Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang bertemakan “Hakikat Manusia Dan Pengembangannya”

Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi
penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka kami sangat mengharapkan kritikkan dan saran guna
perbaikan untuk pembuatan makalah di hari yang akan datang.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana
ini semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.

Atas semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.

Padang, Desember 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI………………………....…………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang………………………………………………………………1
2. Rumusan Masalah……………..…………………………………………….1
3. Tujuan Penelitian…………….………………………………………………1
4. Manfaat Penelitian………….………………………………….…………….1

BAB II PEMBAHASAN

1. Sifat Hakikat Manusia……………………………………….....


………………………….2
2. Dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi, Keunikan, Dan
Dinamikanya……………….....................................................................…..5
3. Pengembangan Dimensi Hakikat
Manusia……………………………………………………………...............7
4. Sosok Manusia Seutuhnya……………………………………………………....
……………8

BAB III PENUTUP

1. ………………..........................……………………………………………11
2. ……………………………….............................………………………….11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..iv
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia


memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang
membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang di sebut sifat
hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya
dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Oleh karena itu, strategis jika
pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang
pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya. Untuk mencapai
pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : arti
dan wujud sifat hakikat manusia,

dimensi hakikat manusia serta potensi, keunikan, dan dinamikanya, pengembangan dimensi
hakikat manusia dan sosok manusia seutuhnya.

1. Rumusan Masalah

 Apakah yang dimaksud hakikat manusia?


 Apa saja yang disebut sebagai dimensi hakikat manusia?
 Bagaimana mengembangkan dimensi hakikat manusia?
 Bagaimana gambaran sosok manusia indonesia

2. Tujuan Penelitian

 Untuk memahami tetang sifat hakikat manusia


 Untuk memahami dimensi-dimensi hakikat manusia
 Untuk memahami pengembangan dimensi hakikat manusia
 Untuk mengenal sosok manusia indonesia

3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang kita peroleh dari pembuatan makalah ini yaitu kita dapat menegetahui serta
memahami hakikat manusia dan perkembangannya..
BAB II

PEMBAHASAN

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk
menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan
benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Ibarat biji mangga dan bukannya menjadi pohon
jambu.

Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat, jika

pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Pemahaman

pendidik terhadap sikap hakikat manusia akan membentuk peta tentang karateristik manusia.
Peta ini akan menjadi landasan serta memberi acuan bagi pendidik dalam bersikap, menyusun
strategi, metode, dan teknik, serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan
melaksanakan komunikasi transaksional didalam interaksi edukatif. Gambaran yang benar
dan jelas tentang manusia itu perlu dimiliki oleh pendidik adalah karena adanya
pengembangan sains dan teknologi yang pesat. Oleh karena itu, adalah sangat strategis jika
pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada bagian pertama dari seluruh
pengkajian tentang pendidikan.

Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu
(intergrated) dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Di sebut hakikat manusia karena
secara hakiki sifat tersebut hanya dimilki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.

1. Sifat Hakikat Manusia

Sebelum kita mengetahui sifat hakikat manusia, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa
sebenarnya arti kata manusia. Kata manusia berasal dari bahasa sansekerta”manu”, dan dalam
bahasa latin “mens” yang artinya berfikir, berakal budi atau homo, yang berarti manusia.

Sifat hakikat manusia menajadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Hal ini
menjadi keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek melainkan praktek yang
berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya
filosofis normative.
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipiil (jadi
bukan hanya gradual) membedakan manus ia dari hewan . Meskipun antara manusia dengan
hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologinya.

Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa
hewan dan manusia itu hanya berbeda secara GRADUAL. Wujud sifat hakikat manusia,
pada bagian ini akan di paparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh
hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensi dengan maksud menjadi masukan
membenahi konsep pendidikan.

Wujud dari sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukakan oleh
faham eksistensialisme dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep
pendidikan , Prof. Dr. Umar Tirtaraharja dkk , menyatakan :

1. Kemampuan Menyadari Diri

Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia maka manusia
menyadari bahwa dirinya memiliki ciri kas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan
manusia dapat membedakan dirinya dan membuat jarak dengan orang lain dan lingkungan
di sekitarnya. Yang lebih istimewa lagi manusia dikaruniai kemampuan membuat jarak diri
dengan dirinya sendiri, sehingga manusia dapat melihat kelebihan yang dimiliki serta
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada dirinya. Kemampuan memahami potensi-potensi
dirinya seperti ini peserta didik harus mendapat pendidikan dan perhatian yang serius dari
semua pendidik supaya dapat menumbuh kembangkan kemampuan mengeluarkan potensi-
potensi yang ada pada dirinya.

2. Kemampuan Bereksistensi

Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri dan dapat


menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya.
Sehingga manusia tidak terbelenggu oleh tempat dan waktu. Dengan demikian manusia
dapat menembus ke sana dan ke masa depan.

Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar
dari pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa
depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa kanak-kanak.

3. Kata hati

Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita
hati dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik
atau benar dan yang buruk atau salah bagi manusia sebagai manusia. Untuk melihat
alternatif mana yang terbaik perlu didukung oleh kecerdasan akal budi. Orang yang
memiliki kecerdasan akal budi disebut tajam kata hatinya. Kata hati yang tumpul agar
menjadi kata hati yang tajam harus ada usaha melalui pendidikan kata hati yaitu dengan
melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian
berbuat yang didasari oleh kata hati yang tajam, sehingga mampu menganalisis serta
membedakan mana yang baik atau benar dan buruk atau salah bagi manusia sebagai
manusia

4. Moral

Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan maka yang
dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Moral dan kata hati masih ada jarak antara
keduanya. Artinya orang yang mempunyai kata hati yang tajam belum tentu moralnya baik.
Untuk mengetahui jarak tersebut harus ada aspek kemauan untuk berbuat .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa moral yang singkron dengan kata hati
yang tajam merupakan moral yang baik. Sebaliknya perbuatan yang tidak singkron dengan
kata hatinya merupakan moral yang buruk atau rendah.

5. Tanggung jawab

Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari
perbuatan yang menuntut jawab yang telah dilakukannya. Wujud bertanggung jawab
bermacam-macam. Ada bertanggung jawab kepada dirinya sendiri bentuk tuntutannya
adalah penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat bentuk tuntutannya
adalah sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara dan lain-lain.
Tanggung jawab kepada tuhan bentuk tuntutannya adalah perasaan berdosa dan terkutuk.

6. Rasa kebebasan

Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apa saja sepanjang tidak bertentangan
dengan tuntutan kodrat manusia. Jadi kebebasan atau kemerdekaan dalam arti yang
sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan.

7. Kewajiban dan Hak

Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul karena manusia itu sebagai
makhluk sosial, yang satu ada hanya karena adanya yang lain. Tidak ada hak tanpa
kewajiban. Kewajiban ada karena ada pihak lain yang harus dipenuhi haknya.

8. Kemampuan Menghayati Kabahagiaan

Kebahagiaan adalah merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan,


kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Proses
dari kesemuanya itu (yang menyenangkan atau yang pahit) menghasilkan suatu bentuk
penghayatan hidup yang disebut bahagia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perpaduan dari usaha,
hasil atau takdir dan kesediaan menerimanya.
2. Dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi, Keunikan, Dan Dinamikanya

Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat hakikat tersebut
akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain. Ada empat macam dimensi
yang akan di bahas, yaitu

1. Dimensi keindividualan
2. Dimensi kesosialan
3. Dimensi kesusilaan
4. Dimensi keberagamaan
5. Dimensi Keindividualan

Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai
pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.

Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat
esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan
di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui
pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-
benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu
kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki
warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah
membantu peserta didik untuk membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya
sendiri. Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong
bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola
pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter)
dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.

3. Dimensi kesosialan

Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan
menerima.

Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan untuk
bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan
sesamanya.

Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi


dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi
sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di
cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan
memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
4. Dimensi kesusilaan

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan
tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di
dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu
maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang
mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika
(persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket.

Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga
dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.

5. Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan


manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang.

Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama
menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses
pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya
memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di
samping itu mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian.

1. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia

Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi


hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik
tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa terjadi kesalahan-kesalahannya yang lazimnya
di sebut salah didik. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu

1. 1. Pengembangan yang utuh

Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu
kulaitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang
disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.

Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu, wujud dan
arahnya.

1. Dari wujud dimensinya

Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan,
kesusilaan dan keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pengembangan
aspek jasmaniah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara
seimbang. Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman
dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi
pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan domain kognitif, afektif dan psikomotor
dikatakan utuh jika ketiga-tiganya mendapat pelayanan yang berimbang.

b.Dari arah pengembangan

Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada pengembangan


dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman secara terpadu. Dapat
disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai
pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan
berkembang secara selaras. Perkembangan di maksud mencakup yang bersifat horizontal
(yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian
martabat manusia). Dengan demikian totalitas membentuk manusia yang utuh.

2.Pengembangan yang tidak utuh

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam
proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk
ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi
keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan dimensi
keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif.
Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan penanganannya.

Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak
mantap. Pengembangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.

1. Sosok Manusia Seutuhnya

Manusia seutuhnya berarti adalah sosok manusia yang tidak parsial, fragmental. Apalagi split
personality. Utuh artinya adalah lengkap, meliputi semua hal yang ada pada diri manusia.
Manusia menuntut terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, akal, fisik dan psikisnya.
Berdasarkan pikiran dimikian dapat diuraikan konsepsi manusia seutuhnya ini secara
mendasar yakni mencakup pengertian sebagai berikut:

1.Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang.

2.Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai yang menghayati
dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya.

Selain hal tersebut, manusia juga memerlukan pemenuhan kebutuhan spiritual,


berkomunikasi atau berdialog dengan Dzat Yang Maha Kuasa. Lebih dari itu, manusia juga
memerlukan keindahan dan estetika. Manusia juga memerlukan penguasaan ketrampilan
tertentu agar mereka bisa berkarya, baik untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri
maupun orang lain. Semua kebutuhan itu harus dapat dipenuhi secara seimbang. Tidak boleh
sebagian saja dipenuhi dengan meninggalkan kebutuhan yang lain. Orang tidak cukup hanya
sekedar cerdas dan terampil, tetrapi dangkal spiritualitasnya. Begitu pula sebaliknya, tidak
cukup seseorang memiliki kedalaman spiritual, tetapi tidak memiliki kecerdasan dan
ketrampilan. Tegasnya, istilah manusia utuh adalah manusia yang dapat mengembangkan
berbagai potensi posisitf yang ada pada dirinya itu.

Jika pemahaman terhadap manusia seutuhnya seperti itu, maka pendidikan seharusnya
mengembangkan berbagai aspek itu. Pendidikan tidak tepat jika hanya mengembangkan satu
aspek, tetapi melupakan aspek-aspek lainnya. Pendidikan agama adalah sangat penting, tetapi
tidak boleh terlalu mengesampingkan intelektualitasnya. Sebaliknya juga tidak tepat
pendidikan hanya mengedepankan pengembangan kecerdasan dan ketrampilan, dengan
mengabaikan pengembangan spiritual.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ditangani oleh dua kementerian, yaitu kementerian


pendidikan dan kebudayaan dan kementerian agama. Selain itu,masih ada kementerian lain
yang juga menyelenggarakan pendidikan, tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak. Itulah
sebabnya di negeri ini disebut telah terjadi dualisme penyelenggaraan pendidikan. Yaitu
terdapat sekolah yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
madrasah serta pondok pesantren yang berada di bawah Kementerian Agama. Di sekolah
umum, sekalipun diajarkan agama.jumlah jam pelajaran yang disediakan tidak terlalu banyak.
Demikian pula sebaliknya, di pondok pesantren lebih mengutamakan pendidikan agama, dan
dalam banyak kasus tidak memberikan pengetahuan umum. Sedangkan di madrasah selama
ini sudah dilakukan perbaikan kurikulum dengan memberikan pengetahuan umum dan agama
secara seimbang, atau sama banyak jumlahnya. Namun begitu, terkait pendidikan agama,
selama ini belum ditemukan metodologi yang dirasa memuaskan. Agama masih diajarkan dan
belum sepenuhnya dididikkan yang sebenarnya. Sebetulnya, terbatasnya waktu yang
disediakan untuk pendidikan agama di sekolah tidak mengapa, asalkan kekurangan itu dapat
ditambal oleh lingkungan keluarga dan juga oleh masyarakat. Namun pada kenyataannya,
pendidikan agama di keluarga maupun di masyarakat sudah semakin melemah. Atas dasar
alasan-alasan kesibukan orang tua atau juga keterbatasan pemahaman agama, maka
pendidikan agama di lingkungan keluarga dan di masyarakat tidak dapat dimaksimalkan.
Kegiatan mengaji di langgar, mushalla, masjid dan lain-lain tampaknya sudah semakin
berkurang, tidak saja di perkotaan tetapi juga di pedesaan.

Kenyataan seperti itu menjadikan manusia yang utuh sebagaimana yang dicita-citakan
semakin sulit dipenuhi. Pendidikan berjalan secara terpragmentasi atau terpilah-pilah,
mengedepankan sebagian dan mengabaikan bagian lainnya. Akibatnya, manusia utuh
sebagaimana yang dicita-citakan menjadi tidak jelas kapan akan berhasil diraih. Oleh karena
itu, perlu kiranya dipikirkan secara saksama dan mendalam untuk mendapatkan konsep
pendidikan yang dipandang lebih ideal un tuk menyongsong masa depan bangsa yang lebih
baik dan maju.

Menyoal dunia pendidikan, khususnya pendidikan yang membangun jati diri manusia
seutuhnya, kiranya tidak akan berhenti. Berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar, diskusi,
lokakarya dan semiloka terus dilakukan guna mencari sebuah model pendidikan yang
dianggap dapat membebaskan manusia dari sikap ketergantungan terhadap benda, pendidikan
yang dapat membebaskan manusia dari pendewaan terhadap dunia, dan atau model
pendidikan yang dapat mencetak manusia yang utuh, yakni manusia yang manusiawi,
manusia memiliki nilai-nilai kemanusiaan.

Pendidikan manusia seutuhnya, pada dasarnya merupakan tujuan yang hedak dicapai dalam
konsep Value Education atau General Education yakni:

1) manusia yang memiliki wawasan menyeluruh tentang segala aspek kehidupan, serta

2) memiliki kepribadian yang utuh. Istilah menyeluruh dan utuh merupakan dua terminologi
yang memerlukan isi dan bentuk yang disesuaikan dengan konteks sosial budaya dan
keyakinan suatu bangsa yang dalam bahasa lain pendidikan yang dapat melahirkan: a) pribadi
yang dapat bertaqarrub kepada Allah dengan benar, dan b) layak hidup sebagai manusia.

Untuk dapat menghasilkan manusia yang utuh, diperlukan suri tauadan bersama antar
keluarga, masyarakat, dan guru di sekolah sebagai wakil pemerintah. Patut diingat bahwa
pembentukan jati diri manusia utuh berada pada tataran afeksi, dan pembelajarannya dunia
afeksi hanya akan berhasil apabila dilakukan melalui metode pelakonan, pembiasaan, dan
suri tauladan dari orang dewasa.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia dan segenap dimensinya
hanya dimilki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut
membedakan secara prinsipiil dunia hewan dari dunia manusia

Adanya hakikat tersebut memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa
sehingga derajatnya lebih tinggi dari pada hewan dan sekaligus mengusai hewan

Salah satu hakikat yang istimewa ialah adanya kemampuan menghayati kebahagian pada
manusia

Semua sifat hakikat manusia dapat dan harus ditumbuh kembangkan melalui pendidikan
Berkat pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan
berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.

1. Saran

1.Kepada semua pihak yang berkepentingan dunia pendidikan wajib berpegang teguh kepada
nilai-nilai kependidikan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab kesehariannya

2. Penerapan paradigma baru dalam pendidikan disosialisasikan lebih luas

DAFTAR PUSTAKA

 http://macro bio student ummy solok_ makalah pengantar pendidikan“hakikat


manusia dan pengembangannya”.html
 http://Konsep manusia seutuhnya.htm
 Pengantar pendidikan,Prof.DR.Umar tirtarahardja dan Drs.s.L.La Sulo
 http://Hakikat Manusia dan Perkembangannya _ Afid Burhanuddin.html
 http://nursekhamaulida makalah pendidikan manusia seutuhnya.htm
 http://pengantar pendidikan – ringkasan materi _ suharnisihombing.htm
TUGAS AKHIR

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

“HAHIKAT MANUSIA’’

OLEH:
ALDINATA
(1302333)

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2017

Anda mungkin juga menyukai