Dosen Pengampu :
Amsal Djunid, Drs, M.Bus, Ak.
Oleh :
Fadhila Rahma Mulya (1910532006)
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2021/2022
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wawancara
Menurut Kendall, wawancara dalam pengumpulan informasi adalah percakapan terarah
dengan tujuan tertentu yang menggunakan format tanya jawab. Wawancara digunakan untuk
mendapatkan pendapat orang yang diwawancarai dan perasaannya tentang keadaan sistem
saat ini, tujuan organisasi dan pribadi, dan prosedur informal untuk berinteraksi dengan
teknologi informasi. Biasanya, opini mungkin lebih penting dan lebih terbuka daripada
fakta. (Kendall and Kendall 2011)
Menurut Soegijono, wawancara dalam pengumpulan informasi adalah proses tanya
jawab lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka secara fisik untuk mengetahui
tanggapan, pendapat, dan motivasi seseorang terhadap suatu objek. Wawancara dapat
digunakan untuk menggali masa lalu seseorang serta rahasia kehidupannya. Selain itu,
wawancara dapat menangkap aksi reaksi orang dalam bentuk ekspresi sewaktu tanya jawab.
Wawancara dapat dilakukan dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis
dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. (MS 1993)
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa wawancara dalam pengumpulan
informasi merupakan percakapan terarah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
menggunakan format tanya jawab untuk mengetahui tanggapa ataupun pendapat terkait
suatu objek. Wawancara ini dapat digunakan untuk menggali masa lalu seseorang atau
mendapatkan pendapat serta perasaannya terkait suatu keadaan yang ditanyakan. Oleh
karena itu, wawancara dapat menangkap aksi reaksi orang dalam bentuk ucapan ataupun
ekspresi.
B. Jenis Wawancara
Menurut Smith (Smith 2003), ada tiga jenis wawancara, yaitu :
1. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur merupakan format yang paling mirip dengan kuesioner surat
yang diisi sendiri. Peluang bias pewawancara dibatasi dengan mencari konteks umum,
yaitu pertanyaan yang sama, dalam urutan yang sama, dengan isyarat dan petunjuk yang
sama diizinkan, dan semuanya dalam kerangka pertanyaan tertutup yang spesifik.
2. Wawancara Semi Terstruktur
Format ini memungkinkan serangkaian pertanyaan untuk diajukan, tetapi tidak
dalam urutan yang pasti. Pertanyaan tambahan juga dapat diajukan, sesuai keinginan
pewawancara, untuk memeriksa masalah terkait yang muncul selama wawancara.
3. Wawancara Tidak Terstruktur
Format ini dimulai dengan serangkaian topik untuk diskusi, bukan pertanyaan
spesifik untuk ditanyakan. Ini dapat berkembang menjadi percakapan terarah, dengan
pewawancara dapat mengadopsi pendekatan 'bebas-roda', selama topik yang diperlukan
tercakup semua. Oleh karena itu, kata-kata dan frasa aktual yang digunakan dapat
bervariasi secara signifikan antara wawancara, tetapi pendekatan ini dapat membuat
orang yang diwawancarai cukup nyaman untuk mendorong mereka membuat
pengungkapan yang tidak akan muncul dalam kondisi yang berbeda.
D. Jenis Pertanyaan
Menurut Kendall (Kendall and Kendall 2011), ada tiga jenis pertanyaan yang digunaan
saat wawancara, yaitu :
1. Pertanyaan wawancara terbuka, memungkinkan responden membuka opsi untuk
merespons. Contoh dipilih dari wawancara yang berbeda dan tidak ditampilkan dalam
urutan tertentu.
2. Pertanyaan wawancara tertutup, membatasi pilihan responden. Contoh dipilih dari
wawancara yang berbeda dan tidak ditampilkan dalam urutan tertentu.
3. Probe, memungkinkan analis sistem untuk menindaklanjuti pertanyaan untuk
mendapatkan tanggapan yang lebih rinci. Contoh dipilih dari wawancara yang berbeda
dan tidak ditampilkan dalam urutan tertentu.
F. Pelaksanaan Wawancara
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan wawancara, antara lain :
1. Pewawancara
Menurut Soegijono (MS 1993), peran pewawancara sangat besar dalam proses
pengumpulan. Bagaimana tingginya reliabilitas alat pengukur (kuesioner), tanpa disertai
pewawancara yang terampil dan dapat menghayati setiap pertanyaan, maka data yang
didapatkan tidak akurat. Oleh karena itu, atas kesadaran terkait setiap pengukuran atau
pengumpulan data selalu terkandung komponen kesalahan, pewawancara harus
membatasi terjadinya kesalahan, dengan cara :
a. Memilih pewawancara yang tepat dan handal.
b. Memberi pelatihan terlebih dahulu.
c. Hubungan yang baik sangat diperlukan antara pewawancara dengan responden.
2. Responden
Menurut Soegijono (MS 1993), factor yang tidak kalah pentingnya, yaitu
responden. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, semakin sukar untuk
dikendalikan. Namun, semakin rendah tingkat pendidikan responden, semakin sukar
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Jadi, pewawancara harus jeli dan memiliki
trik khusus agar hasil yang didapatkan maksimal.
Walaupun begitu, ada beberapa masalah yang sering ditemukan, yaitu ;
a. Responden sibuk.
b. Responden tidak di rumah.
c. Responden tidak tertarik untuk menjawab.
d. Responden menolak untuk diwawancarai.
e. Responden ditemani orang ketiga selama wawancara.
3. Teknik wawancara
a. Penampilan
Ada beberapa cara dalam pelaksanaan atau penampilan wawancara menurut
Soegijono (MS 1993), yaitu :
1) Ciptakan impresi pertama yang meyakinkan.
2) Bersikap tegas, sopan, dan jangan tegang.
3) Gunakanlah pakaian rapi dan bersih.
4) Muailah memperkenalkan diri setelah bertemu dengan responden.
5) Duduklah setelah dipersilahkan duduk.
6) Mulailah mewawancarai responden, hindari pertanyaan yang sama sekali
tidak ada hubungannya dengan penelitian.
b. Bertanya
Menurut Sekaran (Sekaran 2003), ada beberapa teknik yang digunakan dalam
bertanya, agar wawancara yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar, yaitu :
1) Menjelaskan
Pada awal wawancara tidak disarankan, disarankan untuk bertanya secara
terbuka pertanyaan untuk mendapatkan ide yang luas dan membentuk
beberapa kesan tentang situasi.
2) Pertanyaan yang tidak bias
Penting untuk mengajukan pertanyaan dengan cara yang akan memastikan
bias paling sedikit dalam tanggapan.
3) Mengklarifikasi masalah
Untuk memastikan bahwa peneliti memahami masalah seperti yang
diinginkan responden untuk mewakili mereka, menyarankan untuk
menyatakan kembali atau menyusun informasi diberikan oleh responden.
4) Membantu responden untuk memikirkan masalah
Jika responden tidak dapat mengungkapkan persepsinya, peneliti harus
mengajukan pertanyaan dengan cara yang lebih sederhana atau berulang-
ulang.
c. Mencatat
Menurut Sekaran (Sekaran 2003), ketika melakukan wawancara, penting
bahwa peneliti membuat tertulis catatan saat wawancara berlangsung, atau segera
setelah diakhirinya. Wawancara tidak boleh mengandalkan ingatan, karena
informasi yang diingat dari memori tidak tepat dan sering mungkin salah.
KESIMPULAN
Wawancara dalam pengumpulan informasi merupakan percakapan terarah yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih menggunakan format tanya jawab untuk mengetahui tanggapa ataupun
pendapat terkait suatu objek. Wawancara ini dapat digunakan untuk menggali masa lalu
seseorang atau mendapatkan pendapat serta perasaannya terkait suatu keadaan yang ditanyakan.
Oleh karena itu, wawancara dapat menangkap aksi reaksi orang dalam bentuk ucapan ataupun
ekspresi.
Ada tiga jenis wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur, dan tidak
terstruktur. Selain itu, ada tiga jenis pertanyaan, yaitu pertanyaa terbuka, tertutup, dan probe.
Ada tiga struktur penyusunan pertanyaan, yaitu piramida, corong, dan berlian. Lalu, ada tiga
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan wawancara, yaitu pewawancara, responden, dan teknik
wawancara.
DAFTAR PUSTAKA
Kendall, K. E. and J. E. Kendall (2011). System Analysis and Design. New Jersey, Prentice
Hall.
MS, S. (1993). "Wawancara Sebagai Salah Satu Metode Pengumpulan Data."
Sekaran, U. (2003). Research Method For Business. United States of America, Malloy
Lithographing, Inc.
Smith, M. (2003). Research Methods In Accounting. London, SAGE Publications.