Anda di halaman 1dari 5

BAB II menjadi keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek melainkan praktek yang

berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya
PEMBAHASAN filosofis normative. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik prinsipiil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manus ia dari hewan . Meskipun antara
untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologinya. Kenyataan
merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Ibarat biji mangga dan bukannya dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan dan
menjadi pohon jambu.Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat, jika manusia itu hanya berbeda secara GRADUAL. Wujud sifat hakikat manusia, pada bagian ini
pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Pemahaman akan di paparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang
pendidik terhadap sikap hakikat manusia akan membentuk peta tentang karateristik manusia. dikemukakan oleh paham eksistensi dengan maksud menjadi masukan membenahi konsep
Peta ini akan menjadi landasan serta memberi acuan bagi pendidik dalam bersikap, menyusun pendidikan. Wujud dari sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang
strategi, metode, dan teknik, serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan dikemukakan oleh faham eksistensialisme dengan maksud menjadi masukan dalam
melaksanakan komunikasi transaksional didalam interaksi edukatif. Gambaran yang benar dan membenahi konsep pendidikan , Prof. Dr. Umar Tirtaraharja dkk, menyatakan :
jelas tentang manusia itu perlu dimiliki oleh pendidik adalah karena adanya pengembangan
a. Kemampuan menyadari diri
sains dan teknologi yang pesat. Oleh karena itu, adalah sangat strategis jika pembahasan
tentang hakikat manusia ditempatkan pada bagian pertama dari seluruh pengkajian tentang Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia maka manusia
menyadari bahwa dirinya memiliki ciri kas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan
pendidikan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan
manusia dapat membedakan dirinya dan membuat jarak dengan orang lain dan lingkungan di
terpadu (intergrated) dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Di sebut hakikat manusia sekitarnya.
karena secara hakikat sifat tersebut hanya dimilki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
b. Kemampuan bereksistensi
A. SIFAT HAKIKAT MANUSIA Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri dan dapat
menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya.
Sebelum kita mengetahui sifat hakikat manusia, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar
sebenarnya arti kata manusia. Kata manusia berasal dari bahasa sansekerta”manu”, dan dalam dari pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa
depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa kanak-kanak.
bahasa latin “mens” yang artinya berfikir, berakal budi atau homo, yang berarti manusia. Sifat
hakikat manusia menajadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Hal ini c. Kata hati
Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul karena manusia itu sebagai
dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik atau makhluk sosial, yang satu ada hanya karena adanya yang lain. Tidak ada hak tanpa kewajiban.
benar dan yang buruk atau salah bagi manusia sebagai manusia. Kewajiban ada karena ada pihak lain yang harus dipenuhi haknya.

d. Moral h. Kemampuan menghayati kabahagiaan

Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan maka yang Kebahagiaan adalah merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan
dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Moral dan kata hati masih ada jarak antara dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Proses dari kesemuanya
keduanya. Artinya orang yang mempunyai kata hati yang tajam belum tentu moralnya baik. itu (yang menyenangkan atau yang pahit) menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang
Untuk mengetahui jarak tersebut harus ada aspek kemauan untuk berbuat. . disebut bahagia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perpaduan
dari usaha, hasil atau takdir dan kesediaan menerimanya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa moral yang singkron dengan kata hati yang
tajam merupakan moral yang baik. Sebaliknya perbuatan yang tidak singkron dengan kata B. DIMENSI HAKIKAT MANUSIA SERTA POTENSI, KEUNIKAN, DAN
hatinya merupakan moral yang buruk atau rendah. DINAMIKANYA

e. Tanggung jawab Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat hakikat
tersebut akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain. Ada empat macam
Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan dimensi yang akan di bahas, yaitu:
yang menuntut jawab yang telah dilakukannya. Wujud bertanggung jawab bermacam-macam.
Ada bertanggung jawab kepada dirinya sendiri bentuk tuntutannya adalah penyesalan yang  Dimensi keindividualan
mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat bentuk tuntutannya adalah sanksi-sanksi sosial  Dimensi kesosialan
seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara dan lain-lain. Tanggung jawab kepada tuhan  Dimensi kesusilaan
bentuk tuntutannya adalah perasaan berdosa dan terkutuk.  Dimensi keberagamaan
f. Rasa kebebasan Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai
Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai dengan tuntutan
pribadi. Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan
kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
kodrat manusia. Jadi kebebasan atau kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang
berlangsung dalam keterikatan. a) Dimensi Keindividualan
g. Kewajiban dan hak Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat esensial
dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan di atas
secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan
agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih d) Dimensi Keberagamaan
individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian
seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan
kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang.
peserta didik untuk membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama
pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses
berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya
menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam hubungan memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di samping
ini disebut pendidikan yang patologis. itu mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan penganut
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian.
b) Dimensi Kesosialan
C. PENGEMBANGAN DIMENSI HAKIKAT MANUSIA
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi
menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi
untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa terjadi kesalahan-kesalahannya yang lazimnya di sebut
sesamanya. Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam salah didik. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu
interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, 1. Pengembangan yang utuh
mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor,
sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling yaitu kulaitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas
menerima dan memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya. pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.
c) Dimensi kesusilaan Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu, wujud dan
arahnya.
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi  Dari wujud dimensinya
di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi
yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan, antara aspek
pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang kognitif, afektif dan psikomotor. Pengembangan aspek jasmaniah dan rohaniah
mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang.
(persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket. Persoaalan kesusilaan Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan
selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan keberagaman dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan
untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan
adalah mahluk susila.
domain kognitif, afektif dan psikomotor dikatakan utuh jika ketiga-tiganya 2. Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai yang
mendapat pelayanan yang berimbang. menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya.
 Dari arah pengembangan
Selain hal tersebut, manusia juga memerlukan pemenuhan kebutuhan spiritual,
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada
berkomunikasi atau berdialog dengan Dzat Yang Maha Kuasa. Lebih dari itu, manusia juga
pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan
memerlukan keindahan dan estetika. Manusia juga memerlukan penguasaan ketrampilan
keberagaman secara terpadu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan
tertentu agar mereka bisa berkarya, baik untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri maupun
dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu
orang lain. Semua kebutuhan itu harus dapat dipenuhi secara seimbang. Tidak boleh sebagian
terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang
saja dipenuhi dengan meninggalkan kebutuhan yang lain. Orang tidak cukup hanya sekedar
secara selaras. Perkembangan di maksud mencakup yang bersifat horizontal
cerdas dan terampil, tetrapi dangkal spiritualitasnya. Begitu pula sebaliknya, tidak cukup
(yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang
seseorang memiliki kedalaman spiritual, tetapi tidak memiliki kecerdasan dan ketrampilan.
menciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian totalitas
Tegasnya, istilah manusia utuh adalah manusia yang dapat mengembangkan berbagai potensi
membentuk manusia yang utuh.
posisitf yang ada pada dirinya itu.
2. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di Jika pemahaman terhadap manusia seutuhnya seperti itu, maka pendidikan seharusnya
dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan berbagai aspek itu. Pendidikan tidak tepat jika hanya mengembangkan satu aspek, tetapi
untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi melupakan aspek-aspek lainnya. Pendidikan agama adalah sangat penting, tetapi tidak boleh
keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan dimensi terlalu mengesampingkan intelektualitasnya. Sebaliknya juga tidak tepat pendidikan hanya
kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan mengedepankan pengembangan kecerdasan dan ketrampilan, dengan mengabaikan
penanganannya. Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian pengembangan spiritual. Pendidikan di Indonesia ditangani oleh dua kementerian, yaitu
yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan kementerian pendidikan dan kebudayaan dan kementerian agama. Selain itu,masih ada
pengembangan yang patologis. kementerian lain yang juga menyelenggarakan pendidikan, tetapi jumlahnya tidak terlalu
banyak. Itulah sebabnya di negeri ini disebut telah terjadi dualisme penyelenggaraan
1. Sosok Manusia Seutuhnya pendidikan. Yaitu terdapat sekolah yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan madrasah serta pondok pesantren yang berada di bawah Kementerian Agama.
Manusia seutuhnya berarti adalah sosok manusia yang tidak parsial, fragmental. Apalagi
Di sekolah umum, sekalipun diajarkan agama.jumlah jam pelajaran yang disediakan tidak
split personality. Utuh artinya adalah lengkap, meliputi semua hal yang ada pada diri manusia.
terlalu banyak. Demikian pula sebaliknya, di pondok pesantren lebih mengutamakan
Manusia menuntut terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, akal, fisik dan psikisnya.
pendidikan agama, dan dalam banyak kasus tidak memberikan pengetahuan umum. Sedangkan
Berdasarkan pikiran dimikian dapat diuraikan konsepsi manusia seutuhnya ini secara mendasar
di madrasah selama ini sudah dilakukan perbaikan kurikulum dengan memberikan
yakni mencakup pengertian sebagai berikut:
pengetahuan umum dan agama secara seimbang, atau sama banyak jumlahnya. Namun begitu,
1. Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang. terkait pendidikan agama, selama ini belum ditemukan metodologi yang dirasa memuaskan.
Agama masih diajarkan dan belum sepenuhnya dididikkan yang sebenarnya. Sebetulnya,
terbatasnya waktu yang disediakan untuk pendidikan agama di sekolah tidak mengapa, asalkan
kekurangan itu dapat ditambal oleh lingkungan keluarga dan juga oleh masyarakat. Namun Untuk dapat menghasilkan manusia yang utuh, diperlukan suri tauadan bersama antar
pada kenyataannya, pendidikan agama di keluarga maupun di masyarakat sudah semakin keluarga, masyarakat, dan guru di sekolah sebagai wakil pemerintah. Patut diingat bahwa
melemah. Atas dasar alasan-alasan kesibukan orang tua atau juga keterbatasan pemahaman pembentukan jati diri manusia utuh berada pada tataran afeksi, dan pembelajarannya dunia
agama, maka pendidikan agama di lingkungan keluarga dan di masyarakat tidak dapat afeksi hanya akan berhasil apabila dilakukan melalui metode pelakonan, pembiasaan, dan suri
dimaksimalkan. Kegiatan mengaji di langgar, mushalla, masjid dan lain-lain tampaknya sudah tauladan dari orang dewasa.
semakin berkurang, tidak saja di perkotaan tetapi juga di pedesaan.

Kenyataan seperti itu menjadikan manusia yang utuh sebagaimana yang dicita-citakan
semakin sulit dipenuhi. Pendidikan berjalan secara terpragmentasi atau terpilah-pilah,
mengedepankan sebagian dan mengabaikan bagian lainnya. Akibatnya, manusia utuh
sebagaimana yang dicita-citakan menjadi tidak jelas kapan akan berhasil diraih. Oleh karena
itu, perlu kiranya dipikirkan secara saksama dan mendalam untuk mendapatkan konsep
pendidikan yang dipandang lebih ideal un tuk menyongsong masa depan bangsa yang lebih
baik dan maju.

Persoalan dunia pendidikan, khususnya pendidikan yang membangun jati diri manusia
seutuhnya, kiranya tidak akan berhenti. Berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar, diskusi,
lokakarya dan semiloka terus dilakukan guna mencari sebuah model pendidikan yang dianggap
dapat membebaskan manusia dari sikap ketergantungan terhadap benda, pendidikan yang dapat
membebaskan manusia dari pendewaan terhadap dunia, dan atau model pendidikan yang dapat
mencetak manusia yang utuh, yakni manusia yang manusiawi, manusia memiliki nilai-nilai
kemanusiaan.

Pendidikan manusia seutuhnya, pada dasarnya merupakan tujuan yang hedak dicapai
dalam konsep Value Education atau General Education yakni:

1. Manusia yang memiliki wawasan menyeluruh tentang segala aspek kehidupan


2. Memiliki kepribadian yang utuh. Istilah menyeluruh dan utuh merupakan dua
terminologi yang memerlukan isi dan bentuk yang disesuaikan dengan konteks sosial
budaya dan keyakinan suatu bangsa yang dalam bahasa lain pendidikan yang dapat
melahirkan pribadi yang dapat bertaqarrub kepada Allah dengan benar, dan layak
hidup sebagai manusia.

Anda mungkin juga menyukai