancara adalah merupakn pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti
tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam, teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri-

sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan
pribadi.
1. Macam-Macam Interview Atau Wawancara
Menurut Esberg (2002) ada beberpa macam wawancara yaitu:
a. Wawancara terstruktur (structured interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawaabannya pun telah disediakan. Dalam wawancara terstruktur ini setiap responden
diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya.
b. Wawancara Semiterstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana dalan
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan
wawancara dari jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam
melakukan wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa
yang dikemukan oleh informan.
c. Wawancara Tak Berstruktur
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancar yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa

garis-garis permasalahan yang akan ditanyakan. Sering digunakan dalam penelitian


pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subjek yang
diteliti. Dalam wawancara terstruktur ini peneliti belum mengetahui secara pasti data
apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang akan
diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis setiap jawaban dari responden
tersebut maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih
terarah pada tujuan.
2. Langkah-Langkah Wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sanafiah Faisal, mengemukakan beberapa langkah dalam
melakukan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
3. Mengawali atau membuka alur wawancara
4. Melangsungkan alur wawancara
5. Menginformasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
6. Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan
7. Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
3. Jenis-Jenis Pertanyaan Dalam Wawancara
Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman.
Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat.
Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan.
Pertanyaan tentang pengetahuan.
Pertanyaan yang berkaitan dengan indera.
Pertanyaan yang berkaitan dengan latar-belakang atau demografi.
4. Alat-alat wawancara
Supaya hasil wawancara dapat terekan dengan baik dan peneliti memiliki bukti btelah
melakukan wawancara kepada informan atau sumber data maka diperlukan bantuan
alat-alat sebagai berikut:
Bukti catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber
data.

Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.


Camera : untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan
dengan informan/sumber data.
5. Mencatat Hasil Wawancara
Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak
lupa bahkan hilang. Karena wawancara tidak dilakukan secara terbuka dan terstruktur,
maka peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil
wawancara.
3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DENGAN DOKUMEN
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian dari
observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung
oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, sekolah, di tempat kerja, dimasyakat dan
autobiografi.
4. TRIANGULASI
Dalam teknik pengumpulan data, Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi
maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan
observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumen untuk sumber data yang

sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Anda mungkin juga menyukai