Anda di halaman 1dari 26

METODOLOGI PENELITIAN KULAITATIF

Dosen Pengampu : Hieronimus Sujati, M. Pd

Disusun oleh :

1. Kurnia Maharani Ash Sidiq (17108241071)

4A

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
Bab IV

A. MACAM-MACAM OBSERVASI
Menurut Lynne E. F. McKechnie dalam buku Lisa M Given (2008,573)
Observasi adalah salah satu pendekatan metode penelitian tertua dan paling
mendasar. Ini melibatkan pengumpulan kesan dunia menggunakan semua indera
seseorang, terutama melihat dan mendengarkan, dengan cara yang sistematis dan
terarah untuk belajar tentang fenomena yang menarik. Meskipun sering digunakan
sendiri, penelitian observasional sering digunakan dengan metode lain seperti
wawancara dan analisis dokumen. Baik peneliti kuantitatif maupun kualitatif, dan
mereka yang bekerja di suatu tempat di antara rangkaian kedua pendekatan ini,
menggunakan observasi. Pengamatan yang lebih kuantitatif sering disebut sebagai
pengamatan sistematis atau terstruktur dan pendekatan yang lebih kualitatif
mencakup pengamatan naturalistik, observasi non-terstruktur, dan observasi
partisipan. Entri ini berfokus pada penelitian observasional kualitatif. Ini dimulai
dengan mengaitkan beberapa karakteristik pengamatan kualitatif, kemudian
menjelaskan metode atau melakukan pengamatan, mengeksplorasi isu-isu peran
pengamat dan masalah etika, dan ditutup dengan ikhtisar kekuatan dan kelemahan
pendekatan metodologis ini.
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis atas fenomena-feomena yang diteliti. Dalam arti luas observasi
sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung seperti questionnaire dan test. Sehubungan
dengan hal ini, pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara
berperanserta dan yang tidak berperanserta. Marshall (1995) menyatakan bahwa,
“through observation, the researcher learn about behavior and the meaning
attached to those behavior”. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa melalui
observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari pelbagai proses biologis dan psikologis (Sutrisno Hadi, 1986). Dua diantara
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Saat peneliti kualitatif mendapatkan data dengan cara mengamati peserta,
tekanan dalam pengamatan tersebut adalah memahami lingkungan alam seperti
yang dijalani oleh peserta, tanpa mengubah atau memanipulasinya. Untuk
pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan data
yang paling tepat dan efektif. Misalnya, jika Anda bertanya kepada guru
bagaimana mereka menangani disiplin di kelas mereka, Anda berisiko
mengumpulkan informasi yang biasa-mereka mungkin tidak mengingat
semuanya, atau mereka mungkin hanya memberi tahu Anda tentang strategi
mereka yang paling sukses. Namun lain halnya dengan mengamati kelas, Anda
akan mendapatkan informasi yang jauh lebih obyektif yang dapat dibandingkan
dengan laporan sendiri dari peserta penelitian. (Gay, Mills, & Airasian, 2012: 381-
382).
Observasi atau pengamatan dalam penelitian kualitatif sangatlah berperan
besar. Hal tersebut dikarenakan pengamatan dapat mengoptimalkan kemampuan
peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan
sebagainya; memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat
oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dan
kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan
waktu itu; memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati
oleh subjek sehingga memungkinkan peneliti menjadi sumber data; serta
pengamatan memungkinkan membentuk pengetahuan yang diketahui bersama,
baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek (Moleong, 2007: 175).
Bungin (2007 : 115) mengamukakan beberapa bentuk observasi yang
dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi
tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
1. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-
benar terlibat dalam keseharian responden.
2. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat
harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati
suatu objek.
3. Obserasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok
terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi participant observation dan non participant observation.
Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono, 2017:
204).
Dilihat dari segi pelaksanaan pengumpulan data, Sugiyono (2017: 204)
membedakan observasi menjadi:
1. Observasi Berperanserta (Participant observation)
Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 446) mengungkapkan bahwa dalam
observasi partisipan, peneliti benar-benar berpartisipasi dalam situasi atau
pengaturan yang mereka amati. Di sisi lain, ketika seorang peneliti mengambil
peran sebagai peserta yang lengkap dalam sebuah kelompok, identitasnya tidak
diketahui oleh individu mana pun yang diamati. Peneliti berinteraksi dengan
anggota kelompok sealami mungkin dan termasuk untuk semua maksud dan
tujuan (sejauh yang menyangkut mereka). Dengan demikian, seorang peneliti
mungkin mengatur untuk melayani selama setahun misalnya sebagai guru aktual
di kelas dalam kota dan melaksanakan semua tugas dan tanggung jawab yang
merupakan bagian dari peran itu, namun tidak mengungkapkan bahwa dia juga
seorang peneliti.
Sutrisno Hadi (2004) juga menjelaskan bahwa jenis observasi partisipan
umumnya digunakan orang untuk riset yang bersifat eksploratif. Untuk meneliti
satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa kerap kali
diperlukan observasi partisipan. Suatu observasi dikatakan observasi partisipan
jika orang yang mengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam peri
kehidupan orang atau orang-orang yang diobservasi (observees). Kata partisipan
mempunyai arti yang penuh jika observer betul-betul turut berpartisipasi, bukan
hanya pura-pura. Observasi dengan partisipasi pura-pura disebut quasi participant
observation. Observasi partisipan mula-mula dan terutama digunakan dalam
penelitian-penelitian anthropologi sosial. Teknik ini kemudian meluas dan
digunakan dalam penelitian-penelitian pada situasi-situasi sosial lainnya. Situasi
tersebut seperti cara hidup dan hubungan sosial dalam pabrik, perusahaan, asrama,
penjara, organisasi, dan lain sebagainya.
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka
data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada
tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Dalam suatu perusahaan atau organisasi pemerintah misalnya, peneliti
dapat berperan sebagai karyawan, ia dapat mengamati bagaimana perilaku
karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan
satu karyawan dengan karyawan lain, hubungan karyawan dengan supervisor dan
pimpinan, keluhan dalam melaksanakan pekerjaan dan lain-lain.
2. Observasi Nonpartisipan
Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan
aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan
peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Misalnya dalam
suatu Tempat Pemungutan Suara (TPS), peneliti dapat mengamati bagaimana
perilaku masyarakat dalam hal mengunakan hak pilihnya, dalam interaksi dengan
panitia dan pemilih yang lain. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya
dapat membuat kesimpulan tentang perilaku masyarakat dalam pemilihan umum.
Pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan
data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-
nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.
Sedangkan jika dilihat dari segi instrumentasi yang digunakan, Sugiyono
(2017: 205) membedakan observasi menjadi:
1. Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara
sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Jadi
observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang
variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti
menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.
Pedoman wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga digunakan
sebagai pedoman untuk melakukan observasi. Misalnya peneliti akan rnelakukan
pengukuran terhadap kinerja pegawai yang bertugas dalam pelayanan IMB (Izin
Mendirikan Bangunan), maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dan ucapan
dengan menggunakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja
karyawan tersebut.
2. Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti
tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya
berupa rambu- rambu pengamatan. Dalam suatu pameran produk industri dari
berbagai negara, peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu
peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik,
melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan

B. TAHAP-TAHAP OBSERVASI
Penelitian observasional, seperti penelitian lainnya, dimulai dengan
pemilihan masalah penelitian. Masalah ini sering disajikan sebagai bidang minat
penelitian, dengan pertanyaan penelitian yang lebih spesifik diartikulasikan
setelah lebih banyak dipelajari melalui pengamatan di lapangan. Meskipun
beberapa peneliti lebih memilih untuk memasuki lapangan dan segera memulai
pengamatan tanpa potensi blinds dari konsep yang sudah terbentuk sebelumnya,
banyak yang melakukan pencarian literatur untuk mengidentifikasi indikator yang
relevan dan konsep penjelasan yang dapat menginformasikan proyek.
Peneliti mengumpulkan data deskriptif dan relasional melalui mengamati
perilaku dalam pengaturan yang menarik. Temuan diartikulasikan, sering dengan
model penjelasan atau satu atau lebih konstruksi teoretis penjelasan, dalam
laporan penelitian.
Pengamatan kualitatif ditandai dengan desain penelitian yang muncul.
Desain ini melibatkan proses siklus, bergerak bolak-balik antara penalaran
induktif dan deduktif: Tema diidentifikasi melalui analisis perilaku yang diamati;
tema-tema ini menyarankan bidang-bidang untuk difokuskan setelah observasi;
pengamatan selanjutnya menyarankan tema baru yang kemudian memulai lebih
banyak pengamatan. Pengumpulan data berlanjut sampai saturasi, titik di mana
pengamat belajar tidak ada yang baru dari pengamatan lanjutan.
Weick (1976: 253) secara lebih dalam menyebutkan bahwa observasi tidak
hanya meliputi prinsip kerja sederhana, melainkan memilik karakteristik yang
begitu komplek. Terdapat tujuh karakteristik dalam kegiatan observasi, dan
selanjutnya menjadi proses tahapan observasi. Tahapan atau proses observasi
tersebut meliputi pemilihan (selection), pengubahan (provocation), pencatatan
(recording), dan pengkodeaan (encoding), rangkaian perilaku dan suasana (tests
of behavior setting), in situ, dan untuk tujuan empiris.
Pemilihan (selection) menunjukkan bahwa pengamatan ilmiah mengedit
dan memfokuskan pengamatannya secara sengaja atau tidak sengaja. Pemilihan
mempengaruhi apa yang diamati, apa yang dicatat, dan apa yang disimpulkan
Peneliti dapat menentukan pilihannya atas sejumlah gejala alam, sosial, dan atau
kemanusiaan yang dianggap dapat memberikan informasi sesuai dengan
kebutuhannya. Tentu dalam hal ini peneliti melakukan pemilihan subjek amatan,
dengan melibatkan semua atau sebagian kemampuan indrawiah.
Pengubahan (provocation), berarti observasi yang dilakukan bersifat
aktif, tidak hanya dilakukan secara pasif. Peneliti boleh mengubah perilaku atau
suasana tanpa mengganggi kewajaran, Peran Peneliti dalam Pengamatan Peran
yang diadopsi oleh peneliti penting karena membatasi apa yang dapat diamati.
Beberapa skema telah dikembangkan untuk menggambarkan peran ini. Tipologi
Raymond L. Gold, berasal dari akhir 1950-an dan biasa digunakan, didasarkan
pada tingkat itu peneliti berpartisipasi dalam pengaturan, mulai dari pengamat
lengkap (tidak ada interaksi antara pengamat dan yang diamati) melalui pengamat
sebagai peserta, peserta sebagai pengamat, dan peserta lengkap. Baru-baru ini,
beberapa peneliti telah menegaskan bahwa semua pengamat berpartisipasi dalam
pengaturan dengan cara tertentu dan lebih suka menggunakan istilah keanggotaan,
bervariasi dari periferal hingga aktif hingga keanggotaan penuh untuk
menggambarkan peran peneliti. Tujuan dari penelitian observasi, karakteristik
pengamat, dan sifat pengaturan semua berkontribusi pada pemilihan peran
penelitian yang tepat. Sebagai contoh, dalam sebuah studi tentang pekerjaan guru
sekolah pembibitan yang dilakukan di lokasi di sekolah pembibitan yang
sebenarnya oleh peneliti pria dewasa, mungkin yang terbaik bagi pengamat untuk
mengadopsi peran penelitian pengamat lengkap atau keanggotaan periferal untuk
tetap relatif tidak mencolok dan untuk tidak mengganggu aliran kegiatan normal.
Dalam menyajikan temuan-temuan penelitian observasi, penting bahwa peran
peneliti dan keterkaitannya dalam latar penelitian tertentu dijelaskan.
Kealamiahan (naturalness). Mengubah perilaku berarti dengan
kesengajaan mengundang respon tertentu, misalnya mengubah perilaku orang lain
dengan menggunakan pengaruh teladan atau keteladanan seseorang pada kondisi
tertentu. Bryan & Lindlof (1995: 140) menyebutkan bahwa Bryan dan Test (1967)
pernah melakukan manipulasi dan menstimuli perilaku subjek penelitian, tanpa
mengganggu kewajaran, situasi alamiah (naturalness). Bryan dan Test (1967)
mencoba memberikan perilaku keteladanan memberikan sumbangan pada
kegiatan amal bagi The Salvation Army. Apa yang dilakukan oleh Bryan dan Test,
menunjukkan bahwa aspek keteladanan mampu mempengaruhi perubahan
perilaku atau memprovokasi tindakan seseorang melakukan apa yang
distimulasikan kepadanya.
Pencatatan (recording) adalah upaya merekam kejadian-kejadian
menggunakan catatan lapangan, sistem kategori, dan metode-metode lain. Setiap
kejadian hendaknya memerlukan pencatatan. Mengamati tanpa diimbangi dengan
pencatatan mengakibatkan pengamat lupa terhadap apa yang diamatinya.
Kemampuan pengamat lebih lemah dari yang seharusnya diingat, dan kemampuan
ingatan berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena ada kemungkinan seseorang
lebih tertarik pada fenomena tertentu, dan justru lebih gampang mengingatnya,
daripada harus mengingat-ingat fenomena yang akan diteliti dan harus diingatnya.
Sebaliknya, subjek amatan justru lebih mudah berubah apabila mengetahui bahwa
dia sengan diamati dan dicatat tingkah lakunya (ini berbeda dengan pengamatan
pada benda, atau hewan).
Pengkodean (encoding) berarti proses menyederhanakan catatan-catatan
melalui metode reduksi data (Miles dan Huberman, 1984:16). Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan menghitung frekuensi bermacam perilaku. Rangkaian perilaku
dan suasana yang ada, menunjukkan bahwa observasi melakukan serangkaian
pengukuran yang berlainan pada perilaku dan suasana. Pengkodean juga dapat
dilakukan untuk menyederhanakan pengamatan yang berlangsung secara cepat.
Penggodean dapat dilakukan menggunakan kata-kata kunci (key words), yang
nantinya disempurnakan menjadi kalimat berita secara utuh, setelah pengamatan
berlangsung.
In situ, berarti pengamatan kejadian dalam situasi alamiah (naturalistic),
meskipun tanpa menggunakan manipulasi eksperimental. Mengamati secara in
situ dapat dilihat dari pengamatan perilaku mahasiswa di kelas. Salah satunya
pada saat mengamati mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah metodologi
penelitian kualitatif, pada program doktoral di IAIN Walisongo, tanggal 6
Desember 20014. Pengamatan in situ merupakan proses mengamati hal-hal apa
saja yang riil atau nyata, berdasarkan pengalaman riil di tempat kejadian
berlangsung (Santana, 2009: 127). Menurut penulis, observasi yang dimaksudkan
di sini diartikan sebagai seluruh kegiatan atau aktivitas ilmiah empiris, diawali
dengan kegiatan mengamati gejala atau realitas bersifat empiris.
Observasi untuk tujuan empiris mempunyai tujuan bermacam-macam.
Observasi juga memiliki fungsi bervariasi. Tujuan dari observasi berupa deskripsi,
melahirkan teori dan hipotesis (pada penelitian kualitatif), atau menguji teori dan
hipotesis (pada penelitian kuantitatif). Fungsi observasi secara lebih rinci
dijelaskan oleh Rahmat (2005: 84) terdiri dari deskripsi, mengisi, dan memberikan
data yang dapat digeneralisasikan. Deskripsi, berarti observasi digunakan untuk
menjelaskan, memberikan, dan merinci gejala yang terjadi, seperti seorang
laboran menjelaskan prosedur kerja atom hidrogen, atau ahli komunikasi
menjelaskan secara rinci prosedur kerja di stasiun televisi. Mengisi data, memiliki
maksud bahwa observasi yang dilakukan berfungsi melengkapi informasi ilmiah
atas gejala sosial yang diteliti melalui teknik-teknik penelitian. Memberikan data
yang dapat digeneralisasikan, maksudnya adalah setiap kegiatan penelitian,
sehingga mengakibatkan respon atau reaksi dari subjek amatan. Dari gejala-gejala
yang ada, peneliti dapat mengambil kesimpulan umum dari gejala-gejala tersebut
(Rahmat, 2005: 85).
Sugiyono (2012: 69) tahapan observasi ada tiga yaitu: 1) observasi
deskriptif, 2) observasi terfokus, dan 3) observasi terseleksi. Tahapan tersebut
seperti berikut ini : Gambar 1.1 Tahap-tahap observasi

Purnomo (dalam Kurniawan, 2011:10) dan Nurlaili (2011:14)


mengungkapkan bahwa langkah-langkah penggunaan metode observasisecara
umum meliputi:
1. Tahap persiapan atau perencanaan.
a. Menetapkan tujuan pembelajaran khusus (TPK)
b. Menetapkan obyek yang akan diobservasi
c. Menentukan alat/instrument peroleh data dalam mengadakan
observasi
2. Tahap pelaksanaanan
a. Melakukan pengamatan, dimana siswa secara langsung menuju
obyek yang diobservasi.
b. Siswa mengumpulkandata (inventarisasi data) dari pengamatan
terhadap obyek yang diobservasi.
c. Menganalisis dan mengevaluasi data, yaitu dengan siswa
mengadakan pencatatan terhadap pristiwa, kejadian-kejadian atau
gejala-gejala yang terjadi.
d. Mendiskusikan hasil pengamatan dengan tim lalu menarik
kesimpulan.

C. OBJEK OBSERVASI
Lisa M Given (2008, 574), observasi secara holistik dalam pendekatannya,
dengan para peneliti mengumpulkan data tentang banyak aspek dari pengaturan
penelitian dan para pesertanya. Peneliti memperhatikan aktor atau peserta dalam
pengaturan, mengumpulkan sosiodemografi (mis., Usia, jenis kelamin,
pendidikan, kelas) dan informasi deskriptif (misalnya, pakaian dan postur),
mencoba menentukan siapa orangnya. Kisah, kegiatan, dan peristiwa diamati dan
dicatat untuk menemukan apa yang dilakukan orang dan dengan siapa, apa yang
terjadi, dan jika ada tren dan pola yang bisa dilihat dalam kegiatan ini.
Pengamat memperhatikan apa yang dikatakan orang, kata-kata yang mereka
gunakan, penjelasan dan penjelasan yang mereka berikan tentang perilaku mereka,
dan makna pribadi dan sosial serta sikap dan kepercayaan yang diungkapkan
melalui pembicaraan mereka. Hubungan antara orang-orang, baik secara individu
maupun dalam kelompok dan antara orang-orang dan kelompok-kelompok orang
dan organisasi, dieksplorasi. Karakteristik pengaturan fisik, termasuk objek yang
ditemukan di dalamnya, dicatat. Jika memungkinkan dan sering melalui
pengumpulan dan pemeriksaan dokumen, informasi dikumpulkan tentang sejarah
fenomena yang menarik dan latar penelitian. Pengamat memperhatikan hal-hal
duniawi, perincian sehari-hari, meyakini bahwa apa yang sebenarnya terjadi
seringkali terbukti dalam apa yang dianggap sepele dan dianggap remeh. Melalui
praktik pengamatan seperti ini, para peneliti berupaya mengidentifikasi tren dan
pola perilaku yang luas.
Objek observasi adalah perilaku yang tampak, yang sengaja dimunculkan
(terencana) dan memiliki tujuan tertentu. Dari pernyataan diatas, ada beberapa
syarat perilaku yang dapat di observasi antara lain :

1. Dapat dilihat. Perilaku tersebut dapat dilihat dan diamati.


Pengamatan dapat dilihat berdasarkan frekuensinya (seberapa
banyak / sering perilaku tersebut muncul), berdasarkan penyebab
perilakunya, dan durasinya.

2. Dapat didengar. Walaupun perilaku tersebut tidak dapat terlihat


langsung oleh mata, namun jika masih dapat didengar, maka dapat
diobservasi. Misalnya sedang ingin mengobservasi adanya konflik
dalam rumah tangga, yang terjadi di sebuah keluarga. Tentu tidak
mungkin perilaku konflik tersebut dilakukan didepan umum atau
didepan kita sebagai peneliti yang hendak mengobservasi. Konflik
yang terjadi dapat di observasi dari seberapa sering suami istri dalam
keluarga tersebut, terdengar bertengkar dan beradu mulut, adanya
barang-barang yang pecah, dan seberapa sering terdengar tangisan.

3. Dapat dihitung. Sesuatu yang dapat dihitung juga dapat dijadikan


objek observasi. Hal ini biasanya terkait dengan kuantitas dari sebuah
perilaku yang muncul. Misalnya mengobservasi perilaku menguap
seorang mahasiswa didalam kelas. Frekuensi kemunculan perilaku
menguap tersebut dapat dijadikan dasar interpretasi mengapa perilaku
itu muncul.

4. Dapat diukur. Atribut yang diukur menjadi dasar yang menentukan


interpretasi dari sesuatu yang di observasi.

Dari keempat syarat perilaku tersebut, sebuah perilaku yang diobservasi


dapat saja meliputi keempat syaratnya, dua syarat, atau hanya satu syarat. Yang
terpenting adalah bagaimana operasionalisasi perilaku dapat disesuaikan dengan
apa yang hendak dijadikan objek untuk diobservasi.

Menurut Spradly (Sugiono; 2012:229) menjelaskan bahwa objek penelitian


disebut “situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen, yaitu place (tempat), actor
(pelaku), activities (aktivitas)” Dari tiga elemen tersebut dapat diperluas menjadi
sembilan obyek penelitian yang bertujuan untuk memperluas objek yang dapat
diteliti oleh peneliti, diantaranya yaitu:
1. Tempat,
Tempat pengamatan objek yang akan diamati.
2. Pelaku,
Orang yang terlibat dalam aktivitas sosial tersebut.
3. Aktivitas,
Seperangkat kegiatan yang dilakukan oleh objek penelitian.
4. Obyek,
Benda-benda yang terdapat di tempat tersebut dan digunakan oleh
objek yang diteliti.
5. Act,
Perbuatan atau tindakan tindakan tertentu.
6. Event,
Rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh subjek penelitian.
7. Time,
Waktu urutan kegiatan, dalam hal ini peneliti mengamati urutan
proses kegiatan objek yang di amati.
8. Goal,
Tujuan yang ingin di capai oleh objek yang diteliti.
9. Feeling. 
Emosi yang dirasakan atau diekspresikan oleh objek peneliti.
Contohnya dalam hal ini adalah peneliti melihat hasil tingkat berpikir
kritis siswa.

D. STRATEGI MELAKUKAN OBSERVASI


Menurut Hasyim Hasanah (2016:29-39) dalam jurnalnya yang berjudul
Teknik – Teknik Observasi menjelaskan bahwa,melakukan teknik observasi harus
memperhatikan prinsip etis yaitu, menghormati harkat dan martabat kemanusiaan
(respect for human dignity), privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy
and confidentiality), keadilan dan inklusivitas (respect for justice and
inclusiveness), memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
(balancing harms and benefits).
Observasi secara teoretis memiliki karakter sangat bervariasi. Variasi
timbul dari kemajemukan praktisi atau penggunaan sejak tahapan penelitian,
setting lokasi beragam, serta kualitas hubungan peneliti dengan yang diteliti
(Denzin & Lincoln, 2009: 525).
Keterlibatan peneliti dalam pengamatan atau observasi naturalistik
menurut Denzin & Lincoln (2009: 526), Chadwick, dkk., (1991: 244-247), dan
Lofland (1973: 151),) terdiri dari empat tipe pengamat (observer). Pertama,
menjadi partisipan penuh (complete participation); kedua, partisipan sebagai
pengamat (participant as observer); ketiga, pengamat sebagai partisipan
(observer as participant); dan keempat, menjadi pengamat penuh (complete
observer).
Pertama, partisipan penuh (complete participation). Partisipasi penuh berarti
peneliti masuk secara total ke dalam kelompok yang diamati, terlibat, dan
mengalami impresi yang sama dengan subjek penelitian.9 Pengamat dalam hal ini
juga disebut dengan pengamat murni. Denzin & Lincoln (2009: 526) menjelaskan
bahwa, pengamat dapat melakukan observasi di luar, meski keberadaan mereka
diketahui, ataupun tidak. Kedua, partisipan sebagai(30) pengamat (participant as
observer). Observer pada kegiatan partisipasi sebagai pengamat berarti masuk
menjadi bagian dari kelompok yang diteliti, namun membatasi diri untuk tidak
terlibat secara mendalam dalam aktivitas kelompok yang diamati. Peneliti hanya
terlibat secara marginal.10 Ketiga, pengamat sebagai partisipan (observer as
participant). Peran observer dalam pengertian pengamat sebagai partisipan berarti
masuk ke dalam kelompok dan secara terbuka menyatakan identitas diri sebagai
pengamat. Pengamat sebagai partisipan mengacu pada aktivitas observasi
terhadap subjek penelitian dalam periode yang sangat pendek, seperti melakukan
wawancara terstruktur. Keempat, pengamat penuh (complete observer). Peran
sebagai pengamat penuh berarti peneliti berada di dekat tempat kejadian, melihat,
mengamati, mencatat, namun tidak terlibat dalam kejadian yang sedang diamati
(Chadwick, dkk., 1991: 244-247).
Proses observasi bergerak melalui rangkaian aktivitas bervariasi, dan
selalu disesuaikan dengan kebutuhan dan situasionalnya. Sedangkan tugas awal
pengamat adalah memilih setting yang tepat, sehingga menemukan jalan masuk
utama. Jika peneliti bekerja sendiri, maka langsung dapat melakukan observasi,
tetapi bila bekerja dengan tim, maka perlu melatih dan membekali diri dengan
teknik dan mengenali subyek yang akan diobservasi.
Pemilihan metode observasi tergantung pada masalah riset, tingkat
kooperasi dari kelompok atau individu yang di riset, dan faktor etika. Problem etis
yang sering muncul dalam kegiatan observasi berkaitan dengan pelanggaran etis
dalam penelitian. Bentuk pelanggaran tersebut berupa: pertama, menjelajah
tempat dan lokasi privat; kedua, kekeliruan dalam mempresentasikan diri sebagai
anggota; ketiga, melakukan observasi tanpa izin subjek penelitian (ijin mengambil
data atau izin mempublikasikan hasil amatan); keempat melakukan amatan dengan
penyamaran (Kriyantono, 2006: 109-110).
Menjaga jarak ideal sangat perlu dilakukan oleh seorang observer.
Kesadaran profesi menjadi pertimbangan utama bahwa pengamat harus
menempatkan diri secara profesional sebagai peneliti. Artinya melaksanakan tugas
secara profesional yang karena tugasnya berada di lokasi penelitian, dan sewaktu-
waktu harus meninggalkan pengamatannya. Selain kesadaran profesi, pengamat
juga perlu membina hubungan baik dengan subjek amatan. Hubungan baik dibina
untuk menjaga objektivitas antara observer dan observee. Menjalin hubungan
secara intim atau dekat menjadi hak asasi pengamat, namun ini dilakukan setelah
keseluruhan kegiatan diselesaikan (Bungin, 2011: 123; Suyanto & Sutinah, 2013:
76).(39)
Menurut buku Observasi : Teori dan Aplikasi dalam Psikologi karangan
Ni’matuahroh dan Susanti Prasetyaningrum (2018:97-108) menyatakan bahwa,
Observasi memiliki tujuan untuk mendapatkan data sehingga ada pembuktian
faktual terhadap informasi yang diperoleh. Saat melakukan observasi, observer
harus memiliki kecermatan dalam membuat catatan – catatan yang dikenal dengan
istilah catatan lapangan (field notes). Hal ini dilakukan untuk membantu observer
dalam melakukan analisa data. Catatan lapangan dibuat juga dengan alasan bahwa
tidak semua observer dapat mengingat secara utuh data observasi dari awal
sampai akhir observasi.
Catatan lapangan merupakan hal terpenting yang menentukan analisis data
observasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh observer adalah ia harus
dapat mengingat hal – hal penting dari situasi yang diamati secara rinci dan
menuliskan kembali secara detail. Selain itu informasi yang dianggap observer
menolongnya untuk memahami konteks, setting , dan apa yang terjadi , maka
informasi tersebut harus ditulis dalam catatan lapangan.
Catatan lapangan adalah tulisan observer deskripsi hasil observasi yang
terdiri dari informasi yang dianggap penting oleh observer.
Ada beberapa metode pencatatan data di dalam observasi , berikut ini akan
dijelaskan mengenai beberapa metode pencatatan data observasi.
1. Diary Description (Buku Harian)
Metode pencatatan diary description merupakan salah satu bentuk
pencatatan naratif. Diary description adalah metode pencatatan yang
digunakan untuk mencatat suatu kronologi kejadian, biasanya digunakan
untuk mencatat hasil observasi tentang perkembangan perilaku bayi atau
anak.
Prinsip Diary Description:
a. Observer harus mengamati dengan cermat terhadap setiap perubahan
perilaku yang muncul pada subjek
b. Observasi dilakukan secara longitudinal yang membutuhkan waktu
cukup panjang, sehingga perlu memilih subjek yang bisa diobservasi
cukup panjang
c. Catatan bisa dilakukan dua cara yaitu : 1) pada hari terakhir pelaksaan
observasi dan 2) catatan bisa dilakukan secara langsung segera setalah
suatu perilaku, gejala, atau peristiwa berlangsung.
Kelemahan Diary Description:
a. Bias pengamatan
b. Hasil observasi sulit digeneralisasi karena perilaku atau gejaal yang
diobservasi yang sifatnya khusus dan subjek yang diobservasi juga
sedikit.
c. Lama sehingga banyak membutuhkan waktu dan tenaga
2. Anecdotal Record
Anecdoctal Record merupakan pencatatan terhadap respon verbal
atau perilaku yang bisa dilakukan setiap saat ketika diperlukan. Catatan
anecdotal berisi perilaku – perilaku spesifik yang dianggap penting.
Prinsip anecdotal adalah pencatatan dilakukan segera (secepatnya setelah
peristiwa terjadi tentang apa dan bagaimana kejadiaannya(faktual) , bukan
bagaimana menurutnya (interpretatif).
3. Time Sampling
Dalam metode time sampling perilaku harus benar – benar observable dan
sering muncul untuk bisa dijadikan sampel. Metode ini biasanya
digunakan oleh observer untuk pengamatan pada perilaku yang
berlangsung cepat maupun yang memiliki frekuensi kemunculan sedang
sampai tinggi.
Ciri – Ciri Time Sampling :
a. Subjek diamati dalam kurun waktu tertentu
b. Perilaku yang diamati dapat dianggap sampel dari perilaku sehari –
hari
Prinsip – Prinsip dalam Time Sampling:
a. Observer observer menentukan tujuan observasi, target perilaku,
interval / waktu, dan definisi operasional yang akan diobservasi
b. Hanya memadai untuk mengamati perilaku dengan frekuensi yang
sering muncul

Menurut  Diane Louise Szarkowicz(2006:48-64)menyebutkan alat untuk


memandu observasi ada 4, yaitu:
1. Logs
Log adalah tabel sederhana yang memungkinkan Anda untuk merekam
secara singkat apa yang terjadi dan kapan itu terjadi.
2. Checklist (Daftar periksa)
daftar periksa tidak sama dengan skala penilaian. daftar periksa
mengharuskan Anda untuk memutuskan apakah suatu perilaku telah
dicapai. karenanya, Anda perlu membuat keputusan ya atau tidak
3. Rating Scales (Skala Penilaian)
skala penilaian mengharuskan Anda untuk memutuskan seberapa baik atau
seberapa sering perilaku telah dicapai
4. Reflections (Refleksi)
Poin penting pertama yang perlu diperhatikan tentang menjaga refleksi
adalah bahwa tidak sama dengan interpretasi. refleksi adalah pandangan
pribadi Anda tentang suatu kegiatan, anak, kejadian atau diri Anda sendiri.
ini ditulis untuk Anda, oleh Anda. refleksi bukanlah catatan yang perlu
Anda bagikan dengan yang lain.
Sedangkan menurut Elizabeth Goodman (2012: 388) yang disiapkan untuk
observasi adalah:
1. Check your assumption ( periksa asusmsi anda)
Luangkan waktu sejak awal untuk mengidentifikasi dan menguraikan apa
yang Anda lihat berbeda dari orang yang akan Anda pelajari.
2. Focus your study (fokuskan pembelajaran anda)
Ketika Anda mulai merencanakan penelitian Anda, Anda mungkin merasa
kewalahanoleh semua hal yang belum Anda ketahui tentang pengguna
Anda. Sepertinya Anda memiliki lebih banyak pertanyaan daripada yang
dapat Anda jawab. Ingatlah bahwa tujuan utama Anda adalah memahami
bagian dari kehidupan mereka yang melibatkan produk atau layanan Anda.
Buatlah daftar pertanyaan singkat yang harus dipelajari oleh Anda.
Gunakan mereka untuk mengatur parameter studi dan menyimpannya di
lokasi di mana mereka akan mudah dirujuk selama studi, ketika banyak
perbedaan mungkin akan menarik perhatian Anda untuk lebih
memperdalam fokus yang diobservasi.
3. Choose Your Approach: Travel, Remote Research, or Outsourcing (pilih
pendekatan anda, perjalanan, riset jarak jauh, atau pengalihdayaan.)
Setiap kali Anda melakukan penelitian dengan pengguna yang berbeda
dari yang Anda tahu, Anda memiliki celah untuk menjembatani dengan
pengguna tersebut.
Dalam menjembatani jarak fisik, Anda perlu memutuskan manfaat relatif
bepergian untuk melakukan penelitian, melakukan itu dari jarak jauh, atau
membuat kontrak itu ke penyedia penelitian pengguna lokal. Maka Anda
harus melakukannya
membangun hubungan dan tim yang Anda butuhkan untuk
mewujudkannya.
Setiap ahli memiliki strategi dalam melakukan observasi, akan tetapi
memiliki kesamaan. Intinya adalah dengan cara mencatat hasil observasi dengan
secara teliti. Dengan mencatat, peneliti tidak mudah lupa dan tidak harus
mengulangi jika lupa.

E. PEDOMAN PENGAMATAN
Menurut Kettels (2007:379) menyatakan bahwa ,pedoman observasi
dimaksudkan untuk menyederhanakan proses dan memungkinkan garis tanggung
jawab dan pengambilan keputusan yang jelas.
Menurut Sandu Siyoto dan Ali Sodik (2015:81) menyatakan bahwa,
instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam
observasi sistematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman
yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang
kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati.
Menurut W. Gulo (2002:123) menyatakan bahwa , supaya instrumen
dapat berfungsi secara efektif, maka syarat validitas dan reliabilitas harus
diperhatikan sungguh sungguh. Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis
tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar pertanyaan, yang dipersiapkan
untuk mendapatkan Informasi dari responden. Instrumen itu disebut sebagai
Pedoman Pengahayatan atau Pedoman wawancara atau Kuesioner atau Pedoman
Dokumenter, sesuai dengan metode yang dipergunakan. Pada suatu proyek
penelitian dapat dipergunakan lebih dari satu metode pengumpulan data.
Setiap peneliti bisa membuat pedoman pengamatannya sendiri. Pedoman
pengamatan biasanya tercantum tujuan observasi dan aspek yang akan diamati.
Selebihnya , peneliti bisa memodifikasi sendiri sesuai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Bryan, James H., & Test, M A., Models and Helping: Naturalistic Studies In
Aiding Behavior, Journal of Personality & Social Psychology, Vol. 6, No. 4,
1967, hlm. 400-407. Diakses melalui: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi
w5L3Lna_hAhWF7XMBHTFrBSAQFjAAegQIAhAC&url=http%3A%2F
%2Fgarfield.library.upenn.edu
%2Fclassics1981%2FA1981MA25500001.pdf&usg=AOvVaw03tqye68g_R1Tod
4itv3I1

Bryan, Tylor C., dan Lindlof, Thomas R., Qualitative Communication Research
Methods, 2nd edition, London, New Delhi, dan Thausand Oaks: Sage Publication,
1995. Diakses melalui: https://books.google.co.id/books?id=Op-
GRnkSCGgC&pg=PR4&lpg=PR4&dq=Bryan,+Tylor+C.,+dan+Lindlof,
+Thomas+R.,+Qualitative+Communication+Research+Methods,+2nd+edition,
+London,+New+Delhi,+dan+Thousand+Oaks:+Sage+Publication,
+1995&source=bl&ots=ICkNQ73Rq4&sig=ACfU3U1PVlg4kj5db8nZbMzSMB
N0Y7jCaw&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiyhK-
Gna_hAhVe6XMBHfubBA0Q6AEwAnoECAgQAQ#v=onepage&q=Bryan%2C
%20Tylor%20C.%2C%20dan%20Lindlof%2C%20Thomas%20R.%2C
%20Qualitative%20Communication%20Research%20Methods%2C%202nd
%20edition%2C%20London%2C%20New%20Delhi%2C%20dan%20Thousand
%20Oaks%3A%20Sage%20Publication%2C%201995&f=false

Bungin Raco, J. R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan


Keunggulannya. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011.

Chadwick, B.A., H.M. Bahr, dan S.L.Albrecht, Metode Penelitian Ilmu


Pengetahuan Sosial, Semarang: IKIP Semarang Press, 1991.
Denzin, Norman K., & Lincoln, Yvonna S., (ed.), Handbook of Qualitative
Research, 2nd editions, New Delhi, Teller Road Thousand Oaks, California,
USA: Sage Publication, Inc., 2009. Diakses melalui: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwja
3pKQnK_hAhWP63MBHfOgDe4QFjADegQIARAC&url=http%3A%2F
%2Fazumisan.asuscomm.com%2FPhD%2520Research%2520Guide%2FThe
%2520SAGE%2520Handbook%2520of%2520Qualitative%2520Research
%2520(2017%2C%2520SAGE%2520Publications%2C%2520Inc)
(1).pdf&usg=AOvVaw0K_o1a5vR74PwFevjbHjvr

Gay, L. R., Mills, G. E., & Airasian, P. (2012). Educational Research:


Competencies for Analysis and Applications (Tenth Edition). New Jersey:
Pearson Education. Diakses melalui: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi
Hi57xm6_hAhUa73MBHW7PDBwQFjAAegQIBRAC&url=http%3A%2F
%2Fenglishlangkan.com%2Fproduk%2FE%2520Book%2520Educational
%2520Research%2520L%2520R%2520Gay%2520Pearson
%25202012.pdf&usg=AOvVaw2S3DHpNdDIY1lwimA-OEpA

Given, Lisa M. (2008). Encyclopedia of qualitative research method (vol 1-2).


Lodon: The Sage Publication.Inc. diakses melalui: https://b-
ok.cc/book/660113/704c50

Goodman Elizabeth, mike kuniavsky, andrea moed. 2012. Observing the User
Experience A Practitioner’s Guide to User Research, 2nd edition. AMSTERDAM
• BOSTON • HEIDELBERG • LONDON • NEW YORK • OXFORD PARIS • SAN
DIEGO • SAN FRANCISCO • SINGAPORE • SYDNEY • TOKYO. Elsevier, Inc:
2012. Diakses melalui:
https://b-ok.cc/book/2208970/fb16f7

Gold, R. (1958). Roles in sociological field observation. Social Forces, 36, 217–
223. Diakses: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwib
tcfGmK_hAhXMdysKHao9CygQFjAAegQIARAC&url=http%3A%2F
%2Fmsessd.ioe.edu.np%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F04%2FGOLD-
PARTICIPANT-OBSERVATION.pdf&usg=AOvVaw0E-
tDcArSCGR5DsIeSPhy1

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. Diunduh melalui


http://mkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/07/Buku-Metodologi-
Penelitian-by-W-Gulo.pdf

Hasanah, Hasyim.(2016). Teknik – Teknik Observasi. Jurnal at-Taqaddum.


Volume 8, Nomor 1, Juli 2016 . Diakses melalui
http://www.journal.walisongo.ac.id/index.php/attaqaddum/article/view/1163

Herdiansyah, Wawancara, Observasi dan Focus Group, Jakarta : Grafindo, 2013

Kettles, A.M. (2007). Flexible observation: guidelines versus reality. Journal of


Psychiatric and Mental Health Nursing, 2007, 14, 373–381. Diunduh melalui
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1365-2850.2007.01092.x

Kriyantono, Rachmat, Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media,


Yogyakarta: Kencana Prena Media, 2006.

Kurniawan, E. 2011. Perbandingan Keefektifan Metode Observasi Dan


DiskusiTerhadap Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem.

(Skripsi).IKIPPGRI:Semarang.

Lofland, Lyn, A World of Strangers, Newyork: Basic Book, 1973. Diakses:


https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwir
oc3tmK_hAhUh7XMBHX4ODskQFjABegQIAhAC&url=https%3A%2F
%2Fis.muni.cz%2Fel%2F1423%2Fjaro2016%2FSOC584%2Fum
%2F_Lyn_H._Lofland__World_of_Strangers_Order_and_Act.pdf&usg=AOvVa
w2abjywkM0N_zNGMND5S6um
Marshall, Catherine, Gretchen B Rossman. (1995). Designing Qualitative
Research (Second Edition). London: Sage Publications, International Eduvational
and Professional Publisher. Diakses: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj
Nute4ma_hAhVJQY8KHaY0AKwQFjADegQIABAC&url=https%3A%2F
%2Fescholarship.org%2Fcontent
%2Fqt3m25g8j8%2Fqt3m25g8j8.pdf&usg=AOvVaw1o7JI9bS-
E4sT1OhDulMER

Miles, M.B., & Huberman, A.M., Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of


New Methods, Newbury Park, CA: Sage Publication, 1984. Diakses:
http://www.finchpark.com/ppp/qual-
analysis/Qualitative_Data_Analysis_Handout.pdf

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Ni’matuahroh ,dan Susanti Prasetyaningrum. (2018) Observasi : Teori dan


Aplikasi dalam Psikologi. Malang : UMM Press. Diakses melalui
https://books.google.co.id/books?
id=CMh9DwAAQBAJ&pg=PR5&dq=tentang+observasi&hl=id&sa=X&ved
=0ahUKEwiR4q2Bq5DhAhVW7nMBHda9CJMQ6AEIKTAA#v=onepage&
q=tentang%20observasi&f=false

Nurlaili, L. 2011. Metode-metode Pembelajaran. (diakses pada 22 Maret 2019 ;


23.29)

http://www.scribd.com/doc/13065635/Metodemetode-pembelajaran.
Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Rosdakarya,
2005.

Santana, Septiawan K., Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta:


Yayasan Obor Indonesia, 2007

Siyoto, Sandu, dan Ali Sodik. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing. Diakses melalui: https://books.google.co.id/books?
id=QPhFDwAAQBAJ&pg=PA81&dq=pedoman+pengamatan&hl=id&sa=X&ve
d=0ahUKEwiixq7I-
pXhAhWVXCsKHaehAXkQ6AEINTAD#v=onepage&q=pedoman
%20pengamatan&f=false

Suyanto, Bagong, & Sutinah, MetodePenelitian Sosial: Berbagai Alternative


Pendekatan, Jakarta: Kencana, 2013.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.2012.Metode Penelitian Bisnis.Bandung:Alfabeta

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Szarkowicz, Diane. (2006). Observations and Reflections in Childhood. South


Melbourne : Thomson Social Science Press. Diakses melalui
https://books.google.co.id/books?
id=auDxwmbbDKwC&pg=PA48&dq=checklist+and+rating+scale&hl=id&s
a=X&ved=0ahUKEwiB7OecjZLhAhWVinAKHR7QBqUQ6AEIPTAD#v=on
epage&q=checklist%20and%20rating%20scale&f=false

Weick, Karl, The Social Psychology of Organizing, Reading, MA: Addison-


Wesley, 1979. Diakses melalui: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj
QtI7Gm6_hAhUPf30KHXxmCYEQFjACegQIABAB&url=https%3A%2F
%2Fwww.researchgate.net%2Fpublication
%2F280034351_Karl_E_Weick_and_the_dawning_awareness_of_organized_cog
nition&usg=AOvVaw1zvTrsKDnnYeck4alIkc1p

Nama : Kurnia Maharani Ash Shidiq

Nomor Absen : 14

FORMAT PENILAIAN BAKALAN BUKU

Aspek Rubrik frekuensi Perolehan Skor Catatan


Penilaian

Jjumlah Setiap halaman skor = 25 50 < ½ hlm skor 0


halaman 2
>¾ hlm skor 1

Jumlah Berbahasa Indonesia 13 6,5


referensi non-online skor =1/2

Berbahasa Indonesia 5 5 Wajib


online skor =1 menyertakan
alamat online-
nya.

Berbahasa Inggris non-


online skor =1

Berbahasa Inggris 13 26 Wajib


online skor =2 menyertakan
alamat online-
nya.
87,5

Anda mungkin juga menyukai