Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI

Metode Pengumpulan Data: Wawancara

DISUSUN OLEH:

DIAN PURNAMASARI A31115308


GLORIA YANITA SITORUS A31115319

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan kasih dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Metode Pengumpulan Data: Wawancara”. Makalah ini kami susun guna untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Akuntansi yang dibimbing oleh
dosen kami, Prof. Dr. Hj. Haliah Imran, SE., M.Si., Ak., CA.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik
dalam susunan kalimat maupun tata bahasa yang digunakan dalam penulisan
makalah ini. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi para pembaca.

Makassar, 8 Maret 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Setelah memahami beberapa persoalan dasar dalam desain penelitian, maka
perlu untuk lebih jauh membahas berbagai sumber dan bagaimana data
dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian survei,
dikenal tiga metode pengumpulan data utama, yaitu wawancara, observasi
terhadap orang-orang, dan kuisioner. Dalam hal wawancara, peneliti perlu
memahami bagaimana mengadakan wawancara yang tepat dan mampu
menunjang dalam pengambilan data. Oleh karena itu, peneliti harus dapat
memahami dengan baik kelebihan dan kekurangan metode pengumpulan data
dengan cara tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa saja sumber data dalam suatu penelitian?
1.2.2. Apa saja jenis wawancara dalam suatu penelitian?
1.2.3. Apa saja metode proyektif dari wawancara dalam suatu penelitian?

1.3.Tujuan Pembahasan
1.3.1. Untuk mengetahui jenis-jenis sumber data dalam suatu penelitian.
1.3.2. Untuk mengetahui jenis-jenis wawancara dalam suatu penelitian.
1.3.3. Untuk mengetahui contoh metode proyektif dari wawancara dalam
suatu penelitian.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Sumber Data


Peneliti dapat memperoleh data dari sumber primer ataupun sumber sekunder.
 Data Primer
Data primer diperoleh langsung oleh peneliti dengan variabel keterkaitan
untuk tujuan tertentu dari studi. Data primer merujuk pada informasi-
informasi yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Contoh data primer
antara lain:
- Individu. Informasi didapatkan dari hasil wawancara, kuisioner, ataupun
obervasi dengan individu.
- Kelompok fokus. Merupakan kelompok yang terdiri dari delapan
sampai sepuluh orang, dengan seorang moderator yang memimpin
diskusi selama dua jam mengenai suatu topi, konsep, atau hal tertentu
yang ingin digali informasinya.
- Panel. Merupakan sumber informasi yang juga berupa kelompok.
Perbedaannya dengan kelompok fokus terletak pada intensitas pertemuan
yang dilakukan. Panel melakukan pertemuan berkelanjutan atau lebih
dari satu kali, sedangkan pada kelompok fokus, pertemuan dilakukan
hanya sekali. Selain itu, individu yang berada di kelompok panel dipilih
secara acak.

 Data Sekunder
Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber-
sumber yang sudah ada. Contoh data sekunder antara lain catatan atau
dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, atau analisis industri yang
diberikan oleh media, situs web, internet, dan lainnya.
2.2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai permasalahan yang diteliti. Dalam studi
eksploratif, wawancara dapat menjadi metode pengumpulan data yang efektif.
Terdapat dua jenis wawancara, yaitu:
 Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang dilakukan di mana
pewawancara tidak memasuki situasi wawancara dengan rangkaian
pertanyaan yang direncanakan akan diberikan kepada responden. Tujuan
dari jenis wawancara ini adalah untuk mengetahui beberapa isu terdahulu
sehingga peneliti dapat menentukan variabel yang memerlukan investigasi
mendalam lebih lanjut. Artinya bahwa wawancara tidak terstruktur dinilai
tepat untuk dilakukan pada keadaan di mana peneliti tidak memiliki
gambaran yang jelas mengenai isu-isu terdahulu pada beberapa hal dalam
penelitiannya, sehingga pada akhirnya diharapkan, hasil dari wawancara
tidak terstruktur ini dapat menjadi dasar untuk melakukan wawancara
terstruktur untuk variabel-variabel yang akan diidentifikasi.

 Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan ketika sejak
awal, peneliti mengeathui informasi apa yang diperlukan. Pewawancara
memiliki daftar pertanyaan yang direncanakan untuk ditanyakan kepada
responden, baik secara pribadi, telepon, ataupun komputer. Pertanyaan-
pertanyaan yang di daftar adalah pertanyaan-pertanyaan yang berfokus
pada faktor-faktor yang diketahui pada wawancara tidak terstruktur dan
dianggap relevan dengan masalah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
nantinya akan diajukan kepada responden yang berbeda dengan cara yang
sama. Setelah wawancara terstruktur dilakukan dan diperoleh informasi
yang cukup, maka peneliti berhak menghentikan wawancara. Kemudian
dengan informasi yang ada, peneliti melakukan tabulasi dan analisis pada
data.
Setelah membahas mengenai wawancara tidak terstruktur dan wawancara
terstruktur, peneliti perlu memahami teknik wawancara berdasarkan perantara
yang digunakan, antara lain:
 Wawancara Personal
Wawancara personal memiliki beberapa kelebihan:
- Peneliti dapat mengklarifikasi pertanyaan, menghilangkan keraguan,
dan menambah pertanyaan baru.
- Peneliti dapat membaca isyarat non-verbal.
- Secara relatif respon dan kerja sama yang didapatkan tinggi.
- Dapat menggunakan alat bantu visual untuk memperjelas poin.

Namun, wawancara personal juga memiliki beberapa kelemahan, antara


lain:
- Membutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar.
- Terdapat keterbatasan pada geografis yang luas.
- Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan.
- Beberapa responden tidak bersedia untuk berbicara dengan orang asing.
- Pewawancara perlu dilatih.

 Wawancara Telepon
Kelebihan utama wawancara telepon, dari sudut pandang peneliti,
adalah dapat berkomunikasi dengan beberapa orang yang berbeda dalam
periode waktu yang relatif singkat. Dari sudut pandang responden, hal
tersebut akan menghilangkan ketidaknyamanan yang mungkin dirasakan
oleh beberapa orang ketika menghadapi pewawancara. Terdapat
kemungkinan bahwa sebagian besar responden akan merasa lebih nyaman
mengungkapkan informasi pribadi melalui telepon dibanding tatap muka.
Kelebihan lain wawancara telepon adalah biaya yang dibutuhkan juga
relatif lebih murah.
Kekurangan utama wawancara telepon adalah bahwa responden
dapat mengakhiri wawancara tanpa peringatan atau penjelasan, dengan
menutup telepon. Untuk meminimalkan jenis masalah nonrespons ini,
disarankan agar pewawancara lebih dahulu menghubungi responden untuk
meminta partisipasi mereka dalam survei, memberitahukan perkiraan
durasi wawancara, dan mengatur waktu yang tepat untuk kedua belah
pihak. Adalah kebijakan yang baik untuk tidak memperpanjang
wawancara melebihi waktu yang disepakati sebelumnya. Kekurangan lain
wawancara telepon adalah bahwa peneliti tidak dapat melihat responden
untuk membaca komunikasi nonverbal.

 Self-Administered
CAPI (computer assisted personal interviewing) merupakan
wawancara personal dengan bantuan komputer. CAPI membutuhkan
investasi besar dalam perangkat keras dan lunak. CAPI juga memiliki
kelebihan dalam hal dapat dilakukan sendiri oleh responden (self-
administered). Maksudnya adalah bahwa responden dapat mengugnakan
komputer mereka sendiri untuk menjalankan prograrm setelah
mendapatkan perangkat lunak dan memasukkan respon mereka, sehingga
mengurangi kesalahan dalam merekam. Akan tetapi, tidak semua orang
merasa nyaman untuk menggunakan komputer pribadi dan sebagian
mungkin tidak memiliki akses komputer pribadi.
Beberapa kelebihan self-administered yaitu: (1) merupakan pilihan
dengan biaya terendah, (2) cakupan geografis yang dapat diperluas, (3)
membutuhkan staf dengan jumlah minim, dan (4) dianggap lebih anonim.
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah: (1) tingkat respons rendah
dalam beberapa mode, (2) tidak ada intervensi pewawancara yang
mungkin dilakukan untuk klarifikasi, (3) tidak boleh terlalu lama atau
rumit, dan (4) survei tidak lengkap.

2.3. Metode Proyektif


Ide atau pemikiran tertentu yang tidak dapat dengan mudah diungkapkan
dengan kata-kata atau yang tetap berada dalam pikiran responden selalu dapat
diungkap melalui penelitian motivasional. Hal tersebut biasanya dilakukan
oleh profesional terlatih yang menerapkan berbagai teknik penyelidikan yang
berbeda utuk mengungkap ide-ide dan pemikiran responden yang sulit untuk
diubah. Teknik yang lazim untuk mendapatkan data semacam itu adalah
asosiasi kata, penyelesaian kalimat, thematic apperception tests (TAT), uji
inkblot (inkblot tests), dan sebagainya.
1. Teknik Asosiasi Kata (word association technique)
Teknik ini dilakukan misalnya seperti meminta responden dengan cepat
mengasosiasikan sebuah kata dengan hal pertama yang muncul di pikiran
mereka, dan sering digunakan untuk mendapatkan sikap dan perasaan
yang sebenarnya. Jawaban tersebut akan menjadi indikasi mengenai apa
arti sebuah kata bagi pekerjaan bagi individu yang bersangkutan. Dengan
cara yang sama juga, penyelesaian kalimat meminta responden untuk
menyelesaikan sebuah kalimat dngan cepat. Respons tersebut dapat
memberikan wawasan terkait perasaan dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.

2. Thematic Apperception Tests (TAT)


Teknik ini meminta responden untuk merangkai cerita di sekitar gambar
yang ditunjukkan. Beberapa pola kebutuhan dan karakteristik kepribadian
dari responden dapat ditelusuri dengan menggunakan tes tersebut.

3. Uji Inkblot (Inkblot Tests)


Jenis tes ini menggunakan noda tinta (inkblot) berwarna yang diinter-
pretasikan oleh responden yang menjelaskan apa yang mereka lihat dalam
beragam pola dan variasi tersebut.

Meskipun ketiga jenis tes proyektif tersebut berguna untuk mengungkap sikap
dan perasaan yang sulit diperoleh dengan cara lain, hal tersebut tidak dapat
dilakukan oleh peneliti yang tidak terlatih untuk melakukan penelitian
motivasional. Ide dibalik penelitian motivasional adalah bahwa “secara
emosional” dan bukan “secara rasional”, apa yang membuat sebuah produk
atau layanan tetap ada, diterima. Emosi merupakan motivator yang kuat bagi
tindakan, dan pengetahuan mengenai apa yang memotivasi seseorang untuk
bertindak adalah hal yang sangat berguna. Emosi jelas berada pada tingkat
nonrasional dan bawah sadar yang hanya dapat dijelaskan dengan teknik
proyektif.
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sumber data dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber
data sekunder. Dalam sumber data primer, metode untuk mencapatkan data
yang biasa dilakukan adalah wawancara. Wawancara adalah salah satu dari tiga
metode pengumpulan data yang utama. Wawancara terbagi menjadi
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Sedangkan dalam hal
penggunaan perantara, wawancara bisa dilakukan dengan wawancara personal,
melalui telepon, ataupun dengan bantuan komputer. Untuk dapat
mengungkapkan pemikiran-pemikiran responden yang sulit diungkapkan,
biasanya peneliti menggunakan beberapa metode proyektif.
DAFTAR PUSTAKA

Sekaran, Uma and Bougie, Roger. 2009. Research Methods for Business: A Skill
Building Approach. Fifth Edition. John Wiley and Sons.

Anda mungkin juga menyukai