Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI

Metode Pengumpulan Data: Observasi dan Kuisioner

DISUSUN OLEH:

DIAN PURNAMASARI A31115308


GLORIA YANITA SITORUS A31115319

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan kasih dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Metode Pengumpulan Data: Observasi dan Kuisioner”. Makalah ini kami
susun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Akuntansi
yang dibimbing oleh dosen kami, Prof. Dr. Hj. Haliah Imran, SE., M.Si., Ak., CA.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik
dalam susunan kalimat maupun tata bahasa yang digunakan dalam penulisan
makalah ini. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi para pembaca.

Makassar, 16 Maret 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Selain dengan melakukan wawancara, pengumpulan data juga dapat
dilakukan dengan observasi dan kuisioner. Observasi melibatkan kegiatan di
lapangan dan membutuhkan data deskriptif bukan angket, serta memakan waktu
dan terdapat banyak kesulitan dalam melakukannya. Sedangkan untuk
kuisioner didesain untuk mengumpulkan banyak data kuantitatif, di mana
menyajikan pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya dan peran
responden sangatlah penting dalamnya.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa yang dimaksud dengan observasi?
1.2.2. Apa yang dimaksud observasi partisipan?
1.2.3. Apa yang diamati dalam observasi?
1.2.4. Apa yang dimaksud observasi terstruktur?
1.2.5. Apa yang dimaksud dengan kuisioner dan apa saja langkah
menyusunnya?

1.3.Tujuan Pembahasan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian observasi
1.3.2. Untuk mengetahui observasi partisipan
1.3.3. Untuk mengetahui hal-hal yang diamati dalam observasi
1.3.4. Untuk mengetahui tujuan observasi terstruktur
1.3.5. Untuk mengetahui pengertian kuisioner dan langkah-langkah dalam
menyusunnya
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Observasi
Observasi merupakan teknik alami yang efektif untuk mengumpulkan data
terkait tindakan dan perilaku. Observasi melibatkan kegiatan “di lapangan”-
pabrik, pusat perbelanjaan (supermarket), ruang tunggu, kantor, atau trading
room—melihat apa yang dilakukan oleh para karyawan, konsumen, atau day
trader, dan menjelaskan, menganalisis, serta menginterpretasikan apa yang
seseorang lihat.
Metode observasional yang paling tepat untuk penelitian yang
membutuhkan data deskriptif bukan angket yaitu, ketika perilaku akan diteliti
tanpa bertanya secara langsung kepada responden sendiri. Data observasional
begitu banyak dan tidak terkontaminasi dengan bias angket. Metode
observasional juga memakan waktu dan memiliki banyak kesulitan dalam
banyak hal, khususnya bagi peneliti yang belum terlatih.

 Empat Dimensi Utama yang Menggolongkan Jenis Observasi


1. Studi Observasional yang Terkontrol versus Tidak Terkontrol
Observasi yang dilakukan dalam situasi terkontrol (artifisial) versus
tidak terkontrol (alami) memiliki perbedaan. Studi observasional
dikatakan sangat terkontrol ketika situasi atau kondisi dimanipulasi atau
direncanakan oleh peneliti; pengamatan dari subjek terhadap situasi atau
kondisi tertentu membuat peneliti dapat mengamati perbedaan antara
reaksi perilaku individu terhadap situasi tersebut. Observasi terkontrol
dapat dilakukan di dalam laboratoriumm atau di lapangan.
Observasi terkontrol terjadi ketika penelitian observasional dilakukan
dengan kondisi yang diatur dengan teliti. Observasi tidak terkontrol
adalah teknik observasi yang tidak berusaha untuk mengontrol,
memanipulasi, atau memengaruhi situasi. Peristiwa terjadi secara alami
dan peneliti mengamati peristiwa tersebut tanpa melakukan intervensi
terhadap situasi kehidupan nyata. Kelebihan dari observasi adalah bahwa
orang-orang dapat diamati di lingkungan kerja atau belanja alami
mereka. Kelemahan utama dari observasi tidak terkontrol adalah bahwa
biasanya sulit untuk memahami situasi kompleks yang sering terjadi
karena kita tidak mengontrol faktor apapun dalam observasi ini.

2. Observasi Partisipan versus Observasi Nonpartisipan


Peneliti dapat memainkan satu dari dua peran ketika mengumpulkan
data observasi-dari pengamat nonpartisipan atau partisipan. Dalam kasus
observasi nonpartisipan, peneliti tidak pernah secara langsung terlibat
dalam tindakan dari aktor atau pelaku, namun mengamati mereka dari
luar jangkauan visual aktor.
Observasi partisipan adalah pendekatan yang sudah sering digunakan
dalam studi kasus, studi etnografi, dan studi teori dasar. Dalam observasi
partisipan, peneliti mengumpulkan data dengan berpartisipasi dalam
kehidupan sehari-hari dari kelompok atau organisasi yang diteliti.
Tingkat terendah dari observasi partisipan adalah partisipasi pasif.
Partisipasi pasif memmbuat peneliti dapat mengumpulkan data yang
dibutuhkan tanpa menjadi bagian integral dari sistem tersebut. Partisipasi
moderat terjadi ketika peneliti tidak secara aktif berpartisipasi dan hanya
sesekali berinteraksi dengan kelompok yang diteliti. Partisipasi aktif
adalah ketika peneliti benar-benar terlibat hampir dalam setiap hal yang
dilakukan oleh kelompok yang diteliti sebagai metode untuk
mempelajari perilaku mereka. Peneliti juga dapat memainkan peran
sebagai pengamat-partisipan penuh. Dalam observasi partisipan penuh,
peneliti menjadi anggota dari kelompok sosial yang diteliti.

3. Studi Observasional Terstruktur versus Tidak Terstruktur


Studi observasional terstruktur adalah ketika pengamat memiliki
rangkaian kategori kegiatan atau fenomena yang direncanakan akan
diteliti. Format pencatatan observasi dapat didesain dan dibuat secara
spesifik untuk masing-masing studi agar sesuai dengan tujuan dari
penelitian tersebut. Observasi terstruktur secara umum bersifat
kuantitatif.
Pada awal studi, terdapat kemungkinan bahwa peneliti tidak memiliki
ide yang jelas dari aspek-aspek tertentu yang membutuhkan fokus atau
perhatian. Mengamati kejadian ketika hal tersebut terjadi juga dapat
menjadi bagian dari rencana seperti halnya dalam banyak bentuk
penelitian eksploratif dan kualitatif. Studi seperti itu akan menjadi studi
observasional tidak terstruktur. Studi observasional tidak terstruktur
diklaim sebagai ciri dari penelitian kualitatif. Observasi tidak terstruktur
pada akhirnya dapat menghasilkan rangkaian hipotesis tentatif yang diuji
dalam penelitian berikutnya yang bersifat deduktif. Sehingga, penemuan
induktif melalui observasi dapat menciptakan kemungkinan lain untuk
pembuatan teori dan pengujian hipotesis berikutnya.

4. Observasi Tersembunyi versus Observasi Tidak Tersembunyi


Kerahasiaan observasi berkaitan dengan apakah anggota dari kelompok
sosial yang diteliti diberitahu bahwa mereka sedang diinvestigasi.
Kelebihan utama dari observasi tersembunyi adalah bahwa subjek
penelitian tidak terpengaruh dengan kesadaran bahwa mereka sedang
diamati. Observasi tersembunyi bersifat lebih jelas, dapat mengubah
kebenaran dan perilaku yang diteliti.
Observasi tersembunyi memiliki beberapa masalah etika yang serius.
Observasi yang kurang reaktif meningkatkan perhatian terhadap etika
karena hal tersebut dapat melanggar prinsip-prinsip dari kesepakatan,
privasi, dan kerahasiaan yang diinformasikan. Namun demikian, dalam
beberapa situasi, peneliti menjadi tidak dapat disalahkan dibandingkan
dalam situasi yang lain. Penilaian yang teliti dan dinilai dengan baik
terhadap konsekuensi yang merusak potensi dari penelitian observasi
tersembunyi harus dibuat oleh peneliti.
2.2. Observasi Partisipan
Peneliti dapat memainkan satu atau dua peran selama mengumpulkan data
observasi: sebagai pengamat nonpartisipan atau pengamat partisipan. Ciri
utama dari observasi partisipan adalah bahwa peneliti mengumpulkan data
dengan berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari dari kelompok atau
organisasi yang diteliti. Hal ini memungkinkan peneliti untuk mempelajari
kegiatan kelompok yang diteliti dalam situasi alami dari sudut pandang orang
dalam dengan mengamati dan berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
 Aspek Partisipatif dari Observasi Partisipan
Ciri dari obervasi partisipan yang membedakan adalah bahwa peneliti
berpartisipasi dalam kelompok sosial yang diteliti. Peneliti dapat
melakukannya pada tingkat yang berbeda. Tingkat tertinggi dari partisipasi
adalah partisipasi lengkap. Dalam partisipasi lengkap, peneliti dapat
menyembunyikan bahwa dirinya adalah seorang pengamat, berperilaku
senatural mungkin dan berusaha untuk menjadi anggota yang diterima dari
kelompok sosial tersebut. Teknik ini memastikan kedekatan dengan subjek.
Kekurangan dari metode ini adalah bahwa partisipasi engkap dapat
membatasi kebebasan gerak di luar peran yang sudah dipilih serta dapat
menyebabkan perspektif penelitian yang kabur dan meningkatnya
kemungkinan temuan penelitian yang bias.
Dalam kasus partisipasi moderat, peneltii mengasumsikan antara
menjadi anggota (insider) sepenuhnya dan menjadi nonanggota sepenuhnya
(outsider). Dalam partisipasi moderat, peneliti mengamati kejadian yang
diteliti, menjaga jarak tertentu dari kejadian tersebut dan tidak pernah
memberikan intervensi. Peran dari peneliti sering kali adalah peran seorang
aksi atau penonton. Teknik lain yang terkadang digunakan adalah
shadowing. Teknik shadowing berarti bahwa peneliti secara dekat
mengikuti subjek dengan terlibat dalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam kasus partisipasi aktif, peneliti tidak puas dengan peran sebagai
penonton. Peneliti tidak menyembunyikan bahwa dia adalah seorang
pengamat, namun dai awal menjelaskan bahwa dia adalah seorang pengamat
kepada kelompok sosial yang diteliti. Hal ini membuat peneliti tidak hanya
dapat mengamati kegiatan sehari-hari dari subjek tersebut, namun juga
terlibat dalam kegiatan tersebut sehingga membuat mereka dapat
mempraktikannya. Tujuan partisipasi aktif tidak untuk menjadi seperti
subjek dan untuk terlibat jauh dalam aktivitas mereka, namun melakukan
aktivitas tersebut sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari
kegiatan mereka.

 Aspek Observasi dari Observasi Partisipan


Selama berpartisipasi, peneliti harus mengamati dan mencatat, serta pada
tahap selanjutnya menganalisis perilaku, tindakan, interaksi, kejadian, dan
lainnya. Memulai dengan observasi partisipan, dan menjadi bagian dari
kelompok sosial tidak terlepas dari beberapa masalah yang harus dihadapi.
Hal tersebut termasuk memilih tempat, mendapatkan izin, memilih
informasi penting, dan mempelajari keadaan atau kondisi penelitian.
Dalam sebagian besar studi, mendapatkan akses dimulai dengan
mendapatkan izin untuk melakukan penelitian dari orang-orang yang
memiliki jabatan tinggi dalam organisasi tersebut, terutama manajemen
puncak. Untuk mendapatkan izin melakukan penelitian, menjadi hal penting
untuk secara hati-hati menjelaskan tujuan penelitian.
Menjadi anggota yang diterima oleh kelompok sosial yang diteliti
adalah tahap selanjutnya. Banyak ahli etnografi telah mengetahui bahwa
beberapa anggota kelompok sosial yang diteliti lebih terbuka dan lebih
bersedia untuk mendekati peneliti dalam studi praktek sejak awal
dibandingkan yang lain.
Agar menyarankan supaya peneliti menemukan orang yang disukai dan
dihormati yang dapat menjadi sponsor. Sponsor ini adalah anggota
kelompok yang bersedia memperkenalkan peneliti kepada kelompok
tersebut, menjamin peneliti, dan menjelaskan kehadiran peneliti kepada
anggota-anggota kelompok yang lain.
Aspek penting dari observasi partisipan adalah membangun hubungan,
termasuk membangun hubungan memercayai kelompok sosial yang diteliti,
dengan menunjukkan rasa hormat, menjadi orang yang dapat dipecaya, dan
menunjukkan komitmen terhadap kesejahteraan kelompok atau anggota
individu dari kelompok tersebut, sehingga mereka merasa aman dalam
memberikan informasi kepada peneliti.

2.3. Apa yang Diamati


Masalah potensial dalam studi observasi adalah peneliti dapat merasa
kewalahan dengan jumlah data yang begitu banyak yang seringkali tidak
terkait. Oleh karena itu, peneliti harus berusahan untuk tetap fokus pada hal
tertentu selama berbagai tahap proses observasi. Terdapat tiga proses berurutan
dalam observasi yang dapat memberikan pemahaman mendalam terhadap
keadaan yang sedang diteliti, yaitu observasi deskriptif, observasi terfokus, dan
observasi selektif.
 Observasi deskriptif. Dalam observasi ini, peneliti terbuka terhadap segala
sesuatu yang sedang terjadi, sehingga peneliti mengumpulkan data-data
yang menjelaskan mengenai kondisi, subjek, dan peristiwa yang sedang
terjadi. Data-data yang dikumpulkan ini kemudian memberikan deskripsi
awal atau alasan naratif yang dapat menjadi dasar untuk pengembangan
serangkaian konsep, teori, atau bahkan kerangka konseptual. Data deskriptif
yang dapat dikumpulkan oleh peneliti adalah:
- Space atau tata ruang dari kondisi fisik, seperti tata ruang pabrik.
- Objects atau elemen fisik benda, seperti peraltan kantor, mesin,
peralatan elektronik.
- Actors atau rincian terkait pelaku atau orang-orang yang terllibat.
- Feelings atau pendapat emosi, aktivitas, tindakan, atau tujuan dari
pelaku.
- Events atau kejadian, misalnya pertemuan.
 Observasi terfokus dan observasi selektif. Ketika konsep, teori, dan
kerangka konseptual kemudian dikembangkan, maka peneliti dapat
mempermudahnya dengan memberikan fokus yang lebih besar (observasi
terfokus) dan melakukan pemilihan (observasi selektif). Observasi
terfokus menekankan pada pengamatan/observasi (seringkali didukung
dengan wawancara) di mana peneliti akan berkonsentrasi pada jenis
pendapat, emosi, tindakan, aktivitas, dan/atau kejadian tertentu serta
mencari tema yang muncul. Pada akhirnya, dalam observasi selektif,
peneliti fokus pada jenis tindakan, aktivitas, atau kejadian yang berbeda
dan mencari kesamaannya, namun terbuka terhadap perbedaan atau
pengecualian pola yang muncul. Hal-hal yang dapat diamati dalam tahap
observasi terfokus dan observasi selektif yaitu:
- Melihat alur dari kejadian, tindakan, dan perilaku.
- Memisahkan aktivitas tetap/reguler dari aktivitas yang tidak tetap.
- Mencari perbedaan dalam alur.
- Mencari kasus negatif atau pengecualian.
- Dalam kasus observasi terstruktur, membuat rencana untuk observasi
sistematis, termasuk estimasi berpaa banyak estimasi yang memadai.

2.4. Observasi Terstruktur


Observasi terstruktur berfokus pada sifat, atau melihat fenomena yang
ditentukan sebelumnya. Fokus dari observasi terstruktur dapat dibagi menjadi
bagian-bagian kecil informasi seperti informasi terkait perilaku, tindakan,
interaksi, atau kejadian. Terdapat tingkatan yang berbeda dalam observasi
terstruktur, seperti berikut:
- Observasi sangat terstruktur, ketika peneliti mungkin sudah memutuskan
kategori observasi dengan cukup tepat dan cara yang tidak mungkin
sebelumnya.
- Observasi semi-terstruktur, ketika peneliti memulainya dengan rencana
terperinci terkait apa yang akan diteliti dan bagaimana melakukannya,
namun mengumpulkan data dengan cara yang kurang sistematis dan
ditentukan sebelumnya.

Observasi terstruktur juga dapat digunakan untuk menghasilkan data


numerik untuk menguji hipotesis dengan menggunakan skema pengkodean.
Pembuatan skema pengkodean merupakan aspek penting dari observasi
terstruktur. Skema pengkodean terdiri dari kategori yang sudah ditentukan
sebelumnya untuk mencatat apa yang diamati/observasi. Skema ini muncul
dalam berbagai jenis, ada yang sederhana, ada juga yang kompleks.
Jenis skema pengkodean yang digunakan bergantung pada informasi yang
ingin dikumpulkan oleh peneliti. Pertanyaan penelitian dari studi menjadi poin
awal untuk pembuatan skema pengkodean. Berdasarkan pertanyaan penelitian,
terkadang diperbaiki melalui uji perintis (pilot test). Ada beberapa
pertimbangan yang dapat diperhatikan terkait dengan bentuk skema
pengkodean:
- Fokus. Dari skema pengkodean tersebut, harus jelas apa yang akan
diamati.
- Objektif. Skema pengkodean dan kategori membutuhkan kesimpulan dan
terpretasi dari peneliti. Panduan yang jelas dan definisi kategori yang detail
dapat membantu peneliti untuk secara objektif membuat kode kejadian,
tindakan, dan perilaku.
- Mudah untuk digunakan. Skema pengkodean yang baik adalah yang
mudah untuk digunakan.
- Bersifat mutually exclusive dan collective exhaustive. Kategori bersifat
mutually exclusive (saling lepas) artinya tidak ada kategori yang saling
tumpang tindih. Kategori collective exhaustive artinya mencakup semua
kemungkinan sehingga selalu dapat membuat kode.
Standar skema pengkodean dapat membantu peneliti membuat skema
pengkodean peneliti sendiri, memungkinkan peneliti untuk memberikan
jawaban atas pertanyaan penelitiannya. Ada beberpaa cara di mana peneliti
dapat membuat kode kejadian, antara lain:
 Checklist sederhana, memberikan informasi tentang seberapa sering
kejadian tertentu terjadi,
 Catatan yang berurutan membuat peneliti dapat mengumpulkan
informasi terkait seberapa sering kejadian tertentu terjadi dan urutan
kejadian tersebut berlangsung,
 Catatan berurutan dalam skala waktu menambah tingkat perincian
(detail) yang menunjukkan interval waktu antarkejadian.

2.5. Kuisioner
Kuisioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan
sebelumnya di mana responden akan mencatat jawaban mereka, biasanya
dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas. Kuisioner merupakan metode
pengumpulan data yang efisien ketika studi bersifat deskriptif atau
eksplanatori. Kuisioner secara umum lebih murah dan memakan waktu
dibandingkan observasi dan wawancaara, namun kuisioner juga menyebabkan
kemungkinan lebih besar terjadinya nonrespons dan kesealahan nonrespons.
Prinsip penyusunan kuisioner merujuk pada langkah-langkah berikut:
1. Menentukan konten atau isi dari kuisioner
2. Menentukan bentuk respon atau jawaban
3. Menentukan bentuk pertanyaan
4. Menentukan urutan pertanyaan
5. Menulis cover letter

 Isi Kuisioner
Sifat variabel yang digunakan akan menetukan apakah jenis pertanyaan
yang diajukan. Jika variabel yang digunakan bersifat subjektif, di mana
keyakinan, persepsi, dan sikap responden akan diukur, pertanyaan
sebaiknya menggunakan dimensi dan elemen dari konsep tersebut.
Sehingga pertanyaan yang muncul bersifat pilihan. Jika variabel objektif
digunakan, maka pertanyaan tunggal digunakan, pertanyaan tunggal
langsung akan lebih tepat. Dapat disimpulkan kemudian, bahwa tujuan
masing-masing pertanyaan sebaiknya dipertimbangkan dengan hati-hati
sehingga variabel dapat diukur dengan tepat dan tidak ada pertanyaan
berlebihan yang ditanyakan.

 Format Respon atau Jawaban


Jika pertanyaan yang dipakai adalah pertanyaan terbuka maka hal
ini memungkinkan responden menjawab pertanyaan tersebut dengan cara
yang mereka pilih. Sehingga tidak ada bias yang muncul jika dilihat dari
sudut pandang peneliti serta memberikan beberapa pemahaman tambahan
bagi peneliti. Jawaban untuk pertanyaan terbuka juga dapat menjadi
pelengkap dari pertanyaan tertutup untuk tujuan interpretasi.
Jika pertanyaan yang dipakai adalah pertanyaan tertutup, maka
jawaban dibuat dalam bentuk beberapa alternatif pilihan. Format demikian
membantu responden untuk membuat keputusan dengan cepat dalam
memilih di antata alternatif yang diberikan. Selain itu juga membantu
peneliti untuk mengodekan informasi dengan mudah untuk analisis
selanjutnya.

 Bentuk Pertanyaan
Bentuk pertanyaan yang baik dapat mengacu pada hal-hal berikut:
1. Menghindari pertanyaan yang memiliki respon ganda
Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang membuka kemungkinan respon
yang berbeda pada subkalimatnya. Akan lebih baik jika mengajukan
dua atau lebih pertanyaan terpisah.
Contoh: menurut anda apakah ada pasar yang baik untuk produk ini
dan bahwa produk ini akan laris terjual?
2. Menghindari pertanyaan ambigu
Pertanyaan jenis ini membuat responden menjadi tidak yakin terkait
apa yang dimaksud oleh suatu pertanyaan.
Contoh: menurut anda sejauh mana kebahagiaan anda?
3. Menggunakan bahasa yang bebas
Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang dapat dipahami oleh
respondennya.

4. Menghindari pertanyaan yang mengandung bias ataupun


mengarahkan
Pertanyaan sebaiknya tidak disampaikan dengan cara tertentu yang
mengarahkan responden untuk memberikan respons yang peneliti
inginkan dari mereka.

5. Keinginan Sosial
Pertanyaan sebaiknya tidak disampaikan pada tingkat bahwa
pertanyaan tertentu menghasilkan respons yang diinginkan secara
sosial.

6. Menghindari pertanyaan yang bergantung pada ingatan


Beberapa pertanyaan mungkin mengharuskan responden untuk
mengingat pengalaman masa lalu yang sudah tidak begitu jelas dalam
memori mereka. Sehingga jawaban yang bergantung pada ingatan
seringkali memiliki bias.

7. Pertanyaan yang Disusun secara Positif dan Negatif


Alih-alih membuat semua pertanyaan secara positif, disarankan untuk
memasukkan beberapa pertanyaan yang disusun secara negatif
sehingga kecenderungan responden yang tanpa berpikir melingkari
titik di salah satu ujung skala dapat diminimalkan.

8. Panjang Pertanyaan
Pertanyaan yang sederhana dan singkat ebih disukai daripada
pertanyaan yang panjang. Sebagai ukuran, pertanyaan atau pernyataan
dalam kuesioner sebaiknya tidak melebihi 20 kata atau melebihi satu
baris penuh pada cetakan (Horst, 1968; Oppenheim, 1986).

 Urutan Pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya mengarahkan responden
dari pertanyaan yang bersifat lebih umum ke pertanyaan spesifik, dan dari
pertanyaan yang relatif mudah ke pertanyaan yang semakin sulit dijawab.
Pendekatan ini disebut juga pendekatan corong (funnel approach) dan
berfungsi untuk mempermudah dan memperlancar responden untuk
mengisi poin kuesioner. Penggunaan teknik corong membantu responden
untuk mengisi kuesioner dengan mudah dan nyaman.

 Surat Pengantar
Surat pengantar adalah halaman pengantar dari sebuah kuesioner. Surat
pengantar mencakup:
- Identifikasi peneliti
- Motivasi bagi responden untuk mengisi kuesioner
- Kerahasiaan
- Ucapan terima kasih kepada responden
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Observasi termasuk mulai meakukan kegiatan “di lapangan”, melihat apa yang
orang-orang lakukan dan menjelaskan, menganalisis, serta menginterpretasi-
kan apa yang seseorang lihat. Ada empat pendekatan untuk observasi
berdasarkan empat dimensi penting yang membedakan cara observasi
diakukan, yaitu kontrol, apakah peneliti adalah anggota dari kelompok yang
diamati atau tidak, struktur, dan kerahasiaan observasi. Dua pendekatan
penting untuk observasi yaitu observasi partisipan dan nonpartisipan.
Kelebihan utama observasi adalah bersifat langsung, sedangkan reaktivitas dan
bias pengamat adalah kekurangan dari observasi.

Anda mungkin juga menyukai