PEMBAHASAN
2. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan ketika
diketahui pada permulaan informasi apa yang diperlukan. Pewawancara
memiliki daftar pertanyaan yang direncanakan untuk ditanyakan kepada
esponden. Oertanyaan besar kemungkinan difokuskan pada factor-faktor yang
mengemuka selama wawancara tidak terstruktur dan dianggap relevan dengan
masalah. Aat responden menyatakan pandangan mereka, peneliti akan
mencatatnya. Pertanyaan yang sama akan diajukan kepada semua responden.
Tetapi kadang kala berdasarkan urgensi situasi, peneliti yang berpengalaman
dapat mengutip jawaban responden dan mengajukan pertanyaan rlevan lain
yang tidak terdapat dalam protocol wawancara. Melalui proses tersebut,
factor-faktor baru dapat diidentifikasi, sehinga menghasilka pemahaman yang
lebi dalam.
Bantuan visual sepeerti gambar, kartu, dan lainnya juga kadang-kadang
dilakukan dalam melakukan wawancara. Visual yang tepa dtunjukan kepada
orang yang diwawancarai, yang kemudian memberikan respon mereka
terhadap petanyaan yang diajukan. Bantuan visual, temasuk lukisan dan
gambar, terutama berguna jika yang menjadi responden adalah anak-anak.
Bantuan visual juga mudah digunakan ketika berusaha untk mengungkap
pemikiran dan ide tertentu yang sulit disampaikan atau aneh untuk dibicarakan.
Setelah sejumlah wawancara terstruktur dilakukan dan informasi yang
diperoleh sudah cukup untuk memahami dan menjelaskan factor-fakktor
penting yang berlaku dalam situasi, peneliti akan menghentikan wawancara,
kemudianinformasi akan ditabulasi dan data dianalisis. Hal ini akan membantu
peneliti untuk menyelesaikan tugas yang harus dilakukan sebagai contoh, untuk
menjelaskan fenomena, menguantifikasinya, atau mengidentifikasi masalah
spesifik dan menghasilkan suatu teori mengenai factor yang mempengaruhi
masalah atau menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian. Kebanyakan
penelitian kualitatif dilakukan dengan cara tersebut.
b. Kekurangan
Keterbatasan geografis yang menghalangi survei oleh
peneliti apabila responden yang dibutuhkan sangat banyak
dan letaknya sangat jauh. Juga apabila penelitian ini adalah
penelitian berskala nasional ataupun internasional.
2. Wawancara Telepon
a. Kelebihan
Kemudahan akses dan kenyamanan dalam
menghubungi responden. Responden yang terletak jauh
dapat dicapai melalui akses telepon dan juga melalui telepon
ada kemungkinan seseorang untuk merasa nyaman dalam
memberikan jawaban atas pertanyaan yang bersifat agak
pribadi.
b. Kekurangan
Responden bisa menghentikan wawancara tanpa
adanya peringatan dan penjelasan apabila mungkin ada
pertanyaan yang dirasa reponden kurang cocok untuknya.
Dapat diatasi melalui proes pemberitahuan terlebih dahulu
terhadap responden mengenai waktu atau durasi wawancara
dengan sopan sebelum wawancara dimulai. Hal ini dinilai
dapat memberikan kesan positif responden kepada peneliti
atau penanya sehingga responden dapat memberikan
jawaban dengan senang hati.
2. Tambahan Sumber Bias dalam Data Wawancara
Data yang bias akan muncul terhadap responden apabila responden
sedang sibuk atau dalam keadaan mood yang sedang tidak baik.
Kepribadian pewawancara, kalimat perkenalan, perubahan nada suara,
dan aspek lainnya juga dapat mempengaruhi dan menimbulkan bias
tambahan.
Bias pengambilan sampel, yang meliputi ketidakmampuan untuk
menghubungi orang yang nomor teleponnya sudah berubah, juga
mempengaruhi kualitas data penelitian.
1. Wawancara dengan Bantuan Komputer
Kemungkinan memasukkan jawaban wawancara ke dalam
komputer secara langsung. Dengan adanya perangkat lunak yang
dapat mengurangi respon yang tidak sampai atau di luar kisaran,
selain itu juga dapat memberikan urutan pertanyaan dengan baik
sehingga mencegah bias.
2. CATI dan CAPI
a. CATI (computer assisted telephone interviewing)
Digunakan dalam organisasi penelitian (research
organization), berguna sebab respons terhadap survei bisa
diperoleh dari orang – orang di seluruh dunia karena PC
dihubungkan (networked) pada sistem telepon.
b. CAPI (computer assisted personal interviewing)
Sistem ini membutuhkan investasi yang besar dalam
peranti keras dan lunak. CAPI memiliki kelebihan dalam hal
bisa dikelola sendiri (self-administered), yaitu responden
dapat menggunakan komputer mereka sendiri untuk
menjalankan program setelah menerima perantilunak dan
memasukkan respons mereka, sehingga mengurangi
kesalahan dalam merekam.
c. Sistem Rekam Suara (voice recording system)
Membantu program CATI dengan merekam respons
orang yang diwawancara. Izin dalam penggunaan voice
capture system (VCS) biasanya harus diperoleh sebelum
wawancara dimulai. Wawancara dengan bantuan komputer
bisa dinyatakan sebagai pengumpulan informasi yang lebih
cepat dan akurat, plus analisis data yang lebih cepat dan
mudah.
2. KUISIONER
Kuisioner (questionnaires) adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan
sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang didefiniskan dengan
jelas.
1. Kuisioner yang Diberikan secara Pribadi
Kuisioner secara pribadi dapat dilakukan apabila survei terbatas di suatu daerah
lokal, dan responden bersedia untuk berkumpul untuk diberikan kuisioner secara
pribadi. Dari pemberian secara pribadi ini akan memberikan keuntungan yakni
pengumpulan semua respon secara lengkap dengan waktu yang singkat. Segala
keraguan responden miliki pada saat pengisian kuisioner dapat langsung ditanyakan
kepada peneliti yang memberi kuisoner. Selain itu, peneliti dapat memberikan
motivasi kepada responden agar menjawab kuisioner dengan jujur.
2. Kuisioner Surat
Kelebihan utama dari kuisioner surat adalah bahwa daerah geografis yang luas
atau jauh dapat dijangkau melalui surat. Namun, dari luasnya daerah cakupan
memberikan kelemahan uttama pada metide ini yakni pada tingkat pengembalian
kuisioner dari responden kepada peneliti yang rendah. Tingkat respons 30% dianggap
bisa diterima. Hal ini mungkin dapat diatasi melalui kontak terhadap responden
terlebih dulu terkait kuisioner sebelum kuisioner nantinya akan dikirimkan kepada
responden. Selain itu, kelemahan metode ini juga apabila responden ingin
mengklarifikasi pertanyaan di kuisioner, peneliti tidak mampu secara langsung
memberikan penjelasan, sehingga dapat menimbulkan jawaban yang mungkin kurang
memuaskan.
Pedoman Untuk Desain Kuesioner
Prinsip desain kuesioner bisa difokuskan pada tiga bidang. (1) berkaitan dengan
susunan kata dalam pertanyaan. (2) mengacu pada perencanaan bagaimana variabel
dikategorikan, diskalakan, dan dikodekan setelah respon diterima. (3) berkaitan dengan
penampilan kuesioner secara keseluruhan.
1. Prinsip Susunan Kata
Prinsip susunan kata mengacu pada faktor ketepatan isi pertanyaan, bagaimana
pertanyaan disampaikan dan tingkat kefasihan bahasa yang digunakan, tipe dan bentuk
pertanyaan yang diajukan, urutan pertanyaan, dan data probadi yang dicari dari
responden.
1. Isi dan Tujuan Pertanyaan
Sifat variabel yang diteliti---perasaan subjektif atau fakta objektif---akan
menentukan jenis pertanyaan yang diajukan. Bila variabel yang diteliti bersifat
subjektif, dimana keyakinan, persepsi, dan sikap responden ingin diukur,
sebaiknya mengungkap dimensi dan elemen konsep. Jika variabel objektif
seperti usia dan tingkat pendidikan responden yang diteliti, pertanyaan tunggal
langsung---lebih disukai pertanyaan yang memiliki kategori berskala ordinal---
akan lebih tepat
2. Bahasa dan Susunan Kata Kuesioner
Bahasa kuesioner debaiknya disesuaikan dengan tingkat pemahaman
responden. Pilihan kata bergantung pada tingkat pendidikan, penggunaan istilah
dan ision dalam budaya, serta bingkai referensi responden. Jadi penting untuk
mengatakan pertanyaan dalam cara yang dapat dipahami oleh responden. Bila
suatu pertanyaan tidak dipahami atau diartikan secara keliru oleh responden,
peneliti akan memperoleh jawaban yang salah terhadap pertanyaan, dan dengan
demikian respon akan menjadi bias.
3. Tipe dan Bentuk Pertanyaan
Pertanyaan Terbuka Versus Tertutup
Pertanyaan terbuka memungkinkan responden untuk menjawab cara yang
mereka pilih. Pertanyaan tertutup akan meminta responden untuk membuat
pilihan di antara serangkaian alternatif yang diberikan oleh peneliti. Semua item
dalam kuesioner yang menggunakan skala nominal (nominal scale), ordinal
(ordinal scale), Likert (Likert scale), atau rasio (ratio scale) dianggap tertutup.
Pertanyaan tertutup membantu responden membuat keputusan cepat untuk
memilih di antara beberapa alternatif yang diberikan. Mereka juga membantu
peneliti mengodekan informasi dengan mudah untuk analisis sesudahnya.
Sejumlah responden mungkin menemukan kategori yang disusun dengan baik
dalam sebuah pertanyaan tertutup yang cukup membatasi dan mungkin
memberikan komentar tambahan.
Pertanyaan yang Disusun secara Positif dan Negatif
Daripada menyampaikan semua pertanyaan secara positif, disarankan
memasukan beberapa pertanyaan yang disusun secara negatif, sehingga
kecenderungan responden untuk secara mekanis melingkari titik di salah satu
ujung skala bisa diminimalkan. Seorang responden yang tidak berminat untuk
melengkapi kuesioner lebih mungkin tetap terlibat dan siaga saat menjawab
pertanyaan jika pertanyaan yang disusun secara positif dan dinegatif diselang-
seling dalam daftar pertanyaan
Pertanyaan yang Memiliki Respon Ganda
Pertanyaan yang membuka kemungkinan respons uang berbeda pada
subkalimat disebut pertanyaan yang memiliki respon ganda. Pertanyaan
semacam ini sebaiknya dihindari dan lebih baik mengajukan dua atau lebih
pertanyaan terpisah.
Pertanyaan Ambigu
Bahkan pertanyaan yang tidak memiliki respons ganda mungkin
disusun secara ambigu dan responden menjadi tidak yakin apa arti
pertanyaan yang sesungguhnya. Jadi, respons atas pertanyaan ambigu
(ambiguous questions) menimbulkan bias karena responden yang
berbeda mungkin mengartikan item dalam kuisioner tersebut secara
berbeda. Hasilnya akan berupa campuran kumpulan respons ambigu yang
tidak secara akurat memberikan jawaban yang tepat pada pertanyaan.
Pertanyaan yang Bergantung pada Ingatan
Beberapa pertanyaan mungkin mengharuskan responden untuk
mengingat pengalaman dari masa lalu yang sudah kabur dalam memori
mereka. Jawaban atas pertanyaan yang bergantung pada ingatan (recall-
dependent questions) mungkin bias.
Pertanyaan yang Mengarahkan
Pertanyaan sebiknya tidak disampaikan dalam cara tertentu yang
mengarahkan responden untuk memberikan respons yang peneliti sukai
dan inginkan dari mereka.
Pertanyaan yang Bermuatan
Jenis bias lain dalam pertanyaan terjadi ketika pertanyaan yang
disampaikan dalam cara bermuatan (loaded questions) emosional.
Mengajukan pertanyaan tersebut akan mengundang respons yang sangat
bias dan emosional.
Keinginan Disukai secara Sosial
Pertanyaan sebaiknya tidak disampaikan dalam cara yang membuat
respons bersifat ingin disukai secara sosial (social desirability). Dengan
pertanyaan tersebut, tidak peduli apapun perasaan responden yang
sebenarnya, jawaban yang disukai secara sosial yang akan tetap diberikan
oleh responden.
Panjang Pertanyaan
Sebagai ukuran, pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner
sebaiknya tidak melebihi 20 kata, atau melebihi satu baris penuh dalam
cetakan.
4. Mengurutkan Pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya membawa
responden dari pertanyaan yang bersifat lebih umum ke pertanyaan
spesifik, dan dari pertanyaan yang relatif mudah ke pertanyaan yang
semakin sulit dijawab. Pendekatan corong (funnel approach) ini,
demikian sebutannya (Festinger & Katz, 1966), mempermudah dan
memperlancar responden untuk mengisi item kuesioner. Pertanyaan yang
mudah bisa berkaitan dengan persoalan yang tidak membutuhkan banyak
pemikiran; pertanyaan yang lebih sulit mungkin memerlukan pemikiran
lebih, penilaian, dan pengambilan keputusan untuk menghasilkan
jawaban.
Dalam menentukan urutan pertanyaan, disarankan tidak
menempatkan secara berdekatan pertanyaan positif dan negatif yang
mengungkapkan elemen atau dimensi konsep yang sama. Pertama, tidak
perlu mengajukan pertanyaan yang sangat mirip dengan cara positif dan
negatif. Kedua, jika untuk suatu alasan hal tersebut dianggap perlu,
misalnya untuk memeriksa konsistensi respons, kedua pertanyaan
tersebut sebaiknya ditempatkan pada bagian yang berbeda dalam
kuesioner, sejauh mungkin.
Cara mengurutkan pertanyaan juga dapat menimbulkan bias
tertentu, yang sering disebut sebagai efek urutan. Meskipun
menempatkan secara acak pertanyaan dalam kuesioner akan mengurangi
setiap bias sistematik dalam respons, hal tersebut sangat jarang
dilakukan, karena kebingungan yang ditimbulkannya ketika
mengategorikan, mengodekan, dan menganalisis respons.
5. Data Klasifikasi atau Informasi Pribadi
Data klasifikasi juga disebut sebagai informasi pribadi atau
pertanyaan demografis, mengungkapkan informasi seperti usia, tingkat
pendidikan, status pernikahan, dan penghasilan. Kecuali mutlak
diperlukan, adalah lebih baik untuk tidak menanyakan nama responden.
Keputusan akan pertanyaan yang meminta informasi pribadi
sebaiknya muncul di awal atau akhir kuesioner sepenuhnya merupakan
pilihan peneliti. Alasannya mungkin adalah pada saat responden
mencapai bagian akhir kuesioner, ia telah diyakinkan akan legitimasi dan
kemurnian pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, dan karena itu, akan
lebih cenderung untuk bersedia memberikan informasi pribadi. Peneliti
yang lebih suka meminta kebanyakan informasi pribadi pada bagian awal
mungkin berpendapat bahwa setelah responden memberikan beberapa
sejarah pribadi mereka, mereka secara psikologis akan
mengidentifikasikan diri dengan kuesioner, dan mungkin merasakan
suatu komitmen untuk merespons. Jadi, keputusab orang meminta
informasi tersebut pada permulaan atau akhir kuesioner sepenuhnya
merupakan pilihan pribadi. Tetapi. Pertanyaan yang meminta rincian
penghasilan, atau informasi lain yang sangat sensitif jika benar-benar
dianggap perlu paling baik ditempatkan di bagian terakhir kuesioner.
Demikian pula, merupakan kebijakan yang baik untuk meminta
informasi semacam itu dengan menyediakan suatu kisaran pilihan
respons, daripada meminta angka pasti. Misalnya, variabel dapat
diungkap sebagaimana ditunjukkan di bawah ini:
Usia (tahun) Penghasilan tahunan
Di bawah 20 Kurang dari $20.000
20-30 $20.000-30.000
31-40 $30.001-40.000
41-50 $40.001-50.000
51-60 $50.001-70.000
Di atas 60 $70.001-90.000
Di atas $90.000
Prinsip Pengukuran
Sejumlah prinsip pengukuran yang perlu diperhatikan untuk memastikan
bahwa data yang diperoleh adalah tepat untuk menguji hipotesis, juga diperlukan.
Hal ini mengacu pada skala dan teknik penyusunan skala yang digunakan dalam
mengukur konsep, sekaligus penilaian terhadap keandalan dan validitas ukuran yang
dipakai.
Ketepatan skala yang digunakan bergantung pada jenis data yang perlu
dikumpulkan. Berbagai mekanisme penyusunan skala yang membantu kita untuk
menentukan skala secara tepat hendaknya dipergunakan sebagaimana mestinya. Bila
mungkin, skala interval (interval scale) dan rasio (ratio scale) sebaiknya digunakan
dalam perbandingan dengan skala nominal (nominal scale) serta ordinal (ordinal
scale). Setelah data diperoleh, “ketepatan data” (goodness of data) dinilai melalui uji
validitas dan keandalan. Validitas (validity) memperlihatkan seberapa baik sebuah
teknik, instrumen, atau proses mengukur suatu konsep tertentu, dan keandalan
(reliability) menunjukkan seberapa stabil dan konsisten instrumen mengungkapkan
variabel.