Disusun oleh :
4A
2019
Bab IV
A. MACAM-MACAM OBSERVASI
Menurut Lynne E. F. McKechnie dalam buku Lisa M Given (2008,573)
Observasi adalah salah satu pendekatan metode penelitian tertua dan paling
mendasar. Ini melibatkan pengumpulan kesan dunia menggunakan semua indera
seseorang, terutama melihat dan mendengarkan, dengan cara yang sistematis dan
terarah untuk belajar tentang fenomena yang menarik. Meskipun sering digunakan
sendiri, penelitian observasional sering digunakan dengan metode lain seperti
wawancara dan analisis dokumen. Baik peneliti kuantitatif maupun kualitatif, dan
mereka yang bekerja di suatu tempat di antara rangkaian kedua pendekatan ini,
menggunakan observasi. Pengamatan yang lebih kuantitatif sering disebut sebagai
pengamatan sistematis atau terstruktur dan pendekatan yang lebih kualitatif
mencakup pengamatan naturalistik, observasi non-terstruktur, dan observasi
partisipan. Entri ini berfokus pada penelitian observasional kualitatif. Ini dimulai
dengan mengaitkan beberapa karakteristik pengamatan kualitatif, kemudian
menjelaskan metode atau melakukan pengamatan, mengeksplorasi isu-isu peran
pengamat dan masalah etika, dan ditutup dengan ikhtisar kekuatan dan kelemahan
pendekatan metodologis ini.
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis atas fenomena-feomena yang diteliti. Dalam arti luas observasi
sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung seperti questionnaire dan test. Sehubungan
dengan hal ini, pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara
berperanserta dan yang tidak berperanserta. Marshall (1995) menyatakan bahwa,
“through observation, the researcher learn about behavior and the meaning
attached to those behavior”. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa melalui
observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari pelbagai proses biologis dan psikologis (Sutrisno Hadi, 1986). Dua diantara
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Saat peneliti kualitatif mendapatkan data dengan cara mengamati peserta,
tekanan dalam pengamatan tersebut adalah memahami lingkungan alam seperti
yang dijalani oleh peserta, tanpa mengubah atau memanipulasinya. Untuk
pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan data
yang paling tepat dan efektif. Misalnya, jika Anda bertanya kepada guru
bagaimana mereka menangani disiplin di kelas mereka, Anda berisiko
mengumpulkan informasi yang biasa-mereka mungkin tidak mengingat
semuanya, atau mereka mungkin hanya memberi tahu Anda tentang strategi
mereka yang paling sukses. Namun lain halnya dengan mengamati kelas, Anda
akan mendapatkan informasi yang jauh lebih obyektif yang dapat dibandingkan
dengan laporan sendiri dari peserta penelitian. (Gay, Mills, & Airasian, 2012: 381-
382).
Observasi atau pengamatan dalam penelitian kualitatif sangatlah berperan
besar. Hal tersebut dikarenakan pengamatan dapat mengoptimalkan kemampuan
peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan
sebagainya; memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat
oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dan
kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan
waktu itu; memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati
oleh subjek sehingga memungkinkan peneliti menjadi sumber data; serta
pengamatan memungkinkan membentuk pengetahuan yang diketahui bersama,
baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek (Moleong, 2007: 175).
Bungin (2007 : 115) mengamukakan beberapa bentuk observasi yang
dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi
tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
1. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-
benar terlibat dalam keseharian responden.
2. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat
harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati
suatu objek.
3. Obserasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok
terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi participant observation dan non participant observation.
Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono, 2017:
204).
Dilihat dari segi pelaksanaan pengumpulan data, Sugiyono (2017: 204)
membedakan observasi menjadi:
1. Observasi Berperanserta (Participant observation)
Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 446) mengungkapkan bahwa dalam
observasi partisipan, peneliti benar-benar berpartisipasi dalam situasi atau
pengaturan yang mereka amati. Di sisi lain, ketika seorang peneliti mengambil
peran sebagai peserta yang lengkap dalam sebuah kelompok, identitasnya tidak
diketahui oleh individu mana pun yang diamati. Peneliti berinteraksi dengan
anggota kelompok sealami mungkin dan termasuk untuk semua maksud dan
tujuan (sejauh yang menyangkut mereka). Dengan demikian, seorang peneliti
mungkin mengatur untuk melayani selama setahun misalnya sebagai guru aktual
di kelas dalam kota dan melaksanakan semua tugas dan tanggung jawab yang
merupakan bagian dari peran itu, namun tidak mengungkapkan bahwa dia juga
seorang peneliti.
Sutrisno Hadi (2004) juga menjelaskan bahwa jenis observasi partisipan
umumnya digunakan orang untuk riset yang bersifat eksploratif. Untuk meneliti
satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa kerap kali
diperlukan observasi partisipan. Suatu observasi dikatakan observasi partisipan
jika orang yang mengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam peri
kehidupan orang atau orang-orang yang diobservasi (observees). Kata partisipan
mempunyai arti yang penuh jika observer betul-betul turut berpartisipasi, bukan
hanya pura-pura. Observasi dengan partisipasi pura-pura disebut quasi participant
observation. Observasi partisipan mula-mula dan terutama digunakan dalam
penelitian-penelitian anthropologi sosial. Teknik ini kemudian meluas dan
digunakan dalam penelitian-penelitian pada situasi-situasi sosial lainnya. Situasi
tersebut seperti cara hidup dan hubungan sosial dalam pabrik, perusahaan, asrama,
penjara, organisasi, dan lain sebagainya.
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka
data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada
tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Dalam suatu perusahaan atau organisasi pemerintah misalnya, peneliti
dapat berperan sebagai karyawan, ia dapat mengamati bagaimana perilaku
karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan
satu karyawan dengan karyawan lain, hubungan karyawan dengan supervisor dan
pimpinan, keluhan dalam melaksanakan pekerjaan dan lain-lain.
2. Observasi Nonpartisipan
Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan
aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan
peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Misalnya dalam
suatu Tempat Pemungutan Suara (TPS), peneliti dapat mengamati bagaimana
perilaku masyarakat dalam hal mengunakan hak pilihnya, dalam interaksi dengan
panitia dan pemilih yang lain. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya
dapat membuat kesimpulan tentang perilaku masyarakat dalam pemilihan umum.
Pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan
data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-
nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.
Sedangkan jika dilihat dari segi instrumentasi yang digunakan, Sugiyono
(2017: 205) membedakan observasi menjadi:
1. Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara
sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Jadi
observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang
variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti
menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.
Pedoman wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga digunakan
sebagai pedoman untuk melakukan observasi. Misalnya peneliti akan rnelakukan
pengukuran terhadap kinerja pegawai yang bertugas dalam pelayanan IMB (Izin
Mendirikan Bangunan), maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dan ucapan
dengan menggunakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja
karyawan tersebut.
2. Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti
tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya
berupa rambu- rambu pengamatan. Dalam suatu pameran produk industri dari
berbagai negara, peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu
peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik,
melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan
B. TAHAP-TAHAP OBSERVASI
Penelitian observasional, seperti penelitian lainnya, dimulai dengan
pemilihan masalah penelitian. Masalah ini sering disajikan sebagai bidang minat
penelitian, dengan pertanyaan penelitian yang lebih spesifik diartikulasikan
setelah lebih banyak dipelajari melalui pengamatan di lapangan. Meskipun
beberapa peneliti lebih memilih untuk memasuki lapangan dan segera memulai
pengamatan tanpa potensi blinds dari konsep yang sudah terbentuk sebelumnya,
banyak yang melakukan pencarian literatur untuk mengidentifikasi indikator yang
relevan dan konsep penjelasan yang dapat menginformasikan proyek.
Peneliti mengumpulkan data deskriptif dan relasional melalui mengamati
perilaku dalam pengaturan yang menarik. Temuan diartikulasikan, sering dengan
model penjelasan atau satu atau lebih konstruksi teoretis penjelasan, dalam
laporan penelitian.
Pengamatan kualitatif ditandai dengan desain penelitian yang muncul.
Desain ini melibatkan proses siklus, bergerak bolak-balik antara penalaran
induktif dan deduktif: Tema diidentifikasi melalui analisis perilaku yang diamati;
tema-tema ini menyarankan bidang-bidang untuk difokuskan setelah observasi;
pengamatan selanjutnya menyarankan tema baru yang kemudian memulai lebih
banyak pengamatan. Pengumpulan data berlanjut sampai saturasi, titik di mana
pengamat belajar tidak ada yang baru dari pengamatan lanjutan.
Weick (1976: 253) secara lebih dalam menyebutkan bahwa observasi tidak
hanya meliputi prinsip kerja sederhana, melainkan memilik karakteristik yang
begitu komplek. Terdapat tujuh karakteristik dalam kegiatan observasi, dan
selanjutnya menjadi proses tahapan observasi. Tahapan atau proses observasi
tersebut meliputi pemilihan (selection), pengubahan (provocation), pencatatan
(recording), dan pengkodeaan (encoding), rangkaian perilaku dan suasana (tests
of behavior setting), in situ, dan untuk tujuan empiris.
Pemilihan (selection) menunjukkan bahwa pengamatan ilmiah mengedit
dan memfokuskan pengamatannya secara sengaja atau tidak sengaja. Pemilihan
mempengaruhi apa yang diamati, apa yang dicatat, dan apa yang disimpulkan
Peneliti dapat menentukan pilihannya atas sejumlah gejala alam, sosial, dan atau
kemanusiaan yang dianggap dapat memberikan informasi sesuai dengan
kebutuhannya. Tentu dalam hal ini peneliti melakukan pemilihan subjek amatan,
dengan melibatkan semua atau sebagian kemampuan indrawiah.
Pengubahan (provocation), berarti observasi yang dilakukan bersifat
aktif, tidak hanya dilakukan secara pasif. Peneliti boleh mengubah perilaku atau
suasana tanpa mengganggi kewajaran, Peran Peneliti dalam Pengamatan Peran
yang diadopsi oleh peneliti penting karena membatasi apa yang dapat diamati.
Beberapa skema telah dikembangkan untuk menggambarkan peran ini. Tipologi
Raymond L. Gold, berasal dari akhir 1950-an dan biasa digunakan, didasarkan
pada tingkat itu peneliti berpartisipasi dalam pengaturan, mulai dari pengamat
lengkap (tidak ada interaksi antara pengamat dan yang diamati) melalui pengamat
sebagai peserta, peserta sebagai pengamat, dan peserta lengkap. Baru-baru ini,
beberapa peneliti telah menegaskan bahwa semua pengamat berpartisipasi dalam
pengaturan dengan cara tertentu dan lebih suka menggunakan istilah keanggotaan,
bervariasi dari periferal hingga aktif hingga keanggotaan penuh untuk
menggambarkan peran peneliti. Tujuan dari penelitian observasi, karakteristik
pengamat, dan sifat pengaturan semua berkontribusi pada pemilihan peran
penelitian yang tepat. Sebagai contoh, dalam sebuah studi tentang pekerjaan guru
sekolah pembibitan yang dilakukan di lokasi di sekolah pembibitan yang
sebenarnya oleh peneliti pria dewasa, mungkin yang terbaik bagi pengamat untuk
mengadopsi peran penelitian pengamat lengkap atau keanggotaan periferal untuk
tetap relatif tidak mencolok dan untuk tidak mengganggu aliran kegiatan normal.
Dalam menyajikan temuan-temuan penelitian observasi, penting bahwa peran
peneliti dan keterkaitannya dalam latar penelitian tertentu dijelaskan.
Kealamiahan (naturalness). Mengubah perilaku berarti dengan
kesengajaan mengundang respon tertentu, misalnya mengubah perilaku orang lain
dengan menggunakan pengaruh teladan atau keteladanan seseorang pada kondisi
tertentu. Bryan & Lindlof (1995: 140) menyebutkan bahwa Bryan dan Test (1967)
pernah melakukan manipulasi dan menstimuli perilaku subjek penelitian, tanpa
mengganggu kewajaran, situasi alamiah (naturalness). Bryan dan Test (1967)
mencoba memberikan perilaku keteladanan memberikan sumbangan pada
kegiatan amal bagi The Salvation Army. Apa yang dilakukan oleh Bryan dan Test,
menunjukkan bahwa aspek keteladanan mampu mempengaruhi perubahan
perilaku atau memprovokasi tindakan seseorang melakukan apa yang
distimulasikan kepadanya.
Pencatatan (recording) adalah upaya merekam kejadian-kejadian
menggunakan catatan lapangan, sistem kategori, dan metode-metode lain. Setiap
kejadian hendaknya memerlukan pencatatan. Mengamati tanpa diimbangi dengan
pencatatan mengakibatkan pengamat lupa terhadap apa yang diamatinya.
Kemampuan pengamat lebih lemah dari yang seharusnya diingat, dan kemampuan
ingatan berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena ada kemungkinan seseorang
lebih tertarik pada fenomena tertentu, dan justru lebih gampang mengingatnya,
daripada harus mengingat-ingat fenomena yang akan diteliti dan harus diingatnya.
Sebaliknya, subjek amatan justru lebih mudah berubah apabila mengetahui bahwa
dia sengan diamati dan dicatat tingkah lakunya (ini berbeda dengan pengamatan
pada benda, atau hewan).
Pengkodean (encoding) berarti proses menyederhanakan catatan-catatan
melalui metode reduksi data (Miles dan Huberman, 1984:16). Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan menghitung frekuensi bermacam perilaku. Rangkaian perilaku
dan suasana yang ada, menunjukkan bahwa observasi melakukan serangkaian
pengukuran yang berlainan pada perilaku dan suasana. Pengkodean juga dapat
dilakukan untuk menyederhanakan pengamatan yang berlangsung secara cepat.
Penggodean dapat dilakukan menggunakan kata-kata kunci (key words), yang
nantinya disempurnakan menjadi kalimat berita secara utuh, setelah pengamatan
berlangsung.
In situ, berarti pengamatan kejadian dalam situasi alamiah (naturalistic),
meskipun tanpa menggunakan manipulasi eksperimental. Mengamati secara in
situ dapat dilihat dari pengamatan perilaku mahasiswa di kelas. Salah satunya
pada saat mengamati mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah metodologi
penelitian kualitatif, pada program doktoral di IAIN Walisongo, tanggal 6
Desember 20014. Pengamatan in situ merupakan proses mengamati hal-hal apa
saja yang riil atau nyata, berdasarkan pengalaman riil di tempat kejadian
berlangsung (Santana, 2009: 127). Menurut penulis, observasi yang dimaksudkan
di sini diartikan sebagai seluruh kegiatan atau aktivitas ilmiah empiris, diawali
dengan kegiatan mengamati gejala atau realitas bersifat empiris.
Observasi untuk tujuan empiris mempunyai tujuan bermacam-macam.
Observasi juga memiliki fungsi bervariasi. Tujuan dari observasi berupa deskripsi,
melahirkan teori dan hipotesis (pada penelitian kualitatif), atau menguji teori dan
hipotesis (pada penelitian kuantitatif). Fungsi observasi secara lebih rinci
dijelaskan oleh Rahmat (2005: 84) terdiri dari deskripsi, mengisi, dan memberikan
data yang dapat digeneralisasikan. Deskripsi, berarti observasi digunakan untuk
menjelaskan, memberikan, dan merinci gejala yang terjadi, seperti seorang
laboran menjelaskan prosedur kerja atom hidrogen, atau ahli komunikasi
menjelaskan secara rinci prosedur kerja di stasiun televisi. Mengisi data, memiliki
maksud bahwa observasi yang dilakukan berfungsi melengkapi informasi ilmiah
atas gejala sosial yang diteliti melalui teknik-teknik penelitian. Memberikan data
yang dapat digeneralisasikan, maksudnya adalah setiap kegiatan penelitian,
sehingga mengakibatkan respon atau reaksi dari subjek amatan. Dari gejala-gejala
yang ada, peneliti dapat mengambil kesimpulan umum dari gejala-gejala tersebut
(Rahmat, 2005: 85).
Sugiyono (2012: 69) tahapan observasi ada tiga yaitu: 1) observasi
deskriptif, 2) observasi terfokus, dan 3) observasi terseleksi. Tahapan tersebut
seperti berikut ini : Gambar 1.1 Tahap-tahap observasi
C. OBJEK OBSERVASI
Lisa M Given (2008, 574), observasi secara holistik dalam pendekatannya,
dengan para peneliti mengumpulkan data tentang banyak aspek dari pengaturan
penelitian dan para pesertanya. Peneliti memperhatikan aktor atau peserta dalam
pengaturan, mengumpulkan sosiodemografi (mis., Usia, jenis kelamin,
pendidikan, kelas) dan informasi deskriptif (misalnya, pakaian dan postur),
mencoba menentukan siapa orangnya. Kisah, kegiatan, dan peristiwa diamati dan
dicatat untuk menemukan apa yang dilakukan orang dan dengan siapa, apa yang
terjadi, dan jika ada tren dan pola yang bisa dilihat dalam kegiatan ini.
Pengamat memperhatikan apa yang dikatakan orang, kata-kata yang mereka
gunakan, penjelasan dan penjelasan yang mereka berikan tentang perilaku mereka,
dan makna pribadi dan sosial serta sikap dan kepercayaan yang diungkapkan
melalui pembicaraan mereka. Hubungan antara orang-orang, baik secara individu
maupun dalam kelompok dan antara orang-orang dan kelompok-kelompok orang
dan organisasi, dieksplorasi. Karakteristik pengaturan fisik, termasuk objek yang
ditemukan di dalamnya, dicatat. Jika memungkinkan dan sering melalui
pengumpulan dan pemeriksaan dokumen, informasi dikumpulkan tentang sejarah
fenomena yang menarik dan latar penelitian. Pengamat memperhatikan hal-hal
duniawi, perincian sehari-hari, meyakini bahwa apa yang sebenarnya terjadi
seringkali terbukti dalam apa yang dianggap sepele dan dianggap remeh. Melalui
praktik pengamatan seperti ini, para peneliti berupaya mengidentifikasi tren dan
pola perilaku yang luas.
Objek observasi adalah perilaku yang tampak, yang sengaja dimunculkan
(terencana) dan memiliki tujuan tertentu. Dari pernyataan diatas, ada beberapa
syarat perilaku yang dapat di observasi antara lain :
E. PEDOMAN PENGAMATAN
Menurut Kettels (2007:379) menyatakan bahwa ,pedoman observasi
dimaksudkan untuk menyederhanakan proses dan memungkinkan garis tanggung
jawab dan pengambilan keputusan yang jelas.
Menurut Sandu Siyoto dan Ali Sodik (2015:81) menyatakan bahwa,
instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam
observasi sistematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman
yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang
kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati.
Menurut W. Gulo (2002:123) menyatakan bahwa , supaya instrumen
dapat berfungsi secara efektif, maka syarat validitas dan reliabilitas harus
diperhatikan sungguh sungguh. Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis
tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar pertanyaan, yang dipersiapkan
untuk mendapatkan Informasi dari responden. Instrumen itu disebut sebagai
Pedoman Pengahayatan atau Pedoman wawancara atau Kuesioner atau Pedoman
Dokumenter, sesuai dengan metode yang dipergunakan. Pada suatu proyek
penelitian dapat dipergunakan lebih dari satu metode pengumpulan data.
Setiap peneliti bisa membuat pedoman pengamatannya sendiri. Pedoman
pengamatan biasanya tercantum tujuan observasi dan aspek yang akan diamati.
Selebihnya , peneliti bisa memodifikasi sendiri sesuai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Bryan, James H., & Test, M A., Models and Helping: Naturalistic Studies In
Aiding Behavior, Journal of Personality & Social Psychology, Vol. 6, No. 4,
1967, hlm. 400-407. Diakses melalui: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi
w5L3Lna_hAhWF7XMBHTFrBSAQFjAAegQIAhAC&url=http%3A%2F
%2Fgarfield.library.upenn.edu
%2Fclassics1981%2FA1981MA25500001.pdf&usg=AOvVaw03tqye68g_R1Tod
4itv3I1
Bryan, Tylor C., dan Lindlof, Thomas R., Qualitative Communication Research
Methods, 2nd edition, London, New Delhi, dan Thausand Oaks: Sage Publication,
1995. Diakses melalui: https://books.google.co.id/books?id=Op-
GRnkSCGgC&pg=PR4&lpg=PR4&dq=Bryan,+Tylor+C.,+dan+Lindlof,
+Thomas+R.,+Qualitative+Communication+Research+Methods,+2nd+edition,
+London,+New+Delhi,+dan+Thousand+Oaks:+Sage+Publication,
+1995&source=bl&ots=ICkNQ73Rq4&sig=ACfU3U1PVlg4kj5db8nZbMzSMB
N0Y7jCaw&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiyhK-
Gna_hAhVe6XMBHfubBA0Q6AEwAnoECAgQAQ#v=onepage&q=Bryan%2C
%20Tylor%20C.%2C%20dan%20Lindlof%2C%20Thomas%20R.%2C
%20Qualitative%20Communication%20Research%20Methods%2C%202nd
%20edition%2C%20London%2C%20New%20Delhi%2C%20dan%20Thousand
%20Oaks%3A%20Sage%20Publication%2C%201995&f=false
Goodman Elizabeth, mike kuniavsky, andrea moed. 2012. Observing the User
Experience A Practitioner’s Guide to User Research, 2nd edition. AMSTERDAM
• BOSTON • HEIDELBERG • LONDON • NEW YORK • OXFORD PARIS • SAN
DIEGO • SAN FRANCISCO • SINGAPORE • SYDNEY • TOKYO. Elsevier, Inc:
2012. Diakses melalui:
https://b-ok.cc/book/2208970/fb16f7
Gold, R. (1958). Roles in sociological field observation. Social Forces, 36, 217–
223. Diakses: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwib
tcfGmK_hAhXMdysKHao9CygQFjAAegQIARAC&url=http%3A%2F
%2Fmsessd.ioe.edu.np%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F04%2FGOLD-
PARTICIPANT-OBSERVATION.pdf&usg=AOvVaw0E-
tDcArSCGR5DsIeSPhy1
(Skripsi).IKIPPGRI:Semarang.
http://www.scribd.com/doc/13065635/Metodemetode-pembelajaran.
Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Rosdakarya,
2005.
Siyoto, Sandu, dan Ali Sodik. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing. Diakses melalui: https://books.google.co.id/books?
id=QPhFDwAAQBAJ&pg=PA81&dq=pedoman+pengamatan&hl=id&sa=X&ve
d=0ahUKEwiixq7I-
pXhAhWVXCsKHaehAXkQ6AEINTAD#v=onepage&q=pedoman
%20pengamatan&f=false
Nomor Absen : 14