Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SUMBER DATA


Data bisa diperoleh dari sumber data primer atau sekunder. Data primer mengacu
pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan
variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Data sekunder mengacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Beberapa contoh sumber data primer (primary
data) adalah responden individu, kelompok fokus, dan panel yang secara khusus ditentukan
oleh peneliti dan pendapat bisa dicari terkait persoalan tertentu dari waktu ke waktu, atau
sumber umum seperti majalah atau buku tua. Internet juga dapat menjadi sumber data
primer jika kuesioner disebarkan melalui internet.
1. SUMBER DATA PRIMER
1. Kelompok Fokus
Kelompok Fokus biasanya terdiri atas 8 hingga 10 anggota dengan
seorang moderator yang memimpin diskusi selama kira-kira 2 jam mengenai
suatu topik, konsep, atau produk tertentu. Anggota biasanya dipilih
berdasarkan keahlian mereka dalam topik yang perlu digali informasinya.
a. Peran Moderator
Moderator memperkenalkan topik, mengamati, serta mencatat
dan/atau mengarahkan diskusi. Moderator tidak pernah menjadi bagian
integral diskusi, tetapi hanya mengemudikan kelompok secara persuasif
untuk melewati setiap kebuntuan yang mungkin terjadi. Moderator Juga
memastikan semua anggota berpartisipasi dalam diskusi dan tidak ada
anggota yang mendominasi kelompok.
b. Sifat Data yang Diperoleh Melalui Kelompok Fokus
Isi dari data tersebut hanya memberikan informasi kualitatif dan
tidak kuantitatif. Karena anggota tidak dipilih secara ilmiah untuk
mewakili pendapat populasi secara keseluruhan, pendapat tersebut tidak
bisa dianggap benar-benar mewakili. Tetapi, jika informasi eksploratif
dikumpulkan sebagai dasar untuk penelitian ilmiah lebih lanjut,
kelompok focus memainkan fungsi penting.
Singkatnya, kelompok focus digunakan untuk (1) studi eksploratif,
(2) membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dihasilkan, dan (3)
mengandalkan survey sampel.
c. Adanya fasilitas komunikasi dengan moderator melalui instant message,
video konfrensi sebagai suatu instrumen untuk memperoleh informasi
dari berbagai kelompok dilokasi yang jauh merupakan prospek yang
menjanjikan dimasa depan. Internet ikut mempermudah sesi kelompok
fokus.
2. Panel
Merupakan sumber informasi primer untuk tujuan penelitian, panel
bertemu labih dari sekali. Dalam kasus dimana pengaruh intervensi atau
perubahan tertentu perlu dipelajari selama suatu periode waktu, studi panel
sangat berguna. Individu dipilih secara acak sebagai anggota panel untuk
sebuah tujuan penelitian.
a. Panel statis dan dinamis
Panel statis yaitu anggota yang sama berada dalam panel selama
periode waktu yang diperpanjang. Panel dinamis yaitu anggota panel
berganti dari waktu kewaktu saat berbagai fase studi sedang berlangsung.
Keuntungan panel statis adalah memberikan ukuran yang baik dan peka
mengenai perubahan yang terjadi diantara dua titik waktu. Kerugiannya
adalah anggota panel menjadi sangat peka terhadap perubahan sebagai
akibat dari wawancara yang terus-menerus sehingga opini mereka
mungkin tidak lagi mewakili apa yang orang lain dalam populasi
mungkin pegang, anggota juga bisa keluar dari panel dari waktu-kewaktu
karena berbagai alasan sehingga meningkatkan persoalan bias karena
mortalitas.
3. Ukuran Umum
Ukuran jejak, atau juga dikenal dengan ukuran umum (yang tidak
langsung tampak), berasal dari sumber primer yang tidak melibatkan orang.
2. SUMBER DATA SEKUNDER
Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan seseorang, dan
bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir. Data tersebut bisa merupakan internal
atau eksternal organisasi dan diakses melalui internet, penelusuran dokumen, atau
publikasi informasi. Keuntungan mencari data sekunder adalah penghematan waktu
dan biaya memperoleh informasi. Kekurangannya dalam hal menjadi using, dan
tidak memenuhi kebutuhan spesifik dari situasi dan keadaan tertentu. Karena itu
penting untuk mengacu pada sumber yang memberikan informasi terkini.

2.2 METODE PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data dapat diperoleh dengan berbagai cara yaitu meliputi wawancara,
melalui tatap muka, telepon, bantuan computer, dan media elektronik, kuisioner, observasi,
dan beragam teknik motivasional lain seperti tes proyektif. Tiga metode pengumpulan
yang utama dalam penelitian yaitu wawancara, memberikan kuisioner, dan mengobservasi
orang dan fenomna.
Meskipun wawancara mempunyai kelebihan dalam hal mengadaptasi, mengadopsi,
dan mengubah pertanyaan, kuisioner memiliki kelebihan memperoleh data secara lebih
efisien dalam hal waktu, nrgi, dan biaya peneliti. Metode pengumpulan data umum seperti
ekstrasi dari dokumen perusahaan memiliki kelebihan akurasi. Tes proyektif biasanya
dilakukan oleh peneliti yang vtelah dilatih untuk melakukan dan mengintreprestasikan
hasilnya. Biasanya teknuik ini lebih sring dipakai dalam penelitian pemasaran.
Pilihan metode pengumpulan data tergantungpada fasilitas yang tersedia, tingkat
akrasi yang diyaratkan, keahlian peneliti, kisaran waktu studi, biaya dan sumber daya lain
yang berkaitan dan tersedia untuk pengumpulan data.
1. WAWANCARA
Salah satu metode pengumpulan data adalah mewawancarai responden untuk
memperoleh infomasi mengenai isu yang diteliti. Wawancara bisa terstrukur atau
tidak terstruktur, dan dilakukan secara tatap muka, melalui telepon, atau online
1. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara disebut tidak tertruktur karena pewawancara tidak
memasuki situasi wawancara dengan urutan pertanyaa yang terencana untuk
ditanyakan kepada responden. Tujuan wawancara tidak testruktur adalah
membawa isu pndahuluan k permukaan supaya penliti dapat menentukan
variable yang memerlukan investigasi mendalam lebih lanjut.
Pada tahap awal, hanya pertanyaan terbuka dan luas yang diajukan, dan
jawaban terhadap hal tersebut akan memberitahu peneliti mengenai persepsi
individu. Jenis dan sifat prtanyaan yang ditanyakan kepada masing-masing
orang mungkin bervariasi sesuai tingka dengan tingkat dan jenis pekerjaan
yang mereka lakukan. Ertan6aan wawancara dapat dirangkai seperti salah satu
di bawah ini :
“Saya ingin mengetahui sesuatu tentang pekerjaan Anda. Mohon jelaskan
pada saya secaa rinci hal-hal yang anda lakuka dalam pekerjaan sehari-hari,
dari jam delapan pagi hingga empat sore.”
Beberapa pertanyaan kemudian bisa diajkan sebagai tindak lanjut
terhadap jawaban. Beberapa contoh pertanyaan tindak lanjut adalah.
“Dibandingkan unit lain dalam organisasi, apa saja kekuatan dan
kelemahan unit anda?”
“jika anda dapat menyelesaikan suatu masalah dalam unit Anda, atau
menghilangkan suatu kemacetan, atau sesuatu yang menghambat efektifitas,
apakah hal tersebut?”
Beberapa responden mungkin menunjukan keengganan untuk
diwawancarai, dan secara halus atau terang terangan menolak untuk bekerja
sama. Keinginan dari orang semacam itu harus dihargai dan pewawancara
sebaiknya dengan senang hati membatalkan wawancara tersebut.
Setelah melakukan sejumlah wawancara tidak terstruktur pada beberapa
tingkat dan ,mempelajari data yang diperoleh, peneliti akan mengetahui
variable yang memerlukan focus lebih tajam dan membutuhkan informasi
mendalam. Hal tersebut meletakan dasar bagi pewawancara untuk melakukan
wawancara terstruktur lebih lanjut, imana variable akan diidentifikasi.

2. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan ketika
diketahui pada permulaan informasi apa yang diperlukan. Pewawancara
memiliki daftar pertanyaan yang direncanakan untuk ditanyakan kepada
esponden. Oertanyaan besar kemungkinan difokuskan pada factor-faktor yang
mengemuka selama wawancara tidak terstruktur dan dianggap relevan dengan
masalah. Aat responden menyatakan pandangan mereka, peneliti akan
mencatatnya. Pertanyaan yang sama akan diajukan kepada semua responden.
Tetapi kadang kala berdasarkan urgensi situasi, peneliti yang berpengalaman
dapat mengutip jawaban responden dan mengajukan pertanyaan rlevan lain
yang tidak terdapat dalam protocol wawancara. Melalui proses tersebut,
factor-faktor baru dapat diidentifikasi, sehinga menghasilka pemahaman yang
lebi dalam.
Bantuan visual sepeerti gambar, kartu, dan lainnya juga kadang-kadang
dilakukan dalam melakukan wawancara. Visual yang tepa dtunjukan kepada
orang yang diwawancarai, yang kemudian memberikan respon mereka
terhadap petanyaan yang diajukan. Bantuan visual, temasuk lukisan dan
gambar, terutama berguna jika yang menjadi responden adalah anak-anak.
Bantuan visual juga mudah digunakan ketika berusaha untk mengungkap
pemikiran dan ide tertentu yang sulit disampaikan atau aneh untuk dibicarakan.
Setelah sejumlah wawancara terstruktur dilakukan dan informasi yang
diperoleh sudah cukup untuk memahami dan menjelaskan factor-fakktor
penting yang berlaku dalam situasi, peneliti akan menghentikan wawancara,
kemudianinformasi akan ditabulasi dan data dianalisis. Hal ini akan membantu
peneliti untuk menyelesaikan tugas yang harus dilakukan sebagai contoh, untuk
menjelaskan fenomena, menguantifikasinya, atau mengidentifikasi masalah
spesifik dan menghasilkan suatu teori mengenai factor yang mempengaruhi
masalah atau menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian. Kebanyakan
penelitian kualitatif dilakukan dengan cara tersebut.

3. Tinjauan Wawancara Tidak Terstruktur dan Terstruktur


Tujuan utama wawancara tidak terstuktur adalah untuk mengeksplorasi
dan menggali ke dalam beberapa faktor dalam situasi yang mungkin berpusat
pada bidang permasalahan yang luas. Melakukan wawancara tidak terstruktur
dengan banyak orang dalam organisasi bisa menghasilkan identifikasi beberapa
faktor penting dalam situasi. Hal tersebut kemudian akan dikejar lebih jauh
selama wawancara terstruktur untuk mengungkap informasi yang lebih
mendalam. Hal ini akan membantu mengidentifikasi masalah kritis serta
memecahkannya.
1. Beberapa Tips dalam Mewawancara
Informasi yang diperoleh selama wawancara harus sebebas
mungkin dari bias. Bias mengacu pada kesalahan atau ketidakakuratan
dalam pengumpulan data. Bias dapat timbul dari pewawancara, orang
yang diwawancara, atau situasi. Pewawancara (interviewer) dapat
membiaskan data jika kepercayaan dan hubungan yang baik tidak
terbangun dengan orang yang diwawancara, atau jika respons diartikan
secara salah, terdistorsi, atau jika pewawancara secara tidak sengaja
mendorong atau melemahkan jenis respons tertentu melalui sikap tubuh
dan ekspresi wajah.
Orang yang diwawancara (interviewees) dapat membiaskan data
jika mereka tidak menyampaikan pendapat yang sebenarnya, melainkan
memberikan informasi yang mereka pikir adalah apa yang pewawancara
harapkan dari atau yang ingin mereka dengarkan. Demikian pula, jika
tidak memahami pertanyaan, mereka mungkin merasa malu atau enggan
untuk meminta klarifikasi. Kemudian mereka mungkin menjawab
pertanyaan tanpa mengetahui maksudnya, dan dengan demikian
mengakibatkan bias.
Bias juga dapat terjadi karena situasi (situational), dalam hal (1)
nonpartisipan, (2) tingkat kepercayaan dan hubungan yang dibangun, dan
(3) keadaan tempat wawancara. Bias di atas dapat diperkecil dengan
beberapa cara. Strategi berikut ini akan bermanfaat untuk tujuan tersebut.
1. Membangun Kredibilitas, Hubungan, dan Memotiasi Orang untuk
Merespons
Untuk mendapatkan informasi yang jujur dari responden,
peneliti/ pewawancara harus mampu membangun hubungan dan
kepercayaan dengan mereka. Dengan kata lain, peneliti harus
mampu membuat responden cukup bersedia memberikan jawaban
yang informatif dan terpercaya tanpa takut pada konsekuensi yang
merugikan. Pada akhirnya, peneliti harus menyampaikan tujuan
wawancara dan menjamin sepenuhnya kerahasiaan sumber respons.
Peneliti dapat membangun hubungan dengan bersikap
menyenangkan, tulus, peka, dan tidak menilai. Menunjukkan
dengan jelas minat yang tulus terhadap respons dan menghilangkan
semua kegelisahan, ketakutan, kecurigaan, dan ketegangan yang
dirasakan dalam situasi akan membantu responden untuk merasa
lebih nyaman dengan peneliti. Bila responden diberitahu tentang
tujuan studi dan bagaimana mereka dipilih untuk menjadi salah
satu peserta wawancara, akan terbentuk komunikasi yang lebih
baik antarmasing-masing pihak.
Strategi tertentu lainnya dalam hal bagaimana pertanyaan
diajukan juga membantu partisipan untuk memberikan respons
yang lebih bebas bias. Hal tersebut dibahas di bawah ini.
2. Teknik Bertanya
Corong
Di awal sebuah wawancara tidak terstruktur, disarankan
untuk mengajukan pertanyaan terbuka untuk memperoleh ide yang
luas dan membentuk kesan tertentu mengenai situasi. Dari respons
terhadap pertanyaan yang luas tersebut, pertanyaan lebih jauh yang
secara progresif lebih fokus bisa diajukan sambil peneliti
memproses respons orang yang diwawancara dan mencatat
beberapa isu kunci yang mungkin relevan dengan situasi. Transisi
dari tema luas ke tema sempit ini disebut teknik corong (funneling
technique).
Pertanyaan Tidak Bias
Adalah penting untuk mengajukan pertanyaan dalam cara
yang akan menjamin bias yang sedikit dalam respons. Pertanyaan
yang dibebani persepsi pewawancara dapat memengaruhi jawaban
yang diterima dari responden. Bias juga dapat timbul dengan
menekankan kata-kata tertentu, dengan perubahan nada dan suara,
dan melalui saran yang tidak tepat.
Mengklarifikasi Persoalan
Untuk memastikan bahwa peneliti memahami persoalan
sebagaimana responden bermaksud mengungkapkannya,
disarankan untuk menyatakan dan mengucapkan kembali informasi
penting yang diberikan oleh responden. Jika hal tertentu yang
disampaikan tidak jelas, peneliti sebaiknya mencari klarifikasi.
Membantu Responden untuk Memikirkan Keseluruhan
Persoalan
Bila reponden tidak dapat memverbalkan persepsinya,
peneliti sebaiknya mengajukan pertanyaan secara lebih sederhana
atau mengulanginya. Misal, jika seorang responden tidak dapat
menyebutkan aspek pekerjaan yang tidak ia sukai, peneliti bisa
memberikan pilihan.
Membuat Catatan
Ketika melakukan wawancara, adalah penting bahwa peneliti
membuat catatan tertulis saat wawancara berlangsung, atau segera
setelah wawancara berakhir. Pewawancara sebaiknya tidak
bergantung pada ingatan, karena informasi berdasarkan ingatan
sering tidak teliti dan tidak tepat.
2. Tinjauan Tips untuk Mewawancara
Peneliti perlu membangun hubungan dengan responden dan
memotivasi mereka untuk memberikan respons secara relatif bebas dari
bias dengan menyingkirkan semua kecurigaan, ketakutan, kegelisahan,
dan kekhawatiran yang mungkin mereka miliki tentang penelitian dan
konsekuensinya. Ketika mewawancara, pada awalnya peneliti sebaiknya
mengajukan pertanyaan secara tidak bias, memberikan klarifikasi bila
perlu, dan membantu responden untuk memikirkan keseluruhan
persoalan yang sulit. Respons harus ditulis sesegera mungkin dan tidak
didasarkan pada memori dan ingatan di kemudian waktu.
Setelah menelaah wawancara tidak terstruktur, terstruktur, dan
mempelajari bagaimana melakukan wawancara, sekarang kita dapat
membahas wawancara tatap muka dan wawancara telepon.
1. Wawancara Tatap Muka dan Telepon
Wawancara bisa dilakukan denga tatap muka (face-to-face
interview) atau melalui telepon (telephone interview). Wawancara
juga bisa dengan bantuan komputer (computer-assisted interview-
CAI). Meskipun kebanyakan wawancara tidak terstruktur dalam
penelitian organisasi dilakukan dengan tatap muka, wawancara
terstruktur bisa dengan tatap muka atau melalui media telepon,
tergantung pada tingkat kerumitan persoalan yang dihadapi,
kemungkinan durasi wawancara, kenyamanan kedua pihak, dan
wilayah geografis yang diliput oleh survei. Wawancara telepon
adalah paling tepat jika informasi dari sejumlah besar responden
yang tersebar di wilayah geografis yang luas harus diperoleh
dengan segera, dan kemungkinan durasi setiap wawancara,
katakanlah, 10 menit atau kurang. Banyak survei pasar, misalnya,
dilakukan melalui wawancara telepon terstruktur. Selain itu,
wawancara telepon dengan bantuan komputer (computer-assisted
telephone interiew-CATI) juga bisa dilakukan, dan mudah dikelola.
1. Wawancara Tatap Muka
a. Kelebihan
Dalam wawancara langsung peneliti dapat
menyesuaikan pertanyaan sesuai kebutuhan, klarifikasi
keraguan, dan memastikan bahwa respons dipahami dengan
tepat, melalui proses pengulangan dan pengataan kembali
pertanyaan. Dari tatapn langsung dapat memberikan
informasi kepada peneliti atas keadaan psikologis responden
melalui bahasa tubuh reponden ketika menjawab pertanyaan.

b. Kekurangan
Keterbatasan geografis yang menghalangi survei oleh
peneliti apabila responden yang dibutuhkan sangat banyak
dan letaknya sangat jauh. Juga apabila penelitian ini adalah
penelitian berskala nasional ataupun internasional.
2. Wawancara Telepon
a. Kelebihan
Kemudahan akses dan kenyamanan dalam
menghubungi responden. Responden yang terletak jauh
dapat dicapai melalui akses telepon dan juga melalui telepon
ada kemungkinan seseorang untuk merasa nyaman dalam
memberikan jawaban atas pertanyaan yang bersifat agak
pribadi.
b. Kekurangan
Responden bisa menghentikan wawancara tanpa
adanya peringatan dan penjelasan apabila mungkin ada
pertanyaan yang dirasa reponden kurang cocok untuknya.
Dapat diatasi melalui proes pemberitahuan terlebih dahulu
terhadap responden mengenai waktu atau durasi wawancara
dengan sopan sebelum wawancara dimulai. Hal ini dinilai
dapat memberikan kesan positif responden kepada peneliti
atau penanya sehingga responden dapat memberikan
jawaban dengan senang hati.
2. Tambahan Sumber Bias dalam Data Wawancara
Data yang bias akan muncul terhadap responden apabila responden
sedang sibuk atau dalam keadaan mood yang sedang tidak baik.
Kepribadian pewawancara, kalimat perkenalan, perubahan nada suara,
dan aspek lainnya juga dapat mempengaruhi dan menimbulkan bias
tambahan.
Bias pengambilan sampel, yang meliputi ketidakmampuan untuk
menghubungi orang yang nomor teleponnya sudah berubah, juga
mempengaruhi kualitas data penelitian.
1. Wawancara dengan Bantuan Komputer
Kemungkinan memasukkan jawaban wawancara ke dalam
komputer secara langsung. Dengan adanya perangkat lunak yang
dapat mengurangi respon yang tidak sampai atau di luar kisaran,
selain itu juga dapat memberikan urutan pertanyaan dengan baik
sehingga mencegah bias.
2. CATI dan CAPI
a. CATI (computer assisted telephone interviewing)
Digunakan dalam organisasi penelitian (research
organization), berguna sebab respons terhadap survei bisa
diperoleh dari orang – orang di seluruh dunia karena PC
dihubungkan (networked) pada sistem telepon.
b. CAPI (computer assisted personal interviewing)
Sistem ini membutuhkan investasi yang besar dalam
peranti keras dan lunak. CAPI memiliki kelebihan dalam hal
bisa dikelola sendiri (self-administered), yaitu responden
dapat menggunakan komputer mereka sendiri untuk
menjalankan program setelah menerima perantilunak dan
memasukkan respons mereka, sehingga mengurangi
kesalahan dalam merekam.
c. Sistem Rekam Suara (voice recording system)
Membantu program CATI dengan merekam respons
orang yang diwawancara. Izin dalam penggunaan voice
capture system (VCS) biasanya harus diperoleh sebelum
wawancara dimulai. Wawancara dengan bantuan komputer
bisa dinyatakan sebagai pengumpulan informasi yang lebih
cepat dan akurat, plus analisis data yang lebih cepat dan
mudah.

3. Layanan Survei dengan Bantuan Komputer


Dalam penggunaan bantuan ini biasanya adalah perusahaan atau
peneliti yang membutuhkan data berkala. Kelebihan dalam penggunaan
layanan survei komputer adalah :
1. Peneliti bisa mulai menganalisis bahkan saat survei lapangan masih
berlangsung. Karena hasil dapat ditransmisikan kepada responden
melalui modem dalam bentuk mentah atau tabulasi.
2. Data dapat secara otomatis dibersihkan dan juga apabila terjadi
error dapat diperbaiki secara langsung bahkan saat data tersebut
dikumpulkan.
3. Bias karena mengurutkan pertanyaan dengan cara tertentu bisa
dihilangkan dengan pola awal acak yang dapat dimasukkan dalam
proses bertanya.
4. Pola lompatan dapat diprogramkan dalam proses.
5. Pertanyaan dapat disesuaikan untuk memasukkan terminologi
responden mengenai konsep ke dalam pertanyaan berikutnya.
Survei komputer dapat dilakukan dengan mengirimkan usb, disket,
dan CD kepada responden, atau melalui survei online dengan koputer
pribadi responden dihubungkan ke jaringan komputer.
Keuntungan Paket Peranti Lunak
Komputer akan membantu peneliti untuk memangkas waktu dan
mengurangi kebosanan dalam proses pengumpulan data. Indeks data
otomatis dapat dilakukan dengan dua program khusus, yakni :
1. Pembuatan Indeks (indexing) sehingga respon spesifik dikodekan
dengan cara tertentu; dan
2. Pencarian (retrieval) data dengan kecepatan tinggi – meliputi
10.000 halaman dalam waktu kurang dari 5 detik.
Program pencarian manajemen basis data berorientasi teks
memungkinkan pengguna untuk melihat seluruh teks, menyisipkan tanda
yang menghubungkan unit terkait dalam teks.

2. KUISIONER
Kuisioner (questionnaires) adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan
sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang didefiniskan dengan
jelas.
1. Kuisioner yang Diberikan secara Pribadi
Kuisioner secara pribadi dapat dilakukan apabila survei terbatas di suatu daerah
lokal, dan responden bersedia untuk berkumpul untuk diberikan kuisioner secara
pribadi. Dari pemberian secara pribadi ini akan memberikan keuntungan yakni
pengumpulan semua respon secara lengkap dengan waktu yang singkat. Segala
keraguan responden miliki pada saat pengisian kuisioner dapat langsung ditanyakan
kepada peneliti yang memberi kuisoner. Selain itu, peneliti dapat memberikan
motivasi kepada responden agar menjawab kuisioner dengan jujur.
2. Kuisioner Surat
Kelebihan utama dari kuisioner surat adalah bahwa daerah geografis yang luas
atau jauh dapat dijangkau melalui surat. Namun, dari luasnya daerah cakupan
memberikan kelemahan uttama pada metide ini yakni pada tingkat pengembalian
kuisioner dari responden kepada peneliti yang rendah. Tingkat respons 30% dianggap
bisa diterima. Hal ini mungkin dapat diatasi melalui kontak terhadap responden
terlebih dulu terkait kuisioner sebelum kuisioner nantinya akan dikirimkan kepada
responden. Selain itu, kelemahan metode ini juga apabila responden ingin
mengklarifikasi pertanyaan di kuisioner, peneliti tidak mampu secara langsung
memberikan penjelasan, sehingga dapat menimbulkan jawaban yang mungkin kurang
memuaskan.
Pedoman Untuk Desain Kuesioner
Prinsip desain kuesioner bisa difokuskan pada tiga bidang. (1) berkaitan dengan
susunan kata dalam pertanyaan. (2) mengacu pada perencanaan bagaimana variabel
dikategorikan, diskalakan, dan dikodekan setelah respon diterima. (3) berkaitan dengan
penampilan kuesioner secara keseluruhan.
1. Prinsip Susunan Kata
Prinsip susunan kata mengacu pada faktor ketepatan isi pertanyaan, bagaimana
pertanyaan disampaikan dan tingkat kefasihan bahasa yang digunakan, tipe dan bentuk
pertanyaan yang diajukan, urutan pertanyaan, dan data probadi yang dicari dari
responden.
1. Isi dan Tujuan Pertanyaan
Sifat variabel yang diteliti---perasaan subjektif atau fakta objektif---akan
menentukan jenis pertanyaan yang diajukan. Bila variabel yang diteliti bersifat
subjektif, dimana keyakinan, persepsi, dan sikap responden ingin diukur,
sebaiknya mengungkap dimensi dan elemen konsep. Jika variabel objektif
seperti usia dan tingkat pendidikan responden yang diteliti, pertanyaan tunggal
langsung---lebih disukai pertanyaan yang memiliki kategori berskala ordinal---
akan lebih tepat
2. Bahasa dan Susunan Kata Kuesioner
Bahasa kuesioner debaiknya disesuaikan dengan tingkat pemahaman
responden. Pilihan kata bergantung pada tingkat pendidikan, penggunaan istilah
dan ision dalam budaya, serta bingkai referensi responden. Jadi penting untuk
mengatakan pertanyaan dalam cara yang dapat dipahami oleh responden. Bila
suatu pertanyaan tidak dipahami atau diartikan secara keliru oleh responden,
peneliti akan memperoleh jawaban yang salah terhadap pertanyaan, dan dengan
demikian respon akan menjadi bias.
3. Tipe dan Bentuk Pertanyaan
Pertanyaan Terbuka Versus Tertutup
Pertanyaan terbuka memungkinkan responden untuk menjawab cara yang
mereka pilih. Pertanyaan tertutup akan meminta responden untuk membuat
pilihan di antara serangkaian alternatif yang diberikan oleh peneliti. Semua item
dalam kuesioner yang menggunakan skala nominal (nominal scale), ordinal
(ordinal scale), Likert (Likert scale), atau rasio (ratio scale) dianggap tertutup.
Pertanyaan tertutup membantu responden membuat keputusan cepat untuk
memilih di antara beberapa alternatif yang diberikan. Mereka juga membantu
peneliti mengodekan informasi dengan mudah untuk analisis sesudahnya.
Sejumlah responden mungkin menemukan kategori yang disusun dengan baik
dalam sebuah pertanyaan tertutup yang cukup membatasi dan mungkin
memberikan komentar tambahan.
Pertanyaan yang Disusun secara Positif dan Negatif
Daripada menyampaikan semua pertanyaan secara positif, disarankan
memasukan beberapa pertanyaan yang disusun secara negatif, sehingga
kecenderungan responden untuk secara mekanis melingkari titik di salah satu
ujung skala bisa diminimalkan. Seorang responden yang tidak berminat untuk
melengkapi kuesioner lebih mungkin tetap terlibat dan siaga saat menjawab
pertanyaan jika pertanyaan yang disusun secara positif dan dinegatif diselang-
seling dalam daftar pertanyaan
Pertanyaan yang Memiliki Respon Ganda
Pertanyaan yang membuka kemungkinan respons uang berbeda pada
subkalimat disebut pertanyaan yang memiliki respon ganda. Pertanyaan
semacam ini sebaiknya dihindari dan lebih baik mengajukan dua atau lebih
pertanyaan terpisah.
Pertanyaan Ambigu
Bahkan pertanyaan yang tidak memiliki respons ganda mungkin
disusun secara ambigu dan responden menjadi tidak yakin apa arti
pertanyaan yang sesungguhnya. Jadi, respons atas pertanyaan ambigu
(ambiguous questions) menimbulkan bias karena responden yang
berbeda mungkin mengartikan item dalam kuisioner tersebut secara
berbeda. Hasilnya akan berupa campuran kumpulan respons ambigu yang
tidak secara akurat memberikan jawaban yang tepat pada pertanyaan.
Pertanyaan yang Bergantung pada Ingatan
Beberapa pertanyaan mungkin mengharuskan responden untuk
mengingat pengalaman dari masa lalu yang sudah kabur dalam memori
mereka. Jawaban atas pertanyaan yang bergantung pada ingatan (recall-
dependent questions) mungkin bias.
Pertanyaan yang Mengarahkan
Pertanyaan sebiknya tidak disampaikan dalam cara tertentu yang
mengarahkan responden untuk memberikan respons yang peneliti sukai
dan inginkan dari mereka.
Pertanyaan yang Bermuatan
Jenis bias lain dalam pertanyaan terjadi ketika pertanyaan yang
disampaikan dalam cara bermuatan (loaded questions) emosional.
Mengajukan pertanyaan tersebut akan mengundang respons yang sangat
bias dan emosional.
Keinginan Disukai secara Sosial
Pertanyaan sebaiknya tidak disampaikan dalam cara yang membuat
respons bersifat ingin disukai secara sosial (social desirability). Dengan
pertanyaan tersebut, tidak peduli apapun perasaan responden yang
sebenarnya, jawaban yang disukai secara sosial yang akan tetap diberikan
oleh responden.
Panjang Pertanyaan
Sebagai ukuran, pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner
sebaiknya tidak melebihi 20 kata, atau melebihi satu baris penuh dalam
cetakan.
4. Mengurutkan Pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya membawa
responden dari pertanyaan yang bersifat lebih umum ke pertanyaan
spesifik, dan dari pertanyaan yang relatif mudah ke pertanyaan yang
semakin sulit dijawab. Pendekatan corong (funnel approach) ini,
demikian sebutannya (Festinger & Katz, 1966), mempermudah dan
memperlancar responden untuk mengisi item kuesioner. Pertanyaan yang
mudah bisa berkaitan dengan persoalan yang tidak membutuhkan banyak
pemikiran; pertanyaan yang lebih sulit mungkin memerlukan pemikiran
lebih, penilaian, dan pengambilan keputusan untuk menghasilkan
jawaban.
Dalam menentukan urutan pertanyaan, disarankan tidak
menempatkan secara berdekatan pertanyaan positif dan negatif yang
mengungkapkan elemen atau dimensi konsep yang sama. Pertama, tidak
perlu mengajukan pertanyaan yang sangat mirip dengan cara positif dan
negatif. Kedua, jika untuk suatu alasan hal tersebut dianggap perlu,
misalnya untuk memeriksa konsistensi respons, kedua pertanyaan
tersebut sebaiknya ditempatkan pada bagian yang berbeda dalam
kuesioner, sejauh mungkin.
Cara mengurutkan pertanyaan juga dapat menimbulkan bias
tertentu, yang sering disebut sebagai efek urutan. Meskipun
menempatkan secara acak pertanyaan dalam kuesioner akan mengurangi
setiap bias sistematik dalam respons, hal tersebut sangat jarang
dilakukan, karena kebingungan yang ditimbulkannya ketika
mengategorikan, mengodekan, dan menganalisis respons.
5. Data Klasifikasi atau Informasi Pribadi
Data klasifikasi juga disebut sebagai informasi pribadi atau
pertanyaan demografis, mengungkapkan informasi seperti usia, tingkat
pendidikan, status pernikahan, dan penghasilan. Kecuali mutlak
diperlukan, adalah lebih baik untuk tidak menanyakan nama responden.
Keputusan akan pertanyaan yang meminta informasi pribadi
sebaiknya muncul di awal atau akhir kuesioner sepenuhnya merupakan
pilihan peneliti. Alasannya mungkin adalah pada saat responden
mencapai bagian akhir kuesioner, ia telah diyakinkan akan legitimasi dan
kemurnian pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, dan karena itu, akan
lebih cenderung untuk bersedia memberikan informasi pribadi. Peneliti
yang lebih suka meminta kebanyakan informasi pribadi pada bagian awal
mungkin berpendapat bahwa setelah responden memberikan beberapa
sejarah pribadi mereka, mereka secara psikologis akan
mengidentifikasikan diri dengan kuesioner, dan mungkin merasakan
suatu komitmen untuk merespons. Jadi, keputusab orang meminta
informasi tersebut pada permulaan atau akhir kuesioner sepenuhnya
merupakan pilihan pribadi. Tetapi. Pertanyaan yang meminta rincian
penghasilan, atau informasi lain yang sangat sensitif jika benar-benar
dianggap perlu paling baik ditempatkan di bagian terakhir kuesioner.
Demikian pula, merupakan kebijakan yang baik untuk meminta
informasi semacam itu dengan menyediakan suatu kisaran pilihan
respons, daripada meminta angka pasti. Misalnya, variabel dapat
diungkap sebagaimana ditunjukkan di bawah ini:
Usia (tahun) Penghasilan tahunan
 Di bawah 20 Kurang dari $20.000
 20-30 $20.000-30.000
 31-40 $30.001-40.000
 41-50 $40.001-50.000
 51-60 $50.001-70.000
 Di atas 60 $70.001-90.000
Di atas $90.000

Prinsip Pengukuran
Sejumlah prinsip pengukuran yang perlu diperhatikan untuk memastikan
bahwa data yang diperoleh adalah tepat untuk menguji hipotesis, juga diperlukan.
Hal ini mengacu pada skala dan teknik penyusunan skala yang digunakan dalam
mengukur konsep, sekaligus penilaian terhadap keandalan dan validitas ukuran yang
dipakai.
Ketepatan skala yang digunakan bergantung pada jenis data yang perlu
dikumpulkan. Berbagai mekanisme penyusunan skala yang membantu kita untuk
menentukan skala secara tepat hendaknya dipergunakan sebagaimana mestinya. Bila
mungkin, skala interval (interval scale) dan rasio (ratio scale) sebaiknya digunakan
dalam perbandingan dengan skala nominal (nominal scale) serta ordinal (ordinal
scale). Setelah data diperoleh, “ketepatan data” (goodness of data) dinilai melalui uji
validitas dan keandalan. Validitas (validity) memperlihatkan seberapa baik sebuah
teknik, instrumen, atau proses mengukur suatu konsep tertentu, dan keandalan
(reliability) menunjukkan seberapa stabil dan konsisten instrumen mengungkapkan
variabel.

Penampilan Umum Atau “Getup” Kuesioner


Perlunya memperhatikan bagaimana penampilan kuesioner. Kuesioner yang
atraktif dan rapi dengan pendahuluan yang tepat, instruksi, dan kumpulan pertanyaan
yang dipersiapkan dengan baik dan alternatif respons akan memudahkan responden
untuk menjawab. Pendahuluan yang baik, instruksi yang diatur dengan baik, dan
penjajaran pertanyaan yang rapi, semuanya penting.
Pendahuluan yang Baik
Pendahuluan yang baik yang secara jelas mengungkapkan identitas
peneliti dan menyampaikan tujuan survey. Penting pula untuk membangun
suatu hubungan dengan responden dan memotivasi mereka untuk menjawab
pertanyaan dalam kuesioner dengan sepenuh hati dan antusias. Jaminan
kerahasiaan informasi yang mereka berikan akan mempersempit kemungkinan
jawaban yang bias. Bagian pendahuluan sebaiknya diakhiri dengan ungkapan
sopan santun, berupa ucapan terimakasih kepada responden karena
menyediakan waktu untuk mengisi survei. Berikut ini adalah contoh sebuah
pendahuluan yang baik:

Menyusun Pertanyaan, Memberi Instruksi dan Petunjuk, serta


Penjajaran yang Baik
Menyusun pertanyaan secara logis dan rapi dalam bagian yang tepat dan
memberikan instruksi tentang bagaimana melengkapi item-item di setiap
bagian akan membantu responden untuk menjawabnya tanpa kesulitan.
Pertanyaan juga sebaiknya dijajarkan dengan rapi sehingga memungkinkan
responden menyelesaikan tugas membaca dan menjawab kuesioner dengan
waktu dan usaha sedikit mungkin tanpa melelahkan mata. Contoh bagian
kuesioner yang menggabungkan poin-poin di atas sebagai berikut:
Informasi tentang Penghasilan dan Data Pribadi Lainnya yang Sensitif
Informasi yang bersifat sangat pribadi dan rahasia seperti penghasilan,
keadaan kesehatan, dan sebagainya, jika benar – benar dianggap perlu untuk
survei, sebaiknya ditanyakan pada akhir kuesioner, dan bukannya di awal.
Selain itu, pertanyaan tersebut sebaiknya dijustifikasi dengan menjelaskan
bagaimana informasi akan berkontribusi pada pengetahuan dan pemecahan
masalah, sehingga responden tidak menganggap hal tersebut bersifat
menyelidiki atau mencampuri. Menunda pertanyaan semacam itu hingga akhir
kuesioner akan membantu mengurangi bias responded jika mereka meras
terganggu oleh pertanyaan yang bersifat pribadi.
Menyimpulkan Kuesioner
Kuesioner sebaiknya diakhiri dengan sebuah catatan yang sopan, yang
mengingatkan responden untuk memeriksa kembali semua item yang telah
diisi.
Tinjauan Desain Kuesioner
Prinsip – prinsip desain kuesioner berkaitan dengan bagaimana
pertanyaan disusun dan diukur, serta bagaimana keseluruhan kuesioner
dikelola. Untuk meminimalkan bias responden dan kesalahan pengukuran,
semua prinsip yang dibahas sebelumnya harus diikuti dengan teliti.
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang popular karena
peneliti dapat memperoleh informasi dengan cukup mudah, dan respons
terhadap kuesioner mudah dikodekan. Bila instrument yang digunakan
divalidasi dengan baik, temuan studi akan bermanfaat bagi akademisi karena
hasil tersbut dapat ditambahkan sebagai basis teori.
Ada beberapa cara untuk menyebarkan kuesioner. Kuesioner dapat
diberikan secara pribadi kepada responden, disisipkan dalam majalah, tabloid,
atau surat kabar, disuratkan kepada responden, atau dikirimkan secara
elektronik melalui e-mail menggunakan Internet.
Mencoba Dahulu Pertanyaan Terstruktur
Percobaan tersebut melibatkan sejumlah kecil responden untuk menguji
ketepatan pertanyaan dan pemahaman mereka. Hal tersebut membantu untuk
meralat setiap kekurangan, dalam waktu, sebelum memberikan instrument
secara lisan atau melalui kuesioner kepada responden, dan dengan demikian
mengurangi bias.
Desain Dan Survei Kuesioner Elektronik
Survei kuesioner online mudah didesain dan disebarkan jika computer mikro
dihubungkan ke jaringan computer. Disket data juga bisa disuratkan kepada
responden yang akan menggunakan computer pribadi mereka untuk merespons
pertanyaan.
Beberapa program dibuat untuk menyebarkan kuesioner secara elektronik.
Tingkat nonresponse media PC mungkin tidak lebih tinggi disbanding respons
kuesioner surat. Dengan meningkatnya kemampuan penggunaan computer, kita bisa
berharap administrasi kuesioner akan semakin berperan besar di masa depan.
Tabel 10.1
Kelebihan dan Kekurangan Wawancara dan Kuesioner
Cara
Pengumpulan Kelebihan Kekurangan
Data
1. Bisa membangun hubungan dan 1. Menghabiskan waktu pribadi.
memotivasi responden. 2. Biaya lebih besar jika meliputi daerah
2. Bisa mengklarifikasi pertanyaan, geografis yang luas.
menjernihkan keraguan, 3. Responden mungkin meragukan
menambah pertanyaan baru. kerahasiaan informasi yang diberikan.
Wawancara 3. Bisa membaca isyarat nonverbal. 4. Pewawancara perlu dilatih
Pribadi atau 4. Bisa memperoleh data yang 5. Bisa menimbulkan bias pewawancara
Tatap Muka banyak. 6. Responden bisa menghentikan
5. CAPI (computer – assisted wawancara kapan pun.
personal interviewing) bisa
digunakan dan respons
dimasukkan dalam komputer
portable.
1. Biaya lebih sedikit dan lebih cepat 1. Isyarat nonverbal tidak bisa dibaca.
daripada wawancara pribadi. 2. Wawancara harus diusahakan singkat.
2. Bisa menjangkau daerah geografis 3. Nomor telepon yang tidak terpakai bisa
yang luas. dihubungi, dan nomor yang tidak
Wawancara
3. Anonimitas lebih besar dibanding terdaftar pun dihilangkan dari sampel.
Telepon
wawancara pribadi.
4. Bisa dilakukan dengan
menggunakan CATI (computer-
assisted telephone interviewing).
1. Bisa membangun hubungan dan Organisasi mungkin menolak memberikan
memotivasi responden. waktu perusahaan untuk survei dengan
Kuesioner 2. Keraguan bias diklarifikasi. kelompok karyawan yang dikumpulkan
yang 3. Lebih murah jika diberikan kepada untuk tujuan tersebut.
DIberikan kelompok responden.
secara Pribadi 4. Respons dipastikan ampir
mencapai 100%.
5. Anonimitas dari responden tinggi.
1. Anonimitas tinggi. 1. Tingkat respons hampir selalu rendah.
2. Bias mencakup daerah geografis Tingkat pengembalian 30% sudah
yang luas. cukup baik.
3. Hadiah kenang – kenangan bias 2. Tidak bisa mengklarifikasi pertanyaan.
disertakan untuk memperoleh 3. Prosedur tindak lanjut untuk responden
Kuesioner
kesediaan responden. yang tidak merespons diperlukan.
Surat
4. Responden memiliki lebih banyak
waktu untuk merespon dengan
nyaman.
5. Bisa disebarkan secara elektronik,
jika dinginkan.
1. Mudah disebarkan. 1. Kemampuan menggunakan computer
2. Bisa menjangkau secara global. merupakan keharusan.
3. Sangat murah. 2. Responden harus memiliki akses ke
Kuesioner
4. Pengiriman Cepat. fasilitas.
Elektronik
5. Responden bias menjawab pada 3. Responden harus bersedia melengkapi
saat mereka sempat, sama seperti survei.
kuesioner surat.

3. METODE PENGUMPULAN DATA LAINNYA


1. Survey Observasional (Obsevational Surveys)
Sementara wawancara dan kuesioner mungungkap respons dari subjek,
adalah mungkin untuk memperoleh data tanpa mengajukan pertanyaan kepada
responden. Orang dapat diamati dalam lingkungan kerja mereka sehari-hari
atau dalam situasi lab, dan aktivitas serta perilaku mereka atau item minat
lainnya bisa dicatat dan direkam.
Selain aktivitas yang dilakukan orang di bawah studi, gerakan mereka,
kebiasaan kerja, pernyataan yang dibuat dan rapat yang mereka selenggarakan,
ekpresi wajah yang menunjukan sukacita, kemarahan, emosi lainnya, dan
bahasa tubuhpun dapat diobservasi. Faktor lingkungan yang lain, seperti tata
ruang, pola arus kerja, kedekatan pengaturan kursi, dan sebagainya, juga dapat
diamati. Anak-anak bisa diobservasi terkait dengan minat dan rentang
perhatian mereka terhadap berbagai stimulus, misalnya keterlibatan mereka
dengan mainan yang berbeda. Observasi tersebut akan membantu produsen
mainan, pendidik anak, administrator perawatan anak, dan pihak lain yang
secara mendalam terlibat atau bertanggung jawab terhadap perkembangan
anak, untuk mendesain dan memperagakan ide-ide berdasarkan minat anak,
yang lebih mudah diobservasi daripada ditelusuri dengan cara lain.
Peneliti dapat memainkan salah satu dari dua peran ketika
mengumpulkan data observasional lapangan --- yaitu sebagai pengamat
nonpartisipan atau pengamat partisipan.
1. Pengamat Nonpartisipan (Nonpartisipant-Observer)
Peneliti mungkin mengumpulkan data yang diperlukan dalam
kapasitas tersebut tanpa menjadibagian integral dari sistem organisasi.
Misalnya, peneliti bisa duduk di sudut sebuah kantor, mengamati, dan
mencatat bagaimana manajer menghabiskan waktunya. Observasi
terhadap semua kegiatan manajer, selama periode beberapa hari, akan
memungkinkan peneliti untuk membuat sejumlah generalisasi tentang
bagaimana para manajer biasanya menghabiskan waktu mereka. Dengan
sekadar mengobservasi kegiatan, mencatatnya secara sistematis, dan
menabulasikannya, peneliti bisa menghasilkan sejumlah temuan. Tetapi,
hal tersebut mensyaratkan peneliti harus secara fisik hadir di tempat kerja
untuk periode waktu yang panjang dan membuat studi observasional
memakan waktu.
2. Pengamat Partisipan (Partisipant-Observer)
Peneliti juga dapat memainkan perat pengamat partisipan. Disini,
peneliti memasuki organisasi atau lingkungan penelitian, dan menjadi
bagian tim kerja. Misalnya, bila seorang peneliti ingin mempelajari
dinamika kelompok dalam organisasi kerja, maka ia mungkin bergabung
dengan organisasi sebagai seorang karyawan dan mengobservasi
dinamika dalam kelompok sambil menjadi bagian dari organisasi kerja
dan kelompok kerja. Kebanyakan penelitian antropologi dilakukan
dengan cara tersebut, dimana peneliti menjadi bagian dari kebudayaan
asing yang ingin mereka pelajari secara mendalam.
2. Studi Observasional Terstruktur Versus Tidak Terstruktur
Studi Obervasional Terstruktur
Seperti telah kita lihat, studi observasional dapat terbagi atas tipe
pengamat nonpartisipan atau pengamat partisipan. Keduanya, sekali lagi, bisa
terstruktur atau tidak terstuktur. Bila pengamat mempunyai kumpulan kategori
aktivitas atau fenomena yang telah direncanakan sebelumnya untuk dipelajari,
hal tersebut merupakan studi observasional terstruktur (structured
obsevational studies). Format untuk merekam observasi dapat didesain dan
ditentukan secata khusus untuk tiap sudi agar sesuai dengan tujuan penelitian.
Biasanya, hal semacam itu yang berkaitan dengan ciri-ciri yang diminati,
misalnya durasi dan frekuensi peristiwa, serta aktivitas tertentu yang
mendahului dan mengikutinya, dicatat. Kondisi lingkungan dan perubahan
dalam situasi juga dicatat, jika relevan. Perilaku responden yang relevan
dengan tugas, emosi yang mereka rasakan, komunikasi verbal dan nonverbal,
dan sebagainya, dicatat. Observasi yang dicatat pada lembar kerja (worksheet)
atau catatan lapangan kemudian dianalissi secata sistematis, dengan
kesimpulan pribadi yang minimal dari investigator.
Studi Observasional Tidak Terstruktur
Pada awal sebuah studi, adalah mungkin bahwa pengamat tidak memiliki
ide yang jelas mengenai aspek tertentu yang memerlukan fokus.
Mengobservasi peristiwa sebagaimana adanya juga dapat menjadi bagian
rencana dalam banyak studi kualitatif (qualitative study). Dalam hal itu,
pengamat akan mencatat secara praktis semua yang diobservasi. Studi
semacam itu merupakan studi observasional tidak terstruktur (unstructured
observational studies).
Studi observasional tidak terstruktur diklaim sebagai tanda penelitian
kualitatif. Investigator dapat menyusun sekumpulan hipotesis sementara yang
berlaku sebagai panduan tentang siapa, kapan, di mana, dan bagaimana
individu akan mengobservasi. Setelah informasi yang diperlukan diobservasi
dan dicatat selama periode waktu, polanya bisa ditelusurim dan penemuan
indutif kemudian dapat membuka jalan untuk pengembangan teori selanjutnya
dan pengujian hipotesis.
3. Kelebihan dan Kekurangan Studi Observasional
Kelebihan Studi Observasional
1. Data yang diperoleh memalui observasi peristiwa, sebagaimana adanya,
pada umumnya lebih dapat dipercaya dan bebas dai bias responden.
2. Dalam studi observasional, lebih mudah untuk mencatat akibat dari
pengaruh lingkungan pada hasil spesifik. Misalnya, cuaca (panas, dingin,
hujan), hari dalam seminggu (tengah minggu dibandingkan dengan senin
atau jumat), dan faktor lainnya semacam itu yang mungkin menentukan,
contohnya, penjualan suatu produk, pola perdagangan, absensi, dan
sebagainya dapat dicatat, dan pola yang berarti bisa dihasilkan dari jenis
data tersebut.
3. Lebih mudah untuk mengobservasi kelompok individu tertentu ---
misalnya, anak-anak yang masih sangat muda dan eksekutif yang sangat
sibuk --- dari siapa dan sebaliknya mungkin sulit untuk mendapatkan
informasi.
Kekurangan Studi Observasional
1. Adalah perlu bagi pengamat untuk hadir secara fisik (kecuali jika sebuah
kamera atau sistem mekanis lainnya dapat menangkap peristiwa yang
diminati), sering untuk periode waktu yang panjang.
2. Metode pengumpulan data ini tidak saja lambat, tetapi juga
membosankan dan mahal.
3. Karena periode observasi yang lama, kelelahan pengamat bisa dengan
mudah terjadi, sehingga dapat membiaskan data yang dicatat.
4. Meskipun suasan hati, perasaan, dan sikap bisa ditebak dengan
mengobservasi ekspresi wajah dan perilaku nonverbal lain, proses
pemikiran kognitif individu tidak dapat ditangkap.
5. Pengamat harus dilatih tentang apa yang diobservasi dan bagaimana
caranya, serta cara-cara untuk menghindari bias pengamat.
4. Bias dalam Studi Observasional
Data yang diobservasi dari sudur pandang peneliti kemungkinan besar
mudah mendapat bias dari pengamat. Bisa saja terjadi kesalahan mencatat,
kehilangan ingatan, dan kesalahan dalam menginterpretasikan aktivitas,
perilaku, peristiwa, dan isyarat nonverbal. Selain itu, di mana beberapa
pengamat terlibat, saling percaya antar pengamat perlu dibangun sebelum data
bisa diterima. Observasi peristiwa dari hari ke hari, selama periode waktu yang
panjang, dapat membuat pengamat merasa bosan dan menimbulkan bias dalam
mencatat observasi. Untuk meminimalkan bias, pengamat biasanya diberi
pelatihan tentang cara mengobservasi dan apa yang perlu dicatat. Studi
observasional yang baik juga akan membangun saling percaya antar pengamat
ketika stimulus vidoetape bisa dipergunakan untuk menentukan saling percaya
antar pengamat. Sebuah rumus sederhana dapat digunakan untuk tujuan
tersebut --- membagi jumlah persetujuan antar peserta pelatihan (among the
trainees) dengan jumlah persetujuan dan pertantangan --- sehingga membentuk
koefisien keandalan.
Bias responden juga dapat menjadi ancaman terhadap validitas hasil studi
observasional, karena mereka yang diobservasi mungkin menunjukan reaksi
yang berbeda selama periode studi, terutama jika observasi dibatasi pada
periode waktu yang singkat. Tetapi, dalam studi dengan durasi lebih panjang,
karyawan menjadi lebih rileks saat studi berlangsung dan cenderung
berkelakuan lebih normal. Untuk alasan tersebut, peneliti yang melakukan
studi observasional memotong data yang dicaat dalam beberapa hari pertama,
jika data tersebut tampak sangat berbeda dari apa yang diobservasi kemudian
5. Ringkasan Studi Observasional
Studi observasional memiliki rumnusan tujuan penelitian dan
direncanakan secara sistematis. Studi tersebut bisa terstruktur atau tidak
terstruktur, dengan investigator menjadi partisipan atau nonpartisipan dalam
lingkungan studi. Semua fenomena yang diamati dicatat secara sistematis dan
kontrol kualitas dapat dilakukan dengan menghilangkan bias. Studi
observasional dapat memberikan data dan wawasan yang kaya ke dalam sifat
fenomena yang diobservasi. Studi tersebut memberikan lebih banyak
pemahaman mengenai dinamika antarpribadi dan kelompok. Menariknya, data
observasional juga dapat dikuantifikasikan melalui tabulasi.
6. Pengumpulan Data Melalui Observasi Mekanis
Ada situasi di mana mesin daoat menyediakan data dengan mencatat
peristiwa yang diminati sebagaiman adanya, tanpa sesorang peneliti perlu hadir
secara fisik, contohnya adlah Peringkat Nielsen (Nielsen Rating). Contoh lain
termasuk pengumpulan rincian produk yang dijual menurut jenis atau merek
yang ditelusuri melalui pemindai (scanner) optik dan kode bayang (bar code) di
kasir transaksi, dan menelususi sistem yangmenyimpan catatan mengenai
berapa banyak orang yang menggunakan sebuah fasilitas atau menggunakan
sebuah fasilitas atau mengunjungi sebuah situs web. Peralatan film dan
rekaman elektronik seperti kamera video juga dapat digunakan untuk mencatat
data. Data yang diobservasi secara mekanis tersebut bebas bias.
7. Metode Proyektif
Ide atau pemikiran tertentu yang tidak dapat dengan mudah diungkapkan
dengan kata-kata atau yang tetap berada pada tingkat bawah sadar dalam
pikiran responden selalu dapat diangkat ke permukaan melalui penelitian
motivasional (motivational research). Hal tersebut biasanya dilakukan oleh
profesional terlatih yang menerapkan bebagai teknik penyelidikan untuk
membawa ke permukaan ide-ide dan pemikiran responden yang berada di alam
bawah sadar. Teknik yang lazim untuk mendapatkan data semacam itu adalah
asosiasi kata, penyelesaian kalimat, thematic apperception tests (TAT), tes
inkblot, dan sebagainya
Teknik asosisasi kata (wors association techniques), seperti meminta
responden dengan cepat mengasosiasikan sebuah kata --- misalnya, pekerjaan -
-- dengan hal pertama yang muncul di pikiran, sering digunakan untuk
menangkap sikap dan perasaan yang sebenarnya. Jawaban akan menjadi suatu
indikasi mengenai apa arti pekerjaan bagi individu yang bersangkutan.
Demikian pula, penyelesaian kalimat akan meminta responden dengan cepat
menyelesaikan sebuah kalimat, seperti “pekerjaan adalah---.” Seorang
responden mungkin mengatakan “pekerjaan adalah banyak kesenangan,”
sementara orang lain mungkin berkata “pekerjaan adalah membosankan.”
Respon tersebut mungkin memberikan wawasan ke dalam perasaan dan sikap
mengenai pekerjaan.
Thecmatic Apperception Tests (TAT) meminta responden untuk menjalin
sebuah cerita di seputar sebuah gambar yang ditunjukan. Beberapa pola
kebutuhan dan karakteristik kepribadian dapat ditelusuri melalui tes tersebut.
Tes inkblot (inkblot tests), bentuk penelitian motivasional lainnya,
menggunakan noda tinta (inkblot) berwarna yang akan diinterpretasikan oleh
responden, yang menjelaskan apa yang mereka lihat dalam beragam pola dan
warna. Meskipun tipa-tipe proyektif tersebut beguna untuk mengungkap sikap
dan perasaan yang sulit diperoleh dengan cara lain, hal tersebut tidak dapat
dilakukan oleh peneliti yang tidak terlatih untuk melaksanakan penelitian
motivasional.
Preferensi konsumen, sikap dan perilaku penbelian, penembangan
produk, serta strategi penelitian pemasaran lainnya banyak menggunakan
penyelidikan mendalam. TAT dan tes inkblot agak jarang dipakai dalam
penelitian pemasaran karena para pemasang iklan dan lainnya kini lebih sering
menggunakan tes penyelesaian kalimat dan tes asosiasi kata. Menggambar
sketsa, menyusun potongan kertas dari gambar-gambar majalah, mengisi
tulisan dibawah karikatur karakter kartun, dam strategi lain juga dipakai untuk
melihat bagaimana orang mengasosiasikan berbagai produk, merek, iklan, dan
sebagainya, dalam pikiran mereka. Agensi sering meminta subjek untuk
mensketsakan pengguna “khas” dari berbagai merek dan menceritakan kisah
tentang mereka. Pesan-pesan yang disampaikan melalui gambar sederhana
dianggap sangat bermanfaat, dalam hal membantu pengembangan berbagai
strategi pemasaran.
Ide di balik penelitian motivasional adalah bahwa “secara emosional”
(perasaan “saya mengidentifikasi diri dengan”) dan bukannya “secara rasional”
(pemikiran “itu baik bagi saya”), apa yang membuat sebuah produk atau
layanan sukses, diterima. Emosi merupakan motivator yang kuat bagi tindakan,
dan pengetahuan mengenai apa yang memotivasi tindakan orang adalah sangat
berguna. Kegagalan upaya untuk menukar tambah “new coke” dengan “classic
coke” merupakan sebuah contoh yang sering disebutkan mengenai aspek
emosional. Emosionalitas dengan jelas pada tingkat nonrasional dan bawah
sadar hanya ditangkap dengan teknik proyektif.

2.3 MULTIMETODE PENGUMPULAN DATA


Karena hampir semua metode pengumpulan data memiliki beberapa bias yang
berkaitan dengannya, mengumpulkan data melalui meultimetode dan dari berbagai sumber
akan menambah keketatan penelitian. Misalnya, bila respons yang diperoleh melalui
wawancara, kuesioner, dan observasi berkorelasi kuat satu sama lain, mak kita akan
memiliki lebih banyak keyakinan mengenai ketepatan data yang dikumpulkan. Korelasi
yang tinggi di antara data yang diperoleh pada variable yang sama dari sumber yang
berbeda dan melalui beragam metode pengumpulan data memberikan lebih banyak
kredibilitas pada instrument penelitian dan pada data yang diperoleh melalui instrument
tersebut.
Tinjauan Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Metode Pengumpulan Data dan
Kapan Masing – masing Digunakan
1. Wawancara tatap muka ( face to face interviews ) menyediakan data yang kaya,
memberi kesempatan untuk membangun hubungan dengan orang yang diwawancara,
serta membantu mengeksplorasi dan memahami persoalan yang rumit. Pada sisi
negatif, wawancara tata muka berpotensi memunculkan bias pewawancara dan bisa
menelan biaya mahal jika ada sejumlah besar subjek yang terlibat.
2. Wawancara telepon ( telephone interviews ) membantu menghubungi subjek yang
tersebat di berbagai daerah geografis dan memperoleh respons segera dari mereka.
Hal tersebut merupakan cara yang efisien untuk mengumpulkan data jika seseorang
memiliki pertanyaan yang spesifik untuk diajukan, membutuhkan respons segera,
dan memiliki sampel yang tersebar di suatu wilayah geografis yang luas. Pada sisi
negatif, pewawancara tidak dapat mengamati respons nonverbal responden, dan
orang yang diwawancara dapat mengabaikan telepon.
3. Kuesioner yang diberikan secara pribadi kepada kelompok orang ( Personally
administering questionnaires to group of individuals ) mambantu untuk (1)
membangun hubungan dengan responden ketika memperkenalkan survey, (2)
memberikan klarifikasi yang diminta oleh responden langsung di tempat, dan (3)
mengumpulkan kuesioner segera setelah diisi. Pada sisi negatif, memberikan
kuesioner secara pribadi adalah mahal, khususnya jika sampel tersebar secara
geografis.
4. Kuesioner surat ( mail questionnaires ) menguntungkan jika respons terhadap
banyak pertanyaan harus dikumpulkan dari sampel yang tersebar secara geografis,
sulit, atau mustahil untuk melakukan wawancara telepon tanpa menelan biaya besar.
Pada sisi negatif, kuesioner surat biasanya memiliki tingkat respons yang rendah dan
kita tidak dapat yakin jika data yang diperoleh adalah bias karena nonresponden
mungkin berebda dari mereka yang mrespons.
5. Studi observasional ( observational studies ) membantu memahami persoalan yang
rumit melalui observasi langsung dan kemudian, bila mungkin, mengajukan
pertanyaan untuk mengklarifikasi mengenai persoalan tertentu. Pada sisi negatif,
studi ini mahal, karena di perlukan periode observasi yang panjang dan bias
pengamat mungkin memengaruhi data.

2.4 LINGKUNGAN DIMANA DATA DIPEROLEH


Data bisa dikumpulkan dengan berbagai cara yang disebutkan sebelumnya dalam
lingkungan sehari – hari di tempat kerja. Data juga bisa diperoleh dalam situasi lab buatan
dimana variable dikontrol dan dimanipulasi, atau data bisa dikumpulkan di rumah – rumah
responden, dijalan, melalui surat, atau dalam lingkungan di mana system jaringan local
tersedia.

2.5 DIMENSI INTERNASIONAL DARI SURVEI


Dengan globalisasi operasi bisnis, para manajer sering kali perlu membandingkan
efektivitas bisnis cabangnya di berbagai Negara.
Persoalan Tertentu dalam Instrumentasi untuk Penelitian Lintas Budaya
Setiap melakukan pengumpulan data harus diperhatikan baik – baik. Karena setiap
Negara memiliki bahasa yang berbeda, adalah penting untuk memastikan bahwa
penerjemahan instrument ke dalam bahasa local secara akurat sesuai dengan bahasa asli.
Berikut ini adalah beberapa contoh :
1. GM mengambil langkah mundur ketika mereka mencoba memasarkan NOVA di
Amerika Tengah dan Selatan. Dalam bahasa spanyol “ No va “ berarti “tidak
berjalan”
2. Pepsi “ Come Alive With the Pepsi Generation “ jika diterjemahkan ke dalam bahasa
cina berarti “ Pepsi membawa Leluhur Anda dari Kubur.”
3. Slogan ayam Frank Perdue, “ dibutuhkan orang yang kuat untuk membuat ayang
yang empuk” diterjemahkan dalam bahasa spayol, “ dibutuhkan laki – laki yang
merangsang untuk membuat ayam yang penuh dengan kasih saying.”
4. Ketika American Airlines ingin mengiklankan kursi kulit kelas satunya yang baru di
meksiko, kampanyenya “terbang di atas kulit” bila secara harfiah diterjemahkan ke
dalam bahasa Spanyol menjadi “terbang telanjang”
5. “Ingin Susu?” dalam bahasa Spanyol akan diterjemahkan menjadi “apakah anda
menyusui?”
Persoalan dalam Pengumpulan Data
Setidaknya ada tiga persoalan penting dalam pengumpulan data lintas budaya, yaitu
kesepadanan respons, pemilihan waktu pengumpulan data, dan status orang yang
mengumpulkan data.
Seperti telah disebutkan sebelumnya pada tahun 1969 oleh Mitchell, dalam survey
wawancara, gaya wawancara egaliter yang digunakan di Barat mungkin tidak tepat dalam
masyarakat yang memiliki struktur otoritas dan status yang berakar kuat.

2.6 KEUNTUNGAN MANAJERIAL


Sebagai pengamat partispan tetap dari semua yang terjadi di sekitar Anda di tempat
kerja, Anda akan mampu memahami dinamika yang berlangsung dalam situasi. Pun ,
sebagai manajer, Anda akan bisa membedakan antara pertanyaan yang baik dan buruk
yang dipakai dalam survey dengan kepekaan pada variasi budaya, tidak saja dalam
penyusunan skala tapi juga dalam membuat seluruh instrument survey, dan dalam
mengumpulkan data.

2.7 ETIKA DALAM PENGUMPULAN DATA


Beberapa isu etis harus diperhatikan ketika mengumpulan data. Seperti disinggung
sebelumnya, hal tersebut berkaitan dengan siapa yang mensponsori penelitian, mereka
yang mengumpulkan data, dan yang memberikannya. Sponsor harus memastikan bahwa
studi dilakukan untuk tujuan organisasi, dan bukan untuk alas an pribadi apa pun.
Etika dan Peneliti
1. Memperlakukan informasi yang diberikan responden sebagai sangat rahasia dan
menjaga privasi responden merupakan salah satu tanggung jawab utama peneliti.
2. Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat penelitian
kepada subjek, terutama dalam eksperimen lab.
3. Informasi pribadi atau yang tampaknya mencampuri sebaiknya tidak di tanyakan,
dan jika hal tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian, hal tersebut harus diungkap
dengan kepekaan yang tinggi kepada responden.
4. Apa pun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan subjek tidak
boleh dilanggar.
5. Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespons survey dan jika seseorang
tidak ingin memanfaatkan kesempatan untuk berpartisipasi, keinginan yang
bersangkutan harus dihormati.
6. Pengamatan nonpartisipan harus sedapat mungkin tidak mencampuri dalam studi
kualitatif, nilai – nilai pribadi bisa dengan mudah membiaskan data.
7. Dalam studi lab, subjek harus diberitahu sepenuhnya mengenai alas an eksperimen
setelah mereka berpartisipasi dalam studi.
8. Subjek tidak boleh dihadapakan pada situasi yang mengancam mereka secara fisik
atau mental.
9. Tidak boleh ada penyamapaian yang salah atau distorsi.

Anda mungkin juga menyukai